Anda di halaman 1dari 13

ANALISA MODULUS ELASTISITAS DALAM MEMPREDIKSI BESARNYA

KERUNTUHAN LATERAL DINDING PENAHAN TANAH


PADA TANAH LUNAK

Albert Allowenda P. S.1), Eka Priadi2), Aprianto2)

allowenda95@gmail.com

Abstrak
Tanah merupakan bagian penting yang tak dapat dipisahkan dalam keseharian manusia. Untuk
membangun suatu konstruksi diperlukan tanah dengan kondisi yang baik dan kuat untuk menunjang
suatu konstruksi dalam menjalankan fungsinya. Dinding penahan tanah merupakan suatu konstruksi
yang dibangun guna mengurangi dampak longsoran ataupun pergeseran tanah khususnya daerah
lereng atau tebing sungai. Komponen penting dalam tanah yang memengaruhi kekuatannya dalam
menopang suatu dinding penahan tanah adalah nilai modulus elastisitas (E) tanah tersebut,
dibutuhkan tanah dengan nilai modulus yang sesuai untuk dapat menopang dinding penahan tanah
agar berfungsi dengan baik. Plaxis Professional merupakan salah satu program (software) yang
digunakan untuk menganalisa permasalahan dalam bidang konstruksi, tidak terkecuali dinding
penahan tanah. Pada program Plaxis Professional ini, salah satu variabel input yang digunakan
adalah nilai modulus elastisitas (E) tanah. Disamping itu, pada program ini variasi data input akan
memberikan hasil yang bervariasi juga, sehingga dibutuhkan suatu batasan khusus agar didapatkan
hasil yang merupakan pendekatan dengan keadaan sebenarnya. Analisa kali ini akan memfokuskan
pada variasi nilai modulus elastisitas (E), seperti nilai modulus elastisitas (E) terbesar, nilai modulus
elastisitas (E) terkecil, nilai modulus elastisitas 50% (E50) terbesar, dan nilai modulus elastisitas 50%
(E50) terkecil dari hasil uji sampel yang didapatkan di lokasi penelitian, yakni Desa Sungai Uluk,
Kabupaten Kapuas Hulu, Kalimantan Barat dimana suatu konstruksi dinding penahan tanah
mengalami suatu kerusakan dan berakibat pada apa yang dinamakan dengan kegagalan konstruksi.

Kata Kunci : Tanah, Dinding Penahan Tanah, Modulus Elastisitas (E) Tanah, Plaxis Professional

1. PENDAHULUAN Sungai Kapuas, Desa Sungai Uluk,


1.1. Latar Belakang Kabupaten Kapuas Hulu serta
Tanah berfungsi juga sebagai mengkhususkan pada analisa modulus
pendukung pondasi daripada sebuah elastisitas tanah hasil pengujian
ataupun banyak konstruksi bangunan. laboratorium dengan menggunakan
Maka, diperlukan tanah dengan kondisi program Plaxis Professional.
kuat menahan beban diatasnya dan
menyebarkan beban tersebut secara merata 2. TINJAUAN PUSTAKA
agar konstruksi bangunan yang ditopang 2.1. Tanah Lunak
dapat berfungsi dengan semaksimal Tanah lunak adalah tanah yang
mungkin. jika tidak dikenali dan diselidiki secara
Tanah sebagai dasar berdirinya berhati - hati dapat menyebabkan masalah
suatu pekerjaan konstruksi sering ketidakstabilan dan penurunan jangka
mengalami masalah pergerakan tanah, panjang yang tidak dapat ditolerir, tanah
terutama terjadi pada tanah - tanah dengan tersebut mempunyai kuat geser yang
kondisi lunak. Masalah pergerakan tanah rendah dan kompresibilitas yang tinggi.
khususnya di Indonesia sering terjadi Apabila tanah dasar yang ada berupa tanah
karena keadaan geografi di berbagai lempung yang mempunyai daya dukung
tempat yang memiliki curah hujan cukup dan kuat geser yang rendah, maka
tinggi dan daerah potensi gempa, konstruksi di sekitar tanah terebut bisa
disamping faktor lain yang masih perlu mengalami kerusakan. Sehingga, tanah
diperhatikan seperti topografi daerah dasar haruslah bersifat keras agar sesuai
setempat, struktur geologi, dan sifat dengan persyaratan teknis. Untuk
rembesan tanah. memenuhi persyaratan teknis, maka tanah
Penulisan tugas akhir ini akan dasar dapat diperbaiki, hal ini dikenal
menganalisa proyek Perkuatan Tebing dengan nama stabilisasi tanah.

1. Alumni Prodi Teknik Sipil FT. UNTAN


2. Dosen Prodi Teknik Sipil FT. UNTAN
2.2.2. Modulus Elastisitas 50% (E50)
Penggunaan nilai modulus
elastisitas tanah untuk desain struktur
tanah menggunakan nilai E50, dimana E50
ini adalah nilai modulus elastisitas tanah
pada tegangan (stress) 50% dari tegangan
maksimum.

