Anda di halaman 1dari 11

KEBIJAKAN BAG.

ICU ( INTENSIVE CARE UNIT)

I.    PENGGUNAAN DAN PENGELOLAAN RUANG ICU


1. Pelayanan ICU adalah pelayanan yang diberikan kepada pasien yang dalam keadaan sakit berat dan
perlu dirawat khusus, serta memerlukan pantauan ketat dan terus menerus serta tindakan segera.
2. Pelayanan ICU adalah pelayanan yang harus mampu memberikan tunjangan ventilasi mekanis lebih
lama, mampu melakukan tunjangan hidup yang lain tetapi tidak terlalu kompleks sifatnya.
3. Ruang ICU terletak dekat dengan kamar operasi, ruang perawatan lainnya, dan memiliki akses yang
sudah ke IGD, Radiologi dan ke Laboratorium.
4. Area pasien :
 Unit terbuka 12-16 m / tempat tidur.
2

 Jarak antara tempat tidur 2 meter.


 Mempunyai 1 tempat cuci tangan setiap 2 tempat tidur.
 Outlet oksigen 1 / tempat tidur.
 Stop kontak 4 / tempat tidur.
5. Indikasi pasien masuk ICU :
1. Prioritas 1 Pasien yang mengalami gangguan akut pada organ vital yang memerlukan tindakan
dan terapi yang intensif cepat yaitu utamanya pada pasien dengan gangguan pada sistem Pernafasan
(B1), Sirkulasi Darah (B2), Susunan syaraf pusat (B3) yang tidak stabil
2. Prioritas 2  Pasien yang memerlukan pemantauan alat canggih utamanya pada pasien yang
mengalami pasca pembedahan mayor
3. Prioritas 3  Pasien yang dalam kondisi kritis dan tidak stabil yang mempunyai harapan kecil
untuk disembuhkan atau manfaat dari tindakan yang didapat sangat kecil. Pasien ini hanya
memerlukan terapi intensif pada penyakit akutnya tetapi tidak dilakukan intubasi atau Resusitasi
Kardiopulmoner.
6. Pasien yang masuk ke ICU boleh dari IGD, Poliklinik, Ruang rawat inap, Kamar Operasi, Rujukan /
tindahan dari RS lain dan dari dokter praktek, asalkan sesuai dengan kriteria pasien masuk ICU
berdasar prioritas 1,2,3 di atas.
7. Yang menentukan pasien bisa masuk ICU adalah dokter kepala ICU.
8. Apabila ICU dalam keadaan kosong, maka semua dokter diperkenankan untuk merawat pasien di ruang
CU sesuai dengan kriteria pasien masuk ICU berdasarkan Prioritas 1, 2, 3 diatas.
9. Indikasi Pasien Keluar ICU :
Pada pasien yang dengan terapi atau pemantauan intensif tidak diharapkan atau tidak memberikan
hasil, sedangkan pasien pada waktu itu tidak menggunakan alat bantu mekanis ( ventilator ) yaitu :
- Pasien yang mengalami MBO ( mati batang otak )
- Pasien terminal / pasien ARDS stadium akhir
 Pada pasien yang telah membaik dan cukup stabil sehingga tidak memerlukan terapi atau
pemantauan intensif lebih lanjut.
 Pasien yang hanya memerlukan observasi intensif saja, sedangkan ada pasien yang lebih gawat
dan lebih memerlukan terapi atau pemantauan intensif lebih lanjut.
 Pasien atau keluarga menolak untuk dirawat lebih lanjut di ICU / pulang paksa.
 
