Anda di halaman 1dari 3

Peradaban Lembah Sungai Nil

Sejarah kebudayaan tertua di Benua Afrika dapat ditemukan di lembah sungai Nil. Peradaban
Lembah Sungai Nil di Mesir, Afrika, lahir disebabkan kesuburan tanah di sekitar lembah
sungai yang diakibatkan oleh banjir yang membawa lumpur. Hal inilah yang menarik dan
mendorong perhatian manusia untuk membangun kehidupan dan peradaban. Sungai Nil
terletak di negara Mesir sekarang.
Peradaban Lembah Sungai Nil disebut juga dengan sebutan peradaban Mesir Kuno.
Kebesaran dan kejayaan peradaban ini masih dapat dilihat dari bangunan-bangunan
bersejarah yang banyak terdapat di Mesir saat ini seperti Piramida, Sphinx, dan Obelisk.
Mesir merupakan sebuah wilayah yang terletak di Afrika bagian Utara dan memiliki letak
yang strategis karena berada di jalur pertemuan antara Asia, Eropa, dan Afrika. Sungai Nil
yang mengalir di negara ini merupakan sungai terpanjang di dunia. Sungai ini mengalir dari
Afrika tengah melewati Mesir dan bermuara di Laut Tengah. Sungai Nil bersumber dari mata
air yang terletak di daratan tinggi Afrika Timur. Sungai Nil adalah sungai terpanjang di dunia
yaitu mencapai 6400 kilometer. Sungai Nil bersumber dari mata air di dataran tinggi
(pegunungan) Kilimanjaro di Afrika Timur.