Gambar 1. Tanah Lunak (Visual)

2.2. Modulus Elastisitas


2.2.1. Hubungan Tegangan dan
Regangan
Parameter yang menghubungkan
antara tegangan dan regangan ini disebut
modulus elastisitas. Modulus elastisitas Gambar 3. Contoh Grafik Modulus
menggambarkan kekakuan suatu material Elastisitas 50% (E50)
yang berarti bahwa apabila suatu material
memiliki nilai modulus elastisitas yang Berdasarkan Gambar 3, nilai
besar, maka semakin kecil perubahan Modulus Elastisitas 50% (E50) dapat
bentuk yang terjadi apabila diberi disajikan dalam bentuk persamaan
tegangan tertentu. matematis seperti berikut :
Tegangan adalah besaran yang
menyatakan perbandingan antara suatu 50
besaran gaya terhadap luas penampang. 50 =
50

=
2.3. Pengujian Triaxial Test
Tujuan dari pengujian triaxial test
Regangan adalah besaran yang
ini adalah untuk mendapatkan parameter -
menyatakan suatu perbandingan antara
parameter kekuatan tanah (shear strength)
perubahan panjang terhadap panjang awal
seperti kohesi dan sudut geser. Selain
dari suatu material, berikut adalah
parameter kohesi dan sudut geser, melalui
persamaan matematis untuk regangan :
∆ pengujian triaxial test ini juga dapat
= memperoleh nilai parameter kekakuan
tanah (soil stiffness) melalui grafik
hubungan antara tegangan dan regangan.
Hubungan antara tegangan dan
Proses pengujian triaxial test terbagi
regangan yang dinyatakan dalam modulus
menjadi tiga kondisi. Pembagian ini
elastisitas dapat dilihat pada persamaan
berdasarkan pada kondisi konsolidasi dan
berikut :
keadaan aliran air pada sampel selama
pengujian berlangsung. Berikut adalah
= penjelasan lebih lanjut untuk ketiga
kondisi pengujian triaxial test tersebut :
a) Unconsolidated Undrained
Triaxial Test
Secara singkat, pengujian jenis ini
berarti bahwa pada sampel tidak
dilakukan konsolidasi terlebih
dahulu dan pada saat pembebanan
kondisi air tidak dibiarkan
mengalir.
Gambar 2. Contoh Grafik Modulus
Elastisitas (E)

2
b) Consolidated Undrained Triaxial Secara singkat, penjelasan mengenai
Test jenis - jenis triaxial test dapat dilihat dari
Tidak seperti pengujian ilustrasi gambar berikut :
unconsolidated undrained
sebelumnya, pada pengujian
consolidated undrained ini
melakukan proses konsolidasi
terlebih dahulu dengan cara diberi
cell pressure dan back pressure
tertentu hingga sampel tanah
tersaturasi secara penuh (fully
saturated) dalam jangka waktu
tertentu. Setelah proses saturasi
selesai, dilanjutkan proses
konsolidasi dengan memberikan
beban yang tidak lebih besar dari Gambar 4. Jenis – Jenis Pengujian Triaxial
0,5% dari perkiraan beban saat Test
failure. Dengan kondisi selang
drainase tertutup, pertahankan Pada penelitian ini, jenis pengujian
nilai back pressure dalam keadaan yang digunakan adalah jenis consolidated
konstan dan meningkatkan nilai undrained triaxial test dengan data mentah
chamber pressure hingga selisih berupa data bacaan deformation, load dial,
dari kedua pressure ini sesuai dan pore pressure.
dengan effective consolidation
pressure. Proses konsolidasi ini 2.4. Dinding Penahan Tanah
dilakukan dalam waktu yang Dinding penahan tanah berfungsi
disesuaikan dengan jenis tanah untuk menyokong tanah serta
dan dilanjutkan ke proses mencegahnya dari bahaya kelongsoran.
selanjutnya setelah terkonsolidasi Baik akibat beban air hujan, berat tanah itu
100%. sendiri maupun akibat beban yang bekerja
Setelah sampel melalui di atasnya. Dinding penahan tanah
proses saturasi dan konsolidasi, didesain dan dibangun untuk menahan
diakhiri dengan proses tekanan lateral (horizontal) tanah ketika
pembebanan yang dilakukan terdapat perubahan dalam elevasi tanah.
dengan kondisi selang drainase Faktor penting dalam mendesain dan
tertutup. membangun dinding penahan tanah adalah
c) Consolidated Drained Triaxial mengusahakan agar dinding penahan tanah
Test tidak bergerak ataupun tanahnya longsor
Pengujian jenis akibat gaya gravitasi. Tekanan tanah
consolidated drained ini lateral di belakang dinding penahan tanah
merupakan pengujian yang bergantung kepada sudut geser dalam
memberikan hasil sangat baik tanah (Φ) dan kohesi (c). Tekanan lateral
karena hasil yang berupa kondisi meningkat dari atas sampai ke bagian
effective stress dari tanah dan paling bawah pada dinding penahan tanah.
kondisi drained yang berarti air di Jika tidak direncanakan dengan baik,
dalam sampel tanah diizinkan tekanan tanah akan mendorong dinding
mengalir. Perbedaan pengujian penahan tanah sehingga menyebabkan
jenis ini dibandingkan dengan kegagalan konstruksi serta kelongsoran.
pengujian consolidated undrained
adalah pada saat pembebanan, 2.5. Plaxis Professional
dimana pada pengujian ini selang PLAXIS adalah program elemen
drainase dibiarkan terbuka hingga dua-dimensi, yang dikembangkan
sehingga air dapat mengalir keluar. untuk analisis deformasi, analisis stabilitas,
analisis aliran air tanah dan telah
digunakan di seluruh dunia untuk desain

