Anda di halaman 1dari 2

Program Unggulan 1: Instrumen dan Analisis Pengelolaan Keuangan Publik

Sukses KOMPAK 2022: Pemerintah daerah telah meningkatkan kualitas pembelanjaan untuk
meningkatkan akses dan kualitas layanan dasar.

Komponen program unggulan dan alokasi sumber daya

1.1 Memperkuat penggunaan instrumen dan analisis pengelolaan Total anggaran kegiatan untuk
keuangan publik untuk perencanaan dan penganggaran instrumen dan analisis
1.2 Memperkuat kapasitas pemerintah daerah untuk mengakses Pengelolaan Keuangan Publik
dan menggunakan anggaran transfer dari pemerintah pusat
untuk meningkatkan penyediaan layanan dasar
1.3 Memperkuat kapasitas pemerintah provinsi dan kabupaten di
Papua, Papua Barat, dan Aceh untuk melaksanakan kebijakan
otonomi khusus
1.4 Mengembangkan dan mendukung uji coba model-model
insentif pembiayaan berbasis kinerja bagi desa-desa untuk
meningkatkan penyediaan layanan dasar

Berapa besar alokasi untuk setiap komponen?


Anggaran berdasarkan komponen unggulan (IDR) Manakah mitra pemerintah yang utama?
Anggaran berdasarkan kementerian dan komponen unggulan (IDR)

Di manakah KOMPAK bekerja?


Anggaran berdasarkan provinsi dan komponen unggulan (IDR)

- Kementerian:
Bappenas, Kementerian Dalam Negeri, Kementerian Keuangan
- Bekerja sama dengan:
World Bank, PROSPERA, MAHKOTA
Area Fokus
 Komponen 1: Memperkuat penggunaan instrument dan analisis Pengelolaan Keuangan Publik
untuk perencanaan dan penganggaran
a. Adopsi SPM Kabupaten: Mendukung pemerintah kabupaten untuk mengintegrasikan
standar layanan minimum (SPM) sebagai dasar untuk perencanaan dan penganggaran.
b. Analisis kemiskinan dan anggaran kabupaten: Memberikan bantuan teknis kepada
pemerintah kabupaten tentang penggunaan SEPAKAT, instrumen analisis kemiskinan, dan
untuk mengimplementasikan temuan-temuan dari Analisis Kendala Anggaran
c. Kerangka kerja pemantauan nasional dan analisis biaya: Di tingkat nasional, mendukung
Kementerian Dalam Negeri dan Bappenas untuk menyelesaikan kerangka kerja pemantauan
SPM dan memulai pelaporan kabupaten secara nasional. Ini dilengkapi dengan analisis
biaya untuk mengimplementasikan SPM untuk semua kabupaten di Indonesia.

 Komponen 2: Memperkuat kapasitas pemerintah daerah untuk mengakses dan menggunakan


anggaran transfer dari pemerintah pusat untuk meningkatkan penyediaan layanan dasar
a. DAK fisik and KRISNA:
- Memberikan bantuan teknis dalam mengembangkan pemilihan dan pengembangan
proposal infrastruktur yang berfokus pada proyek yang menangani bidang prioritas
SPM.
- Memberikan dukungan teknis kepada pemerintah kabupaten dalam mengembangkan
proposal yang lebih bertarget untuk proyek SPM menggunakan KRISNA dan menilai
apakah ini berdampak pada alokasi pendanaan untuk layanan dasar.
b. DAK non-fisik dan Dana Insentif Daerah: Memperkuat pemerintah kabupaten dalam
mengevaluasi, merencanakan dan mengimplementasikan anggaran. Kemajuan akan dinilai
berdasarkan alokasi untuk layanan dasar dan konsistensi pendanaan.

 Komponen 3: Memperkuat kapasitas pemerintah provinsi dan kabupaten di Papua, Papua


Barat, dan Aceh untuk melaksanakan kebijakan otonomi khusus
a. Evaluasi otonomi khusus: Mendukung pemerintah provinsi dan kabupaten di Aceh, Papua,
dan Papua Barat untuk melaksanakan rekomendasi dari evaluasi Pemanfaatan Dana Otsus,
seperti dukungan dalam desain dan pelaksanaan Program PROSPPEK, termasuk melakukan
studi baseline.
b. BANGGA Papua: Mendukung Pemerintah Papua untuk menyelenggarakan Program
BANGGA Papua, terutama dalam hal pembayaran, registrasi, komunikasi, dan tata kelola.

 Komponen 4: Mengembangkan dan mendukung uji coba model-model insentif pembiayaan


berbasis kinerja bagi desa-desa untuk meningkatkan penyediaan layanan dasar
a. Dana Insentif Desa (DINDA*): Mendukung dan mengevaluasi peningkatan signifikan
pelaksanaan DINDA terhadap kinerja desa dan, jika demikian, mendokumentasikan
pendekatan, pelajaran yang diambil, dan mekanisme untuk replikasi. Model Dana Insentif
Desa (DINDA) memberikan penghargaan kepada desa-desa dengan alokasi dana tambahan
untuk peningkatan kinerja pada indikator dasar kesehatan, pendidikan, dll.

* DINDA mengacu pada akronim model Dana Insentif Desa yang dikembangkan di Kabupaten Bima, NTB.
Inisiatif lain menggunakan nama yang berbeda untuk berbagai kabupaten di negara ini.

Anda mungkin juga menyukai