Anda di halaman 1dari 6

DCP 2 (2) (2013)

Developmental and Clinical Psychology


http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/dcp

HUBUNGAN KOMUNIKASI THERAPEUTIC PERAWAT DENGAN MOTIVASI


SEMBUH PADA PASIEN RAWAT INAP

Rizky Hardhiyani 

Jurusan Psikologi, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Semarang, Indonesia

Info Artikel Abstrak


________________ ___________________________________________________________________
Sejarah Artikel: Penelitian ini di latarbelakangi oleh fenomena kurangnya motivasi sembuh pasien rawat inap di
Diterima Agustus 2013 ruang melati RSUD Kalisari Batang. Penyebabnya antara lain kurang terjalinnya hubungan yang
Disetujui September 2013 therapeutic antara perawat dan pasien sehingga menyebabkan pasien merasa kurang termotivasi
Dipublikasikan Oktober untuk segera sembuh dari penyakitnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan
2013 antara komunikasi therapeutic perawat dengan motivasi sembuh pada pasien rawat inap. Penelitian
________________ ini merupakan penelitian kuantitatif korelasional. Subjek pada penelitian ini berjumlah 127 pasien.
Keywords: Teknik sampling yang digunakan adalah accidental sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
Communications of komunikasi therapeutic dengan motivasi sembuh pasien rawat inap saling mempengaruhi dimana
Therapeutic Nurse, Motivate semakin tinggi komunikasi therapeutic perawat semakin tinggi pula motivasi sembuh pasien rawat
To Heal The Patient Take inap begitu juga sebaliknya semakin rendah komunikasi therapeutic perawat maka semakin rendah
care of to Lodge pula motivasi sembuh pasien rawat inap.
____________________
Abstract
___________________________________________________________________
This research's background is phenomenon lack of motivation heal the patient take care of to lodge in jasmine's
room of RSUD Kalisari Batang. Its cause for example less intertwin of relation which therapeutic between
nurse and patient, so that cause the patient feel to demotivate to immediately get over from their disease. This
research aim to to know the relation between communications of therapeutic nurse with the motivation heal the
patient take care of to lodge. This research represent the correlation quantitative research. Subjek at this
research amount to 127 patient. Sampling technique used is accidental sampling. Result of research indicate
that the communications therapeutic with the motivation heal the patient take care of to lodge is influencing
each other. Excelsior of communications of therapeutic nurse, excelsior also motivate to heal the patient take
care of to lodge. So also on the contrary, progressively lower the communications of therapeutic nurse, hence
progressively lower also motivate to heal the patient take care of to lodge.

© 2013 Universitas Negeri Semarang


Alamat korespondensi: ISSN 2252-6358
Gedung A1 Lantai 2 FIP Unnes
Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang, 50229
E-mail: ichiro.meong@gmail.com