3
dan rekayasa geoteknik. Tujuan semula mengetahui nilai modulus elastisitas tanah
adalah untuk mengembangkan sebuah yang mendekati kesesuaian untuk
program yang mudah digunakan untuk perencanaan dan prediksi gambaran umum
analisis tanggul sungai di tanah lunak kondisi tanah serta perubahan yang
untuk dataran rendah di Belanda. Dalam diberikan sebelum dan sesudah diberi
beberapa tahun berikutnya, PLAXIS telah perkuatan dinding penahan tanah dengan
dikembangkan lebih jauh lagi untuk desain dinding penahan tanah yang telah
mencakup aspek-aspek rekayasa geoteknik direncanakan sebelumnya.
lainnya.
3.3. Teknik Pengumpulan Data
3. METODOLOGI PENELITIAN Teknik yang digunakan adalah
3.1. Rancangan Penelitian Teknik Langsung, karena data yang
Penulis mengumpulkan data - data dikumpulkan merupakan data primer
berupa data - data primer yang merupakan proyek Perkuatan Tebing Sungai
hasil pengujian di Laboratorium Mekanika Kapuas, Desa Sungai Uluk, Kabupaten
Tanah, Fakultas Teknik, Universitas Kapuas Hulu yang melewati tahapan
Tanjungpura. Selanjutnya, data tersebut pengujian di Laboratorium Mekanika
diolah untuk mendapatkan nilai modulus Tanah, Fakultas Teknik, Universitas
elastisitas (E) dari grafik hasil pengujian Tanjungpura.
dan nilai modulus elastisitas 50% (E50)
dari grafik hasil pengujian. Seterusnya, 3.4. Alat Pengumpul Data
nilai-nilai modulus elastisitas tersebut Penulis sendiri sebagai Instrumen
(Egrafik & E50(grafik)) dianalisa menggunakan Utama (Instrumen Kunci) yang
program, yakni Plaxis Professional untuk mengumpulkan data primer proyek
mengetahui nilai modulus elastisitas tanah Perkuatan Tebing Sungai Kapuas, Desa
yang mendekati kesesuaian untuk Sungai Uluk, Kabupaten Kapuas Hulu
perencanaan dan prediksi gambaran umum dan pelaksana tahapan - tahapan pengujian
kondisi tanah serta perubahan yang di Laboratorium Mekanika Tanah,
diberikan sebelum dan sesudah diberi Fakultas Teknik, Universitas Tanjungpura.
perkuatan dinding penahan tanah pada
proyek Perkuatan Tebing Sungai 3.5. Sumber Data
Kapuas, Desa Sungai Uluk, Kabupaten Data yang penulis gunakan
Kapuas Hulu, sehingga dapat sebagai sumber utama pada studi kasus ini
memberikan hasil yang cukup mumpuni adalah data primer proyek Perkuatan
dan bermanfaat kedepannya. Tebing Sungai Kapuas, Desa Sungai
Uluk, Kabupaten Kapuas Hulu hasil
3.2. Metode Penelitian pengujian di Laboratorium Mekanika
Dilihat dari sifatnya, penelitian Tanah, Fakultas Teknik, Universitas
yang penulis lakukan ini dapat Tanjungpura.
digolongkan sebagai penelitian kasus dan
studi literatur, karena dalam penelitian ini 3.6. Data
penulis menggunakan data primer yang Data yang penulis gunakan adalah
diperoleh dari pengujian di Laboratorium data hasil pengujian tanah, yakni berupa
Mekanika Tanah, Fakultas Teknik, data penjenuhan, data konsolidasi, data uji
Universitas Tanjungpura. Digolongkan geser langsung, data kohesi tanah, data
sebagai studi literatur karena penelitian ini sudut geser, data klasifikasi tanah, data
mencoba menganalisa kondisi tanah pada parameter tanah, dan data pendukung
proyek Perkuatan Tebing Sungai lainnya.
Kapuas, Desa Sungai Uluk, Kabupaten
Kapuas Hulu dengan menggunakan 4. HASIL DAN PEMBAHASAN
desain yang telah direncanakan 4.1. Pengujian Berat Volume Tanah
sebelumnya dari segi nilai modulus (Bulk Density Test)
elastisitas (E) tanah yang divariasikan Maksud dilakukannya percobaan
serta selanjutnya diolah menggunakan ini adalah untuk menentukan berat volume
program Plaxis Professional untuk dari sampel tanah dan tujuan diketahui

4
berat volume dari suatu sampel tanah saringan No. 10, pemeriksaan dilakukan
tersebut adalah sebagai salah satu data dengan analisa hidrometer. Sedangkan
pendukung dalam analisa menggunakan untuk tanah yang tidak mengandung
program Plaxis Professional. butiran tertahan pada saringan No. 20,
pemeriksaan dilakukan dengan analisa
Tabel 1. Hasil Pengujian Berat saringan. Tujuan diketahui distribusi
Volume Tanah ukuran butir tanah dari suatu sampel tanah
tersebut adalah sebagai salah satu data
pendukung dalam analisa menggunakan
program Plaxis Professional.

