Anda di halaman 1dari 38

PENGARUH USIA TERHADAP KUALITAS KINERJA GURU

DI LEMBAGA MUHAMMADIYAH KECAMATAN TANGGULANGIN


SIDOARJO

Proposal Tesis

Oleh:
Lia Rusdianah
NIM : 188610800091

PROGAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM


FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SIDOARJO
MARET 2020
PENGARUH USIA TERHADAP KUALITAS KINERJA GURU
DI LEMBAGA MUHAMMADIYAH KECAMATAN TANGGULANGIN
SIDOARJO

Proposal Tesis
Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan
Penyusunan tesis program sarjana strata dua

Oleh:
Lia Rusdianah
NIM : 188610800091

PROGAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM


FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SIDOARJO
MARET 2020
PERSETUJUAN PEMBIMBING PROPOSAL TESIS

Setelah membaca, meneliti, mengoreksi, dan memberikan bimbingan serta saran


perbaikan, maka kami selaku pembimbing menyatakan bahwa proposal tesis
Saudara:

Nama : Lia Rusdianah


NIM : 188610800091
Prodi : S2 Manajemen Pendidikan Islam
Judul : Pengaruh Usia Terhadap Kualitas Kinerja Guru di
Lembaga Muhammadiyah Kecamatan Tanggulangin
Sidoarjo

Telah memenuhi syarat kelayakan dan setuju untuk diuji pada siding munaqosah
proposal Tesis di Fakultas Agama Islam.

Sidoarjo, Maret 2020


Pembimbing,

Dr. Budi Haryanto, M.Pd

iii
PROPOSAL TESIS

PENGARUH USIA TERHADAP KUALITAS KINERJA GURU


DI LEMBAGA MUHAMMADIYAH KECAMATAN TANGGULANGIN
SIDOARJO

Nama : Lia Rusdianah


NIM : 188610800091
Program Studi : S2 Manajemen Pendidikan Islam
Fakultas : Agama Islam

Penguji I, Penguji II,

( ________________________) ( ________________________)

Diterima dan disetujui


Pada tanggal ____________________
Ketua Program Studi S2
Manajemen Pendidikan Islam,

Dr. Budi Harianto, M.Pd

iv
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim.
Alhamdulillah kami panjatkan kehadiran Allah SWT yang telah melimpah
kan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan Proposal Tesis
yang berjudul “Pengaruh Usia Terhadap Kualitas Kinerja Guru di Lembaga
Muhammadiyah Kecamatan Tanggulangin Sidoarjo” ini. Sholawat dan salam
kami ucapkan kepada Nabi Muhammad SAW sebagai rahmatan lil ’alamin yang
telah membimbing umatnya ke jalan yang benar.
Proposal Tesis ini disusun sebagai salah satu persyaratan kelulusan program
studi S2 Manajemen Pendidikan Islam di Universitas Muhamadiyah Sidoarjo.
Atas terselesaikannya proposal tesis ini penulis menyampaikan ucapan terima
kasih kepada:
1. Dr. Hidayatullah, M.Si selaku Rektor Universitas Muhammadiyah Sidoarjo.
2. Dr. Istikomah, M.Ag selaku Dekan Fakultas Agama Islam Universitas
Muhammadiyah Sidoarjo.
3. Dr. Budi Harianto, M.Pd selaku Kaprodi Magister Manajemen Pendidikan
Islam
4. Dr. Budi Harianto, M.Pd selaku Dosen pembimbing.
5. Kepala Sekolah SD / MI dan SMP Muhammadiyah Kecamatan Tanggulangin
Sidoarjo yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melaksanakan
penelitian.
6. Keluarga yang telah memberikan do’a, motivasi dan juga nasehat sehingga
terselesaikannya proposal tesis ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan proposal tesis ini masih
banyak kekurangan dan kelemahan. Oleh karena itu dengan segala kerendahan
hati penulis mengharapkan kritik dan saran yang dapat menyempurnakan proposal
tesis ini. Akhirnya penulis berharap semoga hasil penelitian ini dapat bermanfaat
bagi penulis dan khususnya bagi pembaca.
Sidoarjo, Maret 2020
Penulis
Lia Rusdianah
DAFTAR ISI

v
HALAMAN JUDUL...........................................................................................i
HALAMAN PERSETUJUAN..........................................................................ii
HALAMAN PENGESAHAN..........................................................................iii
KATA PENGANTAR.......................................................................................iv
DAFTAR ISI......................................................................................................v
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................1
A. Latar Belakang Masalah ....................................................................1
B. Identifikasi Masalah ...........................................................................7
C. Rumusan Masalah ..............................................................................9
D. Tujuan Penelitian ...............................................................................9
E. Kegunaan Penelitian ........................................................................10
F. Lingkup Penelitian ...........................................................................11
G. Penelitian Terdahulu .........................................................................11
BAB II KAJIAN PUSTAKA ..........................................................................13
A. Pengertian Usia ...............................................................................13
B. Definisi Kinerja Guru .....................................................................26
C. Faktor yang mempengaruhi kinerja guru .........................................28
D. Penilaian Kinerja Guru ....................................................................29
E. Hubungan Usia dengan Kinerja Guru ..............................................30
BAB III METODOLOGI PENELITIAN .....................................................30
A. Jenis dan Pendekatan Penelitian.......................................................30
B. Subyek Penelitian .............................................................................30
C. Jenis dan Sumber Data......................................................................31
D. Teknik Pengumpulan Data ...............................................................31
E. Teknik Analisis Data ........................................................................33
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................37
LAMPIRAN

vi
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Pendidikan adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk
menyalurkan pesan dari seorang pendidik ke peserta didik dengan harapan
dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan minat siswa sehingga
proses belajar terjadi.1 Pendidikan merupakan aspek terpenting untuk dimiliki
oleh setiap manusia, karena dengan pendidikan dapat menciptakan perubahan
sikap yang baik pada diri seseorang.2 Pendidikan mempunyai dua proses
utama yaitu mengajar dan diajar. Guru sebagai pengajar berperan dalam
merencanakan dan melaksanakan pembelajaran.
Guru sebagai pengajar diharapkan dapat memberikan bantuan kepada
siswa dalam memecahkan masalah yang dihadapi. Peranan ini termasuk
kedalam aspek pendidik sebab tidak hanya menyampaiakn ilmu pengetahuan,
melainkan juga mendidik untuk mengalihkan nilai-nilai kehidupan. Belajar
mengajar bisa dilakukan kapanpun dan dimanapun, termasuk dalam lembaga
yaitu sekolah. Sekolah adalah suatu bangunan atau lembaga untuk belajar
mengajar serta tempat menerima dan memberi pelajaran.3
Sekolah sebagai lembaga formal untuk menuntut ilmu dengan harapan
mampu menyiapkan sumber daya manusia yang siap bersaing di tingkat
regional, nasional, maupun internasional. Agar manusia Indonesia menjadi
lebih cerdas dan produktif, maka pelaksanaan pendidikan khususnya di
sekolah harus mampu menjamin pemerataan dan peningkatan mutu
pendidikan di tengah perubahan global.