56
Rizky Hardhiyani / Developmental and Clinical Psychology 2 (2) (2013)

PENDAHULUAN motivasi sembuh oleh pasien tersebut


ditunjukkan dengan penolakan pasien dalam
Keperawatan adalah sebuah bentuk menerima pengobatan dari tim medis. Pasien
pelayanan professional yang merupakan bagian melepas sendiri infus yang melekat pada
integral dari pelayanan kesehatan. tubuhnya atau menolak pemberian obat yang
Pelaksanaannya berdasar pada ilmu dan kiat dilakukan oleh tim medis. Pasien yang
keperawatan, berbentuk bio-psikososial-medic- melakukan hal ini biasanya setelah mengetahui
spiritual yang komprehensif, ditunjukkan pada tentang penyakitnya yang susah untuk
individu, keluarga dan masyarakat, baik sakit disembuhkan atau pasien tua yang tidak ingin
maupun sehat yang mencakup proses kehidupan menambah beban keluarga dan selalu
manusia. Layanan keperawatan yang bermutu merepotkan. Sehingga pilihan untuk menghadapi
adalah layanan keperawatan yang senantiasa kematian dianggapkan sebagai jalan yang
berupaya memenuhi harapan klien sehingga terbaik. Kecemasan adalah satu perasaan
klien akan selalu puas terhadap pelayanan yang subjektif yang dialami seseorang terutama oleh
diberikan perawat. Pendekatan jaminan mutu adanya pengalaman baru, termasuk pada pasien
pelayanan keperawatan mengutamakan keluaran yang akan mengalami tindakan invasif seperti
(outcome) layanan keperawatan atau apa yang pembedahan, pasien mengalami cemas karena
akan dihasilkan atau diakibatkan oleh layanan hospitalisasi, pemeriksaan dan prosedur tindakan
keperawatan. Hasil layanan yang bermutu hanya medik yang menyebabkan perasaan tidak
mungkin dihasilkan oleh pekerjaan yang benar. nyaman ( Rawling, 1984 dalam Setiawan dan
Dengan demikian klien akan selalu berada dalam Tanjung, 2005:17).
lingkungan organisasi layanan keperawatan yang Komunikasi merupakan proses yang
terbaik karena segala kebutuhan kesehatan dan sangat khusus dan berarti dalam hubungan antar
penyakit klien tersebut sangat diperhatikan dan manusia, pada profesi keperawatan komunikasi
kemudian dilayani dalam layanan kesehatan menjadi lebih bermakna karena merupakan
dengan mutu terbaik (Efendi dalam Kurniawan, metoda utama dalam mengimplementasikan
2011:4). proses keperawatan (Purba, 2003:1). Seorang
Adanya motivasi akan mampu perawat untuk melakukan anamneses harus
mempengaruhi kesembuhan pasien, karena mampu menciptakan kenyamanan, kepercayaan.
dengan adanya motivasi pasien akan mau Kenyamanan, kepercayaan merupakan point
melakukan pengobatan. Menurut Sobur penting dalam menyamakan suatu persepsi
(2003:268) motivasi merupakan istilah yang lebih terhadap sesuatu yang dilakukan oleh seorang
umum yang menunjuk pada seluruh proses perawat terhadap pasien. Kesamaan persepsi
gerakan, termasuk situasi yang mendorong, diperlukan karena pada setiap interview,
dorongan yang timbul dalam diri individu, pemeriksaan fisik yang dilakukan oleh seorang
tingkah laku yang ditimbulkannya dan tujuan perawat terhadap pasien diperlukan kolaborasi.
atau akhir dari gerakan atau perbuatan Pasien Kolaborasi akan berjalan lancar bila perjalanan,
yang dinyatakan dokter menderita penyakit lintas nilai-nilai budaya pasien dan perawat
tertentu, jika tidak didukung adanya motivasi terjadi proses asimilasi, yang akan membuahkan
untuk sembuh dari diri pasien tersebut dipastikan nilai-nilai baru yang menjadi milik pasien dan
akan menghambat proses kesembuhan. perawat. Pasien akan bersedia berkolaborasi bila
Tujuan utama pasien masuk rumah sakit setiap tindakan yang dilakukan oleh perawat
adalah mencapai kesembuhan, namun demikian dimengerti, difahami berdasarkan pada tolak
terdapat beberapa pasien yang mempunyai ukur nilai-nilai pasien yang mendasari persepsi
motivasi sembuh yang rendah. Rendahnya setiap tindakan pada dirinya. Adekuat persepsi
57
Rizky Hardhiyani / Developmental and Clinical Psychology 2 (2) (2013)