4.2. Pengujian Kadar Air Tanah 4.4.1. Hasil Pengujian


(Water Content Test)
Maksud dari pengujian ini adalah
untuk menentukan seberapa besar kadar
air dari suatu sampel tanah. Tujuan
diketahui kadar air dari suatu sampel tanah
tersebut adalah sebagai salah satu data
pendukung dalam analisa menggunakan
program Plaxis Professional.
Gambar 5. Diagram Analisa Butiran
Tabel 2. Hasil Pengujian Kadar Air STA.01
Tanah

Dari pengujian analisa butiran untuk


sampel tanah STA.01 didapatkan hasil
sebagai berikut :
Pasir : 26 %
Lanau : 56 %
4.3. Pengujian Berat Jenis Tanah Lempung : 18 %
(Specific Gravity / Gs) Maka, sampel tanah pada STA.01
Maksud percobaan ini adalah terklasifikasi Tanah Liat Berlanau.
untuk menentukan berat jenis suatu sampel
tanah. Berat jenis sendiri adalah
perbandingan antara berat dari suatu
volume tanah terhadap berat dari volume
air. Tujuan diketahui berat jenis dari suatu
sampel tanah tersebut adalah sebagai salah
satu data pendukung dalam analisa
menggunakan program Plaxis
Professional.

Tabel 3. Hasil Pengujian Berat Jenis Gambar 6. Diagram Analisa Butiran


Tanah STA.02

Dari pengujian analisa butiran untuk


sampel tanah STA.02 didapatkan hasil
sebagai berikut :
4.4. Analisa Distribusi Ukuran Butir Pasir : 30 %
Tanah (Grain Size Analysis) Lanau : 55 %
Maksud percobaan ini adalah Lempung : 15 %
untuk menentukan distribusi ukuran
butiran tanah. Untuk tanah yang tidak Maka, sampel tanah pada STA.02
mengandung butiran tertahan pada terklasifikasi Tanah Liat Berlanau.

5
Tabel 4. Nilai Sudut Geser (Ø) &
Nilai Kohesivitas (c) Hasil Pengujian

Gambar 7. Diagram Analisa Butiran


STA.03 4.6. Perhitungan Nilai Modulus
Elastisitas Tanah Hasil
Dari pengujian analisa butiran untuk Pengujian (Egrafik) dan
sampel tanah STA.03 didapatkan hasil Perhitungan Nilai Modulus Elastisitas
sebagai berikut : Tanah 50% Hasil Pengujian (E50(grafik))
Pasir : 37 %
Lanau : 54 % 4.6.1. Perhitungan Nilai Modulus
Lempung : 9% Elastisitas Tanah Hasil
Pengujian (Egrafik)
Maka, sampel tanah pada STA.03 Apabila suatu material memiliki
terklasifikasi Tanah Liat Berlanau. nilai modulus elastisitas yang besar, maka
semakin kecil perubahan bentuk yang
terjadi apabila diberi tegangan tertentu.
Berikut akan ditampilkan salah satu grafik
modulus elastisitas hasil pengujian serta
nilai modulus elastisitas yang didapatkan
dari gambar tersebut.

Tabel 5. Tabel Uji Geser Triaksial


CU STA.01 (A)
Gambar 8. Diagram Analisa Butiran
STA.04

Dari pengujian analisa butiran untuk


sampel tanah STA.04 didapatkan hasil
sebagai berikut :
Pasir : 12 %
Lanau : 54 %
Lempung : 34 %

Maka, sampel tanah pada STA.04


terklasifikasi Campuran Tanah Liat dan Data yang ditampilkan diatas adalah
Lempung Berlanau. data hasil uji geser untuk sampel tanah
STA.01 (A). Dari data tersebut dibuat
4.5. Consolidated Undrained (CU) grafik menggunakan data Δσ = σ1 – σ3
Triaxial Test sebagai data sumbu-y dan data ε sebagai
Tujuan dari pengujian ini sendiri data sumbu-x yang menyatakan
adalah untuk mengetahui nilai Sudut Geser perbandingan antara tegangan (σ) terhadap
(Ø) dan nilai Kohesivitas (c) dari sampel regangan (ε). Dari input data - data yang
tanah yang diuji, dimana data yang disebutkan diatas, dihasilkan grafik
didapatkan nantinya akan digunakan sebagai berikut :
sebagai parameter analisa menggunakan
program Plaxis Professional.

6
Tabel 6. Nilai Modulus Elastisitas (E)
Hasil Pengujian

Gambar 9. Modulus Elastisitas STA.01


(A)

Melalui gambar diatas dapat dilihat


bahwa nilai modulus elastisitas (E) yang 4.6.2. Perhitungan Nilai Modulus
digunakan adalah nilai perbandingan Elastisitas Tanah 50% Hasil
antara nilai tegangan terhadap regangan Pengujian (E50(grafik))
pada bacaan pertama, karena pada saat Penggunaan nilai modulus
pembacaan kedua terjadi penurunan grafik elastisitas (E) tanah untuk desain struktur
yang dapat dianalogikan sebagai tegangan tanah menggunakan nilai E50, dimana E50
sisa. Dengan data bacaan pertama yang ini adalah nilai modulus elastisitas (E)
sesuai dengan penarikan garis pada grafik tanah pada tegangan (stress) 50% dari
didapatlah besar nilai modulus elastisitas tegangan maksimum.
(E) sebagai berikut :

σ1 – σ3 = 0,5965 kg/cm2
ε = 0,287 %

E =
,
E =
( , ∶ )
,
E = ,
E = 207,840 kg/cm2
E = 20.784 kN/m2 Grafik 10. Grafik Modulus Elastisitas 50%
(E50) STA.01 (A)

