A. Definisi
1
B. Tanda dan Gejala
2
C. Patopsikologis
koping tidak efektif Hilangnya sel sel rambut, pada basal koklea
3
D. Terapi
4
membedakan suara nyaring/pelan, dan sosialisasi. Setelah bahan dan
para pemain siap, salah satu pemain ditutup matanya sementara
pemain lainnya duduk di sekitar ruang aktivitas, masing-masing
memegang satu alat musik. Si pemimpin menyebut nama salah satu
pemain yag harus ditemukan oleh pemain yang ditutup matanya.
Pemain yang ditutup matanya harus menemukan pemain satunya
dengan mengikuti petunjuk suara. Dengan variasi intensitas suara alat
musik, pemain yang ditutup matanya tahu dirinya semakin atau malah
menjauh dari sasaran (ketika menjauh, perdengarkan suara pelan,
ketika mendekat pergunakan suara yang sangat keras). Ketika pemain
sasaran ditemukan, mereka bertukar peran. Permainan berakhir ketika
semua pemain sudah mendapat giliran ditutup matanya.
c. Rintangan Manusia
Permainan ini ditujukan untuk melatih pendengaran,
refleks,percaya diri dalam menghadapi sesuatu yang tidak diketahui,
sosiali sasi, pengendalian diri, dan kesadaran akan lingkungan. Bahan
yang digunakan seperti berbagai alat-alat musik berukuran kecil dan
penutup mata. Jika pemain dan bahan sudah siap, salah satu pemain
mengenakan penutup mata dan harus berjalan menyeberangi
ruangaktivi tas tanpa menyentuh seorang pemain pun. Pemain lainnya
ter sebar di sekitar ruangan (berdiri atau duduk diam), masing-masing
memegang alat musik tetapi tidak bergerak. Setiap kali pemain yang
ditutup matanya mendekati seseorang, orang itu harus mem
peringatkannya dengan memainkan alat musiknya. Setelah si pemain
yang ditutup matanya telah mencpai seberang ruangan atau setelah
dua sampai tiga menit berkeliling, gantilah dengan pemain lainnya.
5
ruang aktivitas. Mereka semua menjadi tikus kecuali satu pemain yang
berada di tengah-tengah berperan sebagai kucing. Ketika pemimpin
memainkan alat musik dengan cepat dan teratur, semua tikus berlari.
Si kucing tidak boleh bergerak dan si kucing bergerak dengan
langkah-langkah panjang ke arah tikus dan mencoba menangkap salah
satunya. Ketika ada tikus yang tertangkap,tikus itu berubah menjadi
kucing. Permainan berakhir ketika semua pemain telah mendapat
giliran menjadi kucing.
d. Membingungkan Si Penyanyi
a. Telepon
6
iramanya keliru, pemimpin tim harus mencari tahu di mana asal
kesalahannya dengan menyusuri mundur satu persatu. Setelah itu pemain
yang paling depan pindah ke belakang dan menciptakan pola irama baru.
Permainan berakhir ketika semua pemain telah menciptakan pola
berirama.
b. Memainkan Ketukanku
7
d. Mendengarkan Sekolah
8
SENSORI NEURAL HEARING LOSS (SNHL)
A. Definisi
Tuli mendadak atau Sudden Hearing Loss (SHL) merupakan
keluhan yang perlu mendapat penanganan cepat dan tepat agar dapat
memperbaiki fungsi pendengaran dan kualitashidup penderita. Tuli atau
penurunan pendengaran secara umum dibagi menjadi tiga yaitu
tulikonduksi, tuli sensorineural dan tuli campuran. Tuli konduksi
disebabkan oleh gangguan strukturyang menghantarkan gelombang suara
ke koklea antara lain akibat dari abnormalitas telinga luar,membran
timpani, rongga udara, telinga tengah atau tulang pendengaran. Sedangkan
tulisensorineural akibat dari abnormalitas koklea, saraf koklearis dan
struktur yang mengolah impulsneural menuju korteks auditorik di otak.
Tuli mendadak adalah sensasi subjektif kehilangan pendengaran
yang terjadi mendadakdalam 72 jam pada satu atau kedua telinga. Tuli
sensorineural mendadak (SSNHL/suddensensorineural hearing loss)
merupakan bagian dari tuli mendadak dengan kriteria
berdasarkanaudiometri yaitu adanya penurunan pendengaran >30 desibels
(dB) minimal pada 3frekuensi pemeriksaan berturut-turut. Umumnya
pasien tidak memiliki data audiometrisebelumnya, sehingga tuli mendadak
dibuat berdasarkan ambang pendengaran telinga kontralateral. Tuli
sensorineural mendadak idiopatik (SSNHL idiopatik) merupakan SSNHL
dengan penyebab yang tidak jelas walaupun dengan pemeriksaan yang
adekuat.
