Anda di halaman 1dari 34

Krida PPB (Pencegahan Dan Penanggulangan

Bencana)

PENGETAHUAN PPB
SAR
Sejarah SAR Nasional
Lahirnya organisasi SAR di Indonesia yang saat ini bernama BASARNAS diawali dengan adanya
penyebutan ?Black Area? bagi suatu negara yang tidak memiliki organisasi SAR.
Dengan berbekal kemerdekaan, maka tahun 1950 Indonesia masuk menjadi anggota organisasi
penerbangan internasional ICAO (International Civil Aviation Organization). Sejak saat itu Indonesia
diharapkan mampu menangani musibah penerbangan dan pelayaran yang terjadi di Indonesia.
Sebagai konsekwensi logis atas masuknya Indonesia menjadi anggota ICAO tersebut, maka
pemerintah menetapkan Peraturan Pemerintah Nomor 5 tahun 1955 tentang Penetapan Dewan
Penerbangan untuk membentuk panitia SAR. Panitia teknis mempunyai tugas pokok untuk
membentuk Badan Gabungan SAR, menentukan pusat-pusat regional serta anggaran pembiayaan
dan materil.
Sebagai negara yang merdeka, tahun 1959 Indonesia menjadi anggota International Maritime
Organization (IMO). Dengan masuknya Indonesia sebagai anggota ICAO dan IMO tersebut, tugas dan
tanggung jawab SAR semakin mendapat perhatian. Sebagai negara yang besar dan dengan semangat
gotong royong yang tinggi, bangsa Indonesia ingin mewujudkan harapan dunia international yaitu
mampu menangani musibah penerbangan dan pelayaran.
Dari pengalaman-pengalaman tersebut diatas, maka timbul pemikiran bahwa perlu diadakan suatu
organisasi SAR Nasional yang mengkoordinir segala kegiatan-kegiatan SAR dibawah satu komando.
Untuk mengantisipasi tugas-tugas SAR tersebut, maka pada tahun 1968 ditetapkan Keputusan
Menteri Perhubungan Nomor T.20/I/2-4 mengenai ditetapkannya Tim SAR Lokal Jakarta yang
pembentukannya diserahkan kepada Direktorat Perhubungan Udara. Tim inilah yang akhirnya
menjadi embrio dari organisasi SAR Nasional di Indonesia yang dibentuk kemudian.
Pada tahun 1968 juga, terdapat proyek South East Asia Coordinating Committee on Transport and
Communications, yang mana Indonesia merupakan proyek payung (Umbrella Project) untuk negara-
negara Asia Tenggara. Proyek tersebut ditangani oleh US Coast Guard (Badan SAR Amerika), guna
mendapatkan data yang diperlukan untuk rencana pengembangan dan penyempurnaan organisasi
SAR di Indonesia.
Kesimpulan dari tim tersebut adalah :
Perlu kesepakatan antara departemen-departemen yang memiliki fasilitas dan peralatan;
Harus ada hubungan yang cepat dan tepat antara pusat-pusat koordinasi dengan pusat fasilitas SAR;
Pengawasan lalu lintas penerbangan dan pelayaran perlu diberi tambahan pendidikan SAR;
Bantuan radio navigasi yang penting diharapkan untuk pelayaran secara terus menerus.

Dalam kegiatan survey tersebut, tim US Coast Guard didampingi pejabat - pejabat sipil dan militer
dari Indonesia, tim dari Indonesia membuat kesimpulan bahwa :
Instansipemerintah baik sipil maupun militer sudah mempunyai unsur yang dapat membantu
kegiatan SAR, namun diperlukan suatu wadah untuk menghimpun unsur-unsur tersebut dalam suatu
sistem SAR yang baik. Instansi-instansi berpotensi tersebut juga sudah mempunyai perangkat dan
jaringan komunikasi yang memadai untuk kegiatan SAR, namun diperlukan pengaturan pemanfaatan
jaringan tersebut.
Personil dari instansi berpotensi SAR pada umumnya belum memiliki kemampuan dan keterampilan
SAR yang khusus, sehingga perlu pembinaan dan latihan.
Peralatan milik instansi berpotensi SAR tersebut bukan untuk keperluan SAR, walaupun dapat
digunakan dalam keadaan darurat, namun diperlukan standardisasi peralatan.
Hasil survey akhirnya dituangkan pada ?Preliminary Recommendation? yang berisi saran-saran yang
perlu ditempuh oleh pemerintah Indonesia untuk mewujudkan suatu organisasi SAR di Indonesia.
Berdasarkan hasil survey tersebut ditetapkan Keputusan Presiden Nomor 11 tahun 1972 tanggal 28
Februari 1972 tentang pembentukan Badan SAR Indonesia (BASARI). Adapun susunan organisasi
BASARI terdiri dari :
Unsur Pimpinan
Pusat SAR Nasional (Pusarnas)
Pusat-pusat Koordinasi Rescue (PKR)
Sub-sub Koordinasi Rescue (SKR)
Unsur-unsur SAR
Pusarnas merupakan unit Basari yang bertanggungjawab sebagai pelaksana operasional kegiatan
SAR di Indonesia. Walaupun dengan personil dan peralatan yang terbatas, kegiatan penanganan
musibah penerbangan dan pelayaran telah dilaksanakan dengan hasil yang cukup memuaskan,
antara lain Boeing 727-PANAM tahun 1974 di Bali dan operasi pesawat Twinotter di Sulawesi yang
dikenal dengan operasi Tinombala.
Secara perlahan Pusarnas terus berkembang dibawah pimpinan (alm) Marsma S. Dono Indarto.
Dalam rangka pengembangan ini pada tahun 1975 Pusarnas resmi menjadi anggota NASAR (National
Association of SAR) yang bermarkas di Amerika, sehingga Pusarnas secara resmi telah terlibat dalam
kegiatan SAR secara internasional. Tahun berikutnya Pusarnas turut serta dalam kelompok kerja
yang melakukan penelitian tentang penggunaan satelit untuk kepentingan kemanusiaan (Working
Group On Satelitte Aided SAR) dari International Aeronautical Federation.
Bersamaan dengan pengembangan Pusarnas tersebut, dirintis kerjasama dengan negara-negara
tetangga yaitu Singapura, Malaysia, dan Australia.
Untuk lebih mengefektifkan kegiatan SAR, maka pada tahun 1978 Menteri Perhubungan selaku
kuasa Ketua Basari mengeluarkan Keputusan Nomor 5/K.104/Pb-78 tentang penunjukkan Kepala
Pusarnas sebagai Ketua Basari pada kegiatan operasi SAR di lapangan. Sedangkan untuk penanganan
SAR di daerah dikeluarkan Instruksi Menteri Perhubungan IM 4/KP/Phb-78 untuk membentuk
Satuan Tugas SAR di KKR (Kantor Koordinasi Rescue).
Untuk efisiensi pelaksanaan tugas SAR di Indonesia, pada tahun 1979 melalui Keputusan Presiden
Nomor 47 tahun 1979, Pusarnas yang semula berada dibawah Basari, dimasukkan kedalam struktur
organisasi Departemen Perhubungan dan namanya diubah menjadi Badan SAR Nasional
(BASARNAS).
Dengan diubahnya Pusarnas menjadi Basarnas, Kepala Pusarnas yang semula esselon II menjadi
Kepala Basarnas esselon I. Demikian juga struktur organisasinya disempurnakan dan Kabasarnas
membawahi 3 pejabat esselon II. Dalam perkembangannya keluar Keputusan Menteri Perhubungan
Nomor 80 tahun 1998 tentang Organisasi Tata Kerja Basarnas, yang salah satu isinya mengenai
pejabat esselon II di Basarnas, yaitu :
Sekretaris Badan;
Kepala Pusat Bina Operasi;
Kepala Pusat Bina Potensi
Basarnas mempunyai tugas pokok melaksanakan pembinaan, pengkoordinasian, dan pengendalian
potensi SAR dalam kegiatan SAR terhadap orang dan material yang hilang atau dikhawatirkan hilang
atau menghadapi bahaya dalam pelayaran dan/atau penerbangan, serta memberikan bantuan
dalam bencana dan musibah lainnya sesuai dengan peraturan SAR nasional dan internasional. Secara
jelas tugas dan fungsi SAR adalah penanganan musibah pelayaran dan/atau penerbangan, dan/atau
bencana dan/atau musibah lainnya dalam upaya pencarian dan pertolongan saat terjadinya
musibah. Penanganan terhadap musibah yang dimaksud meliputi 2 hal pokok yaitu pencarian
(search) dan pertolongan (rescue). Dalam melaksanakan tugas penanganan musibah pelayaran dan
penerbangan harus sejalan dengan IMO dan ICAO.
TUGAS, FUNGSI DAN SASARAN BASARNAS

A. TUGAS POKOK
Dalam Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM.43Tahun 2005 Tentang Organisasi dan tata kerja
Departemen Perhubungan, Badan SAR Nasional mempunyai tugas pokok melaksanakan pembinaan,
pengkoordinasian dan pengendalian potensi Search and Rescue (SAR) dalam kegiatan SAR terhadap
orang dan material yang hilang atau dikhawatirkan hilang, atau menghadapi bahaya dalam
pelayaran dan atau penerbangan, serta memberikan bantuan SAR dalam penanggulangan bencana
dan musibah lainnya sesuai dengan peraturan SAR Nasional dan Internasional.
B. FUNGSI
Dalam melaksanakan tugas pokok tersebut di atas, Badan SAR Nasional menyelenggarakan fungsi :
Perumusan kebijakan teknis di bidang pembinaan potensi SAR dan pembinaan operasi SAR;
Pelaksanaan program pembinaan potensi SAR dan operasi SAR;
Pelaksanaan tindak awal;
Pemberian bantuan SAR dalam bencana dan musibah lainnya;
Koordinasi dan pengendalian operasi SAR alas potensi SAR yang dimiliki oleh instansi dan organisasi
lain;
Pelaksanaan hubungan dan kerja sama di bidang SAR balk di dalam maupun luar negeri;
Evaluasi pelaksanaan pembinaan potensi SAR dan operasi SAR
Pelaksanaan administrasi di lingkungan Badan SAR Nasional.
C. SASARAN PENGEMBANGAN BASARNAS
Dalam rangka mewujudkan visi dan misi Basarnas, perlu dilaksanakan strategi- strategi sebagai
berikut :
Menjadikan BASARNAS sebagai yang terdepan dalam melaksanakan operasi SAR dalam musibah
pelayaran dan penerbangan, bencana dan musibah lainnya;
Pembentukan Institusi yang dapat menangani pendidikan awal dan pendidikan penataran di
lingkungan BASARNAS
Mengembangkan regulasi yang mampu mengerahkan potensi SAR melalui mekanisme koordinasi
yang dipatuhi oleh semua potensi SAR;
Melaksanakan pembinaan SDM SAR melalui pola pembinaan SDM yang terarah dan berlanjut agar
dapat dibentuk tenaga-tenaga SAR yang profesional.
Melaksanakan pemenuhan sarana/ prasarana dan peralatan SAR secara bertahap agar dapat
menjadikan operasi tindak awal SAR yang mandiri, cepat, tepat, dan handal sesuai ketentuan
nasional dan internasional.
Melaksanakan pendidikan dan pelatihan SAR melalui jenjang pendidikan sesuai dengan kebutuhan
dalam lingkungan BASARNAS.
Penciptaan system sosialisasi dan penyuluhan kepada masyarakat tentang penyelenggaraan operasi
SAR
Mengembangkan kerjasama dengan Pemda melalui FKSD, organisasi dan instansi berpotensi SAR,
balk dalam negeri maupun luar negeri dalam rangka pembinaan potensi SAR.
Sumber : Badan SAR Nasional
http://www.dephub.go.id/SAR/basarnas/sejarah.htm
PERALATAN SAR
Peralatan SAR adalah merupakan bagian penting bagi res cuer ketika melaksanakan pertolongan
terhadap korban musibah dilapangan, sehingga dengan dukungan peralatan yang memadai akan
membantu proses pertolongan dan selanjutnya akan meningkatkan prosentasi keberhasilan operasi.
Peralatan SAR ini diklasifikasikan dalam dua kelompok yaitu:
1. Peralatan perorangan
Terdiri atas Peralatan pokok perorangan dan Peralatan pendukung perorangan;
2. Peralatan beregu.
Terdiri atas Peralatan pokok beregu dan Peralatan pendukung beregu;
Dengan klasifikasi ini akan memberikan kemudahan dalam memilah ketika melakukan penyimpanan
maupun penyiapan untuk operasi.
Untuk mendukung kegiatan dan operasi SAR, serta dalam rangka mendukung Siaga SAR, Kantor-
kantor SAR telah dilengkapi dengan peralatan SAR, meskipun belum dapat memenuhi seluruh
kebutuhan sesuai persyaratan mengingat keterbatasan anggaran dan biaya operasional. Peralatan
SAR masing-masing Kantor SAR sedikit berbeda jenis maupun jumlahnya, tergantung lokasi dan
kondisi setempat.
PERALATAN KOMUNIKASI
Salah satu komponen pfasilitas SAR yang memegang kunci per
anan penting dalam pelaksanaan kegiatan SAR adalah Sistem Komunikasi SAR. Sistem komunikasi ini
tidak lepas dari
semua jenis peralatan komunikasi yang digunakan sebagai sarana pertukaran informasi balk berupa
voice maupun data dalam kegiatan SAR. Sistem komunikasi yang digelar mempunyai fungsi:
1. Jaringan Penginderaan Dini
Komunikasi sebagai sarana penginderaan dini dimaksudkan agar setiap musibah pelayaran dan/atau
penerbangan dan/ atau bencana dan/ atau musibah lainnya dapat dideteksi sedini m
ungkin, supaya usaha pencarian, pertolongan dan penyelamatan dapat dilaksanakan dengan cepat.
Oleh karena itu setiap informasi/musibah yang diterima harus mempunyai kemampuan dalam hal
kecepatan, kebenaran dan aktualitasnya. Implementasi sistem komunikasi harus mengacu path
peraturan internasional yaitu peraturan IMO untuk memonitor musibah pelayaran dan peraturan
ICAO untuk memonitor musibah penerbangan.
Pada tahun 1994 BASARNAS memperoleh bantuan pi njaman lunak dari pemerintah Kanada untuk
pengadaan peralatan monitoring musibah. Peralatan tersebut berfungsi sebagai alat deteksi dini
signal yang mengindikasikan lokasi musibah, alat-alat tersebut adalah LUT (Local User Terminal)
yaitu berupa perangkat stasiun bumi kecil yang mengolah data dari Cospas dan SARSAT.
2. Jaring Koordinasi
Komunikasi sebagai sarana koordinasi, dimaksudkan untuk dapat berkoordinasi dalam mendukung
kegiatan operasi SAR baik internal antara Kantor Pusat BASARNAS dengan Kantor SAR dan antar
Kantor SAR, dan eksternal dengan instansi/ organisasi berpotensi SAR dan RCCs negara tetangga
secara cepat dan tepat.
3. Jaring Komando dan Pengendalian
Komunikasi sebagai sarana komando dan pengendalian, dimaksu
dkan untuk mengendalikan unsur-unsur yang terlibat dalam operasi SAR.
4. Jaring Pembinaan, Administrasi dan Logistik
Jaring ini digunakan oleh BASARNAS untuk pembinaan Kantor SAR dalam pelaksanaan pembinaan
dan administrasi perkantoran.
Peralatan komunikasi yang dimiliki BASARNAS dan Kantor SAR sebagai berikut :
Fixed Line Telecommunication
Radio Communication (HFNHF)
AFTN Automatic message switching
Dengan dilengkapinya radio VHF Air band dan Marine band, memungkinkan untuk memonitor
penerbangan dan pelayaran.
PENYELAMATAN KORBAN TENGGELAM
Kasus tenggelam cukup sering ditemukan, baik tenggelam dalam air tawar maupun air laut. Kasus
tenggelam sering terjadi pada anak kecil, atau orang dewasa. Sebagai orang awam yang ingin
menolong seseorang yang tenggelam, kami memberikan tips sebagai berikut :
1. Pastikan diri anda mempunyai kemampuan untuk menolong, bila tidak yakin dengan kemampuan
diri sendiri sebaiknya carilah bantuan." Lebih baik kehilangan satu orang daripada kehilangan dua
orang", maksudnya " Jangan menambah korban lebih banyak".
2. Segera menginformasikan kepada orang disekitar untuk mencari bantuan lanjutan.
3. Pelajari situasi dan kondisi disekitar korban.
4. Cari alat bantu untuk menyelamatkan korban, contoh : pelampung, ranting/kayu, tali dan
sebagainya
5. Tahap berikutnya adalah tahap penyelamatan korban tanpa menggunakan alat bantu.Dalam
tahap ini dapat dilakukan langkah - langkah sebagai berikut :
· Terjun ke air dengan mata tetap memandang posisi korban
· Dekati korban ssuai dengan jarak tertentu dan mengajak berkomunikasi, untuk kasus korban yang
masih sadar, berikut ini adalah kutipan percakapan penolong dengan korban :
" Sebagai orang awam yang ingin menolong seseorang yang tenggelam, kami memberikan tips
sebagai berikut :
Duck away
Leg block
Arm block
Elbow lift
Untuk korban yang mematuhi perintah, lakukan tehnik penyelamatan dengan cara :
Under arm carry
Tired swimmer carry
Wristow
Hip carry
Hip carry with pistol grip
Double chin carry
Untuk korban yang tidak mematuhi perintah maka biarkan korban sampai terlihat lelah, setelah itu
melakukan tehnik penyelamatan separti tehnik diatas.
Catatan : Saat menarik korban untuk korban yang tidak bernafas diberi bantuan nafas mulut ke
hidung sebanyak 1 kali dengan hitungan pemberian nafas dengan jeda htiungan ke - 9 hitungan (Ref
: ADS International)
6. Membawa korban ke darat dan letakkan ditempat yang aman.
7. Mengecek kesadaran korban dengan cara mengoyang - goyangkan tubuh korban sambil menegur
korban.
8. Selanjutnya dilakukan pertolongan dengan suatu rumusan sederhana yang mudah diingat yaitu
ABC. Hal ini diartikan sebagai :
A = Airway ( Jalan nafas )
B = Breathing ( Bernafas )
C = Circulation ( Sirkulasi, Peredaran Darah yakni jantung dan pembuluh darah )
Untuk kasus korban yang sadar tapi mengalami kesulitan bernafas maka dilakukan langkah - langkah
sebagai berikut :
Posisikan korban pada posisi pulih atau posisi istirahat
Bersihkan benda - benda yang menyumbat rongga mulut korban, contoh : gigi palsu, makanan dll
Kembalikan posisi normal, tekan dahi dan naikkan dagu ( posisi ini bertujuan untuk memperlancar
jalan nafas
Bila diperlukan diberikan nafas buatan dua kali dari mulut ke mulut ( untuk menghindari penularan
penyakit, contoh Hepatitis, sebaiknya menggunakan alat bantu pemberian nafas dari mulut ke mulut
)
Untuk korban yang tidak sadar, mempunyai nafas yang tidak kuat atau belum bernafas, langkah -
langkahnya sebagai berikut :
Pada posisi normal dengan dagu terangkat sambil mengecek nadi di leher
Jika tidak ada nadi maka dilakukan pertolongan ABC
Jika nadinya kecil maka lakukan pertolongan AB + Supportive C, gunakan Algoritma syok
Jika nadinya cukup maka lakukan pertolongan A dengan / tanpa B Untuk korban yang tidak sadar,
mempunyai nafas yang tidak kuat atau belum