Pada pengujian di laboratorium,


Untuk nilai modulus elastisitas (E) modulus elastisitas (E) didapat dari hasil
hasil pengujian lainnya akan ditampilkan hubungan tegangan – regangan pengujian
dalam format tabelaris dan karena pada triaxial test. Pada grafik 4.6. didapat nilai
tiap sampel tanah yang diuji menunjukkan E = E0 yang didefinisikan sebagai Young’s
grafik yang mengalami penurunan setelah Modulus, sedangkan nilai E50 adalah nilai
pembacaan pertama atau yang modulus sekan (Secant’s Modulus) yang
dianalogikan sebagai tegangan sisa, maka didapat dari nilai (σ1 – σ3)50 / ε50. Dengan
nilai modulus elastisitas (E) dari tiap kata lain, modulus elastisitas 50% (E50)
sampel tanah lainnya diambil dari merupakan nilai modulus elastisitas
perbandingan antara tegangan terhadap sebesar 50% dari nilai modulus elastisitas
regangan dari bacaan pertama. Hasil awal (E = E0). Dari penarikan garis pada
pengujian terhadap sampel tanah lainnya grafik didapatlah besar nilai modulus
dalam format tabelaris adalah sebagai elastisitas 50% (E50) sebagaimana berikut :
berikut :

7
(σ1 – σ3)50 = 0,2983 kg/cm2 4.7.1. Pemodelan Mohr-Coulomb
ε50 = 0,144 % Pemodelan ini menganggap
( – ) plastisitas mempunyai hubungan dengan
E50 =
, regangan yang irreversible atau tidak
E50 = dapat kembali ke kondisi semula. Sebuah
( , ∶ )
E50 =
, model plastis sempurna merupakan suatu
, model konstitutif dengan bidang leleh
E50 = 207,153 kg/cm2 tertentu, yaitu bidang leleh yang
E50 = 20.715 kN/m2 sepenuhnya didefinisikan oleh parameter
model dan tidak terpengaruh oleh
Untuk nilai modulus elastisitas 50% peregangan.
(E50) hasil pengujian lainnya akan
ditampilkan dalam format tabelaris 4.7.1.1.Modulus Elastisitas Terbesar
sebagai berikut : Berikut parameter tanah yang
digunakan pada model Mohr-Coulomb :
Tabel 7. Nilai Modulus Elastisitas 50%
(E50) Hasil Pengujian Tabel 8. Parameter Timbunan
Modulus Elastisitas Terbesar

Tabel 9. Parameter Lapisan 1, Lapisan 2,


dan Lapisan 3

4.7. Analisa Keruntuhan Lateral


dengan program Plaxis
Professional menggunakan
Nilai Modulus Elastisitas Tanah
Hasil Pengujian (Egrafik) Berikut parameter material yang
Pada analisa menggunakan digunakan untuk model Mohr-Coulomb :
program Plaxis Professional 8.2 ini akan
dipaparkan data - data parameter yang
digunakan dalam analisa menggunakan Tabel 10. Parameter Dinding
program tersebut. Bersamaan dengan data Penahan Tanah
- data parameter tersebut akan dipaparkan
hasil olah dengan program Plaxis
Professional 8.2 beserta analisa
berdasarkan hasil olahan program Plaxis
Professional 8.2. Analisa kali ini akan
menggunakan variasi pada nilai modulus
elastisitas (E) tanah dengan
mengkategorikannya berdasarkan nilai Selanjutnya akan ditampilkan gambar
modulus elastisitas (E) tanah terbesar dan hasil olahan Plaxis Professional 8.2
nilai modulus elastisitas (E) tanah terkecil beserta penjelasan dan analisa berdasarkan
hasil pengujian triaksial terkonsolidasi - gambar hasil olahan program tersebut.
tak teralirkan (Consolidated Undrained
Triaxial Test) pada tiap sampel tanah yang
diambil dari lapangan. Pada analisa ini
difokuskan untuk melihat keruntuhan
akibat gerakan lateral tanah dan besarnya
nilai pergerakan tanah secara horizontal.

8
Berikut parameter material yang
digunakan untuk model Mohr-Coulomb :

Tabel 13. Parameter Penahan Tanah

Gambar 11. Pergerakan Horizontal Pada


Perkuatan Bronjong + Sheetpile (Shading)