10. Apabila ICU tidak terisi penuh, maka yang menentukan pasien keluar ICU adalah dokter primer yang
perawat pasien tersebut.
11. Pasien bisa keluar ICU selain berdasar kriteria 1,2,3 diatas adalah apabila pasien / keluarga menolak
untuk dirawat lebih lanjut di ICU (keluar paksa).
12. Apabila ICU terisi penuh, maka pengaturan pasien masuk dan keluar ICU dilakukan oleh dokter
kepala ICU
13. Apabila dokter Kepala ICU berhalangan, maka koordinasi penggunaan ruang ICU dilaksanakan oleh
dokter jaga
14. Jadwal jaga ICU dibuat oleh Kepala ICU
15. Cara Pengisian Status ICU berdasarkan JUKNIS pengisian status ICU.
16. Berkas Status ICU dimasukkan dalam berkas status rawat inap kemudian disimpan di rekam medis
paling lambat 2 x 24 jam setelah pasien tersebut pulang atau rujuk ke RS yang lebih tinggi tingkat
kemampuannya, atau pasien tersebut pulang paksa, atau pindah RS lain.
17. Bila pasien keluar ICU tetapi masih dirawat di ruang perawatan lain dalam RS , maka berkas status
ICU disertakan dalam status rawat inap pasien tersebut.
18. Pencatatan dan pelaporan kegiatan pelayanan ICU ditulis dalam Buku Register Pasien, buku laporan
harian tiap shif dan sensus harian.
19. Evaluasi hasil perawatan pasien dilakukan dengan melakukan analisa berdasarkan kasus  10 penyakit
terbanyak ICU, berdasarkan pasien meninggal lebih dari 24 jam serta kurang dari 24 jam, dan
berdasar data kunjungan pasien per tahun.
20. Tersedianya obat – obat emergency yang memadai untuk menunjang life saving, seperti Sulfas
Atropin, Adrenalin, Cordaron, lidokain. Obat – obat tersebut diletakkan di troley Emergency untuk
memudahkan dalam penggunaan saat tindakan Emergency ke pasien.
21. Tersedianya Alkes, cairan infus dan  alat – alat yang menunjang untuk kebutuhan emergency yang
diletakkan di troley Emergency, seperti : Nasopharing, Oropharing, Laringoscop, Endotrakeal Tube,
alat ventilasi manual, masker oksigen, infus RL, Nacl 0,9 %, Hes 6 %, dan juga spuit dari ukuran 1 cc
hingga 50 cc beserta water injeksi .
22. Prosedur penyediaan obat dan alkes dilakukan dengan mengajukan budjet pada Direktur RS, dengan
tembusan pada ka.sie keperawatan dan ka. keuangan dan program.
23. Pemeriksaan laboratorium ICU terpusat di laboratorium dan bisa dilakukan 24 jam on site.
 Bila ada pemeriksaan laborat, maka petugas ICU memberitau ke petugas Laborat tentang
pemeriksaan yang diminta.
 Petugas ICU membuatkan surat permintaan pemeriksaan laborat pada lembar pemeriksaan
laborat, sesuai dengan permintaan dokter.
 Petugas laborat datang ke ICU untuk melakukan pengambilan sampel darah untuk pemeriksaan
laborat sesuai dengan surat permintaan tersebut.
 Petugas laborat menuliskan rekening pemeriksaan pada lembar rekening pasien.
 Bila hasil pemeriksaan sudah ada, maka petugas laborat mengantarkan hasilnya ke ICU.
 Bila ada pemeriksaan radiologi maka petugas ICU memberitaukan ke petugas radiologi tentang
pemeriksaan radiologi yang diminta.
 Khusus untuk Thorax foto, petugas radiologi datang ke ICU kemudian melakukan pemeriksaan
thorax foto (alatnya bisa mobile)
 Petugas radiologi menuliskan di rekening pasien tentang pemeriksaan yang dilakukan.
 Untuk pemeriksaan selain Thorax foto, dilakukan di radiologi karena alatnya tidak mobile
 Bila pemeriksaan dilakukan di radiologi, maka petugas ICU mengantarkan pasien ke radiologi
untuk dilakukan pemeriksaan
 Bila hasil pemeriksaan sudah ada, maka petugas radiologi mengantar hasilnya ke ICU.
 Petugas ICU harus memakai skort , alas kaki dan masker khusus ruang ICU.
 Petugas harus mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan.
 Untuk tindakan-tindakan tertentu petugas harus memakai sarung tangan steril.
 Perlindungan dari penyakit menular bagi petugas ICU dilakukan sesuai prosedur.
 Tersedianya APAR di ruang ICU
 Karena sebagian besar alat ICU menggunakan listrik, maka dilakukan pemeliharaan rutin untuk
mencegah terjadinya lonjatan listrik baik ke petugas maupun ke pasien.
24. Pemeriksaan Radiologi terpusat di radiologi dan  bisa dilakukan 24 jam on site.
25. Pelaksanaan keselamatan kerja, kebakaran dan kewaspadaan bencana (K3) :
 