PEMADAM KEBAKARAN

A. Pengetahuan Dasar Damkar


Sebelum kita dapat melakukan usaha penanggulangan kebakaran, adalah wajar apabila kita perlu
untuk mengetahui dan mengenal terlebih dahulu apa dan bagaimanakah kebakaran itu. Setelah itu
maka kita akan menyadari bahwa peristiwa/masalah kebakaran sesungguhnya merupakan masalah
yang menjadi ancaman bagi semua orang, baik disadari ataupun tidak.
Kebakaran di Indonesia dibagi menjadi tiga kelas, yaitu:
1. Kelas A
Kebakaran yang disebabkan oleh benda-benda padat, misalnya kertas, kayu, plastik, karet, busa dan
lain-lainnya. Media pemadaman kebakaran untuk kelas ini berupa: air, pasir, karung goni yang
dibasahi, dan Alat Pemadam Kebakaran (APAR) atau racun api tepung kimia kering.
2. Kelas B
Kebakaran yang disebabkan oleh benda-benda mudah terbakar berupa cairan, misalnya bensin,
solar, minyak tanah, spirtus, alkohol dan lain-lainnya. Media pemadaman kebakaran untuk kelas ini
berupa: pasir dan Alat Pemadam Kebakaran (APAR) atau racun api tepung kimia kering. Dilarang
memakai air untuk jenis ini karena berat jenis air lebih berat dari pada berat jenis bahan di atas
sehingga bila kita menggunakan air maka kebakaran akan melebar kemana-mana.
3. Kelas C
Kebakaran yang disebabkan oleh listrik. Media pemadaman kebakaran untuk kelas ini berupa: Alat
Pemadam Kebakaran (APAR) atau racun api tepung kimia kering. Matikan dulu sumber listrik agar
kita aman dalam memadamkan kebakaran
B. Prinsip Pemadaman Kebakaran
Kebakaran adalah suatu nyala api, baik kecil atau besar pada tempat yang tidak kita hendaki,
merugikan dan pada umumnya sukar dikendalikan. Api terjadi karena persenyawaan dari:
• Sumber panas, seperti energi elektron (listrik statis atau dinamis), sinar matahari, reaksi kimia dan
perubahan kimia.
• Benda mudah terbakar, seperti bahan-bahan kimia, bahan bakar, kayu, plastik dan sebagainya.
• Oksigen (tersedia di udara)
Apabila ketiganya bersenyawa maka akan terjadi api. Dalam pencegahan terjadinya kebakaran kita
harus bisa mengontrol Sumber panas dan Benda mudah terbakar, misalnya Dilarang merokok ketika
Sedang melakukan pengisian bahan Bakar, Menyimpan barang-barang yang mudah terbakar
ditempat aman, dan sebagainya.
Apabila sudah terjadi kebakaran maka langkah kita adalah menghilangkan adanya Oksigen dalam
kebakaran tersebut. Contoh mudahnya seperti ketika kita menghidupkan lilin, lalu coba kita tutup
dengan gelas maka api pada lilin tersebut akan mati karena oksigen yang berada di luar gelas tidak
dapat masuk dan oksigen yang berada dalam gelas berubah menjadi Karbon Dioksida (CO2) yang
mematikan api. Ketika kita memadamkan kebakaran dengan mengunakan APAR, karung goni yang
basah dan pasir yang terjadi adalah kita mengisolasi adanya oksigen dalam api tersebut asal semua
permukaan api tertutupi oleh ketiga media pemadaman tersebut dan api akan mati seperti lilin yang
kita tutup memakai gelas tadi. Bila kita menggunakan air sebagai media pemadaman maka terjadi
reaksi pendinginan panas dan isolasi oksigen dari kebakaran tersebut.
C. Peralatan Pencegahan Kebakaran
• APAR / Fire Extinguishers / Racun Api
Peralatan ini merupakan peralatan reaksi cepat yang multi guna karena dapat dipakai untuk jenis
kebakaran A,B dan C. Peralatan ini mempunyai berbagai ukuran beratnya, sehingga dapat
ditempatkan sesuai dengan besar-kecilnya resiko kebakaran yang mungkin timbul dari daerah
tersebut, misalnya tempat penimbunan bahan bakar terasa tidak rasional bila di situ kita tempatkan
racun api dengan ukuran 1,2 Kg dengan jumlah satu tabung. Bahan yang ada dalam tabung
pemadam api tersebut ada yang dari bahan kimia kering, foam / busa dan CO2, untuk Halon tidak
diperkenankan dipakai di Indonesia.
• Hydran
Ada 3 jenis hydran, yaitu hydran gedung, hydran halaman dan hydran kota, sesuai namanya hydran
gedung ditempatkan dalam gedung, untuk hydran halaman ditempatkan di halaman, sedangkan
hydran kota biasanya ditempatkan pada beberapa titik yang memungkinkan Unit Pemadam
Kebakaran suatu kota mengambil cadangan air.
• Detektor Asap / Smoke Detector
Peralatan yang memungkinkan secara otomatis akan memberitahukan kepada setiap orang apabila
ada asap pada suatu daerah maka alat ini akan berbunyi, khusus untuk pemakaian dalam gedung.
• Fire Alarm
Peralatan yang dipergunakan untuk memberitahukan kepada setiap orang akan adanya bahaya
kebakaran pada suatu tempat
• Sprinkler
Peralatan yang dipergunakan khusus dalam gedung, yang akan memancarkan air secara otomatis
apabila terjadi pemanasan pada suatu suhu tertentu pada daerah di mana ada sprinkler tersebut
D. Pencegahan Kebakaran
Setelah kita mengetahui pengklasifikasian, prinsip pemadaman dan perlengkapan pemadaman suatu
kebakaran maka kita harus bisa mengelola kesemuanya itu menjadi suatu sistem
manajemen/pengelolaan pencegahan bahaya kebakaran.
Kita mengambil contoh dari pengelolaan pencegahan kebakaran pada bangunan tinggi.
1. Identifikasi bahaya yang dapat mengakibatkan kebakaran pada gedung itu.
a. Bahan Mudah Terbakar, seperti karpet, kertas, karet, dan lain-lain
b. Sumber Panas, seperti Listrik, Listrik statis, nyala api rokok dan lain-lain
2. Penilaian Resiko
Resiko tinggi karena merupakan bangunan tinggi yang banyak orang
3. Monitoring
Inspeksi Listrik, Inspeksi Bangunan, Inspeksi Peralatan Pemadam Kebakaran, Training, Fire Drill /
Latihan Kebakaran dan lain-lain
4. Recovery / Pemulihan
Emergency Response Plan / Rencana Tindakan Tanggap Darurat, P3K, Prosedur-Prosedur, dan lain-
lain.
Kita semua tahu bahwa untuk dapat menghadapi dan mengalahkan musuh, kita harus tahu segala
hal tentang musuh kita kekuatan, kelemahan, strategi perang, dan lainnya. Memiliki gambaran
tentang kemungkinan aksi yang akan dilakukan oleh musuh, membuat kita dapat membuat rencana
untuk menga-tasi aksi tersebut, dan lebih baik lagi melakukan pencegahan agar aksi tersebut tidak
dapat berjalan. Demikian juga apabila kita mengahadapi masalah kebakaran, kita harus tahu tentang
bagaimanakah api dapat terjadi, bagaimana api dapat menyebar, apa yang dapat menimbulkan api,
bagaimana mencegah api timbul, dan banyak lagi, sehingga kita siap menghadapi musuh kita semua,
yaitu kebakaran.
a. Pembakaran
Pembakaran dan api adalah dua kata yang akan selalu berhubungan dan dalam ilmu kebakaran dua
kata tersebut sudah menjadi tak terpisahkan.
Pembakaran/api adalah peristiwa proses reaksi oksidasi cepat yang biasanya menghasilkan panas
dan cahaya (energi panas dan energi cahaya). Selanjutnya apakah reaksi oksidasi itu?; Dalam konteks
masalah kebakaran dapat dikatakan bahwa reaksi oksidasi adalah reaksi pengikatan unsur oksigen
oleh reduktor/pereduksi (bahan bakar). Sedang dalam konteks lebih luas, dalam ilmu kimia, reaksi
oksidasi didefinisikan sebagai reaksi pemberian elektron oleh oksidator/ pengoksidasi kepada
reduktor/pereduksi.
Di atas telah disebutkan bahwa pembakaran/api adalah peristiwa oksidasi cepat, berarti ada reaksi
oksidasi lambat. Untuk rekasi oksidasi lambat sebagai contohnya adalah peristiwa perkaratan besi.
Satu hal yang perlu di pahami adalah bahwa hanya gas yang dapat terbakar. Jadi bahan bakar
dengan bentuk fisik padatan dan cairan sebelum ia dapat terbakar ia harus dirubah dahulu ke bentuk
fisik gas. Untuk bahan bakar padat harus mengalami pyrolysis, sehingga ter-bentuk gas-gas yang
lebih seder-hana yang akan terbakar. Sedang untuk bahan bakar bentuk cairan oleh panas akan
diuapkan, lalu uap bahan bakar tadi yang akan terbakar.
Kembali ke masalah kebakaran ada peristiwa yang sering terjadi seiring dengan kebakaran, yaitu
ledakan/explosion. Ledakan/explosion adalah peristiwa oksidasi yang sangat cepat.