Melalui hasil olah program Selanjutnya akan ditampilkan gambar


diperoleh nilai pergerakan tanah secara hasil olahan Plaxis Professional 8.2
horizontal paling kecil sebesar ±6,68m. beserta penjelasan dan analisa berdasarkan
Dapat dilihat melalui gambar bahwa gambar hasil olahan program tersebut.
pergerakan juga lebih dikarenakan beban Namun, kali ini dengan menggunakan
daripada perkuatan bronjong yang lebih nilai modulus elastisitas (E) tanah terkecil
berfungsi sebagai beban tambahan hasil pengujian tes triaksial.
dibandingkan sebagai penahan pergerakan
tanah. Hal ini dapat dilihat melalui arsiran
(shading) pada gambar diatas, dimana
gradasi warna dimulai dari bronjong dan
perlahan berkurang intensitasnya dan
berakhir di daerah konstruksi bronjong
juga. Sehingga, dapat dikatakan bahwa Gambar 12. Pergerakan Horizontal Pada
perkuatan bronjong pada daerah tersebut Perkuatan Bronjong + Sheetpile (Shading)
beresiko tinggi memberikan beban
tambahan terlebih apabila diatas bronjong Melalui hasil olah program
diberi tambahan beban - beban luar, diperoleh nilai pergerakan tanah secara
seperti orang, kendaraan, ataupun benda - horizontal paling kecil sebesar ±0,7138m.
benda lainnya yang mungkin saja Kurang lebih seperti analisa sebelumnya,
merupakan salah satu penyebab atau faktor dapat dilihat melalui gambar bahwa
runtuhnya dinding penahan tanah pergerakan juga lebih dikarenakan beban
(sheetpile) di sebelahnya. daripada perkuatan bronjong yang lebih
berfungsi sebagai beban tambahan
4.7.1.2. Modulus Elastisitas Terkecil dibandingkan sebagai penahan pergerakan
Berikut parameter tanah yang tanah. Pada arsiran (shading) gambar
digunakan pada model Mohr-Coulomb : diatas, gradasi warna dimulai dari
bronjong dan perlahan berkurang
Tabel 11. Parameter Timbunan Modulus intensitasnya dan berakhir di daerah
Elastisitas Terkecil konstruksi bronjong dan mendekati area
dinding penahan tanah (sheetpile).
Sehingga, dapat dikatakan bahwa
perkuatan bronjong tetap menjadi beban
tambahan dan ditambah lagi dengan
kondisi tanah yang memiliki nilai modulus
Tabel 12. Parameter Lapisan 1, Lapisan 2, elastisitas lebih kecil dibanding
dan Lapisan 3 sebelumnya menyebabkan area yang
rawan sudah mendekati area perkuatan
dinding penahan tanah yang sedikit
banyaknya menjadi salah satu penyebab
(faktor) runtuhnya dinding penahan tanah
di daerah tersebut.

9
4.8. Analisa Keruntuhan Lateral Berikut parameter material yang
dengan program Plaxis digunakan untuk model Mohr-Coulomb :
Professional menggunakan
Nilai Modulus Elastisitas Tanah Tabel 16. Parameter Dinding
50% Hasil Pengujian (E50(grafik)) Penahan Tanah
Analisa kali ini akan
menggunakan variasi pada nilai modulus
elastisitas 50% (E50) tanah dengan
mengkategorikannya berdasarkan nilai
modulus elastisitas 50% (E50) tanah
terbesar dan nilai modulus elastisitas 50%
(E50) tanah terkecil hasil pengujian
triaksial terkonsolidasi - tak teralirkan
(Consolidated Undrained Triaxial Test) Selanjutnya akan ditampilkan gambar
pada tiap sampel tanah yang diambil dari hasil olahan Plaxis Professional 8.2
lapangan. Pada analisa kali ini juga beserta penjelasan dan analisa berdasarkan
difokuskan untuk melihat keruntuhan gambar hasil olahan program tersebut.
akibat gerakan lateral tanah dan besarnya Kali ini dengan menggunakan nilai
nilai pergerakan tanah secara horizontal. modulus elastisitas 50% (E50) tanah
terbesar hasil pengujian tes triaksial.
4.8.1. Pemodelan Mohr-Coulomb
Pemodelan ini menganggap
plastisitas mempunyai hubungan dengan
regangan yang irreversible atau tidak
dapat kembali ke kondisi semula. Sebuah
model plastis sempurna merupakan suatu
model konstitutif dengan bidang leleh
tertentu, yaitu bidang leleh yang
sepenuhnya didefinisikan oleh parameter Gambar 13. Pergerakan Horizontal Pada
model dan tidak terpengaruh oleh Perkuatan Bronjong + Sheetpile (Shading)
peregangan.

4.8.1.1. Modulus Elastisitas 50% Melalui hasil olah program


Terbesar diperoleh nilai pergerakan tanah secara
Berikut parameter tanah yang horizontal paling kecil sebesar ±1,37m.
digunakan pada model Mohr-Coulomb : Tidak berbeda jauh dengan analisa
sebelumnya, dapat dilihat melalui gambar
Tabel 14. Parameter Timbunan Modulus bahwa pergerakan juga lebih dikarenakan
Elastisitas 50% Terbesar beban daripada perkuatan bronjong yang
lebih berfungsi sebagai beban tambahan
dibandingkan sebagai penahan pergerakan
tanah.
Pada arsiran (shading) gambar
diatas, gradasi warna dimulai dari
bronjong dan perlahan berkurang
Tabel 15. Parameter Lapisan 1, Lapisan 2, intensitasnya dan berakhir di daerah
dan Lapisan 3 konstruksi bronjong dan sedikit mendekati
area dinding penahan tanah (sheetpile).
Sehingga, dapat dikatakan bahwa
perkuatan bronjong tetap menjadi beban
tambahan dan ditambah lagi dengan
kondisi tanah yang memiliki nilai modulus
elastisitas sebesar 50% dari nilai modulus
elastisitas terbesar menyebabkan area yang
rawan sudah mendekati area perkuatan