II.  PENGENDALIAN INFEKSI NOSOKOMIAL ICU :

1. Lingkungan ICU
A. Pintu ruang ICU (luar dan dalam) harus selalu dalam keadaan tertutup
B. Pemasangan alas lantai didepan pintu dalam ICU harus tetap terpasang dan dalam kondisi
basah dengan larutan desinfektan.
C. Pengaturan batas tegas antara daerah semi steril dan non steril sesuai prosedur.
D. Melakukan pembersihan rutin ruang ICU dan peralatan ICU sesuai jadwal yang telah
ditentukan.
E. Melakukan sterilisasi ruangan (UV) setelah pembersihan ruangan sesuai prosedur.
F. Penanganan sampah pembuangan BAB dan BAK pasien sesuai dengan prosedur.
G. Petugas ICU (dokter dan perawat).
i. Petugas ICU harus memakai skort dan alas kaki khusus ruang ICU.
ii. Petugas harus mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan.
iii. Pemakaian handscoen dalam melakukan tindakan perawatan terhadap pasien.
iv. Penggunaan softa-man bagi petugas setiap selesai kontak dengan pasien.
v. Untuk Pasien ICU
a. Pasien harus ganti baju, celana khusus ruang ICU.
b. Penggantian alat tenun pasien dilakukan setiap shift jaga atau bila kotor.
c. Pembersihan tempat tidur dan alat-alat yang dipakai pasien setelah
pasien keluar, dengan menggunakan cairan desinfektan.
d. Untuk  pengunjung pasien ICU / keluarga pasien
a. Pengunjung bila masuk ruang ICU harus memakai baju (skort)
pengunjung dan alas kaki khusus ruang ICU.
b. Sebelum dan sesudah berkunjung ke pasien, pengunjung cuci
tangan terlebih dahulu atau membasahi tangan dengan menggunakan softa-man.
c. Pengunjung hanya bisa masuk pada saat jam berkunjung (1
orang)
5.   Mengenai Peralatan Ruang ICU

1. Peralatan yang berupa set instrumen, alat kesehatan disposible harus dalam keadaan steril.
2. Resterilisasi alat ICU dilakukan setiap 3 x 24 jam sekali.
3. Instrumen, alat – alat suction, sirkuit ventilator bila aelesai dipakai pada pasien direndam dengan
cairan desinfektan baru kemudian disterilkan di ruang sterilisasi.
4. Setiap pasien yang memerlukan suction harus mempunyai slang suction sendiri-sendiri dan
diganti dalam waktu 1 x 24 jam.
5. Penggunaan kom untuk suction diganti dalam waktu 1 x 24 jam dan tiap-tiap pasien sendiri-
sendiri
 
III. FASILITAS DAN PERALATAN
1.  Tersedia peralatan meliputi :

 Tempat tidur khusus yang bisa dirubah posisinya sesuai dengan kondisi dan kebutuhan pasien.
 Alat pengukur tekanan darah monitor
 Pulse oxymetri dewasa, anak, dan bayi
 ECG 12 lead
 Alat pengukur tekanan Vena Central
 Alat Pengukur suhu tubuh pasien.
 Alat penghisap (suction) tidak sentral tetapi tekanannya bisa diatur berdasarkan kebutuhan.
 Alat ventilasi manual dewasa, anak dan bayi dan alat penunjang jalan nafas.
 Peralatan akses vaskuler
 Ventilator
 Oksigen sentral
 Lampu untuk melakukan tindakan
 Defibrilator Biphasic
 Peralatan drain thoraks
 Troley emergency yang berisi alat dan obat – obat untuk emergency
 Infus pump dan syringe pump
 Peralatan portable untuk transportasi pasien
 Hemodialisa
 Semua peralatan diatas dapat berfungsi dengan baik disertai adanya program kalibrasi dan
pemeliharaan masing-masing alat
 Penggunaan alat dicatat dalam buku pemakaian peralatan dan masing – masing alat ada buku
pemakaiannya sendiri-sendiri
 SOP penggunaan Alat – alat sudah terpasang pada masing – masing alat tersebut.
 Pemeliharaan Peralatan dilakukan setiap selesai dipergunakan, dan pemeliharaan rutin satu kali
seminggu, kemudian dicatat dalam lembar pemeliharaan alat. Masing – masing alat punya catatan
pemeliharaan sendiri.
 Program Perencanaan peralatan dilakukan pada awal tahun dan apabila ada hal – hal yang
insidentil dan mendesak bisa dilaksanakan pada saat itu.
 Peremajaan peralatan dilakukan bekerjasama dengan IPS RS dan Pihak Suplier alat tersebut.
 