antara perawat dan pasien dalam setiap tindakan Mencermati uraian di atas, terdapat
dalam proses perawatan merupakan salah satu bahwa pada tindakan-tindakan keperawatan
pendorong terjadinya percepatan terapi untuk umumnya perawat terkesan kurang
kesembuhan (Setiawan dan Tanjung, 2005:17). berkomunikasi, sehingga pasien tampak
Berdasarkan hasil observasi sebelum ketakutan, gelisah, menarik nafas panjang, wajah
penelitian dan wawancara yang dilakukan oleh cemas dengan ditandai munculnya pertanyaan
peneliti terhadap bapak Yudha perawat di pada perawat yang sedang melakukan tindakan
RSUD Kalisari Batang. Peneliti memfokuskan keperawatan untuk kesembuhan pasien. Dari
tempat penelitian di RSUD Kalisari Batang yaitu uraian tersebut di atas, maka peneliti tertarik
Ruang Melati. Observasi dilakukan pada tanggal untuk mengadakan penelitian yang berjudul
18 Juni 2012, didalam ruangan terdapat 5 ruang “HUBUNGAN KOMUNIKSAI
yang masing-masing kamarnya berisi 10 orang THERAPEUTIC PERAWAT DENGAN
pasien rawat inap. Para pasien kebanyakan MOTIVASI SEMBUH PASIEN RAWAT
berasal dari keluarga ekonomi menengah INAP DI RUANG MELATI RSUD
kebawah, beberapa pasien berobat dengan KALISARI BATANG “
menggunakan fasilitas Jamkesmas (jaminan
kesehatan masyarakat). METODE PENELITIAN
Berdasarkan hasil observasi wawancara
yang dilakukan peneliti kepada 10 pasien yang Penelitian ini menggunakan pendekatan
dirawat di Ruang Melati RSUD Kalisari Batang kuantitatif korelasional. Menurut Sukmadinata
pada tanggal 18 Juni 2012 tersebut didapatkan (2011: 56) penelitian korelasi ditujukan untuk
keluhan 6 pasien merasa termotivasi dan 4 mengetahui hubungan suatu variabel dengan
pasien mengatakan kurang termotivasi variabel-variabel lain. Hubungan antara satu
dikarenakan adanya perawat yang kurang sabar, dengan variabel lain dinyatakan dengan besarnya
kurang senyum, berbicara kasar, komunikasi koefisien korelasi dan keberartian (signifikansi)
yang terjalin antara pasien dan perawat hanya secara statistik. Desain penelitian ini termasuk
sekedarnya saja, perawat hanya memberikan penelitian kuantitatif korelasional. Dalam
obat dan pasien hanya menerima obat tersebut. penelitian jenis ini peneliti berusaha
Tidak ada percakapan atau penguatan dari menghubungkan suatu variabel dengan variabel
perawat untuk memotivasi pasien, begitu juga lain yang lain untuk memahami suatu fenomena
sebaliknya, pasien terkesan pasif untuk bertanya dangan cara menentukan tingkat atau derajat
kepada perawat. Ada juga pasien yang hubungan diantara variabel-variabel tersebut.
beranggapan bahwa karena mereka Tingkat hubungan tersebut ditunjukkan oleh
menggunakan Jamkesmas, maka perlakuan dari nilai koefisien korelasi yang berfungsi sebagai
perawat tidak total dalam memberikan alat untuk membandingkan variabilitas hasil
perawatan. Selain itu dari 12 kritik yang pengukuran terhadap variabel-variabel tersebut.
disampaikan melalui kotak saran di dapatkan 5 Menurut Sugiyono (2012: 80) populasi
keluhan tentang pelayanan perawat. Maka adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas
dengan kondisi seperti ini ada beberapa pasien objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan
yang menjadi tidak termotivasi untuk sembuh karakteristik tertentu yang ditetapkan digunakan
dari penyakitnya. Berdasarkan hasil wawancara untuk dipelajari dan kemudian ditarik
dan observasi diatas, bahwa pasien tidak kesimpulannya. Populasi dalam penelitian ini
memiliki motivasi untuk sembuh karena memiliki karakteristik yang sama yaitu seluruh
kurangnya komunikasi yang terapeutik dengan pasien yang menjalani perawatan inap (opname)
perawatnya. di ruang Melati RSUD Kalisari Batang. Subjek
58
Rizky Hardhiyani / Developmental and Clinical Psychology 2 (2) (2013)