b. Nyala Api
Nyala api sesungguhnya adalah gas hasil reaksi dengan panas dan cahaya yang ditimbulkannya.
Warna dari nyala api ditentukan oleh bahan-bahan yang bereaksi (terbakar). Warna yang dihasilkan
oleh gas hidrokarbon, yang bereaksi sempurna dengan udara (oksigen) adalah biru terang. Nyala api
akan lebih mudah terlihat ketika karbon dan padatan lainnya atau liquid produk antara dihasilkan
oleh pembakaran tidak sempurna naik dan berpijar akibat temperatur dengan warna merah, jingga,
kuning, atau putih, tergantung dari tem-peraturnya.
c. BARA API
Bara api memiliki ciri khas yaitu tidak terlihatnya nyala api, akan tetapi adanya bahan-bahan yang
sangat panas pada permukaan dimana pembakaran terjadi. Contoh yang baik untuk bara api adalah
batu bara. Warna dari bara api pada permukaan benda berhubungan dengan temperaturnya.
bahwa pembakaran/api adalah suatu reaksi oksidasi, jadi harus ada oksidator/pengoksidasi dan
reduktor/ pereduksi/ bahan yang dioksidasi. Dari sini kita telah mendapatkan dua komponen
peristiwa/reaksi pembakaran/api, yaitu oksidator yaitu oksigen dan reduktor di sini adalah bahan
bakar. Dalam kehidupan sehari-hari kita mengetahui bahwa suatu benda yang dapat terbakar (bahan
bakar) dalam kondisi normal tidaklah terbakar, baru apabila kita panaskan untuk beberapa lama dia
akan dapat terbakar. Ini juga berarti kita telah mendapatkan satu lagi komponen pembakaran/api,
dari apa yang sudah umum kita ketahui.
Dalam ilmu kebakaran ketiga komponen tersebut dikenal dengan segitiga api, yaitu sebuah bangun
dua dimensi berbentuk segitiga sama sisi. Dimana masing-masing sisi mewakili satu komponen
kebakaran/api, yaitu: Oksigen, Panas dan Bahan bakar.
suatu peristiwa/reaksi pembakaran akan dapat terjadi apabila ketiga komponen tersebut berada
dalam keadaan keseimbangannya. Kese-imbangan dimaksud di sini bukanlah sama dalam jumlah
atau banyaknya, akan tetapi suatu bahan akan dapat terbakar apabila kondisi di mana terjadi/akan
terjadi pembakaran/api memiliki perbandingan tertentu antara bahan dimaksud dengan oksigen
yang harus tersedia. Selain itu kondisi temperatur bahan dan atau lingkungan reaksi memiliki
temperatur (yang menggambarkan tingkat kepanasan suatu benda) tertentu juga.
1. OKSIGEN
Pada sisi pertama dari segitiga adalah oksigen. Oksigen adalah gas yang tidak dapat terbakar
(nonflam-meable gas) dan juga merupakan satu kebutuhan untuk kehidupan yang sangat mendasar.
Di atas permukaan laut, atmosfir kita me-miliki oksigen dengan konsentrasi sekitar 21%. Sedang
untuk ter-jadinya pembakaran/api oksigen dibutuhkan minimal 16%. Kembali lagi, oksigen itu sendiri
tidak terbakar, ia hanya mendukung proses pembakaran.
2. PANAS
Sisi kedua adalah panas. Panas adalah suatu bentuk energi yang dibutuhkan untuk meningkatkan
temperatur suatu benda/ bahan bakar sampai ketitik dimana jumlah uap bahan bakar tersebut
tersedia dalam jumlah cukup untuk dapat terjadi penyalaan.
• Sumber-sumber Panas
Sumber-sumber panas/energi panas sangatlah beragam, dapat disebutkan disini adalah Arus listrik.
Panas akibat arus listrik dapat terjadi akibat adanya hambatan terhadap aliran arus, kelebihan beban
muatan, hubungan pendek, dan lain-lain.
Panas yang dihasilkan oleh kerja mekanik biasanya dari gesekan dua benda atau gas yang diberi
tekanan tinggi.
Reaksi kimia
Pada reaksi kimia, hubungan dengan panas, terdapat dua macam reaksi yaitu reaksi endotermis dan
eksotermis. Reaksi endotermis adalah reaksi yang membutuhkan panas untuk dapat berjalan,
sedang rekasi eksotermis adalah kebalikannya yaitu menghasilkan panas dan reaksi inilah yang
merupakan sumber panas. Reaksi kimia disini tidak hanya terbatas pada reaksi perubahan atau
pembentukan senyawa baru, akan tetapi dapat juga dalam bentuk proses pencampuran dan atau
pelarutan.
Radiasi matahari Sinar matahari dapat menjadi sumber panas yang dapat menyebabkan kebakaran
apabila intensitasnya cukup besar, atau di ter/difokuskan oleh suatu alat optik.
• Cara-cara Perpindahan Panas
Panas dapat berpindah dan dalam suatu kejadian kebakaran perpindahan panas ini harus mendapat
perhatian yang besar, karena apabila perpindahan panas tidak terkontrol akan dapat mengakibatkan
kebakaran meluas dan atau mengakibatkan kebakaran lain. Perpindahan panas ini dapat terjadi
dengan berbagai cara, yaitu: konduksi, konveksi dan radiasi; dan khusus dalam masalah kebakaran
ada juga Penyulutan langsung. ØKonduksi
Konduksi adalah perpindahan panas yang terjadi secara molekuler, jadi panas berpindah di dalam
suatu bahan penghantar (konduktor) dari satu titik ketitik lain yang memiliki temperatur lebih
rendah. Sebagai gambaran adalah apabila kita memanaskan salah satu ujung sebuah tongkat besi
maka lambat laun panas akan berpindah keujung lainnya, sedangkan tongkat tersebut tidak berubah
bentuk. Ø Konveksi
Konveksi adalah perpindahan panas yang berhubungan dengan bahan fluida atau bahan yang dapat
mengalir dalam bentuk gas atau cairan. Pada konveksi panas berpindah dengan berpindahnya bahan
penghantar, atau lebih tepat bahan pembawa panas tersebut. Sebagai gambaran adalah apabila
terjadi kebakaran di lantai bawah sebuah bangunan bertingkat, maka panas akan dibawa oleh asap
atau gas hasil pembakaran yang panas ke lantai di atasnya. Ø Radiasi
Perpindahan panas dengan cara radiasi tidak membutuhkan suatu bahan penghantar seperti pada
dua perpindahan panas sebelumnya. Pada radiasi panas berpindah secara memancar, jadi panas
dipancarkan segala arah dari suatu sumber panas. Sebagai contohnya adalah radiasi sinar matahari,
yang kita semua tahu bahwa dari jarak yang jutaan kilometer melalui ruang kosong di antariksa
panas matahari dapat sampai ke bumi.
3. BAHAN BAKAR
Sisi yang lain (ketiga) adalah bahan bakar. Berbeda dengan apa yang umum disebut sebagai bahan
bakar oleh setiap orang, bahan bakar dalam hubungannya dengan ilmu kebakaran adalah setiap
benda, bahan atau material yang dapat terbakar dianggap sebagai bahan bakar. Apabila kita
perhatikan, maka akan kita dapati bahwa hidup kita selalu dikelilingi oleh bahan bakar. Oleh karena
itu adalah sesuatu yang wajib bagi kita untuk selalu siap siaga menghadapi ancaman bahaya
kebakaran.
Ada beberapa istilah yang perlu diketahui dalam hubungannya dengan bahan bakar, yaitu:
Flash point: temperatur terendah pada saat dimana suatu bahan bakar cair menghasilkan uap dalam
jumlah yang cukup untuk menghasilkan nyala sesaat dari campuran bahan bakar dan udara
(oksigen).
Fire point : temperatur (akibat pemanasan) dimana suatu bahan bakar cair dapat memproduksi uap
dengan cukup cepat sehingga memungkinkan terjadinya pembakaran yang kontinyu/terus menerus.

TETRAHEDRON API
Pada perkembangan selanjutnya,ditemukan bahwa selain ketiga komponen seperti yang dimaksud
dalam segitiga api ada lagi komponen keempat dalam proses pembakaran yang dibutuhkan oleh
proses pembakaran untuk mendukung kesinambungannya dan juga untuk bertambah besar, yaitu
rantai reaksi kimia antara bahan bakar dengan bahan pengoksidasi/oksidator. Seiring dengan
menyalanya api, molekul bahan bakar juga berkurang berubah menjadi molekul yang lebih
sederhana. Dengan berlanjutnya proses pembakaran, naiknya temperatur menyebabkan oksigen
tambahan terserap ke area nyala api. Lebih banyak molekul bahan bakar akan terpecah, bergabung
ke rantai reaksi, mencapai titik nyalanya, mulai menyala, menyebabkan naiknya temperatur,
menyeap oksigen tambahan, dan melanjutkan rantai reaksi. Proses rantai reaksi ini akan berlanjut
sampai seluruh substansi/bahan yang terkait mencapai area yang lebih dingin dinyala api. Selama
tersedia bahan bakar dan oksigen dalam jumlah yang cukup, dan selama temperatur
mendukung,reaksi rantai akan meningkatkan reaksi pembakaran. Sehingga dengan demikian segitiga
api tadi dengan adanya faktor rantai reaksi kimia, yang juga termasuk komponen pembakaran,
berubah menjadi satu bangun tiga dimensi segitiga piramida (tetrahedron).
b. GAS BERACUN HASIL PEMBAKARAN
Selain bahaya panas tinggi ternyata ada satu bahaya yang menjadi penyebab utama kematian dalam
peristiwa kebakaran, yaitu asap. Mengapa asap menjadi penyebab utama? Hal ini dikarenakan asap
mengandung bermacam-macam gas beracun yang dihasilkan oleh peristiwa pembakaran.
Beberapa gas beracun yang paling banyak dan selalu ada pada peristiwa kebakaran dapat dilihat
dibawah ini.
• Karbon monoksida (Carbon monoxide)
Karbon monoksida (CO) adalah pembunuh terbesar dalam peristiwa kebakaran karena tingkat
kehadirannya yang sangat tinggi dan juga cepatnya ia mencapai konsentrasi mematikan pada
peristiwa kebakaran. Karbon monoksida adalah hasil produksi dari pembakaran tidak sempurna yang
dihasilkan dari pembakaran senyawa-senyawa organic dan berbagai bentuk karbon. Sering juga
kematian akibat karbon monoksida terjadi akibat masuknya asap knalpot ke kabin mobil.
Karbon monoksida berbahaya karena ia adalah gas yang tidak berbau, tidak berwarna, dan tidak
terlihat. Gas ini mematikan pada konsentrasi 1,28 persen volume dalam udara dalam 1 sampai 3
menit; 0,64 persen mematikan dalam 10 sampai 15 menit; 0,32 persen mematikan dalam 30 sampai
60 menit, dan 0,16 persen mematikan dalam waktu 2 jam. Pada konsentrasi 0,05 persen gas ini tetap
menyimpan bahaya.
• Karbon dioksida (Carbon dioxide)
Karbon dioksida (Carbon dioxide) adalah hasil dari pembakaran sempurna senyawa organic atau
senyawa karbon. Bertambahnya konsentrasi karbon dioksida akan mengakibatkan meningkatnya
kecepatan pernafasan; sampai di mana tubuh tidak mampu lagi. Kegagalan pernafasan akhirnya
akan terjadi. Karbon dioksida dalam jumlah yang sangat banyak dapat mengakibatkan sesak nafas
karena kekurangan oksigen dalam darah, selain itu juga dapat berfungsi sebagai bahan pemadam
api. Konsentrasi lebih dari 5 persen di lingkungan dapat merupakan tanda bahaya,bukan karena
keberadaannya akan tetapi karena kondisi tersebut adalah kondisi yang jauh dari kondisi normal.
• Hidrogen sianida (Hydrogen cyanide)
Walau Hidrogen sianida (HCN) jauh lebih beracun dari Karbon monoksida tetapi dalam
kebakaran,biasanya, jumlahnya sangat kecil. Pada konsentrasi 100 ppm dapat menyebabkan
kematian dalam waktu 30 sampai 60 menit. Hidrogen sianida dihasikan dari pembakaran senyawan
hirokarbon terklorinasi di udara, plastik, kulit karet, sutra, wool, atau juga kayu. Seperti halnya
karbon monoksida hydrogen sianida lebih ringan dari udara sehingga tingkat bahayanya lebih tinggi
pada kebakaran dalam ruangan, dibanding kebakaran luar ruangan.
• Phosgene (COCl2) Phosgene juga dihasilkan pada dekomposisi atau pembakaran senyawa
hidrokarbon terklorinasi, seperti karbon tetraklorida, Freon, atau etilene diklorida. Phosgene
beracun dan berbahaya pada konsentrasi yang sangat kecil sekalipun. Konsntrasi 25 ppm dapat
mematikan dalam waktu 30 sampai 60 menit.
• Hidrogen klorida (Hydrogen Chloride) Hidrogen klorida (HCl) dihasilkan oleh pembakaran bahan-
bahan yang mengandung klorin. Walau tidak beracun seperti hydrogen sianida ataupun phosgene,
HCl berbahaya apabila kita berada dalam waktu yang cukup lama di lingkungan yang terdapat gas
ini.

E. TAHAPAN KEBAKARAN DALAM RUANGAN


Pada umumnya kebakaran dalam ruangan dengan terbagi dalam tiga tahapan. Masing-masing
tahapan memiliki ciri-ciri karaktersitik dan efeknya berhubungan dengan bahan yang terbakar yang
berbeda-beda. Lama dari masing-masing tahapan bervariasi tergantung keadaan dari penyulutan,
bahan bakar, dan ventilasi, akan tetapi secara keseluruhan tahapannya adalah kebakaran awal
kebakaran bebas kebakaran menyurut.
a. Kebakaran Tahap Awal Ini adalah tahapan awal dari suatu kebakaran setelah terjadi penyulutan.
Nyala api masih terbatas dan pembakaran dengan lidah api terlihat. Konsentrasi Oksigen dalam
ruangan masih dalam kondisi normal (21%) dan temperatur dalam ruangan secara keseluruhan
belum meningkat. Gas panas hasil pembakaran dalam betuk kepulan bergerak naik dari titik nyala.
Dalam kepulan gas panas terkandung bermacam-macam material seperti deposit karbon (jelaga)
ataupun padatan lain, uap air, H2S, CO2, CO, dan gas beracun lainnya,semuanya tergantung dari
jenis bahan bakar atau bahan yang terbakar. Panas akan dihantar secara konveksi oleh material-
material tadi ke atas ruangan dan mendorong oksigen kebawah yang berarti ke titik nyala untuk
mendukung pembakaran selanjutnya.
b. Tahap Penyalaan
Kebakaran akan menghebat sejalan dengan bertambahnya bahan yang terbakar. Konveksi, konduksi,
dan kontak langsung memperluas perambatan api dan keluar dari bahan bahakar awal sampai bahan
didekatnya mencapai temperatur penyalaannya dan mulai terbakar. Radiasi panas dari nyala api
mulai menyebabkan bahan bahan lain mencapai titik nyalanya, memperluas kebakaran kesamping.
Kecepatan perluasan kebakaran kesamping tergantung dari berapa dekat bahan di dekatnya dan
juga susunan bahannya. Gas panas yang dihasilkan pembakaran berkumpul di langit-langit ruangan
membentuklapisan asap. Temperatur dari lapisan asp ini meningkat. Lapisan yang lebih tinggi di
ruangan tersebut memiliki konsentrasi oksigen paling rendah; temperatur tinggi; dan jelaga, asap,
dan produk pirolisis yang belum terbakar sempurna pada saat itu sangatlah berbeda dengan kondisi
di dekat lantai ruangan. Pada daerah dekat lantai lapisan udaranya masih relatif dingin dan
mengandung udara segar (konsentrasi oksigen mendekati normal) yang bercampur dengan hasil
pembakaran. Kemungkinan untuk hidup masih cukup di dalam ruangan apabila seseorang bertahan
pada posisi merendah pada lapisan dingin dan tidak menghirup gas di bagian atas. Ketika lapisan
panas mencapai titik kritisnya pada + 600oC (1100oF), ini sudah cukup untuk menghasilkan radiasi
panas yang menyebabkan bahan bakar lainnya (seperti karpet dan furnitur) di dalam ruang
mencapai titik nyalanya. Pada saat ini seisi ruangan akan menyala secara serentak, dan ruangan
dikatakan mengalami flashover. Saat ini terjadi, temperatur seluruh ruangan mencapai titik
maksimalnya dan kemungkinan hidup dalam berada di dalam ruangan ini untuk lebih dari beberapa
detik sangat tidak mungkin. Flashover oleh ahli ilmu kebakaran didefinisikan sebagai proses
pengembangan, radiasi, dan pembakaran lengkap dari semua bahan bakar dalam suatu ruangan.
Api/kebakaran adalah suatu aksi kesetimbangan kimia antara bahan bakar, udara, dan temperatur
(bahan bakar oksigen - panas). Apabila ventilasi terbatas, pertumbuhan api akan lambat,
peningkatan temperatur akan lebih bertahap, asap akan dihasilkan lebih banyak, dan penyalaan gas
panas akan tertunda sampai didapat tambahan udara (oksigen) yang cukup.