IV. KEPALA ICU
Kepala ICU adalah seorang dokter spesialis Anesthesi.

 V.     TENAGA PERAWATAN ICU

1. Tenaga perawatan ICU adalah tenaga perawat terlatih dengan pendidikan minimal lulus BLS dan
ECG dasar.
2. Bila ICU dalam keadaan kosong, maka petugas ICU sebagian membantu keruang rawat inap
lainnya yang lebih banyak membutuhkan tenaga, sebagian mengerjakan administrasi dan melakukan
perawatan alat – alat.
VI. TATA CARA PENILAIAN PEGAWAI
1. Penilaian Pegawai dilakukan rutin dan teratur tiap tahun, disertai adanya rekomendasi dan tindak
lanjut.
2. Yang menentukan jadwal / waktu untuk penilaian masing-masing pegawai adalah dari bagian
personalia.
3. Format penilaian pegawai dari personalia.
4. Yang melakukan penilaian adalah Kepala Pelayanan Keperawatan ICU dengan mengetahui
Ka.sie Keperawatan.
5. Dokumen hasil penilaian tersebut disimpan terpusat di personalia.
6. Untuk pegawai (Perawat) baru dan yang masih orientasi, selain penilaian rutin tahunan, juga
dilakukan penilaian 3 bulanan dalam bentuk cek list pelaksanaan instrumen C.
7. Dokumen hasil dari penilaian instrumen C, disimpan di ICU dan rekapan hasilnya dilaporkan
pada Ka.sie Keperawatan.

VII.   PENGEMBANGAN STAF DAN PROGRAM PENDIDIKAN


Pelaksanaan program pengembangan tenaga dilakukan oleh kepala ICU dan Kepala Pelayanan
Keperawatan ICU beserta Diklat Rumah Sakit sesuai dengan kebutuhan dan pengajuan program
pengembangan tenaga.

 VIII.  KERJASAMA DENGAN UNIT PELAYANAN RUJUKAN

1. ICU melakukan rujukan ke Rumah Sakit yang mempunyai tingkat pelayanan yang lebih tinggi
kemampuannya.
2. Hubungan kerjasama dengan Rumah Sakit tersebut diatur dalam MOU antar rumah sakit rujukan.
3. Pasien rujuk / pindah rumah sakit berdasarkan :
A. Saran dokter  yang merawat dengan pertimbangan akan mendapatkan terapi lebih lanjut
dan terapi serta alat yang lebih tinggi tingkat kemampuannya.
B. Permintaan dari keluarga pasien tersebut.
C. ICU RS  menerima rujukan dari Rumah sakit atau klinik yang tingkat pelayanannya lebih
rendah.
D. Kriteria pasien rujukan yang masuk ICU sesuai dengan kebijakan pasien masuk ICU.
PERATURAN DIREKTUR
RSUD KEPAHIANG
NOMOR …………………/2017

TENTANG

KEBIJAKAN PELAYANAN INTENSIF CARE UNIT

DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KEPAHIANG

Menimbang :

a. bahwa dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan Rumah Sakit Umum Daerah
Kepahiang , maka diperlukan penyelenggaraan pelayanan Intensif Care Unit yang
bermutu tinggi;

b. bahwa agar pelayanan Intensif Care Unit di Rumah Sakit Umum Daerah Kepahiang
dapat terlaksana dengan baik, perlu adanya kebijakan Direktur Rumah Sakit Umum
Daerah Kepahiang sebagai landasan bagi penyelenggaraan pelayanan Intensif Care Unit
di Rumah Sakit Umum Daerah Kepahiang ;

c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam a dan b ,perlu ditetapkan


dengan Keputusan Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Kepahiang .

Mengingat :

1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit

2. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 269 /Menkes/Per/III/2008 tentang Intensif Care Unit

MEMUTUSKAN:

Menetapkan :

Pertama : KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH


KEPAHIANG TENTANG KEBIJAKAN PELAYANAN INTENSIF CARE
UNIT RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KEPAHIANG

Kedua : Kebijakan pelayanan Intensif Care Unit Rumah Sakit Umum Daerah
Kepahiang sebagaimana tercantum dalam Lampiran Keputusan ini.
Ketiga : Pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan pelayanan Intensif Care Unit
Rumah Sakit Umum Daerah Kepahiang dilaksanakan oleh Manajer
Pelayanan Rumah Sakit Umum Daerah Kepahiang .

