4. Tingkat Prediksi CS
Yang juga mempengaruhi tingkat capaian
CR adalah seberapa kuat kehadiran CS
menandakan akan hadirnya UCS.
Semakin kuat tanda-tanda CS akan
menghadirkan UCS, maka semakin tinggi
pula capaian CR. Begitu pula sebaliknya.
Dalam penelitiannya terhadap subyek
manusia, Hartman dan Grant
menunjukkan bahwa semakin besar
frekwensi kehadiran UCS “menemani‟ CS,
Semakin besar pula tingkat CR yang
dicapai.
Kondisi-kondisi Tertentu yang Mempengaruhi
Diperolehnya Conditioned Respon.
5. Nilai Lebih CS
Jika CS lebih dari satu, maka kemampuan
sebuah CS menandakan kehadiran UCS
akan menghalangi tumbuhnya asosiasi CS
lainnya atas UCS.
Dalam contoh pada nomor 1 (kontiguitas),
anak sebenarnya sudah takut akan
kehadiran ayahnya.
Perasaan lebih takut pada kehadiran
ayahnya ini, mengalangi berkembangnya
asosiasi dari ancaman ibunya terhadap
hukuman.
Kehadiran sang ayah adalah CS pertama dan
ancaman ibu adalah CS kedua.
Diperolehnya CR Tanpa Berpasangnya CS-UCS
Recovery Spontan
• Dalam proses pemudaran ini, tidak
menutup kemungkinan, CR akan
tumbuh kembali seperti semula.
• Peristiwa ini disebut recovery spontan
atau pemulihan CR secara seketika.
Proses-proses Pencegahan lainnya
1. Inhibisi yang terkondisikan
Inhibisi adalah pencegahan munculnya CR karena
CS.
Salah satunya adalah dengan menampilkan CS
yang bersifat negatif.
Contohnya adalah untuk memudarkan CR berupa
rasa lapar ketika melihat kulkas, karena
mengasosiasikannya dengan makanan.
Kulkas, dalam kondisi tadi merupakan CS positif.
Inhibisi bisa dilakukan dengan mengosongkan
kulkas.
Kulkas kosong adalah CS negatif, yang bisa
mencegah munculnya CR.
Inhibisi semacam ini disebut Conditioned Inhibition
2. Inhibisi Eksternal
Inhibisi eksternal adalah inhibisi yang
dilakukan dengan menampilkan stimulus
baru.
Pemunculan stimulus baru dalam
kondisioning dapat menghalangi CR.
Akan tetapi jika kemudian stimulus baru ini
tidak dimunculkan kembali, maka, CR akan
kembali seperti semula.
3. Inhibisi Terpendam
Inhibisi jenis ini dilakukan dengan
memperlambat kemunculan CS UCS secara
bersama.
Dengan begitu kekuatan prediksi CS atas
kehadiran UCS akan menurun.
Akan tetapi, CR akan muncul seperti semula
ketika CS dan UCS hadir secara berpasangan
lagi.
4. Inhibisi dari Penundaan
Inhibisi jenis terjadi karena terjadi
penundaan atas munculnya CR, karena jarak
antara CS dan UCS.
Misal ketika kita masuk restoran. Kita
menunda keluarnya air liur, sampai makanan
tersedia.
5. Terganggunya Inhibisi
Dalam bagian yang telah lalu, telah
disampaikan bahwa kemunculan stimulus
baru selama kondisioning menyebabkan
tercegahnya kemunculan CR.
Hal yang sama akan terjadi dalam inhibisi.
Munculnya stimulus baru akan
mengacaukan proses inhibisi, karena
stimulus baru itu justru akan memancing
kemunculan CR.
Peristiwa semacam ini disebut disinhibition.
Desensitisasi Sistematis, Penerapan Teori Pavlov
dalam Terapi
Teori Kondisioning Pavlov bisa digunakan untuk
mengubah perilaku phobia. Prosedur yang
disebut dengan desensitisasi sistematis ini, telah
digunakan untuk menghilangkan phobia.
Misalnya seseorang sangat takut dalam ujian.
Ketakutan ini bisa saja disebabkan dirinya tidak
menguasasi pelajaran.
Apa yang dapat dilakukan agar ia bisa menjalani
ujian tanpa merasa takut?
Jawabannya adalah desensitisasi sistematis,
suatu terapi yang dikembangkan oleh Joseph
Wolpe, untuk menghalangi munculnya rasa
takut dan menekan perilaku phobia.
Terapi Wolpe ini menggunakan Teori
Kondisioning Pavlov.