c. Tahap Api Mengecil


Bahan bakar habis dan nyala api secara bertahap akan berkurang dan berkurang. Apabila konsentrasi
oksigen dibawah 16%, nyala api dari pembakaran akan berhenti meskipun masih terdapat bahan
bakar yang belum terbakar. Pembakaran yang terjadi adalah pembakaran tanpa nyala api.
Temperatur masih tinggi di dalam ruangan, tergantung dari bahan penyekat dan ventilasi dari
ruangan tersebut. Beberapa bahan masih mengalami pirolisis atau terbakar tidak sempurna
menghasilkan gas karbon monoksida dan gas bahan bakar lain, jelaga, dan bahan bakar lain yang
terkandung dalam asap. Apabila ruangan tidak memiliki ventilasi yang cukup, maka akan terbentuk
campuran gas yang dapat terbakar. Maka apabila ada sumber penyalaan yang baru, akan dapat
terjadi kebakaran kedua diruangan tersebut, sering disebut backdraft atau ledakan asap
ORGANISASI DAN UU BASARNAS
A. PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN NASIONAL
Penyelenggaraan SAR Nasional dilaksanakan berdasarkan peraturan perundangan nasional sbb:
1. UU No. 15 Tahun 1992 tentang Penerbangan.
2. UU No. 21 Tahun 1992 tentang Pelayaran,
3. Peraturan Pemerintah No. 36 Tahun 2006 tentang Pencarian dan Pertolongan.
4. Peraturan Pemerintah No. 3 Tahun 2001 tentang Keamanan dan Keselamatan Penerbangan.
5. Keputusan Menteri Perhubungan nomor KM 79 Tahun 2001 tentang Kantor SAR
6. Peraturan Menteri Perhubungan nomor KM 43 Tahun 2005, tentang Organisasi dan Tata Kerja
Departemen Perhubungan.
7. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM 40 Tahun 2006 tentang Pos Search and Rescue
B. PERATURAN PERUNDANGAN INTERNASIONAL
Penyelenggaraan SAR Nasional dilaksanakan berdasarkan peraturan perundangan internasional
sebagai berikut :
1. International Convention for the Safety of Life at Sea (SOLAS), 1974
2. "International Aviation & Maritime Search and Rescue (IAMSAR)", ICAO/IMO, 1998.
3. "Search and Rescue", International Civil Aviation Organization, Annex 12, tahun 2000
4. UNCLOS-82 yang diratifikasi dengan UU No. 17Th 1985, Indonesia diterima dan diakui sebagai
negara kepulauan yang memiliki laut pedalaman, namun Indonesia harus menyediakan jalur laut
intemasional.
Selain itu, saat ini Basarnas sedang mengupayakan untuk meratifikasi International Convention on
Maritime SAR 1979 guna meningkatkan standar dan pelaksanaan SAR terhadap musibah yang terjadi
di wilayah perairan Indonesia.
A. SARANA ANGKUT SAR UDARA
Sebagai komponen pendukung keberhasilan pelaksanaan operasi SAR, saran dan peralatan SAR telah
diupayakan untuk selalu tetap beriringan dengan kemajuan IPTEK baik kualitas maupun
kuantitasnya.
HELIKOPTER (rotary wing)
a) Jumlah, type dan kemampuan pesawat.
Sarana udara yang dimiliki BASARNAS adalah Helikopter NBO-105 buatan IPTN tahun 1980 sebanyak
2 buah, kemudian mendapat hibah dari Badan Diklat Perhubungan dan PT Pelita Air Service
sebanyak 8 (delapan) buah terdiri dari 7 buah jenis NB0-105 dan 1 (satu) buah jenis Bell 206.
b) Pengoperasian pesawat.
1. Kegiatan Operasi berjadwal.
Untuk kegiatan ini dialokasikan rata-rata 100 jam, meliputi:
• Dukungan VIP sebanyak 25 jam
• Dukungan Siaga SAR hari Natal dan Tahun Baru sebanyak 25 jam
• Dukungan Siaga SAR Idul Fitri sebanyak 50 jam
2. Kegiatan Operasi tak berjadwal
Meliputi operasi SAR dan dukungan SAR terhadap penanganan bencana alam dan kegiatan lain yang
dipandang perlu menyiagakan pesawat B0-105 sebagai unsur SAR. Dari kegiatan ini dialokasikan
waktu sekitar 200 jam. Contoh kegiatan ini antara lain pada waktu tanggap darurat bencana Tsunami
Aceh, HR-1518 di BKO kan ke Banda Aceh. Kegiatan operasi kemanusiaan ini dengan basis di Blang
Pidie untuk mendukung distribusi logistik di daerah Meulaboh dan sekitarnya dapat berjalan lancar,
karena kerjasama yang baik dengan tim Helikopter dari type yang sejenis sebanyak 5 buah dibawah
koordinasi dan bantuan Avtur dari Perhubungan Udara.
3. Latihan SAR
Kegiatan latihan ditujukan pada pembentukan dan upaya mempertahankan serta meningkatkan
kualifikasi yang akan dan telah dimiliki penerbang dalam rangka mendukung kegiatan operasi SAR.
Dari alokasi jam terbang bidang latihan sebanyak 150 jam, terdiri atas; latihan SAR 50 jam, konversi
30 jam, profisiensi 40 jam, kaptensi 30 jam.
• Latihan dengan dukungan helikopter yang telah dilaksanakan sampai saat ini antara lain:
• Pelatihan Dasar Rescuer,
• MARPOLEX diperairan Indonesia.
• Latihan SAR Malindo (dengan Malaysia)
• Latihan SAR Indopura (dengan Singapura)
• Latihan SAR Ausindo (dengan Australia)
B. SARANA ANGKUT SAR LAUT
Untuk mendukung kegiatan SAR dalam penanganan musibah diperairan, yang terjadi di setiap
wilayah, maka dibutuhkan Sarana SAR Laut pada saat pelaksanaan operasi SAR.
1) Rescue boat
Rescue boat merupakan kapal dengan versi SAR, sarana ini sangat menunjang dalam penyelamatan
korban di lautan. Selain sebagai sarana angkut tim rescue yang akan memberikan pertolongan, juga
harus mempunyai kemampuan mencari dan mengarungi lautan dengan tetap mempertimbangkan
keselamatan. Guna mendukung upaya SAR dilaut BASARNAS telah didukung dengan rescue boat.
2) Rigid Inflatable Boat
Sarana operasional ini dipergunakan pada daerah dekat pantai dan sangat efisien untuk
penyelamatan korban di air pada permukaan yang dangkal, berbentuk menyerupai perahu karet
dengan lunas fiber glass serta dilengkapi kemudi dibagian tengah untuk memberikan sudut pandang
yang luas bagi operatornya.
C. SARANA ANGKUT SAR DARAT
Sebagai komponen pendukung keberhasilan pelaksanaan operasi SAR, saran dan peralatan SAR telah
diupayakan untuk selalu tetap beriringan dengan kemajuan IPTEK baik kualitas maupun
kuantitasnya.
1) Rescue Truck
Rescue truk merupakan sarana penunjang operasi pertolongan terhadap musibah lain, seperti
gempa bumi atau bangunan runtuh, sarana ini dapat dijadikan sebagai pertimbangan dari fungsi
BASARNAS dan posisi kantor Pusat di ibu kota.
Sampai saat ini BASARNAS memiliki 3 unit Rescue truck yang dioperasikan di Jakarta, Surabaya dan
Denpasar. Prioritas menempatkan RescueTruck ini karena pertimbangan kemungkinan musibah yang
terjadi khususnya gempa bumi atau gedung runtuh dan kecelakaan jalan raya yang sangat padat di
pulau Jawa, termasuk kecelakaan kereta api.
2) Rescue Car.
Rescue car disiapkan dalam rangka mendukung kecepatan mobilisasi tim rescue yang akan
memberikan bantuan per-tolongan. Dengan kelengkapan rescue tool, maka tim rescue dapat segera
mem¬berikan bantuan pada korban yang terjepit. Sampai dengan tahun 2004 telah didistribusi kan
Rescue car ke seluruh kantor SAR, seperti yang terlihat pada gambar.
PERALATAN SAR
Peralatan SAR adalah merupakan bagian penting bagi res¬cuer ketika melaksanakan pertolongan
terhadap korban musibah dilapangan, sehingga dengan dukungan peralatan yang memadai akan
membantu proses pertolongan dan selanjutnya akan meningkatkan prosentasi keberhasilan operasi.
Peralatan SAR ini diklasifikasikan dalam dua kelompok yaitu:
1. Peralatan perorangan
Terdiri atas Peralatan pokok perorangan dan Peralatan pendukung perorangan;
2. Peralatan beregu.
Terdiri atas Peralatan pokok beregu dan Peralatan pendukung beregu;
Dengan klasifikasi ini akan memberikan kemudahan dalam memilah ketika melakukan penyimpanan
maupun penyiapan untuk operasi.
Untuk mendukung kegiatan dan operasi SAR, serta dalam rangka mendukung Siaga SAR, Kantor-
kantor SAR telah dilengkapi dengan peralatan SAR, meskipun belum dapat memenuhi seluruh
kebutuhan sesuai persyaratan mengingat keterbatasan anggaran dan biaya operasional. Peralatan
SAR masing-masing Kantor SAR sedikit berbeda jenis maupun jumlahnya, tergantung lokasi dan
kondisi setempat.
PERALATAN KOMUNIKASI
Salah satu komponen pfasilitas SAR yang memegang kunci per
anan penting dalam pelaksanaan kegiatan SAR adalah Sistem Komunikasi SAR. Sistem komunikasi ini
tidak lepas dari
semua jenis peralatan komunikasi yang digunakan sebagai sarana pertukaran informasi balk berupa
voice maupun data dalam kegiatan SAR. Sistem komunikasi yang digelar mempunyai fungsi:
1. Jaringan Penginderaan Dini
Komunikasi sebagai sarana penginderaan dini dimaksudkan agar setiap musibah pelayaran dan/atau
penerbangan dan/ atau bencana dan/ atau musibah lainnya dapat dideteksi sedini m
ungkin, supaya usaha pencarian, pertolongan dan penyelamatan dapat dilaksanakan dengan cepat.
Oleh karena itu setiap informasi/musibah yang diterima harus mempunyai kemampuan dalam hal
kecepatan, kebenaran dan aktualitasnya. Implementasi sistem komunikasi harus mengacu path
peraturan internasional yaitu peraturan IMO untuk memonitor musibah pelayaran dan peraturan
ICAO untuk memonitor musibah penerbangan.
Pada tahun 1994 BASARNAS memperoleh bantuan pi njaman lunak dari pemerintah Kanada untuk
pengadaan peralatan monitoring musibah. Peralatan tersebut berfungsi sebagai alat deteksi dini
signal yang mengindikasikan lokasi musibah, alat-alat tersebut adalah LUT (Local User Terminal)
yaitu berupa perangkat stasiun bumi kecil yang mengolah data dari Cospas dan SARSAT.
2. Jaring Koordinasi
Komunikasi sebagai sarana koordinasi, dimaksudkan untuk dapat berkoordinasi dalam mendukung
kegiatan operasi SAR baik internal antara Kantor Pusat BASARNAS dengan Kantor SAR dan antar
Kantor SAR, dan eksternal dengan instansi/ organisasi berpotensi SAR dan RCCs negara tetangga
secara cepat dan tepat.
3. Jaring Komando dan Pengendalian
Komunikasi sebagai sarana komando dan pengendalian, dimaksu
dkan untuk mengendalikan unsur-unsur yang terlibat dalam operasi SAR.
4. Jaring Pembinaan, Administrasi dan Logistik
Jaring ini digunakan oleh BASARNAS untuk pembinaan Kantor SAR dalam pelaksanaan pembinaan
dan administrasi perkantoran.
Peralatan komunikasi yang dimiliki BASARNAS dan Kantor SAR sebagai berikut :
• Fixed Line Telecommunication
• Radio Communication (HFNHF)
• AFTN Automatic message switching
Dengan dilengkapinya radio VHF Air band dan Marine band, memungkinkan untuk memonitor
penerbangan dan pelayaran.
PERALATAN PENTING UNTUK SURVIVAL
Peralatan ini akan sangat berguna dalam bertahan hidup. Simpanlah peralatan
ini dalam kotak kecil. Buat mengkilat kotak penutupnya menjadi seperti
cermin.
Lapisi kotak dengan selotip sehingga tidak kemasukan air dan mudah untuk
dilepas. Isi bagian kosong dalam kotak dengan kain wool (untuk menyalakan
api dan mencegah bunyi peralatan bertabrakan karena longgarnya ruang dalam
kotak).
1. Korek api: buat menjadi water-proof dengan melapisi ujungnya dengan
lelehan lilin.
2. Lilin: kikis menjadi berbentuk kotak agar mudah disimpan (hemat tempat).
3. Batu pemantik api: seperti yang ada pada korek api gas
4. Kaca Pembesar: untuk menyalakan api dengan menggunakan bantuan sinar
matahari
5. Beberapa jarum kecil dan satu jarum besar, diikat menjadi satu dengan
tali senar.
6. Kail ikan dan tali pancing
7. Kompass: check sebelumnya dan pastikan anda bisa menggunakannya.
8. Beta light:berbentuk seperti kristal yang dapat memancarkan cahaya untuk
membaca peta pada malam hari dan biasa digunakan untuk menarik perhatian
ikan pada saat memancing.
9. Snare Wire: senar terbuat dari logam/kuningan sepanjang 60-90 cm
10. Flexible Saw: mata gergaji besi
11. Obat-obatan: simpan dalam kotak ringan dan lapisi dengan wool. Beri
tanda nama, dosis, dan expired date. Jangan minum dengan alkohol. Misalnya:
Analgesic: penghilang rasa sakit; Intestinal Sedative: untuk diare (norit
misalnya); antibiotic untuk infeksi; antihistamine: untuk alergi dan gigitan
serangga; water sterilising tablets: digunakan ketika tidak bisa merebus
air; tablet anti malaria: penting dimana ada malaria; Potassium
Permanganate: digunakan untuk dicampur dengan air. campur hingga berwarna
merah jambu untuk sterelisasi (pisau, alat-alat logam); campur hingga
berwarna merah jambu tua untuk membuat antiseptic; berwarna merah ....
12. Pisau dengan dua mata/sisi yang berbeda
13. perban
14.Plester
15. kantung plastik atau condom untuk penyimpan air

PMK (Pemadam Kebakaran)

Sejarah Pemadam Kebakaran


Pemadam Kebakaran Dibentuk Pada Zaman Romawi
Pada hakekatnya manusia sangat membutuhkan api dalam kehidupan sehari-hari. Kebutuhan
terhadap api itu tak bisa dihindari, karena manusia memerlukan penerangan ketika datang
kegelapan malam. Begitu juga api diperlukan manusia sebagai alat untuk menghangatkan badan dari
cuaca dingin, dan alat perlindungan dari binatang buas. Dan tentunya manusia menghadapi masalah
sebelum mampu menciptakan api. Seolah-olah unsur panas yang dilihat dan dirasakan manusia pada
waktu itu sebagai akibat letusan gunung berapi atau sambaran petir. Keadaan ini mendorong
manusia untuk berpikir agar dapat mengontrol api, sehingga api dapat bermanfaat bagi
kehidupannya.
Dalam perkembangan selanjutnya, penggunaan api di masa itu memberi pengaruh dalam
mengakhiri masa nomaden. Hal ini juga berdampak terhadap perkembangan sosial dan politik
seiring dengan perkembangnya pemukiman penduduk yang menetap. Akan tetapi, api yang sudah
diketahui dapat bermanfaat bagi kehidupan manusia, tetap dipandang sebagai elemen suci dan
hebat. Banyak mitologi yang menganalogikan api menjadi sifat atau karakter manusia.
Ketika manusia merasakan pengalaman bahwa api juga bersifat sangat merusak, sejak itu manusia
terdorong untuk mengetahui cara mengontrol keganasan api. Ini terjadi kira-kira 300 tahun sebelum
masehi (SM) di Roma. Ketika itu petugas pemadam kebakaran dan penjaga malam dibentuk dan
ditugaskan kepada sekelompok orang yang diberi nama Familia Publica dan operasional dari
kelompok ini diawasi oleh komite negara.
Dalam buku yang berjudul Principles of Protection karya Arthur Cote, P.E dan Percy Bugbee
dijelaskan, di zaman pemerintahan kaisar Agustus (Gaius Julius Caesar Octavianus) pada 27 SM
sampai 12 Masehi, Roma mengembangkan Departemen Kebakaran untuk tipe penghunian. Dan
departemen ini mengorganisir para budak dan warga negara dalam wadah yang bernama Satuan
Jaga (pelayanan penjagaan). Selanjutnya, dikeluarkan dekrit yang menyatakan seluruh rakyat wajib
menjaga dan mengontrol api.
Adapun satuan jaga tersebut merupakan organisasi (pemadam kebakaran) yang pertama.
Dibentuknya satuan ini bertujuan untuk melindungi manusia terhadap bahaya kebakaran. Tugas
utama mereka adalah melakukan patroli dan pengawasan pada malam hari (dilakukan oleh
Nocturnes). Dalam perkembangan selanjutnya, setiap anggota pasukan mempunyai tugas khusus
bila terjadi kebakaran. Contohnya, beberapa anggota (aquarii) membawa air dalam ember ke lokasi
kebakaran. Kemudian, dibangun pipa air (aquaducts) untuk membawa air ke seluruh kota, dan
pompa tangan dikembangkan guna membantu penyemprotan air ke api. Siponarii adalah sebutan
bagi pengawas pompa, dan komandan pemadam kebakaran dinamakan Praefectus Vigilum yang
memikul seluruh tanggung jawab Satuan Siaga.

