5.pengisian Form Identifikasi Aspek Linngkungan - WI-S4.1.0.00-01-01
5.pengisian Form Identifikasi Aspek Linngkungan - WI-S4.1.0.00-01-01
(WI)
WI-S4.1.0.00-01-01
Tanggal
No Nomor
Perubaha Bagian Deskripsi Perubahan Paraf
. Revisi
n
1
Revisi 0.0
WORKING INSTRUCTION (WI)
PENGISIAN FORM IDENTIFIKASI ASPEK LINGKUNGAN
WI-S4.1.0.00-01-01
I. Tujuan
i. Sebagai alat bantu Department Head (KepalaDepartemen) untukmengidentifikasisecara
menyeluruh aspek-aspek di lingkungan kerjanya yang menimbulkan dampak terhadap
lingkungan.
ii. Untuk memastikan pengisian Form Identifikasi Aspek Lingkungan dilakukan dengan benar.
III.Pelaksana
Seluruh Kepala Departemen PT Triteguh Manunggal Sejati yang dapatmenugaskan kepada PIC
ISO 14001 di masing-masing departemen.
IV. Acuan
Menjelaskan acuan yang digunakan dalam pembuatan dokumen WI
2
Revisi 0.0
WORKING INSTRUCTION (WI)
PENGISIAN FORM IDENTIFIKASI ASPEK LINGKUNGAN
WI-S4.1.0.00-01-01
6. Kolom AKTUAL/POTENSIAL, diisi dengan salah satu pilhan, yaitu “AKTUAL” atau
“POTENSIAL”.Aktual, aspek yang diidentifikasi merupakan aspek yang pernah terjadi dan
atau sering terjadi.Potensial, aspek yang diidentifikasi merupakan aspek yang tidak pernah
terjadi tapi mungkin terjadi.Kolom ini mengacu kepada kolom ASPEK LINGKUNGAN.
7. Untuk kolom KONDISI mengacu pada kolom ASPEK LINGKUNGAN baik saat aktual maupun
potensial.
N : Normal adalah aspek lingkunganyang muncul dari suatu aktivitas, propduk , jasa
dan/atau fasilitas dan normal adanya. Contoh : Penyimpanan solar pada tangki pada
kondisi NORMAL tidaklah ada tumpahan/luberan solar dari tangki tersebut, karena
kondisi tangki telah dipastikan tidak bocor/lubang baik karena keropos/usia atau
rusak.
AN : Abnormal adalah aspek lingkungan muncul dari suatu aktivitas, produk , jasa dan
fasilitas tetapi tidak semestinya/wajar terjadi. Contoh : Solar yang disimpan
tumpah/meluber dari tangki penyimpanan karena kondisi tangki yang bocor/rusak.
E : Emergency adalah terjadinya suatu kondisi darurat, seperti ledakan, tangki pecah;
kebakaran atau tumpahan skala besar (kurang lebih 1000 L), yang memerlukan
penanganan oleh tim tanggap darurat dan peralatan serta perlengkapan khusus.
Contoh : Kebakaran dan disertai ledakan dari tangki penyimpanan solar.
8. Kolom DAMPAK LINGKUNGAN, diisi dengan kondisi yang ditimbulkan dari aspek lingkungan
dan aktifitas yang mempengaruhinya. Ruang lingkup dampak lingkungan sebagai berikut ;
a. Pencemaran tanah
b. Pencemaran air
c. Pencemaran udara
d. Pemborosan SDA
e. Kebisingan
f. Kesehatan manusia hanya dilakukan perhitungan sebatas probability dan severity di
dalam form Identifikasi Aspek dan Dampak Lingkungan).
9. Pengisian kolom PROBABILITY, seberapa besar kemungkinan dan intensitas kejadian aspek
lingkungan yang timbul (teridentifikasi) mengakibatkan dampak lingkungan.
10. Pengisian kolom SEVERITY, seberapa besar tingkat keparahan yang dapat terjadi dari
dampak lingkungan yang ditimbulkan. Pada kolom Severity ini ada 3 item konsekuensi yang
3
Revisi 0.0
WORKING INSTRUCTION (WI)
PENGISIAN FORM IDENTIFIKASI ASPEK LINGKUNGAN
WI-S4.1.0.00-01-01
timbul dari dampak lingkungan, yaitu Human (manusia), Assets (asset/inventaris),
Environment (lingkungan). Cukup pilih satu nilai berdasarkan jenis dampak lingkungannya.