dari penelitian ini adalah pasien rawat inap di sembuh pasien rawat inap di ruang melati RSUD
ruang melati RSUD Kalisari Batang. Teknik Kalisari Batang”, diterima. Hal ini menunjukkan
pengambilan sampel menggunakan accidental bahwa dengan perawat menggunakan
sampling yaitu pengambilan sampel dengan komunikasi yang therapeutic dalam setiap
mengambil kasus atau responden atau klien yang tindakannya maka pasien akan termotivasi untuk
kebetulan ada atau tersedia di Ruang Melati sembuh dari penyakitnya.Sugiyo (2005:1)
RSUD Kalisari Batang sebanyak 127 pasien. menyebut bahwa komunikasi merupakan
Teknik pengumpulan data yang digunakan kegiatan manusia menjalin hubungan satu
adalah menggunakan skala psikologi. Skala dengan sama lain yang demikian otomatis
psikologi yang digunakan yaitu skala motivasi keadaannya, sehingga tidak disadari bahwa
sembuh pasien rawat inap dan skala komunikasi ketrampilan berkomunikasi merupakan hasil
therapeutic perawat. belajar. Keinginan untuk berkomunikasi dengan
Hasil penelitian dianalisis menggunakan orang lain menunjukkan bahwa manusia tidak
SPSS versi 17 for Windows untuk menetapkan dapat hidup sendiri atau dapat dikatakan bahwa
validitas dan reliabilitas alat ukur. Menurut setiap manusia mempunyai naluri untuk
Arikunto (2006:168) Validitas adalah “suatu berkawan atau berkelompok dengan manusia
ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat lain. Manusia merupakan mahluk sosial, karena
kevalidan atau kesahihan sesuatu instrumen.” itu manusia selalu ditandai dengan pergaulan
Hasil analisis diperoleh bahwa validitas untuk antar manusia. Pergaulan manusia merupakan
skala motivasi sembuh pasien rawat inap yang salah satu peristiwa komunikasi.
terdiri dari 45 item terdapat 35 item yang valid Komunikasi therapeutic perawat
dan 10 item yang tidak valid mempunyai ditunjukkan dengan empat aspek yaitu aspek
koefisien validitas berkisar 0,334 sampai dengan kesejatian, aspek empati, aspek respek atau
0,848 dengan tingkat signifikansi tersebut < α hormat dan aspek konkret (Nurjannah,
0,05 maka dapat dinyatakan valid. Skala 2005:113). Semakin tinggi setiap aspek maka
komunikasi therapeutic perawat terdiri dari dari akan semakin tinggi pula komuniksai terapeutik
45 item terdapat 26 item yang valid dan 19 item yang terjalin, komunikasi therapeutic tidak hanya
yang tidak valid. Item yang valid pada sekedar komuniksai secara verbal tapi juga
komunikasi therapeuthic perawat mempunyai secara non verbal.
koefisian validitas berkisar 0,346 sampai dengan Melalui komunikasi therapeutic secara
0,838 dengan tingkat signifikansi tersebut < α tepat dapat membantu meringankan beban
0,05 maka dapat dinyatakan valid. pasien, untuk melaksanakan komunikasi staf
Reliabilitas skala motivasi sembuh pasien medis dengan pasien diperlukan strategi
rawat inap diperoleh koefisien sebesar 0,907 komunikasi yang dimulai dari kebijakan rumah
sedangkan skala komunikasi therapeutic perawat sakit sebagai tempat rujukan pasien (Istiyanto
diperoleh koefisien sebesar 0,889. Kedua dan Syafei, 2003:1). Komunikasi akan sangat
reliabilitas ini termasuk tinggi dan layak untuk menolong tidak saja bagi pasien tapi juga untuk
digunakan dalam penelitian. staf medis. Bagi staf medis informasi mengenai
pasien sangat penting untuk menetapkan
HASIL DAN PEMBAHASAN diagnosa maupun pengobatannya. Bagi pasien,
berkomunikasi dapat mengeluarkan keluhan-
Berdasarkan hasil uji statistik teknik keluhan yang mereka hadapi sekaligus
korelasi penelitian, diperoleh bahwa hipotesis merupakan suatu bentuk pengobatan, karena
yang berbunyi “Ada hubungan antara tidak jarang pasien merasa puas dan lega setelah
komunikasi therapeutic perawat dengan motivasi menyalurkan kepihak lain.
59
Rizky Hardhiyani / Developmental and Clinical Psychology 2 (2) (2013)