10
dinding penahan tanah yang walaupun Cukup berbeda jauh dengan analisa
kecil dan tidak memiliki intensitas seperti sebelum - sebelumnya, namun pada
analisa sebelumnya, namun tetap sedikit gambar tetap terlihat bahwa pergerakan
banyaknya menjadi salah satu penyebab juga lebih dikarenakan beban daripada
(faktor) runtuhnya dinding penahan tanah perkuatan bronjong yang lebih berfungsi
di daerah tersebut. sebagai beban tambahan dibandingkan
sebagai penahan pergerakan tanah. Pada
4.8.1.2. Modulus Elastisitas 50% arsiran (shading) gambar diatas, gradasi
Terkecil warna dimulai dari bronjong dan perlahan
Berikut parameter tanah yang berkurang intensitasnya namun berakhir di
digunakan pada model Mohr-Coulomb : daerah konstruksi bronjong dan sangat
dekat dengan area dinding penahan tanah.
Tabel 17. Parameter Timbunan Sehingga, dapat dikatakan bahwa
Modulus Elastisitas 50% Terkecil perkuatan bronjong tetap menjadi beban
tambahan dan ditambah lagi dengan
kondisi tanah yang memiliki nilai modulus
elastisitas sebesar 50% dari nilai modulus
elastisitas terkecil menyebabkan area yang
rawan sudah sangat dekat dengan area
Tabel 18. Parameter Lapisan 1, Lapisan perkuatan dinding penahan tanah yang
2, dan Lapisan 3 intensitasnya sangat jelas dan sangat
berbeda dengan analisa sebelumnya, maka
sedikit banyaknya dapat dikatakan
merupakan salah satu penyebab (faktor)
runtuhnya dinding penahan tanah di
Berikut parameter material yang daerah tersebut.
digunakan untuk model Mohr-Coulomb :
5. KESIMPULAN DAN SARAN
Tabel 19. Parameter Dinding Penahan 5.1. Kesimpulan
Tanah Kesimpulan yang akan dipaparkan
pada bab ini merupakan rangkuman dari
berbagai macam hasil - hasil yang
didapatkan baik itu saat melakukan
pengujian sampel di Laboratorium
Mekanika Tanah, Fakultas Teknik,
Universitas Tanjungpura ataupun hasil -
Selanjutnya akan ditampilkan hasil yang didapatkan lewat analisa
gambar hasil olahan Plaxis Professional menggunakan program Plaxis
8.2 beserta penjelasan dan analisa Professional 8.2. Berikut adalah beberapa
berdasarkan gambar hasil olahan program hal yang penulis simpulkan lewat hasil
tersebut menggunakan nilai modulus pengujian dan analisa menggunakan
elastisitas 50% (E50) tanah terkecil hasil program :
pengujian tes triaksial. a) Berdasarkan hasil pengujian sifat
fisis pada sampel tanah lokasi,
belum memberikan bukti yang
akurat bahwa tanah yang diuji
merupakan tanah lunak. Terlebih
pada hasil pengujian hidrometer
dan analisa gradasi menunjukkan
Gambar 14. Pergerakan Horizontal Pada persentase kandungan lanau dan
Perkuatan Bronjong + Sheetpile (Shading) pasir yang lebih tinggi daripada
kandungan lempung atau dengan
Melalui hasil olah program kata lain tanah yang diuji
diperoleh nilai pergerakan tanah secara merupakan tanah keras (kaku).
horizontal paling kecil sebesar ±0,3491m. b) Dari hasil pengujian Consolidated

11
Undrained Triaxial Test (Tes terendam dan menempel pada
Triaksial Terkonsolidasi – Tak dinding perkuatan, gelombang
Teralirkan) menunjukkan bahwa akibat pasang yang merembes ke
nilai kohesivitas (c) dari sampel arah dinding perkuatan, intensitas
tanah yang diambil dan diuji di perubahan tinggi - rendah
laboratorium tergolong tinggi (fluktuasi) pada muka air sungai,
dengan nilai sudut geser (Ø) yang dan juga kapal barang yang
tergolong rendah. Hal ini bersandar pada dinding perkuatan
menunjukkan bahwa daya lekat (hal ini sangat mungkin terjadi
antar butir tanah sangat kuat atau mengingat warga sekitar
dengan kata lain daerah sekitar menyampaikan hal yang sama
perkuatan tergolong sebagai tanah bahwa kapal barang pernah
keras (kaku). bersandar pada dinding perkuatan
c) Nilai modulus elastisitas (E) tanah dan dikarenakan angin ataupun
yang didapatkan melalui gelombang akibat pasang, kapal
perhitungan lewat grafik tersebut menghantam bagian
menggunakan data hasil pengujian daripada dinding perkuatan yang
triaksial CU dengan nilai modulus sedikit banyaknya memberikan
elastisitas 50% (E50) tanah hasil pengaruh terhadap robohnya
penarikan garis singgung pada dinding perkuatan tersebut)
grafik nilai modulus elastisitas (E) terlebih apabila kekuatan dinding
tanah tidak menunjukkan selisih penahan tidak diperuntukkan bagi
atau perbedaan nilai yang kapal untuk bersandar.
signifikan bahkan sangat
mendekati antara satu dengan 5.2. Saran
yang lainnya. Saran berisikan masukan-masukan
d) Hasil analisa menggunakan yang berguna untuk menunjang kemajuan
program Plaxis Professional 8.2 daripada suatu penelitian ataupun
menunjukkan bahwa pada lokasi percobaan. Sehingga, hasil yang
perkuatan tersebut memang layak didapatkan dan dituliskan menjadi lebih
diberi perkuatan dan dapat baik daripada sebelumnya. Berikut adalah
memberikan dampak baik, namun beberapa saran yang penulis tuliskan
dibutuhkan beberapa penyesuaian berkaitan dengan penelitian yang penulis
pada desain rencana agar dapat lakukan, yakni :
berfungsi dengan baik sesuai a) Analisa butiran sebaiknya
dengan maksud dan tujuan menggunakan lebih dari 1 (satu)
dibuatnya perkuatan tersebut. acuan dimana pada pengolahan
e) Pada analisa dengan menggunakan data hanya menggunakan metode
perkuatan bronjong + sheetpile USDA sebagai acuan. Metode
didapatkan bahwa area rawan analisa butiran lainnya antara
longsor adalah area sekitar lain : metode USCS, metode
bronjong atau dengan kata lain AASHTO, metode MIT.
fungsi bronjong yang tadinya b) Nilai - nilai asumsi yang
sebagai penahan tanah malah digunakan pada analisa dengan
menjadi penambah beban yang program Plaxis Professional lebih
harus ditopang oleh dinding disesuaikan lagi.
penahan tanah (sheetpile) c) Sampel yang diambil dari
sehingga dinding penahan tanah lapangan sebaiknya diteliti secara
(sheetpile) pada lokasi mengalami visual dengan perlahan dan pasti
roboh (runtuh). di lokasi pengambilan sampel dan
f) Beberapa faktor lainnya yang pada saat menutup tabung sampel,
bukan tidak mungkin turut andil pastikan kedap seluruhnya untuk
dalam robohnya dinding perkuatan mengantisipasi udara yang masuk
tersebut, seperti arus sungai yang ataupun sampel keluar dari tabung
menggerus bagian tanah yang sampel.