Sedangkan hukum Romawi mengutus Quarstionarius (sekarang sama dengan Polisi Kebakaran), yang
bertugas mengklarifikasi sebab-sebab terjadinya kebakaran. Pemerintah Kerajaan Romawi pada
masa itu mulai menentukan kebijakan me-ngenai penggunaan selang kulit bagi kepentingan
pemadaman kebakaran. Petugasnya juga membawa bantal besar ke lokasi kebakaran, sehingga
orang yang terjebak di gedung tinggi dapat meloncat dan mendarat di atas bantal tersebut.
Marco Polo mencatat tentang tata negara belahan timur pada abad 13, yakni pasukan rakyat dari
pasukan pengawas dan pasukan kebakaran yang mempunyai tugas pencegahan kebakaran telah
terbentuk di Hangchow. Mereka dalam melaksanakan tugasnya dapat mengerahkan satu sampai
dua ribu orang untuk memadamkan api. Ribuan pasukan itu dibagi menjadi kelompok yang terdiri
dari 10 orang, 5 orang berjaga pada siang, dan selebihnya berjaga pada malam hari.
Peraturan Tentang Proteksi Kebakaran
Ketika kerjaan Romawi jatuh, sangat sedikit dan hampir tidak ada usaha untuk membentuk
organisasi yang melindungi dan mengontrol kebakaran. Hal ini berlangsung dalam waktu yang cukup
lama. Ketika itu hanya ada peraturan tentang proteksi kebakaran yang bernama Curfew (bahasa
Perancis: mengatasi kebakaran) yang mengharuskan rakyat memadamkan api pada jam tertentu di
malam hari. Selain Curfew, peraturan hampir serupa dibuat di Oxford Inggris pada tahun 872.
Pada tahun 1189, Wali Kota pertama Inggris membuat peraturan yang mengharuskan bangunan
baru berdinding dan atap batu atau ubin. Sedangkan penggunaan atap rumah dari ilalang yang
sudah cukup tua usianya dilarang. Kemudian, pada tahun 1566, di Manchester dibuat peraturan
tentang penyimpanan tentang penyimpanan bahan bakar yang aman untuk oven roti. Dan peraturan
ini merupakan Undang-undang per-tama yang dibuat dalam rangka pencegahan kebakaran, yang
tidak berhubungan langsung dengan struktur bangunan. Adapun Undang-undang negara yang
pertama kali dibuat adalah Undang-undang Parlemen Inggris (1583), yang menyangkut ketentuan
larangan pembuatan lilin dengan cara mencairkan lemak di dalam bangunan perumahan. Pada tahun
1647, pembuatan cerobong asap yang terbuat dari kayu dilarang.
Pada tahun 1666 di London ter-jadi kebakaran. Atas peristiwa ini dibentuk peraturan tentang
bangunan yang komplit. Namun sampai tahun 1774 belum juga terbentuk komisi yang bertugas
menegakkan peratu-ran. Bisa dibayangkan, betapa mandul nya peraturan maupun Undang-undang
tentang pencegahan kebakaran yang telah dibuat selama kurun waktu lebih satu abad ketika itu.
Sampai tahun 1824 komisi yang dimaksud di atas belum juga terbentuk. Pada tahun itu di Edinburgh,
Skotlandia, dibentuk pasukan keba-karan. Tugas pasukan ini mengembangkan peraturan mengenai
proteksi kebakaran, dan standar operasi yang lebih maju. Yang ditunjuk sebagai komandan pasukan
kebakaran di Edinburgh adalah peneliti yang bernama James Braidwood. Ia penulis buku pegangan
(handbook) ten-tang operasi Departemen Kebakaran. Buku pegangan karyanya itu lebih maju
dibanding teori sebelumnya yang dibuat oleh James pada 1830. Buku ini berisikan 396 standar dan
gambaran tentang pelayanan terbaik yang harus dilakukan Departemen Kebakaran.
Pengawas Kebakaran
Pengawas kebakaran malam hari dibentuk di kota besar Amerika pada zaman kolonial. Pada tahun
1654 di Boston, seorang bellman ditugaskan bekerja dari pukul 10 malam hing-ga pukul 5 pagi. Tiga
tahun kemudian, terjadi pembaharuan di New York. Sipir kebakaran dibantu delapan orang
sukarelawan, pengawas kebakaran bertugas malam hari. Sukarelawan ini disebut sebagai pengawas
berderak karena setiap jaga mereka selalu membunyikan alarm yang bunyinya berderak-derak.
Pengawas kebakaran malam, merupakan lembaga masyarakat sebelum terbentuknya kesatuan polisi
warga yang dibentuk di New York pada tahun 1687. Lembaga ini pertama kali dibentuk mengingat
besarnya kerugian harta benda yang diasuransikan, dan dipandang sangat penting. Lembaga
masyarakat ini mempunyai tugas penting, yaitu melakukan patroli guna membantu lembaga
asuransi yang baru terbentuk agar dapat diterima masyarakat.
Pada tahun 1631, di Boston terjadi bencana kebakaran. Setelah peristiwa itu, untuk pertama kalinya
di Amerika dibentuk Undang-undang Kebakaran. Isinya mencakup larangan penggunaan ilalang
untuk atap rumah, penggunaan cerobong asap dari kayu. Dan ketentuan tersebut dijalankan oleh
pemerintahan Boston yang terpilih. Padan tahun 1647 Amsterdam Baru (sekarang kota New York)
menunjuk para tenaga survei bangunan untuk mengontrol bahaya kebakaran yang melanda
bangunan. Beberapa tahun kemudian, tenaga survei itu dinamakan pengawas kebakaran hunian
lima, yang mempunyai tanggung jawab pencegahan kebakaran umum. Kronologis tersebut
dipandang sebagai cikal bakal lahirnya Departemen Kebakaran di Amerika Utara.
Pada tanggal 14 Januari 1653, pemerintah Boston memberikan perintah untuk membeli mobil
pompa. Dalam hal ini, tidak ada catatan dari mana asal mobil pompa dan kapan diadakan
perawatan. Pada saat itu, Undang-undang tambahan tentang proteksi kebakaran juga dibentuk.
Undang-undang pada tahun 1653 ini mengharuskan seluruh rumah menyimpan kain pel sepanjang
12 kaki. Ini digunakan bagi keperluan memadamkan kebakaran atap, dan setiap bangunan rumah
harus memiliki tangga yang mampu menjangkau tepi atap. Pada saat yang sama, kota juga
menyediakan tangga, kaitan, dan rantai guna merobohkan rumah di luar jalur penyebaran api.
Senapan serbuk kadang dipakai dalam operasi ini. Dan rumah yang dirobohkan demi kepentingan
mencegah kebakaran tidak menjalar, pemiliknya tidak menerima ganti rugi. Ketentuan ini memang
sudah didekritkan.
Klasifikasi Jenis Kebakaran
Kebakaran di Indonesia dibagi menjadi tiga kelas, yaitu:
Kelas
Kebakaran yang disebabkan oleh benda-benda padat, misalnya kertas, kayu, plastik, karet, busa dan
lain-lainnya. Media pemadaman kebakaran untuk kelas ini berupa: air, pasir, karung goni yang
dibasahi, dan Alat Pemadam Kebakaran (APAR) atau racun api tepung kimia kering.
Kelas
Kebakaran yang disebabkan oleh benda-benda mudah terbakar berupa cairan, misalnya bensin,
solar, minyak tanah, spirtus, alkohol dan lain-lainnya. Media pemadaman kebakaran untuk kelas ini
berupa: pasir dan Alat Pemadam Kebakaran (APAR) atau racun api tepung kimia kering. Dilarang
memakai air untuk jenis ini karena berat jenis air lebih berat dari pada berat jenis bahan di atas
sehingga bila kita menggunakan air maka kebakaran akan melebar kemana-mana
Kelas
Kebakaran yang disebabkan oleh listrik. Media pemadaman kebakaran untuk kelas ini berupa: Alat
Pemadam Kebakaran (APAR) atau racun api tepung kimia kering. Matikan dulu sumber listrik agar
kita aman dalam memadamkan kebakaran
Prinsip Pemadaman Kebakaran
Kebakaran adalah suatu nyala api, baik kecil atau besar pada tempat yang tidak kita hendaki,
merugikan dan pada umumnya sukar dikendalikan. Api terjadi karena persenyawaan dari:
Sumber panas, seperti energi elektron (listrik statis atau dinamis), sinar matahari, reaksi kimia dan
perubahan kimia.
Benda mudah terbakar, seperti bahan-bahan kimia, bahan bakar, kayu, plastik dan sebagainya.
Oksigen (tersedia di udara)
Apabila ketiganya bersenyawa maka akan terjadi api. Dalam pencegahan terjadinya kebakaran kita
harus bisa mengontrol Sumber panas dan Benda mudah terbakar, misalnya Dilarang Merokok ketika
Sedang Melakukan Pengisian Bahan Bakar, Pemasangan Tanda-Tanda Peringatan, dan sebagainya.
Apabila sudah terjadi kebakaran maka langkah kita adalah menghilangkan adanya Oksigen dalam
kebakaran tersebut. Contoh mudahnya seperti ketika kita menghidupkan lilin, lalu coba kita tutup
dengan gelas maka api pada lilin tersebut akan mati karena oksigen yang berada di luar gelas tidak
dapat masuk dan oksigen yang berada dalam gelas berubah menjadi Karbon Dioksida (CO2) yang
mematikan api. Ketika kita memadamkan kebakaran dengan mengunakan APAR, karung goni yang
basah dan pasir yang terjadi adalah kita mengisolasi adanya oksigen dalam api tersebut asal semua
permukaan api tertutupi oleh ketiga media pemadaman tersebut dan api akan mati seperti lilin yang
kita tutup memakai gelas tadi. Bila kita menggunakan air sebagai media pemadaman maka terjadi
reaksi pendinginan panas dan isolasi oksigen dari kebakaran tersebut.
Peralatan Pencegahan Kebakaran
APAR / Fire Extinguishers / Racun Api
Peralatan ini merupakan peralatan reaksi cepat yang multi guna karena dapat dipakai untuk jenis
kebakaran A,B dan C. Peralatan ini mempunyai berbagai ukuran beratnya, sehingga dapat
ditempatkan sesuai dengan besar-kecilnya resiko kebakaran yang mungkin timbul dari daerah
tersebut, misalnya tempat penimbunan bahan bakar terasa tidak rasional bila di situ kita tempatkan
racun api dengan ukuran 1,2 Kg dengan jumlah satu tabung. Bahan yang ada dalam tabung
pemadam api tersebut ada yang dari bahan kinia kering, foam / busa dan CO2, untuk Halon tidak
diperkenankan dipakai di Indonesia.
Hydran
Ada 3 jenis hydran, yaitu hydran gedung, hydran halaman dan hydran kota, sesuai namanya hydran
gedung ditempatkan dalam gedung, untuk hydran halaman ditempatkan di halaman, sedangkan
hydran kota biasanya ditempatkan pada beberapa titik yang memungkinkan Unit Pemadam
Kebakaran suatu kota mengambil cadangan air.
Detektor Asap / Smoke Detector
Peralatan yang memungkinkan secara otomatis akan memberitahukan kepada setiap orang apabila
ada asap pada suatu daerah maka alat ini akan berbunyi, khusus untuk pemakaian dalam gedung.
Fire Alarm
Peralatan yang dipergunakan untuk memberitahukan kepada setiap orang akan adanya bahaya
kebakaran pada suatu tempat
Sprinkler
Peralatan yang dipergunakan khusus dalam gedung, yang akan memancarkan air secara otomatis
apabila terjadi pemanasan pada suatu suhu tertentu pada daerah di mana ada sprinkler tersebut
Pencegahan Kebakaran
Setelah kita mengetahui pengklasifikasian, prinsip pemadaman dan perlengkapan pemadaman suatu
kebakaran maka kita harus bisa mengelola kesemuanya itu menjadi suatu sistem manajemen
/pengelolaan pencegahan bahaya kebakaran.
Kita mengambil contoh dari pengelolaan pencegahan kebakaran pada bangunan tinggi.
Identifikasi bahaya yang dapat mengakibatkan kebakaran pada gedung itu.
Bahan Mudah Terbakar, seperti karpet, kertas, karet, dan lain-lain
Sumber Panas, seperti Listrik, Listrik statis, nyala api rokok dan lain-lain
Penilaian Resiko
Resiko tinggi karena merupakan bangunan tinggi yang banyak orang
Monitoring
Inspeksi Listrik, Inspeksi Bangunan, Inspeksi Peralatan Pemadam Kebakaran, Training, Fire Drill /
Latihan Kebakaran dan lain-lain
Recovery / Pemulihan
Emergency Response Plan / Rencana Tindakan Tanggap Darurat, P3K, Prosedur-Prosedur, dan lain-
lain.
Pengetahuan Dasar DAMKAR
Sebelum kita dapat melakukan usaha penanggulangan kebakaran, adalah wajar apabila kita perlu
untuk mengetahui dan mengenal terlebih dahulu apa dan bagaimanakah kebakaran itu. Setelah itu
maka kita akan menyadari bahwa peristiwa/masalah kebakaran sesungguhnya merupakan masalah
yang menjadi ancaman bagi semua orang, baik disadari ataupun tidak.
Untuk itu tulisan ini dibuat tanpa maksud menggurui mengajak semua pihak untuk lebih mengenal
tentang Kebakaran khususnya api dengan lebih baik.
KIMIA API
Kita semua tahu bahwa untuk dapat menghadapi dan mengalahkan musuh, kita harus tahu segala
hal tentang musuh kita kekuatan, kelemahan, strategi perang, dan lainnya. Memiliki gambaran
tentang kemungkinan aksi yang akan dilakukan oleh musuh, membuat kita dapat membuat rencana
untuk menga-tasi aksi tersebut, dan lebih baik lagi melakukan pencegahan agar aksi tersebut tidak
dapat berjalan. Demikian juga apabila kita mengahadapi masalah kebakaran, kita harus tahu tentang
bagaimanakah api dapat terjadi, bagaimana api dapat menyebar, apa yang dapat menimbulkan api,
bagaimana mencegah api timbul, dan banyak lagi, sehingga kita siap menghadapi musuh kita semua,
yaitu kebakaran.
A. PEMBAKARAN
Pembakaran dan api adalah dua kata yang akan selalu berhubungan dan dalam ilmu kebakaran dua
kata tersebut sudah menjadi tak terpisahkan.
Pembakaran/api adalah peristiwa proses reaksi oksidasi cepat yang biasanya menghasilkan panas
dan cahaya (energi panas dan energi cahaya).
Selanjutnya apakah reaksi oksidasi itu?; Dalam konteks masalah kebakaran dapat dikatakan bahwa
reaksi oksidasi adalah reaksi pengikatan unsur oksigen oleh reduktor/pereduksi (bahan bakar).
Sedang dalam konteks lebih luas, dalam ilmu kimia, reaksi oksidasi didefinisikan sebagai reaksi
pemberian elektron oleh oksidator/pengoksidasi kepada reduktor/pereduksi.
Di atas telah disebutkan bahwa pembakaran/api adalah peristiwa oksidasi cepat, berarti ada reaksi
oksidasi lambat. Untuk rekasi oksidasi lambat sebagai contohnya adalah peristiwa perkaratan besi.
Satu hal yang perlu di pahami adalah bahwa hanya gas yang dapat terbakar. Jadi bahan bakar
dengan bentuk fisik padatan dan cairan sebelum ia dapat terbakar ia harus dirubah dahulu ke bentuk
fisik gas. Untuk bahan bakar padat harus mengalami pyrolysis, sehingga ter-bentuk gas-gas yang
lebih seder-hana yang akan terbakar. Sedang untuk bahan bakar bentuk cairan oleh panas akan
diuapkan, lalu uap bahan bakar tadi yang akan terbakar.
Kembali ke masalah kebakaran ada peristiwa yang sering terjadi seiring dengan kebakaran, yaitu
ledakan/explosion. Ledakan/explosion adalah peristiwa oksidasi yang sangat cepat.
B. NYALA API
Selama ini api, umumnya, selalu identik dengan nyala api, sesungguhnya ini adalah salah satu dari
bentuk api. Nyala api sesung-guhnya adalah gas hasil reaksi dengan panas dan cahaya yang
ditimbulkannya. Warna dari nyala api ditentukan oleh bahan-bahan yang bereaksi (terbakar). Warna
yang dihasilkan oleh gas hidrokarbon, yang bereaksi sempurna dengan udara (oksigen) adalah biru
terang. Nyala api akan lebih mudah terlihat ketika karbon dan padatan lainnya atau liquid produk
antara dihasilkan oleh pembakaran tidak sempurna naik dan berpijar akibat temperatur dengan
warna merah, jingga, kuning, atau putih, tergantung dari tem-peraturnya.
C. BARA API
Bara api memiliki cirri khas yaitu tidak terlihatnya nyala api, akan tetapi adanya bahan-bahan yang
sangat panas pada permukaan dimana pembakaran terjadi. Contoh yang baik untuk bara api adalah
batu bara. Warna dari bara api pada permukaan benda berhubungan dengan temperaturnya.
Beberapa warna yang terlihat dan tempe-raturnya ditampilkan seperti di tabel 1.
SEGITIGA API
Dari bahasan sebelumnya kita telah tahu bahwa pembakaran/api adalah suatu reaksi oksidasi, jadi
harus ada oksidator/pengoksidasi dan reduktor/ pereduksi/bahan yang dioksidasi. Dari sini kita telah
men-dapatkan dua komponen peristiwa/reaksi pembakaran/api, yaitu oksidator yaitu oksigen dan
reduktor di sini adalah bahan bakar. Lalu selain itu apa lagi? Dalam kehidupan sehari-hari kita
mengetahui bahwa suatu benda yang dapat terbakar (bahan bakar) dalam kondisi normal tidaklah
terbakar, baru apabila kita panaskan untuk beerapa lama dia akan dapat terbakar. Ini juga berarti
kita telah mendapatkan satu lagi komponen pembakaran/api, dari apa yang sudah umum kita
ketahui.
Dalam ilmu kebakaran ketiga komponen tersebut dikenal dengan segitiga api, yaitu sebuah bangun
dua dimensi berbentuk segitiga sama sisi. Dimana masing-masing sisi mewakili satu komponen
kebakaran/api, yaitu: Oksigen, Panas dan Bahan bakar.
Lalu mengapa segitiga sama sisi? Jawabannya adalah bahwa suatu peristiwa/reaksi pembakaran
akan dapat terjadi apabila ketiga komponen tersebut berada dalam keadaan keseimbangannya.
Kese-imbangan dimaksud di sini bukanlah sama dalam jumlah atau banyaknya, akan tetapi suatu
bahan akan dapat terbakar apabila kondisi di mana terjadi/akan terjadi pembakaran/api memiliki
perbandingan tertentu antara bahan dimaksud dengan oksigen yang harus tersedia. Selain itu
kondisi temperatur bahan dan atau lingkungan reaksi memiliki tem-peratur (yang menggambarkan
tingkat kepanasan suatu benda) tertentu juga.
D. OKSIGEN
Pada sisi pertama dari segitiga adalah oksigen. Oksigen adalah gas yang tidak dapat terbakar
(nonflam-meable gas) dan juga merupakan satu kebutuhan untuk kehidupan yang sangat mendasar.
Di atas permukaan laut, atmosfir kita me-miliki oksigen dengan konsentrasi sekitar 21%. Sedang
untuk ter-jadinya pembakaran/api oksigen dibutuhkan minimal 16%. Kembali lagi, oksigen itu sendiri
tidak terbakar, ia hanya mendukung proses pembakaran.
E. PANAS
Sisi kedua adalah panas. Panas adalah suatu bentuk energi yang dibutuhkan untuk meningkatkan
temperatur suatu benda/ bahan bakar sampai ketitik dimana jumlah uap bahan bakar tersebut
tersedia dalam jumlah cukup untuk dapat terjadi penyalaan.
1. Sumber-sumber Panas
Sumber-sumber panas/energi panas sangatlah beragam, dapat disebutkan disini adalah:
Arus listrik
Panas akibat arus listrik dapat terjadi akibat adanya hambatan terhadap aliran arus, kelebihan beban
muatan, hubungan pendek, dan lain-lain;
Kerja mekanik
Panas yang dihasilkan oleh kerja mekanik biasanya dari gesekan dua benda atau gas yang diberi
tekanan tinggi;
Reaksi kimia
Pada reaksi kimia, hubungan dengan panas, terdapat dua macam reaksi yaitu reaksi endotermis dan
eksotermis. Reaksi endotermis adalah reaksi yang mem-butuhkan panas untuk dapat berjalan,
sedang rekasi eksotermis adalah kebalikannya yaitu menghasilkan panas dan reaksi inilah yang
merupakan sumber panas. Reaksi kimia disini tidak hanya terbatas pada reaksi perubahan atau
pembentukan senyawa baru, akan tetapi dapat juga dalam bentuk proses pencampuran dan atau
pelarutan;
Reaksi nuklir
Reaksi nuklir yang menghasilkan panas dapat berupa fusi atau fisi.
Radiasi matahari
Sinar matahari dapat menjadi sumber panas yang dapat menye-babkan kebakaran apabila
intensitasnya cukup besar, atau di ter/difokuskan oleh suatu alat optik.
2. Cara-cara Perpindahan Panas
Panas dapat berpindah dan dalam suatu kejadian kebakaran perpindahan panas ini harus mendapat
perhatian yang besar, karena apabila perpindahan panas tidak terkontrol akan dapat mengakibatkan
kebakaran meluas dan atau mengakibatkan kebakaran lain.
Perpindahan panas ini dapat terjadi dengan berbagai cara, yaitu: konduksi, konveksi dan radiasi; dan
khusus dalam masalah kebakaran ada juga yang disnyulutan langsung.
Konduksi
Konduksi adalah perpindahan panas yang terjadi secara molekuler, jadi panas berpindah di dalam
suatu bahan penghantar (konduktor) dari satu titik ketitik lain yang memiliki temperatur lebih
rendah. Sebagai gambaran adalah apabila kita memanaskan salah satu ujung sebuah tongkat besi
maka lambat laun panas akan berpindah keujung lainnya, sedangkan tongkat tersebut tidak berubah
bentuk.
Konveksi
Konveksi adalah perpindahan panas yang berhubungan dengan bahan fluida atau bahan yang dapat
mengalir dalam bentuk gas atau cairan. Pada konveksi panas berpindah dengan berpindahnya bahan
penghantar, atau lebih tepat bahan pembawa panas tersebut. Sebagai gambaran adalah apabila
terjadi kebakaran di lantai bawah sebuah bangunan bertingkat, maka panas akan dibawa oleh asap
atau gas hasil pembakaran yang panas ke lantai di atasnya.
Radiasi
Perpindahan panas dengan cara radiasi tidak membutuhkan suatu bahan penghantar seperti pada
dua perpindahan panas sebe-lumnya. Pada radiasi panas berpindah secara memancar, jadi panas
dipancarkan segala arah dari suatu sumber panas. Sebagai contohnya adalah radiasi sinar matahari,
yang kita semua tahu bahwa dari jarak yang jutaan kilometer melalui ruang kosong di antariksa
panas matahari dapat sampai ke bumi.
F. BAHAN BAKAR
Sisi yang lain (ke-tiga) adalah bahan bakar. Berbeda dengan apa yang umum disebut sebagai bahan
bakar oleh setiap orang, bahan bakar dalam hubungannya dengan ilmu kebakaran adalah setiap
benda, bahan atau material yang dapat terbakar dianggap sebagai bahan bakar. Apabila kita
perhatikan, maka akan kita dapati bahwa hidup kita selalu dikelilingi oleh bahan bakar. Oleh karena
itu adalah sesuatu yang wajib bagi kita untuk selalu siap siaga menghadapi ancaman bahaya
kebakaran.
Ada beberapa istilah yang perlu diketahui dalam hubungannya dengan bahan bakar, yaitu:
Flash point: temperatur terendah pada saat dimana suatu bahan bakar cair menghasilkan uap dalam
jumlah yang cukup untuk menghasilkan nyala sesaat dari campuran bahan bakar dan udara
(oksigen).
Fire point : temperatur (akibat pemanasan) dimana suatu bahan bakar cair dapat memproduksi uap
dengan cukup cepat sehingga memungkinkan terjadinya pembakaran yang kontinyu/terus menerus.
TETRAHEDRON API
Pada perkembangan selanjutnya,ditemukan bahwa selain ketiga komponen seperti yang dimaksud
dalam segitiga api ada lagi komponen keempat dalam proses pembakaran yang dibutuhkan oleh
proses pembakaran untuk mendukung kesinambungannya dan juga untuk bertambah besar, yaitu
rantai reaksi kimia antara bahan bakar dengan bahan pengoksidasi/oksidator. Seiring dengan
menyalanya api, molekul bahan bakar juga berkurang berubah menjadi molekul yang lebih
sederhana. Dengan berlanjutnya proses pembakaran, naiknya temperatur menyebabkan oksigen
tambahan terserap ke area nyala api. Lebih banyak molekul bahan bakar akan terpecah, bergabung
ke rantai reaksi, mencapai titik nyalanya, mulai menyala, menyebabkan naiknya temperatur,
menyeap oksigen tambahan, dan melanjutkan rantai reaksi. Proses rantai reaksi ini akan berlanjut
sampai seluruh substansi/bahan yang terkait mencapai area yang lebih dingin dinyala api. Selama
tersedia bahan bakar dan oksigen dalam jumlah yang cukup, dan selama temperatur
mendukung,reaksi rantai akan meningkatkan reaksi pembakaran. Sehingga dengan demikian segitiga
api tadi dengan adanya faktor rantai reaksi kimia, yang juga termasuk komponen pembakaran,
berubah menjadi satu bangun tiga dimensi segitiga piramida (tetrahedron).
GAS BERACUN HASIL PEMBAKARAN
Selain bahaya panas tinggi ternyata ada satu bahaya yang menjadi penyebab utama kematian dalam
peristiwa kebakaran, yaitu asap. Mengapa asap menjadi penyebab utama? Hal ini dikarenakan asap
mengandung bermacam-macam gas beracun yang dihasilkan oleh peristiwa pembakaran.
Beberapa gas beracun yang paling banyak dan selalu ada pada peristiwa kebakaran dapat dilihat
dibawah ini.
Karbon monoksida (Carbon monoxide)
Karbon monoksida (CO) adalah pembunuh terbesar dalam peristiwa kebakaran karena tingkat
kehadirannya yang sangat tinggi dan juga cepatnya ia mencapai konsentrasi mematikan pada
peristiwa kebakaran. Karbon monoksida adalah hasil produksi dari pembakaran tidak sempurna yang
dihasilkan dari pembakaran senyawa-senyawa organic dan berbagai bentuk karbon. Sering juga
kematian akibat karbon monoksida terjadi akibat masuknya asap knalpot ke kabin mobil.
Karbon monoksida berbahaya karena ia adalah gas yang tidak berbau, tidak berwarna, dan tidak
terlihat. Gas ini mematikan pada konsentrasi 1,28 persen volume dalam udara dalam 1 sampai 3
menit; 0,64 persen mematikan dalam 10 sampai 15 menit; 0,32 persen mematikan dalam 30 sampai
60 menit, dan 0,16 persen mematikan dalam waktu 2 jam. Pada konsentrasi 0,05 persen gas ini tetap
menyimpan bahaya.
Karbon dioksida (Carbon dioxide)
Karbon dioksida (Carbon dioxide) adalah hasil dari pembakaran sempurna senyawa organic atau
senyawa karbon. Bertambahnya konsentrasi karbon dioksida akan mengakibatkan meningkatnya
kecepatan pernafasan; sampai di mana tubuh tidak mampu lagi. Kegagalan pernafasan akhirnya
akan terjadi. Karbon dioksida dalam jumlah yang sangat banyak dapat mengakibatkan sesak nafas
karena kekurangan oksigen dalam darah, selain itu juga dapat berfungsi sebagai bahan pemadam
api. Konsentrasi lebih dari 5 persen di lingkungan dapat merupakan tanda bahaya,bukan karena
keberadaannya akan tetapi karena kondisi tersebut adalah kondisi yang jauh dari kondisi normal.
Hidrogen sianida (Hydrogen cyanide)
Walau Hidrogen sianida (HCN) jauh lebih beracun dari Karbon monoksida tetapi dalam
kebakaran,biasanya, jumlahnya sangat kecil. Pada konsentrasi 100 ppm dapat menyebabkan
kematian dalam waktu 30 sampai 60 menit. Hidrogen sianida dihasikan dari pembakaran senyawan
hirokarbon terklorinasi di udara, plastik, kulit karet, sutra, wool, atau juga kayu. Seperti halnya
karbon monoksida hydrogen sianida lebih ringan dari udara sehingga tingkat bahayanya lebih tinggi
pada kebakaran dalam ruangan, dibanding kebakaran luar ruangan.
Phosgene (COCl2)
Phosgene juga dihasilkan pada dekomposisi atau pembakaran senyawa hidrokarbon terklorinasi,
seperti karbon tetraklorida, Freon, atau etilene diklorida. Phosgene beracun dan berbahaya pada
konsentrasi yang sangat kecil sekalipun. Konsntrasi 25 ppm dapat mematikan dalam waktu
30 sampai 60 menit.
Hidrogen klorida (Hydrogen Chloride)
Hidrogen klorida (HCl) dihasilkan oleh pembakaran bahan-bahan yang mengandung klorin. Walau
tidak beracun seperti hydrogen sianida ataupun phosgene, HCl berbahaya apabila kita berada dalam
waktu yang cukup lama di lingkungan yang terdapat gas ini.
TAHAPAN KEBAKARAN DALAM RUANGAN