1
Prof. Dr. Azhar Arsyad, M.A, Media Pembelajaran, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2003), 3
2
Tarigan, Irwandi. 2010. Pngaruh Tingkat Pendidikan, Motivasi, Usia dan pengalaman Kerja
terhadap Kinerja Perawat pada RSU. Dr. Pringadi Medan. Skripsi.
http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/22229 (1 Januari 2020)
3
Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka,
2002), 1013

1
Guru merupakan komponen penting dalam upaya peningkatan mutu
pendidikan nasional yakni guru berkualitas, profesional dan berpengetahuan.
Usaha untuk meningkatkan mutu pendidikan diawali dengan peningkatan
kualitas proses pembelajaran yang ada pada semua jenjang pendidikan,
karena proses pembelajaran merupakan kegiatan utama di suatu sekolah.
Guru yang berkualitas, profesional dan berpengethuan, tidak hanya berprofesi
sebagai pengajar, namun juga mendidik, membimbing, mengarahkan,
melatih, menilai dan mengevaluasi peseta didik.4

4
Drucker. (2012). Dalam Nasir Usman.Manajemen Peningkatan Mutu Kinerja Guru.(Hal
62)Bandung : Citapustaka Media Perintis

2
Dalam dunia pendidikan guru harus memiliki empat kompetensi dasar
yaitu kompetensi pedagogis, kompetensi sosial, kompetensi kepribadian, dan
kompetensi profesional.5 Namun, kompeteni-kompetensi yang dimiliki guru
saat ini masih terbatas, sehingga diperlukan suatu upaya untuk
mengoptimalkan kompetensi-kompetensi tersebut. Guru yang bermutu dan
profesional menjadi tuntutan masyarakat, dimana tuntutan semakin ketat pada
kemajuan era globalisasi. Untuk membentuk guru yang profesional sangat
tergantung pada banyak hal yaitu guru itu sendiri, pemerintah, masyarakat
dan orangtua.
Sebagai tenaga kerja pada umumnya, kinerja seorang guru tentunya
juga dipengaruhi oleh usia. Usia yang semakin matang akan membantu
peningkatan kualitas kinerja manusia. Guru yang lebih tua membawa
sejumlah kualitas positif dalam pekerjaan mereka, khususnya pengalaman,
penilaian, etika kerja yang kuat, dan komitmen terhadap kualitas, namun
dalam dunia kerja seorang guru, usia semakin matang tentunya hanya akan
berpengaruh positif terhadap kinerja tetapi justru berpengaruh negatif.
Hal ini dikarenakan pekerja atau guru yang lebih tua kurang memiliki
fleksibilitas kerja, kualitas fisik yang semakin menurun, serta kecanggungan
terhadap pemanfaatan teknologi. Dalam dunia pendidikan era sekarang,
pemanafaatan teknologi sangat berperan penting guna menunjang tercapainya
tujuan pendidikan. Seiring diasumsikan bahwa keterampilan seorang individu
khususnya kecepatan,kelincahan, kekuatan dan koordinasi berkurang seiring
waktu dan bahwa kebosanan secara berkepanjangan dan kurangnya
stimulusasi intelektual terhadap pekerjaan yang berkonstribusi pada
menurunnya kinerja.

5
Ibid, Hal. 63

3
Namun dalam kenyataannya, berdasarkan observasi penulis di beberapa
sekolah Muhammadiyah kecamatan Tanggulangin. Kurang produktifnya
seorang guru dalam hal mengajar, ini diakibatkan oleh faktor usia, sehingga
berakibat negatif terhadap siswa. Dari sisi negatifnya, siswa kurang semangat
dalam menangkap pelajaran yang dipaparkan oleh seorang guru. Didalam
suatu pembelajaran guru harus berperan aktif dalam pembelajaran sehingga
rasa ketertarikan siswa lebih simpatisan terhadap apa yang diajarkan oleh
seorang guru.
Berdasarkan observasi yang dilakukan penulis pada beberapa sekolah
di kecamatan Tanggulangin menunjukkan data sebagai berikut : jumlah guru
seluruhnya 80 orang. Sedangkan pengelompokan guru berdasarkan
kelompok umur sebagai berikut :
Tabel 1.1
Kelompok usia Guru SD/MI dan SMP Muhammadiyah Kec.Tanggulangin
Usia (Tahun) Jumlah (Orang)
20 -30 Tahun 28 Orang
31 – 40 Tahun 15 Orang
41 – 50 Tahun 13 Orang
51 – 60 Tahun 24 Orang

4
Dari data diatas, diketahui bahwa sejumlah 28 orang pada usia 20 -30
tahun, 15 orang pada usia 31 -40 tahun, 13 orang pada usia 41-50 tahun dan
24 orang di usia 51-60 tahun. Berdasarkan latar belakang masalah diatas dan
untuk mengetahui bagaimana sebenarnya pengaruh usia dengan melakukan
penelitian terhadap sejumlah guru Muhammadiyah di kecamatan
Tanggulangin, maka penulis memberi judul penelitian ini “Pngaruh Usia
Terhadap Kinerja Guru di Lembaga Muhammadiyah Kecamatan
Tanggulangin Sidoarjo”
Kualitas pendidikan tentunya akan lebih baik lagi jika masukan (input)
sumber daya proses pendidikan yaitu peserta didik dikelola dengan baik.
Sehingga ada beberapa faktor penting yang harus ada dalam proses
pembelajaran yaitu guru, peserta didik, kurikulum, bahan pelajaran, metode
pembelajaran, sumber belajar, dan sistem evaluasi. Jika beberapa faktor
tersebut dikelola dengan baik maka akan memberikan dampak positif
terhadap peningkatan mutu pendidikan.
Menurut Undang-Undang Sisdiknas No. 20 Tahun 2003 Bab 1 Pasal 1,
peserta didik merupakam anggota masyarakat yang berusaha
mengembangkan potensi dirinya melalui jalur, jenjang, dan jenis pendidikan
tertentu.
B. Penegasan Istilah
1. Guru
Guru merupakan sumber daya manusia yang potensial bagi
pengembangankreativitas peserta didik dalam berbagai aspek. Salah satu
tugas utama guru adalah membentuk anak didik mencapai
kewaspadaannya masing-masing. Hal ini pun merupakan salah satu ciri
keberhasilan tujuan pendidikan yang dipengaruhi oleh berbagai faktor,
diantaranya yaitu faktor penyelenggara pendidikan, guru, peserta didik,
sarana dan fasilitas belajar mengajar, kurikulum sebagai pedoman dasar
bagi terselenggaranya tujuan pendidikan.
Partisipasi guru dalam pengelolaan peserta didik menduduki
teratas, artinya setiap guru harus memahami fungsi terhadap pengelolaan

5
peserta didik. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pengelolaan
peserta didik di sekolah, sebagai berikut:6 kehadiran peserta didik dan
masalah-masalahnya, penerimaan, orientasi, klasifikasi dan petunjuk bagi
peserta didik baru tentang kelas dan program studi, evaluasi dan pelaporan
kemajuan peserta didik, program bagi peserta didik yang mempunyai
kelainan, seperti pengajaran perbaikan dan pengajar luar biasa,
pengendalian disiplin peserta didik, penyesuaian pribadi, sosial dan
emosional peserta didik.
2. Kinerja
Kinerja adalah suatu hasil kerja yang dicapai seseorang dalam
melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya yang didasarkan
atas kecakapan, pengalaman dan kesungguhan serta waktu.7 Menurut
Mathis dan Jackson kinerja pada dasarnya adalah apa yang dilakukan dan
tidak dilakukan karyawan. Kinerja karyawan adalah yang mempengaruhi
seberapa banyak mereka memberikan kontribusi kepada organisasi yang
antara lain termasuk (1) kuantitas keluaran, (2) kualitas keluaran, (3)
jangka waktu keluaran, (4) kehadiran di tempat kerja, (5) Sikap
kooperatif.8 Sementara itu menurut Cushway “kinerja adalah menilai
bagaimana seseorang telah bekerja dibandingkan dengan target yang telah
ditentukan”.9
3. Usia
Usia merupakan salah satu faktor demografi dari responden. Pada
penelitian ini yang dimaksud dengan usia adalah umur responden. 10
Dalam hal ini yang dimaksudkan adalah hubungan antara usia dengan
kinerja menjadi isu penting yang banyak dibicarakan. Ada tiga alasan
yang mendasari pernyataan itu, yakni pertama adanya kepercayaan
bahwa kinerja menurun dengan bertambahnya usia. Kedua, adanya
realitas bahwa pekerja berumur tua semakin banyak. Ketiga, peraturan di

6
Tim MKKP, Pengelolaan Pendidikan, (Tasikmalaya: UPI Kampus Tasikmalaya, 2008), 1
7
Malayu Hasibuan, Manajemen Sumber Daya Manusia. (Jakarta:Bumi Aksara,2001) hlm 34
8
Mathis, L. Robert and John H. Jackson..Human Resource Management. Tenth. Edition. South Western: By
homson Collection, 2006) p 378
9
Cushway, B. Manajemen Sumber Daya Manusia. ( Jakarta: Elex Media Komputindo, 2002), h 98
10
Nuswantri , 1998