12
d) Berkaitan dengan hasil penelitian Harison, M. Afrol, Syarifudin Adi Saputro,
di lapangan, penulis Sri Prabandiyani R. W., dan Siti
menyimpulkan perlunya dilakukan Hardiyati. Analisa Geoteknik dan
penyuluhan kepada warga yang Penanggulangan Kelongsoran
bertempat tinggal di sekitar Tanggul Sungai Banjir Kanal
bangunan dinding perkuatan Barat, Semarang.
tersebut tentang fungsi dinding
perkuatan dan apa saja hal - hal Jacobs,P. 2004. Simplified Description of
yang boleh dan tidak boleh the Use and Design Methods for
dilakukan di sekitar dinding CPT’s in Ground Engineering.
perkuatan tersebut agar dinding Fugro Engineering Services Ltd.:
tersebut dapat berfungsi secara Oxfordshire
maksimal dan terhindar dari hal -
hal yang tidak diinginkan terlebih Laboratorium Mekanika Tanah, Fakultas
yang datangnya akibat ulah warga Teknik, Laporan Praktikum
sekitar dinding perkuatan tersebut Mekanika Tanah I, Universitas
berada. Tanjungpura.

Daftar Pustaka Panduan Geoteknik 1, Proses


Afriani, Lusmeilia. 2014. Kuat Geser Pembentukan dan Sifat - Sifat
Tanah. Graha Ilmu : Yogyakarta Dasar Tanah Lunak, 2002.

Bontong, B. 2009. Pengaruh Kepadatan Permana, Giwa Wibawa. 2016. Analisis


dan Kadar Air terhadap Stabilitas Lereng dan
Hambatan Penetrasi Sondir pada Penanganan Longsoran
Tanah Lanau. Jurnal Mekanika Menggunakan Metode Elemen
Teknik, Fakultas Teknik, Hingga Plaxis V8.2 (Studi
Universitas Tadulako, Tahun XI Kasus : Ruas Jalan Liwa –
No. 2. Simpang Gunung Kemala
STA.263+650). Fakultas Teknik,
Bowless,J. E. 1989. Sifat – sifat Fisis Dan Universitas Lampung, Bandar
Geoteknis Tanah Edisi Kedua. Lampung.
Erlangga : Jakarta
Prastyo, Riki Dwi. 2014. Analisis Potensi
Das, Braja M. 1990. Mekanika Tanah Longsor Pada Lereng Galian
(Prinsip – Prinsip Rekayasa Penambangan Timah (Studi
Geoteknis) Jilid-1. Erlangga : Kasus : Area Penambangan
Jakarta Timah di Jelitik, Kabupaten
Bangka). Jurusan Teknik Sipil,
Das, Braja M. 1998. Mekanika Tanah Fakultas Teknik, Universitas
(Prinsip - Prinsip Rekayasa Bangka Belitung.
Geoteknis) Jilid-2. Erlangga :
Jakarta Safitri,R (2011), dkk. 2011. Korelasi
Parameter Kuat Geser Hasil Uji
Feriyansyah,H. 2013. Analisis Stabilitas Geser Langsung dan Uji
Lereng (Studi Kasus di Triaksial pada Campuran
Kelurahan Sumur Batu Bandar Tanah Lempung Pasir. Jurnal
Lampung). Skripsi Fakultas Teknik, Sains dan Teknologi, Fakultas
Universitas Lampung. Teknik, Universitas Riau,
Pekanbaru, Hal. 21-28.

Sosrodarsono, S., dan Nakazawa K. 1984.


Mekanika Tanah & Teknik
Pondasi. Pradnya Paramita :
Jakarta

13

Anda mungkin juga menyukai