Komunikasi secara efektif memberikan rangsangan atau stimulus terhadap pasien, yang
kesempatan saling mengungkapkan isi hati atau nantinya bisa menimbulkan suatu tindakan
kekesalan serta harapan yang di inginkan tersendiri oleh pasien yaitu tindakan untuk
(Nurhayati, 2011:5), Purwanto (2004) dalam sembuh.
Istiyanto dan Syafei (2003:4) mengatakan bahwa Menurut teori dari Stuart (Perry dan
tujuan dari komunikasi therapeutic yaitu untuk Potter, 2005:112) komunikasi merupakan alat
membantu pasien memperjelas dan mengurangi untuk membina hubungan yang terapeutik.
beban perasaan dan pikiran serta dapat Karena dalam proses komunikasi terjadi
mengambil tindakan untuk mengubah situasi penyampaian informasi, pertukaran perasaan
yang ada bila pasien percaya pada hal yang dan pikiran. Telah dijelaskan bahwa tujuan dari
diperlukan, dengan komunikasi therapeutic juga komunikasi adalah untuk mempengaruhi
diharapkan dapat mengurangi keraguan pasien perilaku orang lain, sehingga keberhasilan dari
dalam hal yang efektif dan mempertahankan motivasi sembuh adalah tergantung pada
egonya. komunikasi. Komunikasi therapeutic ditujukan
Komunikasi therapeutic merupakan suatu untuk merubah perilaku dalam mencapai tingkat
kewajiban yang harus dilakukan oleh perawat, kesehatan yang optimal sehingga diperlukan
perawat berperan penting dalam proses komunikasi yang terapeutik antara perawat dan
penyembuhan atau pemulihan kondisi pasien. pasien.
Selain pengobatan medis tercapainya Hasil korelasi antara komunikasi
kesembuhan pasien juga dapat dipengaruhi oleh therapeutic dengan motivasi sembuh pasien rawat
penciptaan suasana fisik dan sosiopsikologis inap menunjukkan bahwa ada hubungan antara
yang mendukung. Istiyanto dan Syafei (2003:10) keduanya adalah positif yang signifikan karena p
unsur percaya terhadap staf medis dan daya tarik < 0,05. Dikatakan positif karena hubungan
yang diperlihatkan akan menimbulkan ketaatan antara kedua variabel tersebut adalah linier atau
atau kepatuhan pasien terhadap staf medis hal searah. Hal ini berarti jika variabel X-nya tinggi
ini merupakan kekuatan yang memotivasi pasien makan variabel Y-nya juga ikut tinggi, dalam hal
untuk sembuh . ini jika tingkat komunikasi terapeutik tinggi
Motivasi sembuh pasien ditunjukkan maka tingkat movivasi sembuh pasien rawat inap
dengan tiga aspek yaitu aspek memiliki sikap juga akan tinggi.
positif, aspek berorientasi pada pencapaian suatu Pasien yang mempunyai motivasi sembuh
tujuan, dan aspek kekuatan yang mendorong yang tinggi akan selalu berfikir bahwa dia akan
individu (Smett, 1994:53). Motivasi atau segera sembuh dari penyakitnya dan pasien juga
semangat hidup merupakan hal yang sangat yakin bahwa keadaan sekitar atau lingkungan
penting bagi seorang pasien yang sedang sekitarnya juga mempengaruhinya untuk segera
menjalani perawatan medis, karena dengan sembuh dari penyakit yang dia idap.
termotivasinya seseorang untuk sembuh, maka
besar pula kemungkinan dirinya untuk sembuh SIMPULAN
(Uno, 2007:1).
Adanya rasa tulus dan iklas dalam Secara umum, gambaran komunikasi
memberikan perawatan pada pasien akan therapeutic perawat dan motivasi sembuh pasien
membuat pasien merasa nyaman, dan dengan rawat inap termasuk dalam golongan tinggi,
rasa itulah dapat membantu bahkan dapat yaitu perawat melaksanakan komunikasi
mempercepat proses penyembuhan dalam diri therapeutic yang merupakan komunikasi yang
pasien (Efendi, 2004:6). Perawat merupakan wajib dilakukan oleh staf kesehatan dengan baik,
seorang komunikator yang memberikan suatu baik komunikasi terapeutik secara verbal
60
Rizky Hardhiyani / Developmental and Clinical Psychology 2 (2) (2013)

