diagnosis atau mengobati penyakit yang melibatkan sistem saraf. Bedah saraf
tidak hanya dilakukan pada otak, namun juga pada saraf tulang belakang dan
serabut saraf tepi yang menyebar ke seluruh bagian tubuh, seperti pada wajah,
tangan, dan kaki.
Pada tindakan bedah saraf terdapat berbagai jenis teknik diagnosis atau teknik
pengobatan, yang dibagi menjadi beberapa kelompok, yaitu:
Teknik dan metode bedah saraf yang dapat digunakan untuk mengobati berbagai
penyakit saraf tersebut sangat beragam. Terlepas dari jenis penyakit yang diderita,
beberapa metode bedah saraf yang cukup sering dilakukan, di antaranya adalah:
Stereotactic radiosurgery (SRS). SRS merupakan metode bedah saraf yang
agak berbeda dari metode lainnya, karena tidak membutuhkan teknik invasif
melalui irisan kulit. SRS menggunakan radiasi yang difokuskan pada titik-titik
tertentu di bagian otak untuk menghancurkan sel-sel tumor yang terdapat pada
otak. Radiasi yang dipancarkan akan merusak DNA sel-sel tumor, sehingga sel-
sel tersebut akan mengalami kematian. SRS dapat menggunakan radiasi dalam
bentuk sinar Rontgen, gamma, ataupun tembakan proton.
Neuroendoskopi. Ini adalah metode bedah yang memfasilitasi dokter untuk
memantau kondisi saraf secara visual dan melakukan operasi tanpa membuka
tulang tengkorak. Neuroendoskopi dilakukan menggunakan endoskop yang
dimasukkan lewat hidung atau mulut hingga mencapai bagian dalam tengkorak.
Neuroendoskopi diterapkan untuk mendiagnosis adanya tumor secara visual dan
mengambil sampel jaringan, serta mengangkat tumor.
Bedah otak atau kraniotomi. Kraniotomi merupakan prosedur bedah yang
dilakukan dengan cara membuka dan mengangkat sebagian kecil tulang
tengkorak untuk melakukan tindakan medis pada otak. Bagian tulang tengkorak
yang diangkat tersebut dinamakan bone flap atau penutup tulang tengkorak.
Setelah tulang tengkorak dipotong dan bone flap diangkat, dokter dapat
melakukan berbagai prosedur medis, baik untuk keperluan diagnosis atau untuk
tindakan medis. Kraniotomi dilakukan dengan obat bius total sehingga pasien
tidak sadar selama operasi. Kraniotomi diterapkan untuk berbagai keperluan,
seperti mengangkat tumor, membuang abses otak, memperbaiki tulang
tengkorak yang patah, dan membuang gumpalan darah.
Awake brain surgery (AWS). Ini merupakan prosedur bedah saraf kraniotomi
yang dilakukan pada saat pasien sadar. Berbeda dengan kraniotomi
konvensional yang menggunakan obat bius total, pasien yang menjalani AWS
hanya diberikan obat bius lokal dan obat penenang. AWS biasanya dilakukan
untuk mengobati tumor otak atau kejang epilepsi, terutama jika bagian otak yang
menyebabkan kejang terletak dekat pusat penglihatan, pergerakan anggota
badan, dan pusat berbicara. Kondisi tersebut menyebabkan pasien harus tetap
sadar selama prosedur bedah dilakukan, agar dapat memberikan respons
kepada dokter untuk memastikan bedah saraf dilakukan pada lokasi yang tepat.
Microsurgery atau bedah mikro. Ini merupakan teknik bedah saraf yang
menggunakan mikroskop untuk memperbaiki saraf tepi pada organ tubuh yang
mengalami kerusakan. Penggunaan mikroskop pada bedah saraf mikro
bertujuan untuk memberikan gambaran visual saraf yang sangat halus dengan
lebih teliti untuk membantu perbaikan saraf.
Pemasangan ventriculoperitoneal shunt. VP shunt merupakan saluran
khusus yang dipasang melalui prosedur pembedahan untuk mengurangi
penumpukan cairan otak pada penderita hidrosefalus. Alat ini bertujuan untuk
mengurangi tekanan pada otak akibat penumpukan cairan serebrospinal.
Sakit kepala.
Mual.
Muntah.
Edema pada otak.
Kebocoran cairan serebrospinal.
Perdarahan.
Infeksi pada lokasi pembedahan.
Transient oculomotor palsy.
Transient hemiparesis.
Merasa lemas dan lelah, terutama beberapa hari setelah menjalani SRS.
Kulit kepala menjadi kemerahan, terutama di lokasi alat radioterapi ditempel.
Rambut rontok.
Pembengkakan di lokasi pengobatan tumor.
Mual.
Muntah.
Peradangan otak.
Kehilangan ingatan.
Gangguan koordinasi anggota badan.
Gangguan keseimbangan.
Stroke.
Meningitis.
Gangguan penglihatan.
Kejang.
Kesulitan berbicara dan belajar.
Otot terasa lemah.
Tekanan darah.
Kadar oksigen dalam darah.
Denyut jantung.
Laju pernapasan.
Pasien yang menjalani pemulihan dari kraniotomi akan dicek fungsi otaknya setelah
menjalani operasi. Dokter akan memeriksa:
Selama masa awal pemulihan pasca operasi, pasien kraniotomi tetap akan
dipasangkan alat bantuan pernapasan. Untuk memfasilitasi buang air kecil, pasien akan
dipasangi kateter pada saluran kencingnya. Pasien juga akan dilatih untuk bernapas
setelah alat bantu pernapasan dilepas. Latihan pernapasan ini berfungsi untuk
membantu pasien menggunakan paru-parunya kembali, serta mencegah pneumonia.
Pasien yang menjalani prosedur SRS dapat mengalami efek samping, seperti sakit
kepala, mual, dan muntah-muntah. Dokter akan memberikan obat untuk meringankan
efek samping tersebut selama masa pemulihan. Pasien yang menjalani neuroendoskopi
juga dapat merasakan efek samping yang sama, disertai dengan penyumbatan pada
hidung. Dokter akan memberikan obat-obatan untuk meredakan efek samping selama
pasien menjalani masa pemulihan. Dokter juga akan memantau kadar hormon untuk
mengetahui kinerja kelenjar hipofisis pada otak. Jika dari pemantauan diketahui bahwa
kelenjar hipofisis tidak bekerja menghasilkan hormon dengan baik, maka pasien akan
menjalani terapi penggantian hormon.
Antibiotik akan diberikan kepada pasien, baik sebelum atau sesudah menjalani operasi
bedah saraf, untuk mencegah komplikasi akibat infeksi bakteri. Contoh antibiotik yang
diberikan adalah:
Clindamycin.
Cefazolin.
Vancomycin.
Selain diberikan antibiotik, pasien juga dapat diberikan obat pengencer darah untuk
mencegah terjadinya gumpalan darah, kecuali jika pasien memiliki gangguan
pembekuan darah. Untuk mencegah kejang pada pasien bedah saraf otak, dokter dapat
memberikan obat antikonvulsan sebagai upaya pencegahan kejang.
Setelah selesai menjalani pemulihan di rumah sakit, pasien biasanya dibolehkan untuk
pulang ke rumah dan menjalani rawat jalan. Lamanya waktu perawatan di rumah sakit
bergantung kepada seberapa parah tingkat keparahan penyakit saraf yang diderita dan
jenis prosedur bedah saraf yang dijalani.