Pada umumnya kebakaran dalam ruangan dengan terbagi dalam tiga tahapan. Masing-masing
tahapan memiliki ciri-ciri karaktersitik dan efeknya berhubungan dengan bahan yang terbakar yang
berbeda-beda. Lama dari masing-masing tahapan bervariasi tergantung keadaan dari penyulutan,
bahan bakar, dan ventilasi, akan tetapi secara keseluruhan tahapannya adalah kebakaran awal
kebakaran bebas kebakaran menyurut.

A. Kebakaran Tahap Awal Ini adalah tahapan awal dari suatu kebakaran setelah terjadi penyulutan.
Nyala api masih terbatas dan pembakaran dengan lidah api terlihat. Konsntrasi Oksigen dalam
ruangan masih dalam kondisi normal (21%) dan temperatur dalam ruangan secara keseluruhan
belum meningkat. Gas panas hasil pembakaran dalam betuk kepulan bergerak naik dari titik nyala.
Dalam kepulan gas panas terkandung bermacam-macam material seperti deposit karbon (jelaga)
ataupun padatan lain, uap air, H2S, CO2, CO, dan gas beracun lainnya,semuanya tergantung dari
jenis bahan bakar atau bahan yang terbakar. Panas akan dihantar secara konveksi oleh material-
material tadi ke atas ruangan dan mendorong oksigen kebawah yang berarti ke titik nyala untuk
mendukung pembakaran selanjutnya.
B. Tahap Penyalaan-bebas
Kebakaran akan menghebat sejalan dengan bertambahnya bahan yang terbakar. Konveksi, konduksi,
dan kontak langsung memperluas perambatan api dan keluar dari bahan bahakar awal sampai bahan
didekatnya mencapai temperatur penyalaannya dan mulai terbakar. Radiasi panas dari nyala api
mulai menyebabkan bahan bahan lain mencapai titik nyalanya, memperluas kebakaran kesamping.
Kecepatan perluasan kebakaran kesamping tergantung dari berapa dekat bahan di dekatnya dan
juga susunan bahannya. Gas panas yang dihasilkan pembakaran berkumpul di langit-langit ruangan
membentuklapisan asap. Temperatur dari lapisan asp ini meningkat. Lapisan yang lebih tinggi di
ruangan tersebut memiliki konsentrasi oksigen paling rendah; temperatur tinggi; dan jelaga, asap,
dan produk pirolisis yang belum terbakar sempurna pada saat itu sangatlah berbeda dengan kondisi
di dekat lantai ruangan. Pada daerah dekat lantai lapisan udaranya masih relatif dingin dan
mengandung udara segar (konsentrasi oksigen mendekati normal) yang bercampur dengan hasil
pembakaran. Kemungkinan untuk hidup masih cukup di dalam ruangan apabila seseorang bertahan
pada posisi merendah pada lapisan dingin dan tidak menghirup gas di bagian atas. Ketika lapisan
panas mencapai titik kritisnya pada + 600oC (1100oF), ini sudah cukup untuk menghasilkan radiasi
panas yang menyebabkan bahan bakar lainnya (seperti karpet dan furnitur) di dalam ruang
mencapai titik nyalanya. Pada saat ini seisi ruangan akan menyala secara serentak, dan ruangan
dikatakan mengalami flashover. Saat ini terjadi, temperatur seluruh ruangan mencapai titik
maksimalnya dan kemungkinan hidup dalam berada di dalam ruangan ini untuk lebih dari beberapa
detik sangat tidak mungkin. Flashover oleh ahli ilmu kebakaran didefinisikan sebagai proses
pengembangan, radiasi, dan pembakaran lengkap dari semua bahan bakar dalam suatu ruangan.
Api/kebakaran adalah suatu aksi kesetimbangan kimia antara bahan bakar, udara, dan temperatur
(bahan bakar oksigen - panas). Apabila ventilasi terbatas, pertumbuhan api
akan lambat, peningkatan temperatur akan lebih bertahap, asap akan dihasilkan lebih banyak, dan
penyalaan gas panas akan tertunda sampai didapat tambahan udara (oksigen) yang cukup.
C. Tahap Api Mengecil
Akhirnya, bahan bakar habis dan nyala api secara bertahap akan berkurang dan berkurang. Apabila
konsentrasi oksigen dibawah 16%, nyala api dari pembakaran akan berhenti meskipun masih
terdapat bahan bakar yang belum terbakar. Pembakaran yang terjadi adalah pembakaran tanpa
nyala api. Temperatur masih tinggi di dalam ruangan, tergantung dari bahan penyekat dan ventilasi
dari ruangan tersebut. Beberapa bahan masih mengalami pirolisis atau terbakar tidak sempurna
menghasilkan gas karbon monoksida dan gas bahan bakar lain, jelaga, dan bahan bakar lain yang
terkandung dalam asap. Apabila ruangan tidak memiliki ventilasi yang cukup, maka akan terbentuk
campuran gas yang dapat terbakar. Maka apabila ada sumber penyalaan yang baru, akan dapat
terjadi kebakaran kedua diruangan tersebut, sering disebut backdraft atau ledakan asap.
Letusan Gunung Api
Letusan gunung api adalah merupakan bagian dari aktivitas vulkanik yang dikenal dengan istilah
"ERUPSI". Hampir semua kegiatan gunung api berkaitan dengan zona kegempaan aktif sebab
berhubungan dengan batas lempeng.Pada batas lempeng inilah terjadi perubahan tekanan dan suhu
yang sangat tinggi sehingga mampu melelehkan material sekitarnya yang merupakan cairan pijar
(MAGMA). Magma akan mengintrusi batuan atau tanah di sekitarnya melalui rekahan- rekahan
mendekati permukaan bumi.