6
suatu negara untuk berbagai maksud dan tujuan umumnya mengatur
batas pensiunan.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka penelitian ini
menitikberatkan pada pengaruh usia terhadap kinerja guru di lembaga
Muhammadiyah kecamatan Tanggulangin. Adapun rumusan masalah sebagai
berikut:
1. Bagaimana kinerja guru di lembaga Muhammadiyah Kecamatan
Tanggulangin?
2. Apa saja Faktor – faktor yang mempengruhi kinerja guru?
3. Adakah pengaruh usia terhadap kinerja guru di lembaga Muhammadiyah
Kec. Tanggulangin?
D. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah di atas, tujuan dan kegunaan penelitian ini
adalah untuk menganalisis pengaruh usia terhadap kinerja guru di lembaga
Muhammadiyah Kec. Tanggulangin
E. Kegunaan Penelitian
Adapun kegunaan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Teoritis
Menambah khasanah ilmu pengetahuan bidang pengelolaan pendidikan.
2. Praktis
a. Bagi Kepala Sekolah
1) Sebagai acuan untuk meningkatkan efektifitas dalam pelaksanaan
pembelajaran.
2) Hasil penelitian dapat digunakan untuk tolok ukur keberhasilan
penyelenggaraan pendidikan di lembaga Muhammadiyah.
b. Bagi Guru
Hasil penelitian dapat digunakan untuk meningkatkan kinerja guru
dalam memberikan pembinaan dan pelayanan terhadap peserta didik.
c. Bagi Mahasiswa
Hasil penelitian dapat dijadikan kajian oleh peneliti selanjutnya

7
F. Lingkup Penelitian
Dari latar belakang masalah di atas, maka lingkup penelitian ini adalah
pada pengelolaan guru yang meliputi Definisi kinerja, tugas – tugas guru ,
dan evaluasi kinerja guru
G. Penelitian Terdahulu
Dengan adanya penelitian terdahulu adalah dimaksudkan untuk
mengemukakan teori-teori yang relavan dengan masalah-masalah yang
diteliti, maka penelitian terdahulu ini akan menjadi dasar pemikiran dalam
penyusunan penelitian yang penulis lakukan yaitu berkaitan dengan pengaruh
usia terhadap kinerja guru. Untuk memudahkan melihat melihat persamaan
dan perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya, maka dibuat tabel
sebagai berikut:
No Judul Persamaan Perbedaan Orisinalitas
Penelitian Penelitian
1 Sugiyem, a. Ruang a. Motivasi a. Pengaruh Usia
Faktor-faktor lingkup kinerja guru terhadap Kinerja
yang penelitian b. Kinerja guru
mempengaruh tentang guru SMK di b. Penelitian
i Kinerja Guru kinerja guru Kota Kuantitatif
SMK Bidang Yogyakarta
Keahlian Tata
Busana di
Kota
Yogyakarta,
2011
2 Agus Wahyu a. Ruang a. Motivasi a. Pengaruh Usia
Nugraha, lingkup kinerja guru terhadap Kinerja
Hubungan penelitian b. Sertifikasi guru
Antara tentang guru b. Penelitian
Motivasi kinerja guru b. Kinerja Kuantitatif
Kerja dan guru SD di
Lingkungan Kabupaten
Kerja dengan Kulon Progo
Sikap
terhadap
Sertifikasi

8
Guru
Kabupaten
Kulon Progo,
Skripsi, 2009

9
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Kinerja Guru
1. Definisi Kinerja
Kinerja adalah suatu hasil kerja yang dicapai seseorang dalam
melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya yang didasarkan
atas kecakapan, pengalaman dan kesungguhan serta waktu.11 Menurut
Mathis dan Jackson kinerja pada dasarnya adalah apa yang dilakukan dan
tidak dilakukan karyawan. Kinerja karyawan adalah yang mempengaruhi
seberapa banyak mereka memberikan kontribusi kepada organisasi yang
antara lain termasuk (1) kuantitas keluaran, (2) kualitas keluaran, (3)
jangka waktu keluaran, (4) kehadiran di tempat kerja, (5) Sikap
kooperatif.12 Sementara itu menurut Cushway “kinerja adalah menilai
bagaimana seseorang telah bekerja dibandingkan dengan target yang telah
ditentukan”.13
Kinerja merupakan kegiatan yang dijalankan oleh tiap-tiap
individu dalam kaitannya untuk mencapai tujuan yang sudah
direncanakan. Berkaitan dengan hal tersebut terdapat beberapa definisi
mengenai kinerja. Smith dalam Mulyasa menyatakan bahwa kinerja adalah
“.....output drive from processes, human or otherwise”. Kinerja merupakan
hasil atau keluaran dari suatu proses. Dikatakan lebih lanjut oleh Mulyasa
bahwa kinerja atau performancedapat diartikan sebagai prestasi kerja,
pelaksanaan kerja, pencapaian kerja, hasil-hasil kerja atau unjuk kerja.
Kinerja merupakan suatu konsep yang bersifat universal yang
merupakan efektifitas operasional suatu organisasi, bagian organisasi, dan
karyawannya berdasarkan standar dan kriteria yang telah ditetapkan
sebelumnya. Karena organisasi pada dasarnya dijalankan oleh manusia
maka kinerja sesungguhnya merupakan perilaku manusia dalam
menjalankan perannya dalam suatu organisasi untuk memenuhi standar
11
Malayu Hasibuan, Manajemen Sumber Daya Manusia. (Jakarta:Bumi Aksara,2001) hlm 34
12
Mathis, L. Robert and John H. Jackson..Human Resource Management. Tenth. Edition. South Western: By
homson Collection, 2006) p 378
13
Cushway, B. Manajemen Sumber Daya Manusia. ( Jakarta: Elex Media Komputindo, 2002), h 98

10
perilaku yang telah ditetapkan agar membuahkan tindakan serta hasil yang
diinginkan.14
Menurut Ivor K. Davies mengatakan bahwa seorang mempunyai
empat fungsi umum yang merupakan ciri pekerja seorang guru, adalah
sebagai berikut:
a. Merencanakan
Merencanakan adalah pekerjaan seorang guru menyusun tujuan
belajar.
b. Mengorganisasikan
Mengorganisasikan pekerjaan seorang guru untuk mengatur dan
menghubungkan sumber-sumber belajar sehingga dapat mewujudkan
tujuan belajar dengan cara yang paling efektif, efesien, dan ekonomis
mungkin.
c. Memimpin
Memimpin adalah pekerjaan seorang guru untuk
memotivasikan, mendorong, dan menstimulasikan muridnya,
sehingga merekasiap mewujudkan tujuan belajar.
d. Mengawasi
Mengawasi adalah pekerjaan seorang guru untuk menentukan apakah
fungsinya dalam mengorganisasikan dan memimpin di atas telah
berhasil dalam mewujudkan tujuan yang telah dirumuskan. Jika tujuan
belum dapat diwujudkan, maka guru harus menilai dan mengatur
kembali situasinya dan bukunya mengubah tujuan.15
Dengan demikian, penulis menyimpulkan dari pengertian di atas,
bahwa kinerja adalah kemampuan seseorang untuk melaksanakan
tugasnyayang menghasilkan hasil yang memuaskan, guna tercapainya
tujuan organisasi kelompok dalam suatu unit kerja. Jadi, kinerja guru
dalam proses belajar mengajar adalah kemampuanguru dalam
melaksanakan tugasnya sebagai pengajar yang memiliki keahlian
mendidik anak didik dalam rangka pembinaan peserta didik untuk
tercapainya institusi pendidikan.
2. Definisi Guru

14
Mulyasa E. Mulyasa,Menjadi Guru Profesional. (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2005) h 136
15
Ivor K. Devies, Pengelolaan Belajar, (Jakarta: PT. Rajawali Pers, 1987), h. 35-36.