Ada empat negara yang dilewati Sungai Nil, yaitu Uganda, Sudan, Ethiopia, dan Mesir.
Herodotus menjuluki Mesir sebagai Hadiah dari Sungai Nil. Hal itu didasarkan dari fakta
bahwa peradaban Mesir tumbuh dan berkembang karena kesuburan daerah-daerah di sekitar
Sungai Nil. Setiap tahun, Sungai Nil selalu banjir yang membawa lumpur ke daratan Mesir.
Banjir tersebut mengubah padang pasir yang gersang menjadi lembah- lembah yang subur.
Lebar Lembah Sungai Nil itu berkisar antara 15-50 km. Pentingnya Sungai Nil bagi
perkembangan Peradaban Mesir Kuno dapat dilihat dari kota-kota besar dan kuno Mesir
seperti Kairo, Iskandaria, Abusir, dan Rosetta yang terletak di delta-delta muara Sungai Nil.
Delta-Delta yang luas itu terletak di muara Sungai Nil dan tanahnya sangat subur. Sungai Nil
yang besar dan panjang bukan hanya digunakan untuk sumber pertaniaan, tetapi juga dipakai
untuk lalu lintas perdagangan dari dan keluar Mesir, serta jalur penghubung antara Laut
Tengah dan daerah pedalaman.
Pemerintahan
Ilmu pengetahuan dan teknologi
Bangsa Mesir terkenal memiliki teknologi dan kebudayaan yang tinggi. Hal tersebut dapat
dibuktikan dengan berbagai bangunan raksasa yang terdapat di Mesir. Selain itu, bangsa
Mesir terkenal dengan berbagai penemuannya sebagai berikut.
1. Kemampuan untuk membuat alat-alat rumah tangga, senjata, dan peralatan hidup
lainnya dari tanah liat dan logam.
2. Sistem penanggalan kalender yang sudah berdasarkan perhitungan perputaran bumi
mengitari matahari. Sistem kalender yang seperti itu membagi 1 tahun menjadi 12 bulan dan
satu bulan terdiri atas 30 hari. Peredaran bulan selama 29 2 1 hari. Karena dianggap kurang
tetap, kemudian mereka menetapkan kalender berdasarkan kemunculan bintang anjing
(Sirius) yang muncul setiap tahun. Mereka menghitung satu tahun adalah 12 bulan, satu bulan
30 hari, dan lamanya setahun adalah 365 hari, yaitu 12 ×30 hari lalu ditambahkan 5 hari.
Mereka juga mengenal tahun kabisat. Penghitungan ini sama dengan kalender yang kita
gunakan sekarang yang disebut Tahun Syamsiah (sistem solar).
3. Kemampuan membuat perhiasan dari logam mulia dan gading
4. Masyarakat Mesir mengenal bentuk tulisan yang disebut hieroglyph berbentuk
gambar. Tulisan Hieroglyph ditemukan di dinding piramida, tugu obelisk, maupun daun
papirus. Huruf Hieroglyph terdiri atas gambar dan lambang berbentuk manusia, hewan, dan
benda-benda. Setiap lambing memiliki makna. Tulisan Hieroglyph berkembang menjadi
lebih sederhana kemudian dikenal dengan tulisan hieratik dan demotis. Tulisan hieratic atau
tulisan suci dipergunakan oleh para pendeta. Demotis adalah tulisan rakyat yang
dipergunakan untuk urusan keduniawian misalnya jual beli.
Seni bangunan
1. Piramida. Piramida adalah tempat yang digunakan untuk makam raja-raja Mesir yang
terbuat dari batu yang disusun secara rapi dan menggunakan model punden berundak-undak.
Di Kota Gizeh terdapat piramida yang berukuran tinggi 137 meter.
2. Sphinx. Sphinx adalah patung manusia berkepala singa.
3. Obelisk. Obelisk adalah tiang batu yang ujungnya runcing sebagai lambang pemujaan
kepada roh. Obelisk juga dipakai sebagai tempat mencatat kejadian-kejadian
4. Kuil. Untuk pemujaan terhadap dewa Amon-Ra, dibangunlah Kuil Karnak yang
sangat indah pada masa Raja Thutmosis III.
Sistem kepercayaan
Masyarakat Mesir Kuno menyembah beberapa dewa (politheisme) yaitu sebagai berikut.
1. Dewa matahari yang disebut Amon (Mesir Selatan) dan Ra (Mesir Utara). Namun
pada perkembangannya dewa matahari itu disebut Amon-Ra.
2. Dewa peradilan di akhirat yaitu Dewa Osiris.
3. Dewa Sungai Nil, yaitu Dewi Horus yang merupakan dewa kecantikan (Dewi Isis).
4. Dewa Anubis, yaitu dewa kematian.
5. Dewa Aris sebagai dewa kesuburan.
Masyarakat Mesir Kuno sudah mempercayai tentang kehidupan sesudah mati. Hal tersebut
dapat dibuktikan dengan adanya mumi. Di balik mumi terkandung kepercayaan bangsa Mesir
Kuno tentang kehidupan setelah mati. Masyarakat Mesir Kuno berkeyakinan bahwa selama
jasadnya masih utuh, maka dia akan tetap hidup. Oleh karena itu, masyarakat berusaha untuk
mengawetkan mayat agar dia tetap hidup abadi. Alasan masyarakat membuat mumi adalah
bahwa manusia tidak dapat menghindar dari kehendak dewa maut. Tetapi tidak semua
masyarakat Mesir mayatnya diawetkan, biasanya mereka yang yang diawetkan adalah para
bangsawan dan raja.
Mayat-mayat yang diawetkan itu disimpan di dalam piramida. Wujud kepercayaan yang
berkembang di Mesir didasarkan pada pemahaman sebagai berikut:
 Penyembahan terhadap dewa berangkat dari ide/gagasan bahwa manusia tidak
berdaya dalam menaklukkan alam.
 Dewa yang disembah adalah dewa/dewi yang menakutkan seperti Dewa Anubis atau
yang memberi sumber kehidupan. Dengan taat menyembah pada dewa, masyarakat Lembah
Sungai Nil mengharap jangan menjadi sasaran maut.
Masyarakat
Masyarakat Mesir Kuno terdiri atas beberapa lapisan masyarakat. Lapisan pertama terdiri atas
para bangsawan, raja, dan pendeta mempunyai hak-hak istimewa. Golongan kedua yaitu
masyarakat kelas menengah yang umumnya terdiri atas pedagang kaya dan pemilik tanah,
dan lapisan ketiga terdiri atas rakyat biasa, yaitu para petani dan buruh serta budak. Dengan
demikian, sebutan Mesir merupakan berkah Sungai Nil tidak sepenuhnya dapat dinikmati
oleh rakyat Mesir, karena rakyat kecil kekayaannya banyak habis untuk membayar
pajak. Lembah Sungai Nil yang subur mendorong masyarakat untuk bertani. Air Sungai Nil
dimanfaatkan untuk irigasi dengan membangun saluran air, terusan-terusan, dan waduk. Air
sungai dialirkan ke ladang-ladang milik penduduk dengan distribusi yang merata. Untuk
keperluan irigasi, dibuatlah organisasi pengairan yang biasanya diketuai oleh para tuan tanah
atau golongan feodal. Hasil pertanian Mesir yaitu gandum, sekoi atau jamawut, dan jelai
yaitu padi-padian yang biji atau buahnya keras seperti jagung.[gs]

Anda mungkin juga menyukai