Komplikasi
a. Akut :
1. Ketoasidosis diabetic
2. Hiperosmolar non ketotik
3. Hipoglikemia
b. Kronik :
1. Makroangiopati
2. Pembuluh darah jantung
3. Pembuluh darah perifer
4. Pembuluh darah otak
c. Mikroangiopati
1. Pembuluh darah kapiler retina
2. Pembuluh darah kapiler renal
d. Neuropati
e. Gabungan
1. Kardiomiopati
2. Rentan infeksi
3. Kaki diabetic
4. Disfungsi ereksi
5. Indikasi Rawat Inap
6. Diagnosis Kerja DM tipe 1
DM tipe 2
DM gestational
DM Tipe lain
DM Gestasional
7. Diagnosis Banding Diabetes Insipidus pada ibu hamil
8. Pemeriksaan 1. Gula darah puasa
Penunjang 2. Gula darah 2 jam Post Prandial
3. HbA1c
9. Tata Laksana (Terapi) Pengobatan pada DM disesuaikan dengan kelainan dasar
yang terjadi, seperti :
Resistensi insulin pada jaringan lemak , otot, dan hati
Kenaikan produksi glukosa oleh hati
Kekurangan sekresi insulin oleh pancreas
OHO
a. Sulfonilurea
Obat golongan sulfoniurea bekerja dengan cara :
- Menstimulasi penglepasan insulin yang
tersimpan
- Menurunkan ambang sekresi insulin
- Meningkatkan sekresi insulin sebagai akibat
rangsangan glukosa.
Obat ini biasa diberikan pada pasien dengan berat
badan normal dan masih bisa dipakai pada pasien yang
beratnya sedikit lebih.
Klorpropamid kurang dianjurkan pada keadaan
insufisiensi renal dan orang tua karena resiko
hipoglikemia yang berkepanjangan, demikian juga
glibenklamid. Untuk orang tua dianjurkan preparat
dengan waktu kerja pendek (tolbutamid , glikuidon).
Glikuidon juga diberikan pada pasien DM dengan
gangguan fungsi ginjal atau hati ringan.
b. Biguanid
Biguanid menurunkan kadar glukosa darah tapi tidak
sampai dibawah normal. Preparat yang ada dan aman
adalah metformin. Metformin terdapat dalam
konsentrasi tinggi didalam usus dan hati, tidak
dimetabolisme tetapi secara cepat dikeluarkan melalui
ginjal. Karena cepatnya prose tersebut maka metformin biasa
diberikan 2 – 3 kali sehari kecuali dalam bentuk extended
release. Pengobatan dosis maksimal dapat menurunkan A1C
sebesar 1 – 2 %. Efek samping yang dapat terjadi adalah
asidosis laktat, dan sebaiknya tidak diberikan pada pasien
dengan gangguan fungsi ginjal (kreatinin > 1,3 mg/dL pada
perempuan dan > 1,5 mg/dL pada laki-laki) atau pada gangguan
fungsi hati dan gagal jantung serta harus diberikan dengan hati –
hati pada orang lanjut usia.Obat ini dianjurkan untuk pasien
gemuk (IMT >30) sebagai obat tunggal. Pada pasien dengan
berat lebih (IMT 27 – 30) dapat dikombinasi dengan obat
golongan sulfonylurea karena mempunyai cara kerja sinergis
sehingga kombinasi ini dapat menurunkan glukosa darah lebih
banyak daripada pengobatan tunggal masing - masing.
c. Inhibitor α glukosidase
Obat ini bekerja secara kompetitif menghambat kerja enzim α
glukosidase di dalam saluran cerna, sehingga menurunkan
penyerapan glukosa dan menurunkan hiperglikemia
pascaprandial.
d. Insulin sensitizing agent
Thiazolidinediones adalah golongan obat baru yang mempunyai
efek farmakologi meningkatkan sensitivitas insulin , sehingga bisa
mengatasi masalah resistensi insulin dan berbagai masalah
akibat resisteni insulin tanpa menyebabkan hipoglikemia.
Insulin
Indikasi penggunaan insulin pada NIDDM adalah :
DM dengan berat badan menurun cepat / kurus
Ketoasidosis , asidosis laktat , dan koma hyperosmolar
DM yang mengalami stress berat (infeksi sistemik,
operasi berat , dan lain lain)
DM dengan kehamilan / DM gestational yang tidak
terkendali dengan perencanaan makan
DM yang tidak berhasil dikelola dengan obat
hipoglikemik oral dosis maksimal atau ada
kontraindikasi dengan obat tersebut.
Dosis insulin oral atau suntikan dimulai dengan dosis rendah ,
lalu dinaikkan perlahan seuai dengan hasil glukosa darah pasien.
Jika pasien sudah diberikan sulfonylurea atau metformin sampai
dosis maksimal namun kadar glukosa darah belum mencapai
sasaran, dianjurkan penggunaan kombinasi sulfonylurea dan
insulin.