11
Guru merupakan sumber daya manusia yang potensial bagi
pengembangankreativitas peserta didik dalam berbagai aspek. Salah satu
tugas utama guru adalah membentuk anak didik mencapai
kewaspadaannya masing-masing. Hal ini pun merupakan salah satu ciri
keberhasilan tujuan pendidikan yang dipengaruhi oleh berbagai faktor,
diantaranya yaitu faktor penyelenggara pendidikan, guru, peserta didik,
sarana dan fasilitas belajar mengajar, kurikulum sebagai pedoman dasar
bagi terselenggaranya tujuan pendidikan.
Partisipasi guru dalam pengelolaan peserta didik menduduki
teratas, artinya setiap guru harus memahami fungsi terhadap pengelolaan
peserta didik. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pengelolaan
peserta didik di sekolah, sebagai berikut: 16 kehadiran peserta didik dan
masalah-masalahnya, penerimaan, orientasi, klasifikasi dan petunjuk bagi
peserta didik baru tentang kelas dan program studi, evaluasi dan pelaporan
kemajuan peserta didik, program bagi peserta didik yang mempunyai
kelainan, seperti pengajaran perbaikan dan pengajar luar biasa,
pengendalian disiplin peserta didik, penyesuaian pribadi, sosial dan
emosional peserta didik.
Partisipasi guru dalam pengelolaan peserta didik sudah merupakan
kewajiban dan tanggung jawab guru secara formal. Pengelolaan peserta
didik perlu penanganan secara serius, karena peserta didik adalah warga
sekolah yang menjadi tujuan akhir sebagai “output” atau keluaran yanag
perlu dipertahankan kualitasnya/lulusannya.

3. Tugas Pokok Dalam Pembelajaran


Guru berhadapan dengan siswa adalah pada saat proses belajar
mengajar berlangsung. Seorang guru harus memiliki kinerja yang baik
terutama pada saat proses belajar berlangsung. Guru diharapkan
memilikiilmu yang cukup sesuai bidangnya, pandai berkomunikasi
mengasuh dan menjadi belajar yang baik bagi siswanya untuk tubuh dan
berkembang menjadi dewasa.

16
Tim MKKP, Pengelolaan Pendidikan, (Tasikmalaya: UPI Kampus Tasikmalaya, 2008), 1

12
Menurut Sukadi sebagai seorang profesional, guru memiliki lima
tugas pokok, merencanakan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, dan
evaluasi pembelajaran, menindaklanjuti hasil pembelajaran, serta
melakukan bimbingan dan konseling.17 Adapun penjelasan dari kelima
tugas pokok tersebut yaitu:
a. Merencanakan Kegiatan Pembelajaran
Sebelum melaksanakan kegiatan pembelajaran, seorang guru
dituntut membuat perencanaan pembelajaran, fungsi perencanaan
pembelajaran ialah untuk mempermudah guru dalam melaksanakan
tugas selanjutnya. Sehingga proses belajar mengajar akan benar-benar
terskenario dengan baik, efektif dan efesien.
Dalam praktik pengajaran di sekolah, terdapat beberapa bentuk
persiapan pembelajaran, yaitu:
1) Analisis materi pelajaran
2) Program tahunan/ program semester
3) Silabus/ satuan pelajaran
4) Rencana pembelajaran
5) Program perbaikan dan pengayaan.
Dalam membuat lima rencana tersebut biasanya guru di bantu
oleh kepala sekolah juga rekannya yang biasanya dimusyawarahkan
dalam Musyawarah Guru Mata Pelajaran. Organisasi guru semacam
ini biasanya disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing sekolah.
b. Melaksanakan kegiatan pembelajaran
Setelah guru membuat rencana pembelajaran, maka tugas guru
selanjutnya adalah melaksanakan pembelajaran yang merupakan salah
satu aktivitas inti di sekolah. Guru harus menunjukkan penampilan
yang terbaik bagi para siswanya. Penjelasannya mudah dipahami,
penguasaan keilmuannya benar, menguasai metodologi, dan seni
pengendalian siswa. Seorang guru juga harus bisa menjadi teman
belajar yang baik bagi para siswanya sehingga siswa merasa senang
dan termotivasi belajar bersamanya.
Menurut Sukadi, tugas guru adalah mengoptimalkan bakat dan
minat kemampuan para siswa. Untuk itu di perlukan seni didaktik.

17
Sukadi, Guru Powerful Guru Masa Depan, (Bandung: Kolbu, ), h 26

13
Guru jugaharuspandai menggunakan teknologi pembelajaran sehingga
menarik bagi para siswa.18
c. Mengevaluasi Kegiatan Pembelajaran
Langkah guru berikutnya adalah mengevaluasi hasil
pembelajaran. Segala sesuatu yang terencana harus di evaluasi agar
dapat di ketahui apakahyang sudah direncanakan telah sesuai dengan
realisasinya serta tujuan yang ingin dicapai dan apakah siswa telah
dapat mencapai standar kompetensi yang ditetapkan. Selain itu, guru
juga dapat mengetahui apakah metode pembelajarannya telah sesuai
sasaran.
Dalam melakukan kegiatan evaluasi, seorang guru harus
memperhatikan tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Selain itu,
guru juga harus memperhatikan soal-soal evaluasi yang digunakan.
Soal-soal yang telah dibuat hendaknya dapat mengukur kemampuan
siswa. Suryo Subroto mengatakan bahwa guru harus mempunyai
kemampuan untuk mengevaluasi yang mencakup:
1) Melaksanakan tes
2) Mengelola hasil penilaian
3) Melaporkan hasil penelitian
4) melaksanakanprogram remedial/perbaikan pengajaran.19
d. Ketaatanguru pada disiplin tugas
Didalam lembaga pendidikan telah dibuat aturan-aturan yang
harus diindahkan oleh para guru maupun tenaga pendidikan lainnya.
Bahkan sebagai pegawai negeri. Aturan-aturan tersebut telah
dibakukan menjadi aturan kepegawaian. Hal ini untuk menjadi
kelencaran jalannya proses belajar mengajar maupun citra baik dari
masyarakat yang ingin memanfaatkan jasa lembaga tersebut.
4. Kriteria Kinerja Guru
Keberhasilan seorang guru bisa dilihat apabila kriteria-kriteria
yang ada telah tercapai secara keseluruhan. Jika kriteria telah tercapai
berarti pekerjaan seseorang telah dianggap memiliki kualitas kerja yang
baik. Sebagaimana yang telah disebutkan dalam pengertian kinerja bahwa
kinerja guru adalah hasil kerja yang terlihat dari serangkaian kemampuan
18
Sukadi, Guru Powerful., h.30
19
B Suryo Subroto, Proses Belajar Mengajar di sekolah, (Jakarta: Rineka Cipta, 1997), h. 27

14
yang dimiliki oleh seorang yang berprofesi guru. Kemampuan yang harus
dimiliki guru telah disebutkan dalam peraturan pemerintah RI No. 19
Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan pasal 28 ayat 3 yang
berbunyi:
Kompetensi guru sebagai agen pembelajaran pada jenjang
pendidikan dasar dan menengah serta pendidikananak usia dini meliputi:
a. kompetensi paedagogik
b. kompetensi kpribadian
c. kompetensi profesional
d. kompentensi sosial.20
Adapun penjelasan dari ke empat kompetensi tersebut adalah:
1) Kompetensi Paedagogik
Kompetensi paedagogik adalah mengenai bagaimana
kemampuanguru dalam mengajar.Dalam Peraturan Pemerintah RI No
19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan dijelaskan
kemampuan ini meliputi kemampuan mengelola pembelajaran yang
meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perancangan dan
pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan
peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang
dimilikinya.21
Kompetensi paedagogik ini berkaitan pada saat guru mengadakan
proses belajar mengajar di kelas. Mulai dari membuat skenario
pembelajaran, memilih metode, media, juga alat evaluasi bagi anak
didiknya. Karena bagaimanapun dalam proses belajar mengajar
sebagian besar hasil belajar peserta didik ditentukan oleh perananguru.
Guru yang cerdas dan kreatif akan mampu menciptakan suasana belajar
yang efektif dan efisien sehingga pembelajaran tidak berjalan sia-sia.
Suryo Subroto mengatakan bahwa yang dimaksud kinerja guru dalam
proses belajar mengajar adalah kesanggupan atau kecakapan para guru
dalam menciptakan suasana komunikasi yang edukatif antara guru dan
peserta didik yang mencakup segi kognitif, efektif, dan psikomotorik
sebagai upaya mempelajari sesuatu berdasarkan perencanaan sampai
20
Peraturan pemerintah RI No 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan (Jakarta: CV Eko
Jaya,2005),h.26
21
Peraturan Pemerintah RI. ,h.73