Keempat : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkannya, dan apabila di kemudian
hari ternyata terdapat kekeliruan dalam penetapan ini akan diadakan perbaikan
sebagaimana mestinya

Ditetapkan di Kepahiang
Pada tanggal ................ 2017
Direktur
Plt, Rumah Sakit Umum Daerah Kepahiang ,

dr. FEBI NUR SANDA


NIP.19810222 200904 2 002
Lampiran
Keputusan Direktur RS Umum Daerah Kepahiang
Nomor :
Tanggal :

KEBIJAKAN PELAYANAN INTENSIF CARE UNIT


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KEPAHIANG

Kebijakan Umum
1. Peralatan di unit harus selalu dilakukan pemeliharaan dan kalibrasi sesuai dengan
ketentuan yang berlaku.
2. Pelayanan di unit harus selalu berorientasi kepada mutu dan keselamatan pasien.
3. Semua petugas unit wajib memiliki izin sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
4. Dalam melaksanakan tugasnya setiap petugas wajib mematuhi ketentuan dalam K3
(Keselamatan dan Kesehatan Kerja)
5. Setiap petugas harus bekerja sesuai dengan standar profesi, standar prosedur
opersinal yang berlaku, etika profesi, etikket, dan menghormati hak pasien.
6. Pelayanan unit dilaksanakan dalam 24 jam.
7. Penyediaan tenaga harus mengacu kepada pola ketenagaan.
8. Untuk melaksanakan koordinasi dan evaluasi wajib dilaksanakan rapat rutin
bulanan minimal satu bulan sekali.
9. Setiap bulan wajib membuat laporan.

Kebijakan Khusus
1. Ruang intensif penerimaan rujukan pasien dari rumah sakit lain sesuai dengan
standar dan fasilitas yang dimiliki dan bila pasien memerlukan perawatan insentif
yang lebih tinggi tingkatannya dapat di rujuk ke rumah sakit lain sesuai dengan
kondisi pasien.
2. Setiap tindakan kedokteran (medis) yang akan dilakukan harus ada informed
consent.
3. Pada keadaan darurat, untuk kepentingan terbaik pasien, dokter jaga ICU atau
dokter spesialis anestesi dapat melakukan tindakan kedokteran yang diperlukan dan
informasi dapat diberikan pada kesempatan pertama.
4. Apabila pasien berada dalam tahap terminal dan tindakan resuitasi diketahui tidak
akan menyembuhkan atau memperbaiki kualitas hidup pasien, dokter dapat
membuat keputusan untuk tidak melakukan resusitasi.
5. Dalam menghadapi tahap terminal, dokter ICU harus mrngikuti pedoman
penentuan kematian batang otak dan penghentian peralatan life – supporting.
6. Tindakan yang bersifat kedokteran harus dikerjakan oleh tenaga medis tetapi
dengan pertimbangan yang memperhatikan keselamatan pasien tindakan – tindakan
tertentu dapat didelegasikan kepada tenaga kesehatan non medis yang terlatih.
7. Kriteria dokter ICU adalah telah mengikuti pelatihan / pendidikan perawatan ICU
dan telah mendapat sertifikat Intensive care Medicine ( KIC, Konsultan Intensive
Care) melalui program pelatihan dan pendidikan yang diikuti oleh perhimpunan
profesi yang terkait.
8. Mampu melakukan prosedur Critical Care biasa, antara lain :
 Mempertahankan jalan nafas termasuk intubasi tracheal dan ventilasi
mekanis.
 Fungsi arteri untuk mengambil sampel arteri.
 Memasang kateter intravascular dan peralatan monitoring, termasuk :
- Kateter arteri

- Kateter vena perifer

- Kateter vena central ( CVP )

- Kateter arteri pulmonalis

 Pemasangan kabel pacu jantung transvenous temporer


 Resuitasi kardiopulmoner
 Pipa thoracostomy
9. Fungsi dan kewenangan Kepala unit intensif sebagai coordinator pengelolaan
pasien :
Fungsi :

Melakukan evaluasi menyeluruh, menngmbil kesimpulan, member instruksi terapi


dan tindakan secara tertulis dengan mempertimbangkan usulan anggota team.

Kewenangan / peran :

Mampu berperan sebagai pimpinan tim dan memberikan pelayanan di ICU,


menggabungkan dan titrasi layanan pada pasien berpenyakit kompleks atau
cedera termasuk gagal organ multi sistem.