10. Edukasi (Hospital Edukasi meliputi pemahaman tentang :
Health Promotion) a. Penyakit DM
b. Makna dan perlunya pengendalian dan pemantauan
DM
c. Penyulit DM
d. Intervensi farmakologis
e. Hipoglikemia
f. Masalah khusus yang dihadapi
g. Cara mengembangkan sistem pendukung dan
mengajarkan ketrampilan
h. Cara mempergunakan fasilitas perawatan kesehatan
i. Pemberian obat jangka panjang dengan kontrol teratur
setiap 2minggu / 1 bulan
Perencanaan makan
Standar yang dianjurkan adalah makan dengan komposisi :
a. Karbohidrat 45 – 65%
Rekomendasi pemberian karbohidrat :
1. Kandungan total kalori pada makanan yang
mengandung karbohidrat lebih ditentukan oleh
jumlahnya dibandingkan dengan jenis karbohidrat
itu sendiri.
2. Dari total kebutuhan kalori per hari , 60 – 70 %
diantaranya berasal dari sumber karbohidrat
3. Jika ditambah MUFA (monounsaturated fatty acids)
sebagai sumber energy, maka jumlah KH maksimal
70% dari total kebutuhan kalori per hari.
4. Jumlah serat 25 – 50 gram per hari
5. Jumlah sucrose sebagai sumber energy tidak perlu
dibatasi, namun jangan sampai lebih dari total
kalori per hari
6. Sebagai pemanis dapat digunakan pemanis non
kalori seperti sakarin, aspartame, acesulfam dan
sukralosa
7. Penggunaan alcohol harus dibatasi tidak boleh lebih
dari 10 gram/hari
8. Fruktosa tidak bole lebih dari 60 gram/ hari
9. Makanan yang banyak mengandung fruktosa
tidakperlu dibatasi
b. Protein 15 – 20%
Rekomendasi pemberian protein :
1. Kebutuhan protein 15 – 20 % dari total kebutuhan
energy per hari
2. Pada keadaan kadar glukosa darah yang terkontrol,
asupan protein tidak akan mempengaruhi
konsentrasi glukosa darah
3. Pada keadaan kadar glukosa darah tidak terkontrol,
pemberian protein sekitar 0,8 -1,0 mg/kg berat
badan / hari
4. Pada gangguan fungsi ginjal, jumlah asupan protein
diturunkan sampai0,85 gram/kg berat badan /hari
dan tidak kurang dari 40 gram
5. Jika terdapat komplikasi kardiovaskular, maka
sumber protein nabati lebih dianjurkan dari protein
hewani.
Protein mengandung energi sebesar 4 kilokalori/gram.
c. Lemak 20 – 25%
Lemak mempunyai kandungan energy sebesar 9
kilokalori per gramnya.
Rekomendasi pemberian lemak :
1. Batasi konsumsi makanan yang mengandung lemak
jenuh, jumlah maksimal 10% dari total kebutuhan
kalori per hari.
2. Jika kadar kolesterol LDL ≥ 100 mg/dl , asupan
lemak jenuh diturunkan sampai maksimal 7% dari
total kalori perhari
3. Konsumsi kolesterol maksimal 300mg/hari , jika
kadar kolesterol LDL ≥100mg/dl , maka maksimal
kolesterol yang dapat di konsumsi 200 mg/hari
4. Batasi asupan asam lemak bentuk trans
5. Konsumsi ikan seminggu 2 – 3 kali untuk mencukupi
kebutuhan asam lemak tidak jenuh rantai panjang
6. Asupan lemak tidak jenuh rantai panjang maksimal
10 % dari asupan kalori per hari
11. Prognosis Ad vitam : dubia ad bonam/ malam
Ad sanationam : dubia ad bonam / malam
Ad fungsionam : dubia ad bonam/ malam
12. Tingkat Evidens IV
13. Tingkat C
Rekomendasi
14. Indikator Medis Kondisi Pasien Membaik
15. Kepustakaan 1. PERKENI. Konsensus Pengelolaan Diabetes Melitus Tipe 2 di
Indonesia. 2002.
2. PERKENI. Petunjuk Pengelolaan Diabetes Melitus Tipe 2.
2002.
3. The Expert Committee on The Diagnosis and Clasification of
Diabetes
Mellitus.Report of The Expert Committee on The Diagnosis and
Classification of
Diabetes Mellitus.Diabetes Care, Jan 2003;26(Suppl. 1):S5 – 20.
4. Suyono S. Type 2 Diabetes Mellitus is a ß- cell Dysfunction.
Prosiding Jakarta
Diabetes Meeting 2002: The Recent Management in Diabetes
and Its
Complication : From Molecular to Clinic Jakarta, 2-3 Nov 2002
Simposium
Current Treatment in Internal Medicine 2000. Jakarta, 11- 12
november 2000:
185- 99.
7
Dibuat Oleh: Ditetapkan:
KSM XXXXX Bangkalan, 1 Juni 2019