15
dengan tahap evaluasi dan tindak lanjut agar tercapai tujuan
pengajaran.22
Jadi kompetensi paedagogik ini berkaitan dengan kemampuan guru
dalam proses belajar mengajar yakni persiapan mengajar yang
mencakup merancang dan melaksanakan skenario pembelajaran,
memilih metode, media, serta alat evaluasi bagi anak didik agar tercapai
tujuan pendidikan baik pada ranah kognitif, efektif, maupun
psikomotorik siswa.
2) Kompetensi Kepribadian
Berperan sebagai guru memerlukan kepribadian yang unik.
Kepribadianguru ini meliputi kemampuan kepribadian yang mantap,
stabil, dewasa, arif, dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik,
dan berakhlak mulia. Seorang guru harus mempunyai peran
ganda. Peran tersebut diwujudkan sesuai dengan situasi dan kondisi
yang dihadapi. Adakalanya guru harus berempati pada siswanya dan
adakalanya guru harus bersikap kritis. Berempati maksudnya guru harus
dengan sabar menghadapi keinginan siswanya juga harus melindungi
dan melayani siswanya tetapi disisi lainguru juga harus bersikap tegas
jika ada siswanya berbuat salah.
Menurut Moh. Uzer Usman kemampuan kepribadianguru meliputi
hal-hal berikut:
a) Mengembangkan kepribadian
b) Berinteraksi dan berkomunikasi
c) Melaksanakan bimbingan dan penyuluhan
d) Melaksanakan administrasi sekolah
e) Menaksanakan penelitian sederhana untuk keperluan pengajaran.23
Kepribadian guru penting karena guru merupakan cerminan prilaku
bagi siswa-siswanya.
3) Kompetensi Profesional
Pekerjaan seorang guru adalah merupakan suatu profesi yang tidak
bisa dilakukan oleh sembarang orang. Profesi adalah pekerjaan
yangmemerlukan keahlian khusus dan biasanya dibuktikan dengan
sertifikasi dalam bentuk ijazah. Profesi guru ini memiliki prinsip yang

22
Suryo Subroto, Proses Belajar Mengajar,h.19 11
23
Moh. Uzer Usman, Menajdi Guru Profesional, (Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2003), h. 16

16
dijelaskan dalam Undang-Undang Guru dan Dosen No.14 Tahun 2005
sebagai berikut :
a) Memiliki bakat, minat, panggilan jiwa, dan idealism
b) Memiliki komitmen untuk meningkatkan mutu pendidikan,
keimanan, ketakwaan, dan akhlak mulia
c) Memiliki kualifikasi akademik dan latar belakang pendidikan
sesuai dengan bidang tugas.
d) Memiliki kompetensi yang diperlukan sesuai dengan bidang tugas
e) Memiliki tanggung jawab atas pelaksanaan tugas keprofesionalan
f) Memperoleh penghasilan yang ditentukan sesuai dengan prestasi
kerja
g) Memiliki kesempatan untuk mengembangkan keprofesionalan
secara berkelanjutan sepanjang hayat
h) Memiliki jaminan perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas
keprofesionalan.
i) Memiliki organisasi profesi yang mempunyai kewenangan yang
mengatur hal-hal yang berkaitan dengan tugas
keprofesionalanguru.24
4) Kompetensi Sosial
Kompetensi sosial berkaitan dengan kemampuan diri dalam
menghadapi orang lain. Dalam peraturan pemerintah RI No.19 Tahun
2005 tentang Standar Nasional Pendidikan dijelaskan kompetensi social
adalah kemampuan pendidik sebagai bagian dari masyarakat untuk
berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama
pendidik, tenaga kependidikan, orang tua peserta pendidikan, dan
masyarakat sekitar. Kompetensi sosisal seorang guru merupakan modal
dasar guru yang bersangkutan dalam menjalankan tugas keguruan.
Saiful Hadi berpendapat kompetensi ini berhubungan dengan
kemampuan guru sebagai anggota masyarakat dan sebagai makhluk
sosial yang meliputi:
a) Kemampuan untuk berinteraksi dan berkomunikasi denagn teman
sejawat untuk meningkatkan kemampuan professional.
b) Kemampuan untuk mengenal dan memahami fungsi-fungsi setiap
lembaga kemasyarakatan.
24
Undang-Undang RU No.14 Tahun 2005, Tentang Guru dan Dosen, h.6

17
c) Kemampuan untuk menjalin kerjasama baik secara individual
maupun secara kelompok.25
Menurut Mungin Edy Wibowo Kompetensi sosial adalah
kemampuan pendidik sebagai bagian dari masyarakat untuk
berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, dan
masyarakat sekitar.Kemampuan sosial sangat penting karena manusia
bukan makhluk individu. Segala kegiatannya pasti dipengaruhi juga
oleh pengaruh orang lain.26
5. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Guru
Menurut Anwar Prabu Mangkunegara faktor yang mempengaruhi
kinerja guru adalah faktor kemampuan (ability) dan faktor motivasi
(motivision).27
a. Faktor Kemampuan
Secara psikologi, kemampuan guru terdiri dari kemampuan potensi
(IQ) dan keampuan reality (knowledge + skill). Artinya seorang guru
yang memiliki latar belakang pendidikan yang tinggi dan sesuai dengan
bidangnya serta terampil dalam mengerjakan pekerjaan sehari-hari,
maka ia akan lebih mudah mencapai kinerja yang diharapkan. Oleh
karena itu, pegawai perlu ditetapkan pada pekerjaan yang sesuai dengan
keahliannya. Dengan penempatan guru yang sesuai dengan bidangnya
akan dapat membantu dalam efektivitas suatu pembelajaran.
b. Faktor Motivasi
Motivasi terbentuk dari sikap seorang guru dalam menghadapi
situsi kerja.Motivasi merupakan kondisi yang menggerakkan seseorang
yang terarah untuk mencapai tujuan pendidikan. C. Meclelland
mengatakan dalam bukunya Anwar Prabu berpendapat bahwa ada
hubungan yang fositif antara motif berprestasi dengan pencapaian
kinerja.28
Guru sebagai pendidik memiliki tugasdan tanggung jawab yang
berat. Guru harus menyadari bahwa ia harus mengerjakan tugasnya tersebut
25
Saiful Hadii, Kompetensi yang harus Dimiliki Seorang Guruî, (www.Saiful Hadi. Wordpress.com, 2007)
26
Mungin Edy Wibowo, Sertifikasi Profesi Pendidikî, (www.suara-merdeka.com, 2006)
27
Anwar Prabu Mangkunegara, Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan, (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya 2004), h. 67
28
Anwar Prabu, Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya 2004),
h.68

18
dengan sungguh-sungguh, bertanggung jawab, ikhlas dan tidak asal-asalan,
sehingga siswa dapat dengan mudah menerima apa saja yang disampaikan
oleh gurunya. Jika hal ini dapat dicapainya maka guru akan memiliki tingkat
kinerja yang tinggi.
Selanjutnya MeClelland mengemukakan 6 krakteristik dari guru
yang memiliki motif berprestasi tinggi,yaitu:
1) Memiliki tanggung jawab pribadi tinggi
2) Berani mengambil resiko
3) Memiliki tujuan yang realistis
4) Memanfaatkan rencana kerja yang menyeluruh dan berjuang untuk
merealisasi tujuannya.
5) Memanfaatkan umpan balik yang kongkret dalam seluruh kegiatan kerja
yang dilakukannya.
6) Mencari kesempatan untuk merealisasikan rencana yang telah
diprogramkan.29
6. Faktor Yang Mendukung Kinerja Guru
Membicarakan kinerja mengajar guru, tidak dapat dipisahkan dari
faktor-faktor pendukung dan pemecah masalah yang menyebabkan
terhambatnya pembelajaran secara baik dan benar dalam rangka pencapaian
tujuan yang diharapkanguru dalam mengajar.
Adapun faktor yang mendukung kinerja guru dapat digolongkan ke
dalam dua macam yaitu:
a. Faktor dari dalam sendiri (intern)
Di antara faktor dari dalam diri sendiri (intern) adalah
1) Kecerdasan
Kecerdasan memegang peranan penting dalam keberhasilan
pelaksanaan tugas-tugas. Semakin rumit tugas-tugas yang diemban
makin tinggi kecerdasan yang diperlukan. Seseorang yang cerdas
jika diberikan tugas yang sederhana dan monoton mungkin akan
terasa jenuh dan akan berakibat pada penurunan kinerjanya
2) Keterampilan dan kecakapan
Keterampilan dan kecakapan orang berbeda-beda.Hal ini
dikarenakan adanya perbedaan dari berbagai pengalaman dan
latihan.
3) Bakat
29
Ibid, hlm.68