Setiap gunung api memiliki karakteristik tersendiri jika ditinjau dari jenis muntahan atau produk yang
dihasilkannya. Akan tetapi apapun jenis produk tersebut kegiatan letusan gunung api
tetapmembawa bencana bagi kehidupan. Bahaya letusan gunung api memiliki resiko merusak dan
mematikan.
Bahaya Letusan Gunung Api di bagi menjadi dua berdasarkan waktu kejadiannya, yaitu
A. Bahaya Utama (Primer)
1.Awan Panas
Merupakan campuran material letusan antara gas dan bebatuan (segala ukuran) terdorong ke
bawah akibat densitas yang tinggi dan merupakan adonan yang jenuh menggulung secara turbulensi
bagaikan gunung awan yang menyusuri lereng. Selain suhunya sangat tinggi, antara 300 - 700º
Celcius, kecepatan lumpurnya pun sangat tinggi, > 70km/jam (tergantung kemiringan lereng).
2.Lontaran Material (pijar)
Terjadi ketika letusan (magmatik) berlangsung. Jauh lontarannya sangat tergantung dari besarnya
energi letusan, bisa mencapai ratusan meter jauhnya. Selain suhunya tinggi(>200ºC), ukuran
materialnya pun besar dengan diameter > 10 cm sehingga mampu membakar sekaligus melukai,
bahkan mematikan mahluk hidup. Lazim juga disebut sebagai "bom vulkanik".
3.Hujan Abu lebat
Terjadi ketika letusan gunung api sedang berlangsung. Material yang berukuran halus (abu dan pasir
halus) yang diterbangkan angin dan jatuh sebagai hujan abu dan arahnya tergantung dari arah angin.
Karena ukurannya yang halus, material ini akan sangat berbahaya bagi pernafasan, mata,
pencemaran air tanah, pengrusakan tumbuh-tumbuhan dan mengandung unsur-unsur kimia yang
bersifat asam sehingga mampu mengakibatkan korosi terhadap seng dan mesin pesawat.
4.Lava
Merupakan magma yang mencapai permukaan, sifatnya liquid (cairan kental dan bersuhu tinggi,
antara 700 - 1200ºC. Karena cair,maka lava umumnya mengalir mengikuti lereng dan membakar apa
saja yang dilaluinya. Bila lava sudah dingin, maka wujudnya menjadi batu (batuan beku) dan daerah
yang dilaluinya akan menjadi ladang batu.
5.Gas Racun
Muncul tidak selalu didahului oleh letusan gunung api sebab gas ini dapat keluar melalui rongga-
rongga ataupun rekahan-rekahan yang terdapat di daerah gunung api. Gas utama yang biasanya
muncul adalah CO2, H2S, HCl, SO2, dan CO. Yang kerap menyebabkan kematian adalah gas CO2.
Beberapa gunung yang memiliki karakteristik letusan gas beracun adalah Gunung Api Tangkuban
Perahu,Gunung Api Dieng, Gunung Ciremai, dan Gunung Api Papandayan.
6.Tsunami
Umumnya dapat terjadi pada gunung api pulau, dimana saat letusan terjadi material-material akan
memberikan energi yang besar untuk mendorong air laut ke arah pantai sehingga terjadi gelombang
tsunami. Makin besar volume material letusan makin besar gelombang yang terangkat ke darat.
Sebagai contoh kasus adalah letusan Gunung Krakatau tahun 1883.
B. Bahaya Ikutan (Sekunder)

Bahaya ikutan letusan gunung api adalah bahaya yang terjadi setelah proses peletusan berlangsung.
Bila suatu gunung api meletus akan terjadi penumpukan material dalam berbagai ukuran di puncak
dan lereng bagian atas. Pada saat musim hujan tiba, sebagian material tersebut akan terbawa oleh
air hujan dan tercipta adonan lumpur turun ke lembah sebagai banjir bebatuan, banjir tersebut
disebut lahar.
Persiapan Dalam Menghadapi Letusan Gunung Berapi
Mengenali daerah setempat dalam menentukan tempat yang aman untuk mengungsi.
Membuat perencanaan penanganan bencana.
Mempersiapkan pengungsian jika diperlukan.
Mempersiapkan kebutuhan dasar
Jika Terjadi Letusan Gunung Berapi
Hindari daerah rawan bencana seperti lereng gunung, lembah dan daerah aliran lahar.
Ditempat terbuka, lindungi diri dari abu letusan dan awan panas. Persiapkan diri untuk kemungkinan
bencana susulan.
Kenakan pakaian yang bisa melindungi tubuh seperti: baju lengan panjang, celana panjang, topi dan
lainnya.
Jangan memakai lensa kontak.
Pakai masker atau kain untuk menutupi mulut dan hidung
Saat turunnya awan panas usahakan untuk menutup wajah dengan kedua belah tangan.
Setelah Terjadi Letusan Gunung Berapi
Jauhi wilayah yang terkena hujan abu
Bersihkan atap dari timbunan abu. Karena beratnya, bisa merusak atau meruntuhkan atap
bangunan.
Hindari mengendarai mobil di daerah yang terkena hujan abu sebab bisa merusak mesin
Penyebab Terjadinya Gempa Bumi
1. Proses tektonik akibat pergerakan kulit/lempeng bumi
2. Aktivitas sesar di permukaan bumi
3. Pergerakan geomorfologi secara lokal, contohnya terjadi runtuhan tanah
4. Aktivitas gunung api
5. Ledakan nuklir
Mekanisme perusakan terjadi karena energi getaran gempa dirambatkan keseluruh bagian bumi. Di
permukaan bumi, getaran tersebut dapat menyebabkan kerusakan dan runtuhnya bangunan
sehingga dapat menimbulkan korban jiwa. Getaran gempa juga dapat memicu terjadinya tanah
longsor,runtuhan batuan, dan kerusakan tanah lainnya yang merusak permukiman penduduk.
Gempa bumi juga menyebabkan bencana ikutan berupa kebakaran,kecelakaan industri dan
transportasi serta banjir akibat runtuhnya bendungan maupun tanggul penahan lainnya.
Gejala dan Peringatan Dini
1. Kejadian mendadak/secara tiba-tiba
2. Belum ada metode pendugaan secara akurat
Tips Penanganan Jika Terjadi Gempa Bumi

Jika gempa bumi menguncang secara tiba-tiba, berikut ini 10 petunjuk yang dapat dijadikan
pegangan di manapun anda berada.
a. Di dalam rumah
Getaran akan terasa beberapa saat. Selama jangka waktu itu, anda harus mengupayakan
keselamatan diri anda dan keluarga anda. Masuklah kebawah meja untuk melindungi tubuh anda
dari jatuhan benda-benda. Jika anda tidak memiliki meja, lindungi kepala anda dengan bantal.
Jika anda sedang menyalakan kompor, maka matikan segera untuk mencegah terjadinya kebakaran.
b. Di sekolah
Berlindunglah di bawah kolong meja, lindungi kepala dengan tas atau buku, jangan panik, jika gempa
mereda keluarlah berurutan mulai dari jarak yang terjauh ke pintu, carilah tempat lapang, jangan
berdiridekat gedung, tiang dan pohon.
c. Di luar rumah
Lindungi kepada anda dan hindari benda-benda berbahaya. Di daerah perkantoran atau kawasan
industri, bahaya bisa muncul dari jatuhnya kaca-kaca dan papan-papan reklame. Lindungi kepala
anda dengan menggunakan tangan, tas atau apapun yang anda bawa.
d. Di gedung, mall, bioskop, dan lantai dasar mall
Jangan menyebabkan kepanikan atau korban dari kepanikan. Ikuti semua petunjuk dari petugas atau
satpam.
e. Di dalam lift
Jangan menggunakan lift saat terjadi gempa bumi atau kebakaran. Jika anda merasakan getaran
gempa bumi saat berada di dalam lift, maka tekanlah semua tombol. Ketika lift berhenti, keluarlah,
lihat keamanannya dan mengungsilah. Jika anda terjebak dalam lift, hubungi manajer gedung
dengan menggunakan interphone jika tersedia.
f. Di kereta api
Berpeganganlah dengan erat pada tiang sehingga anda tidak akan terjatuh seandainya kereta
dihentikan secara mendadak. Bersikap tenanglah mengikuti penjelasan dari petugas kereta. Salah
mengerti terhadap informasi petugas kereta atau stasiun akan mengakibatkan kepanikan.
g. Di dalam mobil
Saat terjadi gempa bumi besar, anda akan merasa seakan-akan roda mobil anda gundul. Anda akan
kehilangan kontrol terhadap mobil dan susah mengendalikannya. Jauhi persimpangan, pinggirkan
mobil anda di kiri jalan dan berhentilah. Ikuti instruksi dari radio mobil. Jika harus mengungsi maka
keluarlah dari mobil, biarkan mobil tak terkunci.
h. Di gunung/pantai
Ada kemungkinan longsor terjadi dari atas gunung. Menjauhlah langsung ke tempat aman. Di pesisir
pantai, bahayanya datang dari tsunami. Jika anda merasakan getaran dan tanda-tanda tsunami
tampak, cepatlah mengungsi ke dataran yang tinggi.
i. Beri pertolongan
Sudah dapat diramalkan bahwa banyak orang akan cedera saat terjadi gempa bumi besar. Karena
petugas kesehatan dari rumah-rumah sakit akan mengalami kesulitan datang ke tempat kejadian,
maka bersiaplah memberikan pertolongan pertama kepada orang-orang yang berada disekitar
anda.
j. Dengarkan informasi
Saat gempa bumi besar terjadi, masyarakat terpukul kejiwaannya. Untukmencegah kepanikan,
penting sekali setiap orang bersikap tenang dan bertindaklah sesuai dengan informasi yang benar.
Anda dapat memperoleh informasi yag benar dari pihak yang berwenang atau polisi. Jangan
bertindak karena informasi orang yang tidak jelas.

PENCEGAHAN KEBAKARAN

Pencegahan kebakaran adalah usaha menyadari/mewaspadai akan faktor-faktor yang menjadi sebab
munculnya atau terjadinya kebakaran dan mengambil langkah-langkah untuk mencegah
kemungkinan tersebut menjadi kenyataan. Pencegahan kebakaran membutuhkan suatu program
pendidikan dan pengawasan beserta pengawasan karyawan, suatu rencana pemeliharaan yang
cermat dan teratur atas bangunan dan kelengkapannya, inspeksi/pemeriksaan, penyediaan dan
penempatan yang baik dari peralatan pemadam kebakaran termasuk memeliharanya baik segi siap-
pakainya maupun dari segi mudah dicapainya.

Pengenalan Kelas-Kelas Kebakaran


Kebakaran di Indonesia dibagi menjadi tiga kelas, yaitu:
Kelas A

Kebakaran yang disebabkan oleh benda-benda padat, misalnya kertas, kayu, plastik, karet, busa dan
lain-lainnya. Media pemadaman kebakaran untuk kelas ini berupa: air, pasir, karung goni yang
dibasahi, dan Alat Pemadam Kebakaran (APAR) atau racun api tepung kimia kering.
Kelas B
Kebakaran yang disebabkan oleh benda-benda mudah terbakar berupa cairan, misalnya bensin,
solar, minyak tanah, spirtus, alkohol dan lain-lainnya. Media pemadaman kebakaran untuk kelas ini
berupa: pasir dan Alat Pemadam Kebakaran (APAR) atau racun api tepung kimia kering. Dilarang
memakai air untuk jenis ini karena berat jenis air lebih berat dari pada berat jenis bahan di atas
sehingga bila kita menggunakan air maka kebakaran akan melebar kemana-mana
Kelas C
Kebakaran yang disebabkan oleh listrik. Media pemadaman kebakaran untuk kelas ini berupa: Alat
Pemadam Kebakaran (APAR) atau racun api tepung kimia kering. Matikan dulu sumber listrik agar
kita aman dalam memadamkan kebakaran

Prinsip Pemadaman Kebakaran

Kebakaran adalah suatu nyala api, baik kecil atau besar pada tempat yang tidak kita hendaki,
merugikan dan pada umumnya sukar dikendalikan. Api terjadi karena persenyawaan dari: Sumber
panas, seperti energi elektron (listrik statis atau dinamis), sinar matahari, reaksi kimia dan
perubahan kimia. Benda mudah terbakar, seperti bahan-bahan kimia, bahan bakar, kayu, plastik dan
sebagainya. Oksigen (tersedia di udara) Apabila ketiganya bersenyawa maka akan terjadi api. Dalam
pencegahan terjadinya kebakaran kita harus bisa mengontrol Sumber panas dan Benda mudah
terbakar, misalnya Dilarang Merokok ketika Sedang Melakukan Pengisian Bahan Bakar, Pemasangan
Tanda-Tanda Peringatan, dan sebagainya. Apabila sudah terjadi kebakaran maka langkah kita adalah
menghilangkan adanya Oksigen dalam kebakaran tersebut. Contoh mudahnya seperti ketika kita
menghidupkan lilin, lalu coba kita tutup dengan gelas maka api pada lilin tersebut akan mati karena
oksigen yang berada di luar gelas tidak dapat masuk dan oksigen yang berada dalam gelas berubah
menjadi Karbon Dioksida (CO2) yang mematikan api. Ketika kita memadamkan kebakaran dengan
mengunakan APAR, karung goni yang basah dan pasir yang terjadi adalah kita mengisolasi adanya
oksigen dalam api tersebut asal semua permukaan api tertutupi oleh ketiga media pemadaman
tersebut dan api akan mati seperti lilin yang kita tutup memakai gelas tadi. Bila kita menggunakan air
sebagai media pemadaman maka terjadi reaksi pendinginan panas dan isolasi oksigen dari
kebakaran tersebut.

Peralatan Pencegahan Kebakaran

APAR / Fire Extinguishers / Racun Api Peralatan ini merupakan peralatan reaksi cepat yang multi
guna karena dapat dipakai untuk jenis kebakaran A,B dan C. Peralatan ini mempunyai berbagai
ukuran beratnya, sehingga dapat ditempatkan sesuai dengan besar-kecilnya resiko kebakaran yang
mungkin timbul dari daerah tersebut, misalnya tempat penimbunan bahan bakar terasa tidak
rasional bila di situ kita tempatkan racun api dengan ukuran 1,2 Kg dengan jumlah satu tabung.
Bahan yang ada dalam tabung pemadam api tersebut ada yang dari bahan kinia kering, foam / busa
dan CO2, untuk Halon tidak diperkenankan dipakai di Indonesia.

Hydran

Ada 3 jenis hydran, yaitu hydran gedung, hydran halaman dan hydran kota, sesuai namanya hydran
gedung ditempatkan dalam gedung, untuk hydran halaman ditempatkan di halaman, sedangkan
hydran kota biasanya ditempatkan pada beberapa titik yang memungkinkan Unit Pemadam
Kebakaran suatu kota mengambil cadangan air. Detektor Asap / Smoke Detector Peralatan yang
memungkinkan secara otomatis akan memberitahukan kepada setiap orang apabila ada asap pada
suatu daerah maka alat ini akan berbunyi, khusus untuk pemakaian dalam gedung.

