Anda di halaman 1dari 4

Kitabul Jami’, Hadist Ke 3

PEMBUKAAN

‫ام الررححمممن الررمحيِمم‬ ‫سمم ر‬ ‫بم ح‬


‫ا عليِه وسللم معمن احلبمرر مو‬ ‫ام صللىّ ل‬ ‫سحومل ل‬ ‫ت مر س‬‫سأ محل س‬
‫ا عنه مقاَمل م‬‫سحممعاَمن رضي ل‬ ‫مومعمن النرروا م‬
‫س احبمن م‬
‫ت أمحن يمطرلممع معلمحيِمه الرناَس‬
‫صحدمرمك مومكمرحه م‬ ‫ق مو حاملحثسم مماَ محاَمك مفىّ م‬
‫سسن احلسخلس م‬‫حاملحثمم فممقاَمل امحلبمرر سح ح‬

Dari sahabat Nawwas bin Sam’an beliau berkata, Aku bertanya kepada
Rasulullah tentang makna Al-Birr (yaitu kebajikan) dan itsm (yaitu dosa) -Apa
itu kebajikan? Dan apa itu dosa?- Maka Rasulullah berkata:”Al-birr
(kebajikan) adalah akhlak yang mulia. Adapun dosa yaitu apa yang engkau
gelisahkan di hatimu dan engkau tidak suka kalau ada orang yang
mengetahuinya”. (HR. Imam Muslim).
Rasulullah berkata:”Al-birr (kebajikan) adalah akhlak yang mulia”
Allah Subhanahu wata’ala sebutkan didalam Al-Qur’an yang dimaksud
kebaikan adalah semua ketaatan kepada Allah Subhanahu wata’ala baik yang
sifatnya dzahir maupun yang sifatnya bathin, sebagaimana dalam firman Allah
Subhanahu wata’ala, yang artinya:
“Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu
kebajikan, akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah,
hari kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta
yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin,
musafir (yang memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta;
dan (memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan shalat, dan menunaikan zakat;
dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang
yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. Mereka
itulah orang-orang yang benar (imannya); dan mereka itulah orang-orang yang
bertakwa“. (QS. Al-Baqarah : 177).
Dalam ayat ini Allah menyebutkan banyak kebaikan dari semua ketaatan
baik yang dzahir maupun yang batin seperti beriman kepada Allah Subhanahu
wata’ala, beriman kepada malaikat – malaikat Allah, beriman kepada Rasul
Allah, beriman kepada kitab – kitab Allah kemudian beriman kepada hari
akhirat, semua ini adalah amalan – amalan batin, kemudian mendirikan sholat,
mengeluarkan zakat, memberi infaq kepada kerabat – kerabat, anak – anak
yatim dan orang miskin dan ibnu sabil
Dalam hadist diatas Nabi Shallallahu ‘alaihi wasalam menyimpulkan
kebaikan itu adalah husnul khuluk. Akhlak yang baik adalah cerminan dari Al-
Qur’an, sebagaiman ‘Aisyah Radhiyallahu ‘anha ketika ditanya bagaimanakah
akhlak Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam, beliau kemudian berkata:
”Bahwasanya akhlak Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam adalah Al-
Qur’an“. Bahkan Allah Subhanahu wata’ala memuji Nabi Shallallahu ‘alaihi
wasallam didalam Al-Qur’an:

‫موإمنرمك لممعلمىىّ سخلس م‬


‫ق معمظيِمم‬
“Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung”. (QS.
Qalam : 4).