19
Penyesuaianantara bakat dan pilihan pekerjaan dapat menjadikan
seseorang bekerja dengan pilihan dan keahliannya.
4) Kemampuan dan minat
Syarat untuk mendapatkan ketenangan kerja bagi seseorang adalah
tugas dan jabatan yang sesuai dengan kemampuannya. Kemampuan
yang disertai dengan minat yang tinggi dapat menunjang pekerjaan
yang telah ditekuni
5) Motif
Motif yang dimiliki dapat mendorong meningkatnya kerja
seseorang.
6) Kesehatan
Kesehatan dapat membantu proses bekerja seseorang sampai
selesai. Jika kesehatan terganggu maka pekerjaan terganggu pula.
7) Kepribadian
Seseorang yang mempunyai kepribadian kuat dan integral tinggi
kemungkinan tidak akan banyak mengalami kesulitan dan
menyesuaikan diri dengan lingkungan kerja dan interaksi dengan
rekan kerja yang akan meningkatkan kerjanya.
8) Cita-cita dan tujuan dalam bekerja
Jika pekerjaan yang diemban seseorang sesuai dengan cita-cita
maka tujuan yang hendak dicapai dapat terlaksanakan karena ia
bekerja secara sungguh-sungguh, rajin, dan bekerja dengan
sepenuh hati.

b. Faktor dari luar diri sendiri (ekstern).


Yang termasuk faktor dari luar diri sendiri (ekstern) diantaranya:
1) Lingkungan keluarga
Keadaan lingkungan keluarga dapat mempengaruhi kinerja
seseorang. Ketegangan dalam kehidupan keluarga dapat
menurunkangairah kerja.
2) Lingkungan kerja
Situasi kerja yang menyenangkan dapat mendorong seseorang
bekerja secara optimal. Tidak jarang kekecewaan dan kegagalan

20
dialami seseorang di tempat ia bekerja. Lingkungan kerja yang
dimaksud disini adalah situasi kerja, rasa aman, gaji yang memadai,
kesempatan untuk mengembangan karir, dan rekan kerja yang
kologial.
3) Komunikasi dengan kepala sekolah
Komunikasi yang baik di sekolah adalah komunikasi yang
efektif.Tidak adanya komunikasi yang efektif dapat mengakibatkan
timbulnya salah pengertian
4) Sarana dan prasarana
Adanya sarana dan prasarana yang memadai membantu guru dalam
meningkatkan kinerjanya terutama kinerja dalam proses mengajar
mengajar.30
5) Kegiatanguru di kelas
Peningkatan dan perbaikan pendidikan harus dilakukan secara
bertahap. Dinamika guru dalam pengembangan program
pembelajaran tidak akan bermakna bagi perbaikan proses dan hasil
belajar siswa, jika manajemen sekolahnya tidak memberi peluang
tumbuh dan berkembangnya kreatifitas guru. Demikian juga
penambahan sumber belajar berupa perpustakaan dan laboratorium
tidak akan bermakna jika manajemen sekolahnya tidak
memberikan perhatian serius dalam mengoptimalkan pemanfaatan
sumber belajar tersebut dalam proses belajar mengajar.
Menurut Dede Rosyada dalam bukunya Paradigma Pendidikan
Demokratis bahwa kegiatanguru di dalam kelas meliputi:
a) Guru Harus menyusun perencanaan pembelajaran yang bijak
b) Guru harus mampu berkomunikasi secara efektif dengan siswa-
siswanya
c) Guru harus mengembangkan strategi pembelajaran yang
membelajarkan
d) Guru harus menguasai kelas
e) Guru harus melakukan evaluasi secara benar.31
Kegiatanguru di sekolah antara lain yaitu:

30
Kartono Kartini, Menyiapkan dan memadukan Karir, (Jakarta: CV Rajawali, 1985), h. 22.
31
Dede Rosyada, Paradigma Pendidikan Demokratis: Sebuah Model Pelibatan Masyarakat dalam
Penyelenggaraan Pendidikan, (Jakarta:PT Kencana, 2004), h. 122.

21
Berpartisipasi dalam bidang administrasi, dimana dalam bidang
administrasi ini para guru memiliki kesempatan yang banyak untuk
ikut serta dalam kegiatan-kegiatan sekolah antara lain:
a) Mengembangkan filsafat pendidikan
b) Memperbaiki dan menyesuaikan kurikulum
c) Merencanakan program supervisi
d) Merencanakan kebijakan-kebijakan kepegawaian.32
Semua pekerjaan itu harus dikerjakan bersama-sama antara guru
yang satu dengan yang lainnya yaitu dengan cara bermusyawarah.
Untuk meningkatkan kinerja, para guru harus melihat pada keadaan
pemimpinnya (kepsek). Jadi, dapat disimpulkan bahwa baik dan
buruknya guru dalam proses belajar mengajar dipengaruhi oleh
beberapa faktor salah satunya adalah supervisor dalam melaksanakan
pengawasan atau supervisi terhadap kemampuan (kinerja guru).

7. Indikator Kinerja Guru


Ada beberapa indikator yang dapat dilihat peran guru dalam
meningkatkan kemampuan dalam proses belajar-mengajar. Indikator kinerja
tersebut adalah:
a. Kemampuan merencanakan kegiatan belajar mengajar
Kemapuan ini meliputi:
1) Menguasai garis-garis besar penyelenggaraan pendidikan.
2) Menyesuaikananalisa materi pelajaran
3) Menyusun program semester
4) Menyusun program atau pembelajaran
b. Kemempuan melaksanakan kegiatan belajar mengajar
kemampuan ini meliputi:
1) Tahap pra intruksional
2) Tahap intruksional
3) Tahap evaluasi dan tidak lanjut
c. Kemampuan mengevaluasi Kegiatan Belajar Mengajar
Kemampan ini meliputi:
1) Evaluasi normatif
2) Evaluasi formatif
3) Laporan hasil evaluasi
4) Pelakanaan program perbaikan dan pengayaan.33

32
M. Ngalim Purwanto, Administrasi dan Supervisi Pendidikan, (Jakarta: Remaja Rosdakarya,
2003), h. 144-150.
33
Uzer, Usman, Menjadi guru professional..., h.10-19

22
Jadi menurut penulis, kinerja guru yang terdapat di atas merupakan
indikator positif dari kinerja guru. Sedangkan kinerja guru yang bersifat
negatif meliputi, guru belum menguasai penyusunan program semester, guru
belum melaksanakan pra intruksional, danguru tidak memperhatikan
evaluasi yang bersifat normatif.
8. Evaluasi kinerja Guru
Menurut Agus Sunyato dalam bukunya Anwar Prabu Mangkunegara
mengemukakan bahwa sasaran sasaran dan evaluasi kinerja karyawan
sebagai berikut:
a. Membuat analisa kinerja dari waktu yang lalu secara berkesinambungan
dan periodik, baik kinerja karyawan maupun kinerja organisasi
b. Membuat evaluasi kebutuhan pelatihan dari para karyawan melalui
audit keterampilan dan pengetahuan sehingga dapat mengembangkan
kemampuan dirinya.
c. Menetukansasaran dari kinerja yang akan dating dan memberikan
tanggung jawab perorangan sehingga untuk periode selanjutnya jelas
apa yang harus diperbuat oleh karyawan, mutu dan baku yang harus
dicapai.
d. Menemukan potensi karyawan yang berhak memperoleh promosi, dan
mendasarkan hasil diskusi antara karyawan dengan pimpinannya itu untuk
menyusun suatu proposal lainnya, seperti imbalan.
Jadi, evaluasi kinerja merupakan sarana untuk memperbaiki mereka
yang tidak melakukan tugasnya dengan baik di dalam organisasi. Banyak
organisasi berusaha mencapai sasaran suatu kedudukan yang terbaik dan
terpercaya dalam bidangnya. Untuk itu sangat tergantung dari para
pelaksanaannya, yaitu para karyawan agar mereka mencapai sasaran yang
telah ditetapkan oleh organisasi.34
9. Langkah- Langkah Peningkatan Kinerja Guru
Dalam rangka peningkatan kinerja, paling tidak telah mengemukakan
tujuh langkah yang dapat dilakukan sebagai berikut:
a. Mengetahui Adanya kekurangan dalam kinerja
b. Mengenai kekurangan dan tingkat keseriusan.