Fire Alarm

Peralatan yang dipergunakan untuk memberitahukan kepada setiap orang akan adanya bahaya
kebakaran pada suatu tempat

Sprinkler

Peralatan yang dipergunakan khusus dalam gedung, yang akan memancarkan air secara otomatis
apabila terjadi pemanasan pada suatu suhu tertentu pada daerah di mana ada sprinkler tersebut

Pencegahan Kebakaran

Setelah kita mengetahui pengklasifikasian, prinsip pemadaman dan perlengkapan pemadaman suatu
kebakaran maka kita harus bisa mengelola kesemuanya itu menjadi suatu sistem manajemen
/pengelolaan pencegahan bahaya kebakaran. Kita mengambil contoh dari pengelolaan pencegahan
kebakaran pada bangunan tinggi.

Identifikasi bahaya yang dapat mengakibatkan kebakaran pada gedung itu. Bahan Mudah Terbakar,
seperti karpet, kertas, karet, dan lain-lain Sumber Panas, seperti Listrik, Listrik statis, nyala api rokok
dan lain-lain Penilaian Resiko Resiko tinggi karena merupakan bangunan tinggi yang banyak orang
Monitoring Inspeksi Listrik, Inspeksi Bangunan, Inspeksi Peralatan Pemadam Kebakaran, Training,
Fire Drill / Latihan Kebakaran dan lain-lain Recovery / Pemulihan Emergency Response Plan /
Rencana Tindakan Tanggap Darurat, P3K, Prosedur-Prosedur, dan lain-lain.

PENGENALAN KERAWANAN KEBAKARAN

Kebakaran hutan merupakan salah satu penyebab utama deforestasi di berbagai negara. Kebakaran
hutan menyebabkan kerusakan yang signifikan terhadap lingkungan, hilangnya keanekaragaman
hayati dari hutan, polusi udara dan kerugian ekonomi lainnya. Kebakaran yang merusakkan area
cukup luas terjadi pada tahun 1991 yang mencapai 118.831 ha, tahun 1994 seluas 161.798 ha, dan
yang lebih luas lagi pada tahun 1997‐1998 mencapai 519.752 ha (Suratmo et al. 2003). Kebakaran
hutan dan lahan memberikan dampak signifikan terhadap sosial ekonomi, dimana diperkirakan
kerugian yang ditimbulkan kebakaran tahun 1997‐1998 berkisar US$ 8.7 juta sampai US$ 9.6 juta.
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan faktor‐faktor yang menjadi faktor utama pendukung
terjadinya kebakaran hutan dan lahan, serta menganalisis data curah hujan dan tingkat kerawanan
kebakaran hutan dan lahan; dan mendapatkan tingkat kerusakan tegakan di area bekas kebakaran
hutan dan lahan. Penelitian ini dilaksanakan di wilayah Kalimantan Tengah yang merupakan daerah
dengan hotspot lebih banyak dibandingkan dengan wilayah lain di Indonesia.

Pekanbaru (ANTARA News) - Tingkat kerawanan kebakaran hutan atau lahan di Provinsi Riau tidak
berkurang meskipun lima wilayah di provinsi itu berpotensi hujan dengan intensitas sedang hingga
lebat.

Demikian disampaikan pengamat cuaca dari Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG)
Stasiun Meteorologi Pekanbaru, Warih Budi Lestari mewakili pimpinan BMKG Stasiun Pekanbaru,
Philip Mustamu, di Pekanbaru, Jumat.

"Rata-rata untuk tingkat potensi kebakaran lahan dan hutan di Riau, masih antara sedang hingga
tinggi. Hal ini disebabkan aktivitas pembakaran atau kebakaran terjadi kerap pada siang hari,
sementara potensi hujan rata-rata melanda berbagai wilayah di Riau pada sore hingga malam hari,"
kata Warih Budi Lestari.

Lima wilayah yang berpotensi hujan dengan intensitas sedang hingga lebat tersebut seperti,
Kabupaten Meranti, Indragiri Hilir, Siak, dan Bengkalis, serta Kota Dumai.
"Sementara untuk beberapa wilayah lainnya seperti Rokan Hilir, Indragiri Hulu, Kuantansingingi dan
Kota Pekanbaru, berpotensi hanya akan mendung dan kalau pun hujan potensinya masih ringan,"
kata Warih agi.

Warih menguraikan, selain hujan ringan-sedang hingga lebat, sebagian wilayah Riau lainnya juga ada
yang masih mengalami cuaca cerah berawan.

Di antaranya yakni Kabupaten Pelalawan, Kampar dan Rokan Hulu, dimana menurut Warih, suhu
udara di tiga wilayah ini masih cukup tinggi, yakni 33,0 hingga 34,0 derajat celsius.

PENYELAMATAN

Subkategori

Kategori ini memiliki 2 subkategori berikut, dari total 2.

K = Komunikasi darurat (3 H)

Kategori ini memiliki 3 halaman, dari total 3.

E = Emergency Locator Beacon Aircraft

· Emergency Locator Beacon Aircraft(ELBA) adalah suatu perangkat suar penentu lokasi untuk
pesawat. Istilah ELBA ini diberikan oleh International Civil Aviation Organization (ICAO) atau
Organisasi Penerbangan Sipil Internasional. Kalangan lain menyebut perangkat ini Emergency
Locator Transmitter (ELT). Apa pun namanya, fungsi alat ini sama, yakni memancarkan sinyal radio
agar lokasinya bisa diketahui sistem deteksi yang ada.

· Perangkat sejenis ELBA yang dipasang di kapal dinamakan Emergency Position Indicating
Reporting Beacon (EPIRB). Selain itu, ada pula alat sejenis untuk perorangan, yakni Personal Locator
Beacon (PLB). Berbeda dengan ELBA dan EPIRB, PLB hanya bisa diaktifkan secara manual.

· Metode ELBA telah diterapkan lebih dari tiga dekade dan diyakini keandalannya oleh negara-
negara maju di dunia.

M = Mayday (tanda bahaya)


· Mayday adalah sinyal tanda bahaya standar internasional yang digunakan dalam komunikasi
radio, berasal dari bahasa Perancis m'aidez yang berarti "tolong aku". Mayday dipakai oleh banyak
grup seperti polisi, pilot, pemadam kebakaran, dan organisasi transportasi untuk memberitahukan
keadaan keadaan bahaya atau darurat. Panggilan darurat Mayday selalu diucapkan sebanyak tiga
kali ("mayday mayday mayday") untuk menghindari kesalahan penerimaan atau salah dengar
penerima dalam keadaan yang berisik pada radio. Dan juga untuk membedakan panggilan darurat
yang sebenarnya dengan berita tentang panggilan darurat.

T = Telepon sateli

Telepon satelit adalah suatu layanan telekomunikasi berupa telepon tanpa kabel yang
menempatkan base transceiver station (BTS) nya di udara sehingga memiliki jangkauan lebih luas
dibanding telepon berbasis GSM yang menempatkan BTS-nya di darat. Karena memiliki jangkauan
yang luas, telepon satelit dapat digunakan di derah pegunungan, pedalaman hingga di tengah
lautan. Berbeda dengan telepon GSM yang jangkauannya terbatas. Telepon satelit tidak
menggunakan infrastruktur yang ada di bumi untuk melakukan panggilan.

P = Peralatan penyelamatan (2 H)

Kategori ini memiliki 2 halaman, dari total 2.

E = Emergency Locator Beacon Aircraft

· Emergency Locator Beacon Aircraft(ELBA) adalah suatu perangkat suar penentu lokasi untuk
pesawat. Istilah ELBA ini diberikan oleh International Civil Aviation Organization (ICAO) atau
Organisasi Penerbangan Sipil Internasional. Kalangan lain menyebut perangkat ini Emergency
Locator Transmitter (ELT). Apa pun namanya, fungsi alat ini sama, yakni memancarkan sinyal radio
agar lokasinya bisa diketahui sistem deteksi yang ada.

· Perangkat sejenis ELBA yang dipasang di kapal dinamakan Emergency Position Indicating
Reporting Beacon (EPIRB). Selain itu, ada pula alat sejenis untuk perorangan, yakni Personal Locator
Beacon (PLB). Berbeda dengan ELBA dan EPIRB, PLB hanya bisa diaktifkan secara manual.

· Metode ELBA telah diterapkan lebih dari tiga dekade dan diyakini keandalannya oleh negara-
negara maju di dunia.

S = Sekoci

Sekoci atau perahu penyelamatadalah perahu tegar (rigid) atau mengembang (inflatable) yang
dirancang untuk menyelamatkan nyawa manusia jika terjadi masalah di laut. Sekoci umumnya
merujuk pada kendaraan yang dibawa oleh kapal yang lebih besar untuk digunakan
oleh penumpang dan awak kapal dalam keadaan darurat. Tapi di Britania Raya, istilah ini terutama
merujuk pada jenis kapal khusus yang tersedia di pelabuhan, umumnya diawaki oleh relawan, yang
digunakan untuk secepatnya mencapai kapal yang menghadapi masalah.
Kategori ini memiliki 5 Katagori

C = Cospas-Sarsat

Cospas-Sarsat merupakan sistem search and Rescue (SAR) berbasis satelit internasional yang
pertama kali digagas oleh empat negara yaitu Perancis, Kanada,Amerika
Serikat dan Rusia (dahulu Uni Soviet) pada tahun 1979. Misi program Cospas-Sarsat adalah untuk
memberikan bantuan pelaksanaan SAR dengan menyediakan distress alert dan data lokasi secara
akurat, terukur serta dapat dipercaya kepada seluruh komonitas internasional. Tujuannya agar
dikuranginya sebanyak mungkin keterlambatan dalam melokasi suatu distress alert sehingga operasi
akan berdampak besar dalam peningkangkatan probabilitas keselamatan korban. Keempat negara
tersebut mengemabangkan suatu sistem satelit yang mampu mendeteksi beacon pada frekuensi
121,5/243 MHz dan 406 MHz. Emergency Position-Indicating Radio
Beacon (EPIRB)adalah beacon 406 Mhz untuk pelayaran merupakan elemen dari Global Maritime
Distress Safety System (GMDSS) yang didesain beroperasi dengan sistem the Cospas-Sarsat. EPIRB
sekerang menjadi persyaratan dalam konvensi internasioal bagi kapal Safety of Life at Sea (SOLAS).
Mulai 1 Februari 2009, sistem Cospas-Sarsat hanya akan memproses beacon pada frekuensi 406
MHz. Cospas merupakan akronim dariCosmicheskaya Sistyema Poiska Avariynich Sudovsedangkan
Sarsat merupakan akronim dari Search And Rescue Satellite-Aided Tracking

K = Konvensi Internasional untuk Keselamatan Penumpang di Laut

Konvensi Internasional SOLAS adalah perjanjian/konvensi paling penting untuk melindungi


keselamatan kapaldagang. Versi pertama diterbitkan pada tahun 1914 sebagai akibat tenggelamnya
kapal RMS Titanic. Dimana diatur mengenai ketentuan tentang jumlah sekoci/rakit penolong dan
perangkat keselamatan lain serta peralatan yang dibutuhkan dalam prosedur penyelamatan,
termasuk ketentuan untuk melaporkan posisi kapal melalui radiokomunikasi.
Dan sejak pertama sekali ditetapkan dilakukan beberapa perubahan/amandemen 1929, 1948, 1960,
dan 1974
Konvensi Internasional SOLAS 1974 diratifikasi oleh Pemerintah Republik Indonesia pada tanggal 17
Desember 1980 dengan Keputusan Presiden Nomor 65 Tahun 1980. Kemudian pada tanggal 12
Desember 2002, Konferensi Diplomatik yang dilaksanakan oleh Maritime Safety Committee dari IMO
mengadopsi amandemen Konvensi Internasional SOLAS yang dikenal dengan sebutanInternational
Ship and Port Facility Security (ISPS) Code, 2002.

L = Lembaga Penanggulangan Bencana Muhammadiyah

Lembaga Penanggulangan Bencana Muhammadiyah (Bahasa Inggris: Muhammadiyah Disaster


Management Center (MDMC)) merupakan lembaga Muhammadiyahyang bertugas untuk
mengkoordinasikan mobilisasi sumberdaya dalam Tanggap Darurat Bencana, Mitigasi dan
Kesiapsiagaan Bencana dan Rehabilitasi Pasca Bencana. Sehingga dalam pelaksanannya diperlukan
komunikasi dan koordinasi dengan Seluruh Jajaran Pimpinan, Majelis, Lembaga, Amal Usaha,
Organisasi Otonom dan Kader Muhammadiyah. Selain itu juga bekerja sama dengan lembaga SAR di
Indonesia.

M = Mayday (tanda bahaya)

Mayday adalah sinyal tanda bahaya standar internasional yang digunakan dalam komunikasi radio,
berasal dari bahasa Perancis m'aidez yang berarti "tolong aku". Mayday dipakai oleh banyak grup
seperti polisi, pilot, pemadam kebakaran, dan organisasi transportasi untuk memberitahukan
keadaan keadaan bahaya atau darurat. Panggilan darurat Mayday selalu diucapkan sebanyak tiga
kali ("mayday mayday mayday") untuk menghindari kesalahan penerimaan atau salah dengar
penerima dalam keadaan yang berisik pada radio. Dan juga untuk membedakan panggilan darurat
yang sebenarnya dengan berita tentang panggilan darurat.

P = Pencarian dan penyelamatan

Pencarian dan penyelamatan (bahasa Inggris: search and rescue; SAR), adalah kegiatan dan usaha
mencari, menolong, dan menyelamatkan jiwa manusia yang hilang atau dikhawatirkan hilang atau
menghadapi bahaya dalam musibah-musibah seperti pelayaran, penerbangan, danbencana. Istilah
SAR telah digunakan secara internasional tak heran jika sudah sangat mendunia sehingga menjadi
tidak asing bagi orang di belahan dunia manapun tidak terkecuali di Indonesia.
Operasi SAR dilaksanakan tidak hanya pada daerah dengan medan berat seperti di laut, hutan, gurun
pasir, tapi juga dilaksanakan di daerah perkotaan. Operasi SAR seharusnya dilakuan oleh personal
yang memiliki ketrampilan dan teknik untuk tidak membahayakan tim penolongnya sendiri maupun
korbannya. Operasi SAR dilaksanakan terhadap musibah penerbangan seperti pesawat jatuh,
mendarat darurat dan lain-lain, sementara pada musibah pelayaran bila terjadi kapal tenggelam,
terbakar, tabrakan, kandas dan lain-lain. Demikian juga terhadal adanya musibah lainnya seperti
kebakaran, gedung runtuh, kecelakaan kereta api dan lain-lain.
Terhadap musibah bencana alam, operasi SAR merupakan salah satu rangkaian dari siklus
penanganan kedaruratan penanggulan bencana alam. Siklus tersebut terdiri dari
pencegahan (mitigasi) , kesiagaan (preparedness), tanggap darurat (response) dan
pemulihan (recovery), dimana operasi SAR merupakan bagian dari tindakan dalam tanggap darurat.
Di bidang pelayaran dan penerbangan, segala aspek yang melingkupinya termasuk masalah
keselamatan dan keadaan bahaya, telah diatur oleh badan internasional IMOdan ICAO melalui
konvensi internasional. Sebagai pedoman pelaksanaan operasi SAR, diterbitkan IAMSAR
Manual yang merupakan pedoman bagi negara anggotanya dalam pelaksaan operasi SAR untuk
pelayaran dan penerbangan. Untuk menyeragamkan tindakan agar dicapai suatu hasil yang
maksimal maka digunakan suatu Sistem SAR (SAR Sistem) yang perlu dipahami bagi semua pihak
terlibat. Dalam pelaksanaan operasi SAR melibatkan banyak pihak baik dari militer, kepolisian,
aparat pemerintah, organisasi masyrakat dan lain-lainnya. Demikian juga sesuai dengan ketentuan
IMO dan ICAO setiap negara wajib melaksanakan operasi SAR. Instansi yang bertanggung jawab di
bidang SAR berbeda-beda untuk setiap negara sesuai dengan ketentuan berlaku di masing-masing
negara, di Indonesia tugas tersebut diemban oleh Badan SAR Nasional (BASARNAS).

Anda mungkin juga menyukai