Berkata Imam Ibnu Daqiq Al ‘Ied Rahimahullah: ”Al Birru atau Husnul Khuluk
adalah akhlak yang baik dan yang dimaksud dengan Husnul Khuluk adalah:
1. Ketika dia bermuamalah ia bersikap Inshof, dia tidak berlebih – lebihan,
misalkan ketika ia menjual ia berpeluang untuk mengambil keuntungan yang
berlipat ganda tetapi ada yang disebut dengan adab dalam bermuamalah
maka ia tidak berlebih – lebihan dalam mengambil keuntungan, begitupula
misalnya ia memberikan pinjaman kepada orang lain, ketika ia menagihnya
ia menagih dengan cara yang baik sebagaimana perintah Allah Subhanahu
wata’ala didalam Al-Qur’an, orang yang memiliki hutang kepadanya
diberikan tangguh dan keringanan sampai ia mampu membayarnya dan itu
bernilai sedekah setiap hari.
2. Berlemah lembut dalam berdiskusi, ada yang ketika sedang berdiskusi bukan
untuk mencari kebenaran tetapi untuk mencari pembenaran atau yang
dikenal dengan debat kusir, ini yang dikatakan oleh Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wasallam yang artinya: “Saya memberikan jaminan rumah di
pinggiran surga bagi orang yang meningalkan perdebatan walaupun dia
orang yang benar. Saya memberikan jaminan rumah di tengah surga bagi
orang yang meningalkan kedustaan walaupun dia bercanda. Saya
memberikan jaminan rumah di surga yang tinggi bagi orang yang
membaguskan akhlaqnya”. (HR. Abu Dawud, no. 4800; dishahihkan an-
Nawawi dalam Riyadhus Shalihin).
3. Berbuat adil dalam memutuskan sesuatu atau sering memberi dan berbuat
baik kepada orang lain, sebagaimana sifat orang – orang yang beriman yang
Allah sifat dalam banyak ayat didalam Al-Qur’an, Allah Subhanahu wata’ala
berfirman dalam surah Al-Anfal artinya: “Sesungguhnya orang-orang yang
beriman itu adalah mereka yang apabila disebut nama Allah gemetarlah hati
mereka dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya, bertambahlah
iman mereka karenanya dan hanya kepada Rabb mereka, mereka
bertawakkal”. (QS. Al-Anfal: 2).

Adapun dosa yaitu apa yang engkau gelisahkan di hatimu dan engkau
tidak suka kalau ada orang yang mengetahuinya
Sebagai orang yang beriman wajib hukumnya tunduk dan patuh kepada
ketentuan Allah dan Rasulnya pada perkara – perkara yang ada nash
didalamnya. Jika Allah dan Rasulnya menetapkan sebuah ketetapan maka
kewajiban kita adalah Sami’na wa ato’na, tetapi dalam perkara dan masalah
yang tidak ada nash sharih didalamnya yang mengatakan bahwasanya ini haram
maka hal tersebut dikembalikan kepada hati kita, hati yang masih diatas
fitrahnya, karena ada orang yang tidak pernah risih lagi bahkan dia bangga
mempertontonkan kemaksiatan yang ia kerjakan, olehnya diakhir hadist yang
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: ”Engkau gelisahkan di
hatimu dan engkau tidak suka kalau ada orang yang mengetahuinya“,
Dalam kehidupan terkadang kita diperhadapkan kepada banyak masalah,
kita telah bertanya dimana – mana akan tetapi belum mendapatkan jawaban,
namun hati kita yang suci diatas fitrahnya jika hal itu adalah keburukan pasti
akan bergejolak dalam jiwa kita, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam pernah
bersabda:”Minta fatwa kepada hatimu”, namun jika hati telah dicabut fitrahnya
dan ada kesombongan didalam hati maka sulit baginya untuk mendapatkan
kebaikan. Olehnya diantara perkara yang menghalangi seseornag untuk
mendapatkan kebaikan adalah kesombongan, dari Abdullah bin Mas’ud
Radhiyallahu ‘anhu dari Nabi Shalallahu ‘alaihi wasallam, beliau bersabda yang
artinya: “Tidak akan masuk surga seseorang yang di dalam hatinya terdapat
kesombongan sebesar biji sawi“. Ada seseorang yang bertanya:”Bagaimana
dengan seorang yang suka memakai baju dan sandal yang bagus?”, Beliau
menjawab: ”Sesungguhnya Allah itu indah dan menyukai keindahan. Sombong
adalah menolak kebenaran dan meremehkan orang lain”. (HR. Muslim no. 91).
Orang yang ada kesombongan didalam hatinya berat hatinya untuk
menerima kebenaran, ketika disampaikan ayat dan hadist kepadanya terkadang
masih berat bagi dia untuk menerimanya. Rasulullah mengajarkan kepada kita
doa

‫ت نهنفسسيِ تهنقهواَههاَ هوهزككههاَ أهنن ه‬


َ‫ت هخنيرر همنن هزككاَهها‬ ‫اَللكهركم آ س‬
“Ya Allah, berikanlah ketakwaan kepada jiwaku dan bersihkanlah ia karena
Engkaulah sebaik-baik zat yang bisa membersihkannya”.

Wallahu a’lam Bish Showaab

Anda mungkin juga menyukai