34
A.A.Anwar Prabu Mangkunegara, Evaluasi kinerja SDM, (Bandung: PT Refika Aditama, 2006) Cet ke-II,
h 11-12.

23
c. Mengidentifikasikan hal-hal yang mungkin menjadi penyebab
kekurangan baik yang behubungan dengan dengan pegawai itu sendiri
d. Mengembamgkan rencana tindakan tersebut
e. Melakukan evaluasi apakah masalah tersebut sudah terasi atau belum
f. Mulai dari awal, apabila perlu.
Dari peningkatan kinerja ini mempunyai hasil dalam peningkatan
karena semuanya mempunyai kekurangan dan kelebihan, hal itu harus
sangat berguna bagi para karyawan.35
Dari berbagai uraian teori tentang kinerja guru, maka yang dimaksud
dengan kinerja guru dalam penelitian ini adalah kemampuan seseorang
untuk melaksanakan tugasnya yang menghasilkan hasil yang
memuaskanguna ercapainya tujuan organisasi kelompok dalam suatu unit
kerja. Kinerja guru dalam penelitian ini dapat diukur berdasarkan 4
indikator, yaitu kinerja guru dalam perencanaan pembelajaran, kinerja guru
dalam pelaksanaan pembelajaran, kinerja guru dalam evaluasi pembelajaran,
serta kinerja guru dalam disiplin tugas.
10. Hubungan Usia dengan Kinerja Guru
Hubungan antara usia dengan kinerja menjadi isu penting yang
banyak dibicarakan. Ada tiga alasan yang mendasari pernyataan itu, yakni
pertama adanya kepercayaan bahwa kinerja menurun dengan
bertambahnya usia. Kedua, adanya realitas bahwa pekerja berumur tua
semakin banyak. Ketiga, peraturan di suatu negara untuk berbagai maksud
dan tujuan umumnya mengatur batas pensiunan.
Di sebuah lembaga memiliki pemikiran yang beragam tentang
persepsi guru berusia tua. Mereka melihat sejumlah kualitas positif guru
berusia tua yang dapat mendidik dengan baik dengan melihat kinerja
mereka. Tetapi juga guru yang sudah berusia tua dianggap kurang luwes
dan menolak teknologi baru. Semakin tua seseorang, maka semakin
enggan dia untuk berhenti bekerja. Hal ini terjadi karena seseorang
bertambah tua, makin sedikit peluang baginya untuk mendapat pekerjaan
baru.
Ada sebuah keyakinan bahwa produktifitas menurun seiring
bertambahnya usia. Sering dianggap bahwa keahlian seseorang, kecepatan

35
Anwar, Prabu Mangkunegara, Manajemen Kinerja. h, 22

24
tertentu, kecerdasan, tenaga dan koordinasi menyusut dari waktu kewaktu.
Hal it menambah kejenuhan bekerjadan juga berkurangnya rangsangan
intelektual yang mempengaruhi menurunnya produktfitas.
a. Tingkat hidup dewasa
Penelitian Daniel Levinson mengenai tingkat hidup orang dewasa
telah menyita banyak perhatian. Awalnya dia percaya bahwa “dtruktur
kehidupan terbentuk secara bertahap selama usia dewasa”, teori ini
berdasarkan usia. Ini berbeda dengan teori lain yang mengacu pada
kejadian-kejadian tertentu. Levinson berpendapat bahwa hanya ada
sedikit faktor tidak tetap dalam empat periode tetap.36 Empat periode
tetap yakni :
1) Masuk usia dewasa (usia 22 – 28 tahun)
2) Pematangan diri (usia 33-40 tahun)
3) Masuk usia paruh baya (usia 55 -60 tahun)
4) Puncak usia dewasa (55 -60 tahun)
b. Model Levinson
Sebuah pandangan yang sangat menarik mengenai evolusi karir
diberikan oleh Daniel Levinson dan rekan-rekannya. Model yang dia
kembangkan berdasarkan telaah yang dilaukannya itu mengungkapkan
bahwa kehidupan orang dewasa menyangkut serngkaian krisis atau
peralihan pribadi dan yang berkaitan dengan karir yang terjadi dalam
setiap jangka waktu antara lima sampai dengan sepuluh tahun yang
bertentangan dan hampir dapat diramalkan.37
1) Usia 17 – 22 : Peralihan Dewasa Awal
Individu harus berhasil mengelola pemisahan diri dari ikatan
keluarga dan menjadi dirinya sendiri. Pada tahap ini, setidaknya
dari segi keuangan dan secara emosional, individu itu masih tetap
bergantung pada orangtuanya. Orang yang secara bertahap
menegaskan ketidak tergantungnya dapat memulai karirnya dengan
suatu tindakan pemenuhan diri dan suatu keyakinan.
2) Usia 22 -28 : Memasuki Dunia Dewasa
Individu telah menyelesaikan pendidikannya dan mulai membuat
komitmen untuk masa depan. Suatu gaya hidup dan karir dipilih.

36
Luthans, 1995 hal. 116
37
Stoner dan Wangkel, 1986 hal 175

25
Menurut istilah Levinson, individu mlai memusatkan perhatiannya
untuk memasuki dunia dewasa. Bagi orang yang merasa tidak
menentu dengan jalan hidup yang ingin mereka tempuh.
3) Usia 28-33 : Peralihan usia 30
Individu mlai meninjau kembali kemajuan menuju tujuan pribadi
dan karir yang telah ditentukan sebelumnya. Jikalau kemajuan
tersebut memuaskan, individu dapat terus pada lintasan yang sama.
Jikalau tidak, dapat mengakibatkan perubahan radikal dan
kekacauan.
4) Usia 33 – 40 tahun : Masa tenang
Dalam masa ini, segala sesuatu yang lain dikemudiankan demi
pekerjaan dan kemajuan karir. Individu berjuang untuk menjadi
dirinya sendiri. Kontak sosial dan persahabatan dihilangkan atau
dikurangi sehingga memungkinkan individu memusatkan perhatian
pada pekerjaan. Individu yang tidak senng denga tokoh berwenang
mungkin mengalami masa yang sulit untuk mencari dan
berhubungan dengan seseorang sponsor tingkat tinggi.
5) Usia 40 – 45 : Peralihan tengah baya
Penialain kembali yang dilakukan selama krisis tengah baya di
konsolidasi. Individu memantpakan prespektifnya yang baru atau
yang ditegaskan kembali mengenai karirnya. Mereka memberikan
perhatian pada persahabatan yang lama dan mengembangkan
persahabatan baru dengan lebih sadar. Bai yang lain, masa ini dapar
sangat memuaskan dengan rasa pemenuhan dan kreativitas yang
matang.
6) Usia 50 – 55 : Peraihan usia 50
Pada masa inimuncuk persoalan atau tugas yang ditangani secara
memuaskan dalam awal usia 30 atau peralihan usia tengahbaya.
Individu leih sedikit sekali mengalami perubahan dalam peralihan
usia tengah – baya dan menata struktur hidup secara tidak
memuaskan mungkin mengalami krisis.
7) Usia 55 – 60 : puncak masa dewasa pertengahan
Masa ini relatif stabil, sama dngan masa tenang pada masa dewasa
awal. Apakah ambisi seseorang individu erpenuhi atau tidak,ia

26
harus menerima kenyataan bahwa karirnya sudah sampai pada titik
akhir dan mulai menyiapkan diriuntuk pensiun. Individuyang
mampu meremajakan dirinya dan memperkaya kehidupannya dapat
mengalami oemenuhan firi yang besar pada masa ini.

