Pengertian Ko-teks.
Pengertian Konteks
Kridalaksana (2011:134)
menyatakanbahwakonteksmempunyaimaknaaspek-aspeklingkunganfisikatausosial
yang kaitmengaitdenganujarantertentu.
Secara harfiah konteks berarti “something accompanying text”, yang berarti :
sesuatu yang inheren dan hadir bersama teks. Konteks diungkapkan melalui
karakterisasi bahasa yang digunakan penutur (Halliday & Hasan, 1985:12-15). Di
dalam teori Halliday, pengertian harfiah itu diterjemahkan dalam batasan Saussure
yang menyatakan bahwa bahasa sebagai suatu fakta sosial. Oleh Halliday
“something” di atas diolah menjadi “sesuatu yang telah ada dan hadir dalam
partisipan sebelum tindak komunikasi dilakukan, karena itu konteks mengacu
pada konteks kultural dan konteks sosial (Halliday, 1978; Wirth, 1984) yang
diidentifikasikan atas ranah, tenor, dan modi.
Ranah merupakan rekaman tentang peristiwa apa yang terjadi, yaitu segala
peristiwa atau tindak sosial yang sedang berlangsung pada pengalaman atau
benak. Aspek itu menggambarkan peristiwa apa yang terjadi yang melibatkan
para penutur atau partisipan sebagaimana dinyatakan atau direalisasikan berupa
unsur-unsur status, proses, pelaku, tujuan, lokasi, dan waktu. Tenor merupakan
unsur partisipan yang menyatakan interpersonal dan status yang direalisasikan
dalam pilihan-pilihan piranti wacana. Dalam tenor itu, hubungan interaksi yang
signifikanlah yang diamati. Sedang modi adalah realisasi yang diungkapkan oleh
teks secara keseluruhan sebagai tindak sosial, baik bersifat lisan dan tulisan,
monolog atau dialog.
Leech (1983:13-14) menyatakan konteks adalah segala latar belakang
pengetahuan yang dimiliki bersama oleh penutur dan mitra tutur serta yang
menyertai dan mewadai sebuah tuturan. Selanjutnya Schiffrin (1994:66)
membedakan antara kontek dengan teks dengan menjelaskan bahwa teks
merupakan isi linguistik dari tuturan-tuturan, arti semantik dari kata-kata,
Tingkah laku para ahli linguistik merupakan tingkah laku sosial. Orang
berbicara karena mereka ingin bersosialisasi, dalam pengertian yang terluas dari
kata-kata yang mungkin baik untuk kesenangan, atau untuk mengekspresikan diri
mereka sendiri kepada orang lain, atauuntuk beberapa tujuan yang ‘serius’, seperti
Kenyataan atau fakta dasar ini mengimplikasikan dua fakta dasar lainnya
yang setara:pertama, adalah fakta bahwa harus ada upaya untuk melihat apa yang
benar-benar orang katakan ketika mereka bersama, ketika mereka bersosialisasi
(atau: mengekspresikan diri mereka sebagai makluk sosial); dan kedua, fakta
bahwa setiap pemahaman para ahli linguistik dapat berharap untuk mendapatkan
apa yang terjadi di antara orang-orang yang menggunakan bahasa, secara unik dan
diperlukan, sebuah pemahaman yang benar dari konteks yang menyeluruh pada
interaksi linguistik yang terjadi.
Masyarakat danWacana
1
Lihatdalam M.A.K. Halliday-RuqaiyaHasan. Language,Context and Text: Aspects of Language
in a Social-semiotic Perspective. Australia: Deakin University. 1985. Hal.7
2
M.A.K. Hlliday-RuqaiyaHasan.loc.cit
Simpulan
Dalammenafsirkansuatukalimatpadawacanaseoranganaliswacanaselaludib
atasipenafsirannyapadatekssebelumnya yang disebutko-
teks.Setiapteksmenciptakanko-
teksnyasendiri.Koteksmempunyaikekuataanuntukmenafsirkanwacana,
bahkanjugauntukteks yang tidakmempunyaiinformasimengenaitempatdanwaktu,
penutur, danpenerimatuturan.Ko-
teksdapatberfungsiuntukmerekonstruksikansekurang-
kurangnyabagiantertentudarikonteksfisiknyadankemudiansampaipadasuatutafsiran
mengenaiteksnya.Selain aspek koteks, dalam menganalisis wacana harus
menggunakan pendekatan pragmatika, yang salah satunya adalah dengan
mempertimbangkan konteks tempat terjadinya sebuah wacana. Konteks yang
melatari suatu teks dibedakan atas konteks situasi, dan konteks kultural. Konteks
situasi merupakan keseluruhan/totalitas lingkungan terdekat teks baik verbal
maupun nonverbal. Sedang konteks kultural merupakan keseluruhan latar
belakang sistem kultural (budaya, sosial, dan artefak) sebagai pengetahuan
bersama, pra-anggapan bersama, atau pengetahuan ensiklopedi partisipan suatu
teks/wacana.
DAFTAR RUJUKAN
Brown, G. & Yule, G. 1986. Discourse Analisys. Cambridge: Cambridge
University Press.
Cook, Guy. 1989. Discourse. Oxford: Oxford University Press.