Anda di halaman 1dari 13

.

;DISAUDIA BILATERAL

A. Definisi

Kelainan telinga dapat menyebabkan tuli konduktif atau tuli


sensorineural. Tuli konduktif biasanya disebabkan oleh kelainan yang
terdapat di telinga luar atau telinga tengah. Tuli sensorineural dibagi atas
tuli sensorineural koklea dan retrokoklea. Tuli sensorineural adalah
berkurangnya pendengaran atau gangguan pendengaran yang terjadi akibat
kerusakan pada telinga bagian dalam, saraf yang berjalan dari telinga ke
otak (saraf pendengaran), atau otak.

B. Tanda dan Gejala

N Tanda dan gejala YA TIDAK KETERANGAN


O
1. Apakah terdapat √ Kesulitan
kesulitan memahami Pendengaran
kata-kata, terutama
dalam suasana berisik
atau kerumunan ?
4. Apakah semakin jarang √ Kesulitan
dalam berkomunikasi ? Pendengaran
5. Apakah terdapat √ Kesulitan
kesulitan mengikuti Pendengaran
pembicaraan saat dua
orang atau lebih ?
7. Apakah terndengar suara √ Suara sebagai
seperti gumaman ? gelombang getaran
8. Apakah terasa tidak √ Kesulitan
seimbang atau pusing ? pendengaran

1
C. Patopsikologis

Pre Natal Natal Post natal

Tuli Konduktif Tuli Sensori

Suara sebagai gelombang getaran

perubahan status kesehatan Membran tympani

stressor pada klien Degenerasi tulang tulang pendengaran


bagian dalam

koping tidak efektif Hilangnya sel sel rambut, pada basal koklea

Gangguan neuron neuron kokhelea

Penurunan fungsi pendengaran

2
Perubahan persepsi sensori : pendengaran resiko cedera

Penurunan pendengaran terhadap rangsang suara

Gangguan komunikasi verbal

Kurang terpajan informasi harga diri rendah

D. Terapi

Penanganan Anak Tunarungu dengan Terapi BermainSemua


anak paling suka bermain, termasuk bagi anak tunarungu.Namun bagi anak
tunarungu bermain dapat menjadi sesuatu yang lebih sulit dan memakan
banyak waktu maupun latihan demi menyelesaikan tugas-tugasnya.
Meskipun demikian, kegiatan bermain yang memiliki nuansa learning dapat
digunakan oleh orang tua maupun pendidik sebagai terapi untuk menangani
gangguan pendengaran yang dialami oleh anaktuna rungu.
Ada dua jenis kegiatan bermain yang dapat digunakan sebagai
terapi bagi anak tuna rungu. Pertama, kegiatan bermain yang dapat
mengembangkan kemampuan pendengarannya. Kedua, kegiatan bermain
yang dapat menjadikan anak mampu membedakan suara dan nada.
Berbagai
kegiatan bermain tersebut misalnya berikut ini :

1. Kegiatan bermain yang dapat mengembangkan kemampuan


pendengarannya,contohnya :

a. Panjang dan Pendek

3
Permainan ini ditujukan untuk melatih pendengaran anak dan
menyadari waktu. Bahan yang digunakan yaitu 3 tongkat panjang, tiga
tongkat pendek, dan satu simbal. Kemudian setelah bahan disiapkan
pemain diminta untuk mendengarkan tiga suara yang dimainkan oleh
pemimpin (orang yang bertanggung jawab memimpin kelompok,
dalam hal ini orang tua atau pendidik) dan menentukan panjangnya.
Pemimpin memainkan simbal dan membiarkan simbal bergetar untuk
suara panjang. Untuk suara pendek, pemimpin menghentikan getaran
simbal dengan tangannya. Lalu, para pemain harus memilih tongkat
sesuai dengan panjang suara yang mereka dengar. Permainan berakhir
ketika semua pemain memahami makna suara panjang dan pendek.

b. Kau Semakin Dekat

Permainan ini menggunakan bahan beragam alat musik dan


penutup mata. Sedangkan sasarannya adalah pendengaran,
membedakan suara nyaring/pelan, dan sosialisasi. Setelah bahan dan
para pemain siap, salah satu pemain ditutup matanya sementara
pemain lainnya duduk di sekitar ruang aktivitas, masing-masing
memegang satu alat musik. Si pemimpin menyebut nama salah satu
pemain yag harus ditemukan oleh pemain yang ditutup matanya.
Pemain yang ditutup matanya harus menemukan pemain satunya
dengan mengikuti petunjuk suara. Dengan variasi intensitas suara alat
musik, pemain yang ditutup matanya tahu dirinya semakin atau malah
menjauh dari sasaran (ketika menjauh, perdengarkan suara pelan,
ketika mendekat pergunakan suara yang sangat keras). Ketika pemain
sasaran ditemukan, mereka bertukar peran. Permainan berakhir ketika
semua pemain sudah mendapat giliran ditutup matanya.