maupun komunikasi terapeutik non verbal Efeendy, O. U. 2004. Jurnal : Dinamika


terhadap pasien rawat inap, selain itu Komunikasi. Bandung : Remaja
menunjukkan bahwa pasien rawat inap Rosdakarya
mempunyai dorongan yang kuat untuk segera Gerungan, W. A. 2010. Psikologi Sosial. Cetakan
sembuh dari penyakit yang diidapnya, dorongan ketiga. Bandung : PT Refika Aditama
untuk sembuh dari dalam diri pasien rawat inap Hermawan, A. H. 2009. Jurnal : Persepsi Pasien
terjadi karena terciptanya kerjasama secara Tentang Pelaksanaan Komunikasi Terapeutik
kesehatan antara staf kesehatan dengan pasien Perawat Dalam Asuhan Keperawatan Pada
yang menimbulkan motivasi dari dalam diri Pasien Di Unit Gawat Darurat RS Mardi
pasien untuk segera sembuh dari penyakit yang Rahayu Kudus. 2009
diidapnya. Istiyanto, S.B dan Syafei M. 2003. Jurnal : Studi
Merujuk pada simpulan penelitian diatas, Komparatif Strategi Komunikasi Rumah Sakit
peneliti mengajukan saran-saran sebagai berikut : Umum Daerah Banyumas dan Rumah Sakit
Bagi para perawat diharapkan untuk tetap Margono Soekarjo Purwokerto Terhadap
mempertahankan komunikasi therapeutic yang Penyembuhan Pasien.
sudah terjalin, baik komunikasi therapeutic secara Nurjannah, Intansari. 2005. Komunikasi
verbal maupun non verbal agar tetap tercipta Terapeutik (Dasar-dasar Komunikasi Bagi
hubungan yang benar-benar terapeutik antara Perawat). Yogyakarta : Mocomedia
perawat dan pasien sehingga tercipta Perry A. G, Potter P. A. 2005. Fundamental
keterbukaan yang bias memotivasi pasien untuk Keperawatan (Konseo, Proses, dan Praktik).
segera sembuh dari penyakitnya. Penerbit Buku Kedokteran EGC
Purba, J. M. 2003. Jurnal : Komunikasi Dalam
UCAPAN TERIMAKASIH Keperawatan. Digital Library Universitas
Sumatra Utara
Peneliti menyadari bahwa penyusunan artikel ini Smet, Bart. 1994. Psikologi Kesehatan. Jakarta :
tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, maka PT Gramedia Widiarsarana Indonesia
pada kesempatan ini dengan segala kerendahan Sobur, Alex. 2003. Psikologi Umum. Bandung :
hati, peneliti sampaikan ucapan terima kasih Pustaka Setia
yang sebesar-besarnya kepada : Sugiyo. 2005. Komunikasi Antarpribadi. Semarang
(1) Drs. Sugiyarta SL, M. Si. Dan Moh. Iqbal : UNNES PRESS
Mabruri, S.Psi, M.Si , selaku dosen Uno, B.H. 2007. Jurnal : Teori Motivasi Dan
pembimbing yang telah memberikan arahan Pengukurannya. Jakarta. Vol.1
selama proses penelitian berlangsung.
(2) RSUD Kalisari Batang yang berkenan
memberikan kesempatan kepada peneliti
untuk melaksanakan penelitian.
(3) Semua pihak yang tidak dapat peneliti
sebutkan satu persatu, yang telah membantu
terlaksanakanya proses penelitian ini.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian


Suatu Pendekatan Praktik edisi Revisi.
Jakarta: PT Rineka Pustaka.
61

Anda mungkin juga menyukai