Pemilihan nilai probability dan severity bisa mengacu kepada matriks berikut.
Kuadran 3
Kuadran 2
Kuadran 1
Keterangan:
Kuadran1 :apabilanilaiperkalian probability dan severity antara 10, 15, 16, 20 dan 25.
11. Kolom INDEKS RESIKO diisi dengan nilai yang didapatkan dari perkalian ‘Score Probability’
dengan ‘Score Severity’.
12. KolomACUAN PERATURAN PERUNDANGANdiisidengannilai 1 atau 5.
1 = Tidakadaperaturan yang berkaitan
13. Pada kolom REGULASI TERKAIT, diisi dengan peraturan-peraturan yang terkait
dengan JENIS DAMPAK LINGKUNGAN.Misal :
Aktifitas = Penyimpanan solar di dalam tangki
Jenis Aspek Lingkungan = Tangki penyimpanan solar bocor sehingga terjadi tumpahan
solar
Peraturan perundangan dan persyaratan lain yang diisi pada kolom ini antara lain :
14. Kolom ASPEK LINGKUNGAN SIGNIFIKAN, adalah penetapan dari kondisi suatu aspek
lingkungan yang terjadi. Kondisi dikatakan “Aspek Lingkungan Penting” apabila ada regulasi
yang mengatur dampak lingkungan dan atau nilainya berada pada kuadran 1.Dikatakan
Aspek Lingkungan Tidak Penting apabila tidak ada regulasi yang mengatur dampak
lingkungan tersebut.
15. Pada kolom EVALUASI TINGKAT KEPENTINGAN, adalah suatu metode untuk menentukan
membutuhkan OTP (objective, target dan program). Metode ini terdiri dari tiga evaluasi
kepentingan, yaitu :
B. Teknologi, dalam hal untuk menanggulangi dampak lingkungan yang terjadi maka
apakah membutuhkan teknologi atau tidak. Kolom ini diisi dengan skor 1 apabila tidak
diperlukan teknologi, atau apabila program lingkungan sudah terlaksana dan dievaluasi.
Kolom diisi skor 3 apabila ada teknologi tetapi sulit diterapkan, sedangkan skor 5
(secara finansial) atau tidak. Kolom ini diisi dengan skor 1 apabila tidak perlu dana atau
apabila program lingkungan sudah terlaksana dan dievaluasi.Kolom ini diisi skor 5 bila
membutuhkan dana khusus (tambahan) selain dari dana yang sudah dianggarkan.
16. Kolom OTP. Diisi dengan “YES” jika pada kolom Pemenuhan Regulasi atau Persyaratan Lain
belum memenuhi regulasi (Nilai 5). Sedangkan diisi ”NO” jika pada kolom Pemenuhan
17. Kolom OBJECTIVE , diisi dengan tujuan (secara kualitas) yang ingin dicapai dalam rangka
mengendalikan dampak lingkungan.
18. Kolom TARGET, diisi dengan sasaran yang ingin dicapai (bersifat kuantitatif) dan harus
terukur (muncul angka).
19. Kolom PROGRAM NO, diisi dengan kegiatan perbaikan dalam usaha pemenuhan regulasi
atau persyaratan lain.Pengisian kolom ini dengan format “Departemen-Nomor Urut
Program”, contoh : HRS-01.
20. Kolom PENGENDALIAN OPERASIONAL, diisi dengan prosedur yang dapat diterapkan untuk
mengendalikan aspek lingkungan yang muncul. Kolom ini wajib diisi baik muncul program
ataupun tidak.
21. Format cetak (dalam bentuk hardcopy) form identifikasi aspek lingkungan, menyesuaikan
dengan jumlah dari hasil identifikasi, yaitu diperbolehkan dalam bentuk vertikal (portrait)
maupun horisontal (landscape), tanpa mengurangi esensi dari form identifikasi tersebut
(mengurangi, menghilangkan atau menambahkan jumlah kolom), seperti yang sudah
dibuat.
22. Kepala Departement (bisa melalui PIC masing-masing departemen) memberikan form
identifikasi kepada MR untuk berkoordinasi mengenai pengisian form, isi, kendala dan
langkah selanjutnya.
23. Kepala Departement menandatangani form identifikasi aspek lingkungan dan diberikan
kepada Head of BU (HOB) .
6
Revisi 0.0
WORKING INSTRUCTION (WI)
PENGISIAN FORM IDENTIFIKASI ASPEK LINGKUNGAN
WI-S4.1.0.00-01-01
7
Revisi 0.0