c. Rintangan Manusia
Permainan ini ditujukan untuk melatih pendengaran,
refleks,percaya diri dalam menghadapi sesuatu yang tidak diketahui,
sosiali sasi, pengendalian diri, dan kesadaran akan lingkungan. Bahan
yang digunakan seperti berbagai alat-alat musik berukuran kecil dan

4
penutup mata. Jika pemain dan bahan sudah siap, salah satu pemain
mengenakan penutup mata dan harus berjalan menyeberangi
ruangaktivi tas tanpa menyentuh seorang pemain pun. Pemain lainnya
ter sebar di sekitar ruangan (berdiri atau duduk diam), masing-masing
memegang alat musik tetapi tidak bergerak. Setiap kali pemain yang
ditutup matanya mendekati seseorang, orang itu harus mem
peringatkannya dengan memainkan alat musiknya. Setelah si pemain
yang ditutup matanya telah mencpai seberang ruangan atau setelah
dua sampai tiga menit berkeliling, gantilah dengan pemain lainnya.

c. Kucing dan Tikus

Bahan yang digunakan dalam permainan ini seperti drum


ataualat musik perkusi lainnya. Sasaran dari permainan ini adalah
pendengaran,pengendalian gerak tubuh, ekspresi wajah, dan
sosialisasi. Setelah bahan dan pemain siap, pemain tersebur di seluruh
ruang aktivitas. Mereka semua menjadi tikus kecuali satu pemain yang
berada di tengah-tengah berperan sebagai kucing. Ketika pemimpin
memainkan alat musik dengan cepat dan teratur, semua tikus berlari.
Si kucing tidak boleh bergerak dan si kucing bergerak dengan
langkah-langkah panjang ke arah tikus dan mencoba menangkap salah
satunya. Ketika ada tikus yang tertangkap,tikus itu berubah menjadi
kucing. Permainan berakhir ketika semua pemain telah mendapat
giliran menjadi kucing.
d. Membingungkan Si Penyanyi

Permainan ini tidak menggunakan bahan, sedangkan


sasarannyaadalah pendengaran, konsentrasi, dan sosialisasi. Dalam
permainan ini, seorang pemain diminta menyanyikan satu atau dua
baris lirik lagu yang sangat mudah dan sudah dikenalnya. Pemain lain
mencoba membingungkan si penyanyi dengan menyanyikan lagu
yang berbeda secara bersamaan. Jika setelah satu menit si penyanyi
masih belum melakukan kesalahan, tukarlah peran keduanya. Jika
pemain kedua berhasil membingungkan si penyanyi, dan pemimpin

5
menunjuk pemain lain untuk membuat si pemain kedua bingung.
Permainan berakhir ketika semua pemain telah menjadi penyanyi.

2. Kegiatan bermain yang dapat menjadikan anak mampu membedakan


suara dan nada, contohnya :

a. Telepon

Permainan ini tidak menggunakan bahan apapun, sasarannyaadalah


konsentrasi, ingatan, dan ketepatan. Dalam permainan ini para pemain
duduk dalam satu baris lurus dengan jumlah pemain kondisional. Para
pemain yang duduk di akhir barisan mengetukkan suatu pola berirama
(sangat pendek dua ketukan atau empat ketukan atau lebih) di punggung
pemain yang di depannya. Pemain kedua dari belakang tersebut kemudian
menirukan ketukannya di punggung pemain di depannya, dan terus
berlanjut sampai ke pemain yang paling depan. Kemudian pemain yang
paling depan harus bertepuk tangan sesuai dengan pola irama tersebut. Jika
iramanya keliru, pemimpin tim harus mencari tahu di mana asal
kesalahannya dengan menyusuri mundur satu persatu. Setelah itu pemain
yang paling depan pindah ke belakang dan menciptakan pola irama baru.
Permainan berakhir ketika semua pemain telah menciptakan pola
berirama.
b. Memainkan Ketukanku

Permainan ini tidak memerlukan bahan, sasarannya


adalahpendengaran, konsentrasi, koordinasi, dan sosialisasi. Pada
permainan ini para pemain dibagi menjadi dua tim. Kedua tim bersama-
sama bertepuk tangan sebanyak delapan ketukan dengan irama reguler
sembari berhitung hingga delapan di benak masingmasing. Lalu setiap tim
diminta bertepuk tangan hanya pada ketukan tertentu. Misalnya tim
pertama pada ketukan ketiga, dan tim kedua pada ketukan keenam. Setiap
tim harus selalu menghitung semua ketukan di benak mereka dan hanya
bertepuk tangan pada ketukan yang telah ditentukan. Sasarannya adalah
melihat apakah kedua tim dapat mempertahankan ketukan tersebut selama
dua atau tiga menit. Mereka harus berlatih hingga mereka bisa

6
melakukannya. Kemudian satu pemain harus bertepuk tangan secara acak
di dalam irama tersebut untuk membingungkan pemain lainnya. Permainan
berhenti ketika pemain mulai bisa mengendalikan ketukan mereka.
c. Sembunyi dan Mendengar

Bahan yang digunakan dalam permainan ini hanya penutupmata.