9
B. Tanda dan Gejala
10
C. Patopsikologi
11
12
D. Terapi
Terapi SSNHL berdasarkan penyakit dasar pada kasus SSNHL
yang dapat diidentifikasi penyebabnya. Beberapa kasus berpotensi
mengalami perbaikan pendengaran setelah terapi antaralain schwannoma
vestibular, gondok dan sifilis sekunder. Namun pemberian terapi
padasebagian besar kasus SSNHL dari etiologi yang dapat diidentifikasi
tidak memperbaiki tingkatpendengaran kembali seperti tingkat pre onset.
Terapi SSNHL idiopatik masih kontroversi menyangkut tentang
perlu tidaknya terapi dan pilihan terapinya. Salah satu dasar perdebatan
adalah kenyataan bahwa SSNHL idiopatik sembuhsecara spontan pada 45-
65% pasien. Pengobatan SSNHL idiopatik yang sudah diteliti antara
lainpenggunaan antiinflamasi, antimikroba, antagonis kalsium, vitamin,
mineral esensial,vasodilator, volume expanders, defibrinogenator, diuretik,
oksigen hiperbarik dan bedrest.Kesulitan pemilihan pengobatan karena
banyaknya variasi etiologi SSNHL idiopatik dankurangnya hasil terapi
tersebut yang menunjukkan secara jelas lebih baik. Sekitar 85-90% kasus
masih belum diketahui penyebab pasti meskipun sudah dilakukan evalusi
pada saat awal muncul gejalanya sehingga umumnya terapi diberikan
tanpa mengetahui penyebabnya.
Pemberian kortikosteroid pada SSNHL idiopatik masih
kontroversi, namun adanyakonsekuensi serius akibat SSNHL yang berat
maka terapi kortikosteroid merupakan satu darisedikit pilihan pengobatan
yang menunjukkan bukti adanya efikasi. Pemberian terapikortikosteroid
dapat mengurangi inflamasi dan edema pada telinga dalam. Penelitian
doubleblindedrandomized controlled trials pada 67 pasien dengan
menggunakan regimen steroid yangberbeda didapatkan perbaikan pada
pasien yang mendapatkan steroid (78%) dibandingkandengan plasebo
(38%). Pemberian kortikosteroid sebagai terapi awal SSNHL
idiopatikmemberikan pemulihan yang baik pada pemberian 2 minggu
pertama dan manfaat kecil bilapemberiannya setelah 4-6 minggu.
Direkomendasikan pemberian pengobatan prednison oraldengan dosis
tunggal 1mg/kg/hari maksimal 60 mg/hari selama 10-14 hari. Protokol
terapi yangrepresentatif menggunakan pengobatan dengan regimen dosis
13
maksimal selama 4 hari diikutidengan tappering 10 mg tiap 2 hari.Dosis
ekuivalen prednison 60 mg setara dengan metilprednisolon 48 mg dan
deksametason 10 mg. Efek samping prednison bersifat sistemikakibat
penekanan aksis hipotalamus-hipofisis-adrenal meliputi insomnia,
dizziness, kenaikanberat badan, berkeringat, gastritis, perubahan mood,
fotosensitif dan hiperglikemia.
Pemberian kortikosteroid intratimpani merupakan solusi bagi
pasien SSNHL idiopatikyang tidak dapat mentoleransi atau refrakter
terhadap terapi steroid sistemik. Kortikosteroidintratimpani lebih banyak
dikerjakan untuk managemen SSNHL yang idiopatik.
Pemberiankortikosteroid intratimpani berupa deksametason 10-24 mg/ml
atau metilprednisolon 30 mg/ml.Pemberian kortikosteroid intratimpani
menyebabkan kadar steroid perilimfe yang lebih tinggidibandingkan
pemberian sistemik dan tidak diabsorbsi kedalam sirkulasi sistemik
sehingga efeksistemik yang timbul juga minimal.
14
DAFTAR PUSTAKA
Amalia Rizki Rina. 2013. Terapi Bermain Bagi Anak Tunarungu. STKIP
Islam Bumiayu. Vol.18, No.2
15