Intervist memberi pelayanan sendiri atau dapat berkolaborasi dengan dokter


pasien sebelumnya. Mampu mengelola pasien dalam kondisi yang biasa terdapat
pada pasien sakit kritis seperti :

1. Haemodinamik tidak stabil


2. Gangguan atau gagal nafas, dengan atau tanpa memerlukan tunjangan
ventilasi mekanis.
3. Gangguan neurologis akut termasuk mengatasi hipertensi cranial
4. Gangguan atau gagal ginjal akut
5. Gangguan endokrin dan / metabolic akut yang mengancam nyawa
6. Kelebihan dosis obat, reaksi obat atau keracunan obat
7. Gangguan koagulasi
8. Infeksi serius
9. Gangguan nutrisi yang memerlukan tunjangan nutrisi
10. Tata cara dan indikasi masuk / keluar ICU dari dalam rumah sakit dan luar
rumah sakit :
 Tata cara pasien masuk / keluar ICU
Penanggung jawab pasien melakukan register / pendaftaran di bagian
admission.

 Indikasi pasien masuk ICU


Pasien saat kritis, tidak stabil yang memerlukan terapi intensif seperti
bantuan ventilasi, infus obat-obat vaso aktif kontinyu dan lain-lainnya

 Indikasi pasien keluar ICU :


Bila kebutuhan untuk terapi intensif telah tidak ada lagi atau bila terapi
intensif telah gagal atau tidak bermanfaat sehingga prognosis jangka
pendek jelek

11. Setiap pengguanaan peralatan medis diinformasikan kepada penanggung


jawab pasien
12. Seluruh fasililtas pelayanan yang ada di ICU baik medis maupun non
medis menjadi tanggung jawab Ka Ru termasuk pemeliharaan dan
perbaikan berkoordinasi dengan bagian teknisi.
13. Untuk pencegahan infeksi nosokomial, setiap petugas diwajibkan mencuci
tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien
14. Indikasi pemeriksaan laboratorium dan radiologi berdasarkan permintaan
dari DPJP (Dokter penanggung Jawab Pasien) atau dokter konsulen lain
berkoordinasi dengan dokter penanggung jawab ICU
15. Setiap permintaan laboratorium dan radiologi dituliskan pada formulir
yang sudah ditentukan lalu di input oleh petugas administrasi untuk
selanjutnya di informasikan pada bagian terkait
16. Prosedur konsul antar spesialis / konsulen :
 Pada dasarnya DPJP pasien yang dirawat di ICU adalah dokter spesialis
anestesi yang bertugas di ICU
 Bila ada lebih dari satu DPJP, maka DPJP utama adalah dokter spesialis
yang bertugas di ICU
 DPJP pasien yang di rujuk langsung ke ICU oleh dokter jaga IGD ialah
dokter spesialis anestesi yang bertugas di ICU
 Bila dokter spesialis anestesi memerlukan rawat bersama dengan dokter
spesialis lain, maka sebagai DPJP utama adalah dokter spesialis anestesi
yang bertugas di ICU
 Pasien yang dirujuk oleh dokter spesialis untuk di rawat di ICU harus jelas
apakah akan rawat bersama atau di rujuk. Bila rawat bersama, maka DPJP
utamanya ialah dokter spesialis anestesi yang bertugas di ICU
 DPJ Putama berwenang dalam melaksanakan praktek kedokteran yang di
bantu sepenuhnya oleh seluruh perawat dan staf ICU yang bertugas.
Kewenangan tersebut harus dengan tetap memperhatikan dan
mempertimbangkan saran dari DPJP atau dokter spesialis lain yang terkait
dengan parawatan pasien
 Bila ada keberatan DPJP lain atas pelayanan medis yang diberikan oleh
DPJP utama, maka masukan / keberatan harus dikomunikasikan langsung
ke DPJP utama atau di tulis dalam Intensif Care Unit pasien
 Bila tidak dicapai kesepakatan antara DPJP utama dengan DPJP lain yang
menangani pasien sejak awal perawatan, maka dapat ditetapkan ulang
siapa DPJP utama pasien tersebut. Hal tersebut harus dicatat dalam
Intensif Care Unit
 Bila terjadi masalah dalam penepatan DPJP utama, maka hal tersebut
dilaporkan kepada Manajer Pelayanan sesegera mungkin
 Untuk meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit, setiap hal yang terkait
dengan mutu pelayanan dan kepentingan pasien akan di ajukan untuk
dilakukan audit medis oleh Sub Komite Audit pasien

Plt.Direktur,
Rumah Sakit Umum Daerah Kepahiang

dr. FEBI NUR SANDA


NIP. 19810222 200904 2 002

Anda mungkin juga menyukai