Sasarannya adalah pendengaran, orientasi spasial dan penghargaan diri.
Pada permainan ini satu pemain duduk di tengah ruang aktivitas dengan
mata ditutup. Semua pemain lain bersembunyi di suatu tempat di dalam
ruangan, mereka harus tetap berada di tempat - nya. Pemimpin memilih
salah seorang untuk bersuara (contoh menggaruk, mengeram, mencicit).
Pemain yang ditutup mata nya harus menemukan sumber suara itu. Begitu
ditemukan, pemain yang bersuara ditutup matanya dan yang lain
bersembunyi lagi. Pemimpin memilih pemain lain untuk bersuara.
Permainan berhenti ketika semua pemain telah mendapat giliran ditutup
matanya.
d. Mendengarkan Sekolah

Permainan ini memerlukan bahan peta sekolah, pensil warnaatau


krayon. Sasaran dari permainan ini adalah pendengaran, membedakan
intensitas, dan mengendalikan diri. Pada permainan ini pemimpin
membuat salinan atau menggambar peta sekolah lalu membagi para
pemain menjadi tim yang berisi tiga atau empat anak. Setiap tim diberikan
salinan peta sekolah. Dengan menggunakan peta sekolah, para pemain
berjalan mengelilingi sekolah tanpa menimbulkan kegaduhan dan
menyimak tingkat kebisingan di setiap area sekolah. Mereka mewarnai
peta sesuai dengan apa yang mereka dengar, misal merah = berisik, kuning
= tidak terlalu berisik, hijau = sunyi. Para pemain kembali ke kelas setelah
selesai mewarnai peta sekolah. Semua membandingkan gambar dan
membahas perbedaannya. Permainan berakhir setelah semua pemain
berkesempatan mempresentasikan dan membahas peta berwarna mereka.

7
SENSORI NEURAL HEARING LOSS (SNHL)

A. Definisi
Tuli mendadak atau Sudden Hearing Loss (SHL) merupakan
keluhan yang perlu mendapat penanganan cepat dan tepat agar dapat
memperbaiki fungsi pendengaran dan kualitashidup penderita. Tuli atau
penurunan pendengaran secara umum dibagi menjadi tiga yaitu
tulikonduksi, tuli sensorineural dan tuli campuran. Tuli konduksi
disebabkan oleh gangguan strukturyang menghantarkan gelombang suara
ke koklea antara lain akibat dari abnormalitas telinga luar,membran
timpani, rongga udara, telinga tengah atau tulang pendengaran. Sedangkan
tulisensorineural akibat dari abnormalitas koklea, saraf koklearis dan
struktur yang mengolah impulsneural menuju korteks auditorik di otak.
Tuli mendadak adalah sensasi subjektif kehilangan pendengaran
yang terjadi mendadakdalam 72 jam pada satu atau kedua telinga. Tuli
sensorineural mendadak (SSNHL/suddensensorineural hearing loss)
merupakan bagian dari tuli mendadak dengan kriteria
berdasarkanaudiometri yaitu adanya penurunan pendengaran >30 desibels

8
(dB) minimal pada 3frekuensi pemeriksaan berturut-turut. Umumnya
pasien tidak memiliki data audiometrisebelumnya, sehingga tuli mendadak
dibuat berdasarkan ambang pendengaran telinga kontralateral. Tuli
sensorineural mendadak idiopatik (SSNHL idiopatik) merupakan SSNHL
dengan penyebab yang tidak jelas walaupun dengan pemeriksaan yang
adekuat.

B. Tanda dan Gejala

N Tanda dan gejala YA TIDAK KETERANGAN


O
1. Apakah terasa √ Pendengaran berkurang
menurunnya secara perlahan
kemampuan
mendengar ?
2. Apakah terasa √ Bising dengan intensitas
pusing atau tinggi
berkunang-kunang
?
3. Apakah terdapat √ Bising dengan intensitas
rasa sakit pada tinggi
telinga ?
4. Apakah merasa √ Bising dengan intensitas
bagian telinga tinggi
penuh atau
tersumbat ?
5. Apakah telinga √ Bising dengan intensitas
terasa tinggi
berdenging ?