27
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kuantitatif dengan
pendekatan menggunakan metode ex post facto, karena data yang akan
diperoleh dengan angka dan analisis, dan yang digunakan adalah analisis
statistik.38 Dalam hal ini bertujuan untuk menyelidiki kemungkinan hubungan
sebab-akibat dengan cara berdasar atas pengamatan terhadap aibat yang ada
dan mencari lagi faktor yang memungkinkan menjadi penyebab melalui data
tertentu. Jenis penelitian adalah korelasi, penelitian korelasi mempelajari
hubungan dua variabel atau lebih, yakni sejauh mana variasi dalam satu
variabel berhbungan dengan variasi dalam variabel lain.” Untuk itu maka
dilakukan analisis regresi guna melihat Pengaruh Usia terhadap kinerja guru,
baik secara satu persatu maupun secara bersamaan.
B. Definisi Operasional
Untuk memperoleh informasi data yang diperoleh dalam penelitian ini,
maka ditentukan subjek penelitian. Subyek penelitian adalah benda, keadaan
atau orang, tempat data melekat yang dipermasalahkan.39 Sumber data atau
informasi yang dibutuhkan harus berdasar dari respondenmyang memahami
dan mengetahui mengenai informasi dan data yang dimaksudkan. Adapun
yang menjadi subjek dari penelitian ini adalah seluruh guru SD/MI dan SMP
Muhammadiyah di Kecamatan Tanggulangin.

C. Populasi dan Sampel


1. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek
yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari dan kemudia ditarik kesimpulannya. 40

38
Burhan Bungin, Analisis Data Penelitian Kualitatif, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007),
68
39
Moleong, Lexy. J, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2001),
90
40
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D,
(Bandung: Alfabeta, 2013), 117

28
Berdasarkan pendapat tersebut maka poplasi dalam penelitian ini adalah
seluruh guru MI/SD dan SMP Muhammadiyah kecamatan Tanggulangin
yang berjumlah 80 guru yang tersebar di 6 sekolah.
2. Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi.41 Dari populasi tersebut yang akan dijadikan sampel sebanyak
80 responden. Pengambilan sampel dapat dilakukan dengan nomor urut
ganjil saja, genap saja, atau kelipatan dari bilangan tertentu atau disebut
sampel sistematik.42
D. Instrumen Penelitian
Instrumen yang baik harus memenuhi dua persyaratan penting yaitu
valid dan reliabel.43 Uji coba instrumen dilakukan untuk mengetahui validitas
dan reabilitas instrumen.
1) Uji Validitas
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevlidan
atau kesahihan suatu instrumen.44 Setelah instrumen dikatakan valid
apabila mampu mengukur apa yang diinginkan dan dapat
mengungkapkan data dari variabel yang diteliti secara tepat. Uji validitas
ini dilaksanakan terhadap 15 guru diluar sampel dalam populasi dengan
menggunakan rumus korelasi Product Moment dari pearson yaitu:

xy =

Keterangan :
rxy = koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y
∑x = Jumlah skor item
∑y = Jumlah skor total
N = Jumlah responden
∑x2 = Jumlah skor kuadrat item
∑y2 = Jumlah skor kuasrat total
∑xy = Jumlah perkalian skor X dan Y

41
Ibid, hal. 118
42
Ibid, hal. 123
43
Suharsini Arikunto, 2010 hal 211
44

29
Kriteria pengujian dengan taraf signifikan 0.05 (5%), jika thitung lebih dari
atau sama dengan rtabel maka butir instrumen dinyatakan tidak valid.
Begitu pula sebaliknya, jika rhitug kurang dari rtabel maka butir instrumen
dinyatakan tidak valid.
2) Uji Reabilitas
Reabilitas menunjuk pada pengertian bahwa sesuatu instrumen cukup
dapat dipercaya untuk diginakan sebagai alat pengumpulan data karena
instrumen tersebut sudah baik.45 Uji reabilitas ini dilaksanakan terhadap
80 guru dalam populasi dengan menggunakan rumus Alpha Cronbach atau
rumus Alpha, yaitu :

11 =

Keterangan :
r11 = Reabilitas Instrumen
k = banyaknya butir pernyataan atau banyaknya soal
∑x2b = Jumlah varians butir
X2t = Varians total

Kriteriaan pengujian dengan taraf signifikan 0.05 (5%), jika t hitung lebih dari
atau sama dengan rtabel makna butir instrumen dinyatakan tidak valid.
begitupula sebaliknya, jika rhitung kurang dari rtabel maka butir instrumen
dinyatakan tidak reliabel.
E. Teknik Pengumpulan Data
Menurut Sugiyono teknik pengumpulan data merupakan langkah yang
paling penting dalam penelitian, hal ini dikarenakan tujuan utama dari
penelitian adalah mendapatkan data. Dalam penelitian ini teknik
pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara, observasi, Angket, dan
studi dokumentasi.46
1) Wawancara.
Wawancara merupakan percakapan dengan maksud tertentu yang
dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang
mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai (interviewee) yang
memberikan jawaban atas pertanyaan itu.47 Wawancara dilakukan untuk
45

46
Ibid
47
Moleong, Lexy. J, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2001),
186

30
memperoleh informasi secara mendalam dengan kepala sekolah terkait
kinerja guru, terkait perencanaan peserta didik yang diberikan oleh sekolah
serta perwakilan peserta didik sebagai data pendukung terkait kinerja guru
tersebut.
2) Observasi
Menurut Marzuki, observasi adalah melakukan pengamatan dan
pencatatan secara sistematis terhadap gejala/fenomena yang diselidiki. Jadi
tanpa mengajukan pertanyaan-pertanyan mesikipun obyeknya orang,
misalnya melihat cara pelayan took melayani pembeli, kesibukan
karyawan di suatu pabrik, dan lain sebagainya.48
Kegiatan observasi meliputi melakukan pencatatan secara sistematik
kejadia-kejadian, perilaku, obyek-obyek yang dilihat dan hal-hal lain yang
diperlukan dalam mendukung penelitian yang sedang dilakukan, dalam
teknik ini peneliti melakukan pengamatan terhadap kinerja guru dilembaga
Muhammadiyah kecamatan Tanggulangin.
3) Studi Dokumen
Dokumen adalah kumpulan fakta dan data yang tersimpan dalam
bentuk teks atau artefak. Teknik dokumentasi ini sering digunakan menjadi
teknik utama dalam penelitian analisis teks. Teknik dokumentasi ini
digunakan sebagai teknik pengumpulan data sekunder.49
Penelitian ini menggunakan studi dokumen dimana pengumpulan
data dilakukan dengan menelaah catatan tertulis, dokumen dan arsip terkait
masalah yang diteliti yang berhubungan dengan kinerja guru di lembaga
Muhammadiyah kec. Tanggulangin. Pada studi dokumen ini digunakan
sebagai sarana untuk memperkuat hasil wawancara dan observasi.
4) Kuesioner (Angket)
Kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan
untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang
pribadinya, atau hal-hal yang ia ketahui. Jenis kuesioner yang akan
digunakan pada penelitian ini adalah kuesioner tertutup, artinya jawaban
sudah disediakan sehigga responden tinggal memilih. Tujuan penggunaan
48
Marzuki, Metodologi Riset, (Yogyakarta: Bagian Penerbitan Fakultas Ekonomi UIN
Yogyakarta,1983), 58
49
Musfiqon, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: Prestasi Pustakarata, 2012), 131

31
metode ini adalah untuk mencari informasi yang lengkap mengenai suatu
masalah yang berkaitan dengan responden.

32

Anda mungkin juga menyukai