C. Patopsikologi

9
D. Terapi

10
Terapi SSNHL berdasarkan penyakit dasar pada kasus SSNHL
yang dapat diidentifikasi penyebabnya. Beberapa kasus berpotensi
mengalami perbaikan pendengaran setelah terapi antaralain schwannoma
vestibular, gondok dan sifilis sekunder. Namun pemberian terapi
padasebagian besar kasus SSNHL dari etiologi yang dapat diidentifikasi
tidak memperbaiki tingkatpendengaran kembali seperti tingkat pre onset.
Terapi SSNHL idiopatik masih kontroversi menyangkut tentang
perlu tidaknya terapi dan pilihan terapinya. Salah satu dasar perdebatan
adalah kenyataan bahwa SSNHL idiopatik sembuhsecara spontan pada 45-
65% pasien. Pengobatan SSNHL idiopatik yang sudah diteliti antara
lainpenggunaan antiinflamasi, antimikroba, antagonis kalsium, vitamin,
mineral esensial,vasodilator, volume expanders, defibrinogenator, diuretik,
oksigen hiperbarik dan bedrest.Kesulitan pemilihan pengobatan karena
banyaknya variasi etiologi SSNHL idiopatik dankurangnya hasil terapi
tersebut yang menunjukkan secara jelas lebih baik. Sekitar 85-90% kasus
masih belum diketahui penyebab pasti meskipun sudah dilakukan evalusi
pada saat awal muncul gejalanya sehingga umumnya terapi diberikan
tanpa mengetahui penyebabnya.
Pemberian kortikosteroid pada SSNHL idiopatik masih
kontroversi, namun adanyakonsekuensi serius akibat SSNHL yang berat
maka terapi kortikosteroid merupakan satu darisedikit pilihan pengobatan
yang menunjukkan bukti adanya efikasi. Pemberian terapikortikosteroid
dapat mengurangi inflamasi dan edema pada telinga dalam. Penelitian
doubleblindedrandomized controlled trials pada 67 pasien dengan
menggunakan regimen steroid yangberbeda didapatkan perbaikan pada
pasien yang mendapatkan steroid (78%) dibandingkandengan plasebo
(38%). Pemberian kortikosteroid sebagai terapi awal SSNHL
idiopatikmemberikan pemulihan yang baik pada pemberian 2 minggu
pertama dan manfaat kecil bilapemberiannya setelah 4-6 minggu.
Direkomendasikan pemberian pengobatan prednison oraldengan dosis
tunggal 1mg/kg/hari maksimal 60 mg/hari selama 10-14 hari. Protokol
terapi yangrepresentatif menggunakan pengobatan dengan regimen dosis
maksimal selama 4 hari diikutidengan tappering 10 mg tiap 2 hari.Dosis

11
ekuivalen prednison 60 mg setara dengan metilprednisolon 48 mg dan
deksametason 10 mg. Efek samping prednison bersifat sistemikakibat
penekanan aksis hipotalamus-hipofisis-adrenal meliputi insomnia,
dizziness, kenaikanberat badan, berkeringat, gastritis, perubahan mood,
fotosensitif dan hiperglikemia.
Pemberian kortikosteroid intratimpani merupakan solusi bagi
pasien SSNHL idiopatikyang tidak dapat mentoleransi atau refrakter
terhadap terapi steroid sistemik. Kortikosteroidintratimpani lebih banyak
dikerjakan untuk managemen SSNHL yang idiopatik.
Pemberiankortikosteroid intratimpani berupa deksametason 10-24 mg/ml
atau metilprednisolon 30 mg/ml.Pemberian kortikosteroid intratimpani
menyebabkan kadar steroid perilimfe yang lebih tinggidibandingkan
pemberian sistemik dan tidak diabsorbsi kedalam sirkulasi sistemik
sehingga efeksistemik yang timbul juga minimal.

DAFTAR PUSTAKA

12
Amalia Rizki Rina. 2013. Terapi Bermain Bagi Anak Tunarungu. STKIP
Islam Bumiayu. Vol.18, No.2

Edizer DT, Celebi O, Hamit B, Baki A, Yigit O. Recovery of


Idiopathic Sudden Sensorineural Hearing Loss. J Int Adv Otol.
Turkey. 2015. 11(2): 122-6

Hildayan, Rini, dkk. 2007. Psikologi Perkembangan Anak. Jakarta :


Universitas Terbuka.

Lawrence R, Thevasagayam R. Controversies in the management of


sudden sensorineural hearing loss: an evidence-based review. Clin
Otolaryngol. 2015;40(3):176-82

13

Anda mungkin juga menyukai