;DISAUDIA BILATERAL
A. Definisi
1
C. Patopsikologis
koping tidak efektif Hilangnya sel sel rambut, pada basal koklea
2
Perubahan persepsi sensori : pendengaran resiko cedera
D. Terapi
3
Permainan ini ditujukan untuk melatih pendengaran anak dan
menyadari waktu. Bahan yang digunakan yaitu 3 tongkat panjang, tiga
tongkat pendek, dan satu simbal. Kemudian setelah bahan disiapkan
pemain diminta untuk mendengarkan tiga suara yang dimainkan oleh
pemimpin (orang yang bertanggung jawab memimpin kelompok,
dalam hal ini orang tua atau pendidik) dan menentukan panjangnya.
Pemimpin memainkan simbal dan membiarkan simbal bergetar untuk
suara panjang. Untuk suara pendek, pemimpin menghentikan getaran
simbal dengan tangannya. Lalu, para pemain harus memilih tongkat
sesuai dengan panjang suara yang mereka dengar. Permainan berakhir
ketika semua pemain memahami makna suara panjang dan pendek.
c. Rintangan Manusia
Permainan ini ditujukan untuk melatih pendengaran,
refleks,percaya diri dalam menghadapi sesuatu yang tidak diketahui,
sosiali sasi, pengendalian diri, dan kesadaran akan lingkungan. Bahan
yang digunakan seperti berbagai alat-alat musik berukuran kecil dan
4
penutup mata. Jika pemain dan bahan sudah siap, salah satu pemain
mengenakan penutup mata dan harus berjalan menyeberangi
ruangaktivi tas tanpa menyentuh seorang pemain pun. Pemain lainnya
ter sebar di sekitar ruangan (berdiri atau duduk diam), masing-masing
memegang alat musik tetapi tidak bergerak. Setiap kali pemain yang
ditutup matanya mendekati seseorang, orang itu harus mem
peringatkannya dengan memainkan alat musiknya. Setelah si pemain
yang ditutup matanya telah mencpai seberang ruangan atau setelah
dua sampai tiga menit berkeliling, gantilah dengan pemain lainnya.
5
menunjuk pemain lain untuk membuat si pemain kedua bingung.
Permainan berakhir ketika semua pemain telah menjadi penyanyi.
a. Telepon
6
melakukannya. Kemudian satu pemain harus bertepuk tangan secara acak
di dalam irama tersebut untuk membingungkan pemain lainnya. Permainan
berhenti ketika pemain mulai bisa mengendalikan ketukan mereka.
c. Sembunyi dan Mendengar
7
SENSORI NEURAL HEARING LOSS (SNHL)
A. Definisi
Tuli mendadak atau Sudden Hearing Loss (SHL) merupakan
keluhan yang perlu mendapat penanganan cepat dan tepat agar dapat
memperbaiki fungsi pendengaran dan kualitashidup penderita. Tuli atau
penurunan pendengaran secara umum dibagi menjadi tiga yaitu
tulikonduksi, tuli sensorineural dan tuli campuran. Tuli konduksi
disebabkan oleh gangguan strukturyang menghantarkan gelombang suara
ke koklea antara lain akibat dari abnormalitas telinga luar,membran
timpani, rongga udara, telinga tengah atau tulang pendengaran. Sedangkan
tulisensorineural akibat dari abnormalitas koklea, saraf koklearis dan
struktur yang mengolah impulsneural menuju korteks auditorik di otak.
Tuli mendadak adalah sensasi subjektif kehilangan pendengaran
yang terjadi mendadakdalam 72 jam pada satu atau kedua telinga. Tuli
sensorineural mendadak (SSNHL/suddensensorineural hearing loss)
merupakan bagian dari tuli mendadak dengan kriteria
berdasarkanaudiometri yaitu adanya penurunan pendengaran >30 desibels
8
(dB) minimal pada 3frekuensi pemeriksaan berturut-turut. Umumnya
pasien tidak memiliki data audiometrisebelumnya, sehingga tuli mendadak
dibuat berdasarkan ambang pendengaran telinga kontralateral. Tuli
sensorineural mendadak idiopatik (SSNHL idiopatik) merupakan SSNHL
dengan penyebab yang tidak jelas walaupun dengan pemeriksaan yang
adekuat.
C. Patopsikologi
9
D. Terapi
10
Terapi SSNHL berdasarkan penyakit dasar pada kasus SSNHL
yang dapat diidentifikasi penyebabnya. Beberapa kasus berpotensi
mengalami perbaikan pendengaran setelah terapi antaralain schwannoma
vestibular, gondok dan sifilis sekunder. Namun pemberian terapi
padasebagian besar kasus SSNHL dari etiologi yang dapat diidentifikasi
tidak memperbaiki tingkatpendengaran kembali seperti tingkat pre onset.
Terapi SSNHL idiopatik masih kontroversi menyangkut tentang
perlu tidaknya terapi dan pilihan terapinya. Salah satu dasar perdebatan
adalah kenyataan bahwa SSNHL idiopatik sembuhsecara spontan pada 45-
65% pasien. Pengobatan SSNHL idiopatik yang sudah diteliti antara
lainpenggunaan antiinflamasi, antimikroba, antagonis kalsium, vitamin,
mineral esensial,vasodilator, volume expanders, defibrinogenator, diuretik,
oksigen hiperbarik dan bedrest.Kesulitan pemilihan pengobatan karena
banyaknya variasi etiologi SSNHL idiopatik dankurangnya hasil terapi
tersebut yang menunjukkan secara jelas lebih baik. Sekitar 85-90% kasus
masih belum diketahui penyebab pasti meskipun sudah dilakukan evalusi
pada saat awal muncul gejalanya sehingga umumnya terapi diberikan
tanpa mengetahui penyebabnya.
Pemberian kortikosteroid pada SSNHL idiopatik masih
kontroversi, namun adanyakonsekuensi serius akibat SSNHL yang berat
maka terapi kortikosteroid merupakan satu darisedikit pilihan pengobatan
yang menunjukkan bukti adanya efikasi. Pemberian terapikortikosteroid
dapat mengurangi inflamasi dan edema pada telinga dalam. Penelitian
doubleblindedrandomized controlled trials pada 67 pasien dengan
menggunakan regimen steroid yangberbeda didapatkan perbaikan pada
pasien yang mendapatkan steroid (78%) dibandingkandengan plasebo
(38%). Pemberian kortikosteroid sebagai terapi awal SSNHL
idiopatikmemberikan pemulihan yang baik pada pemberian 2 minggu
pertama dan manfaat kecil bilapemberiannya setelah 4-6 minggu.
Direkomendasikan pemberian pengobatan prednison oraldengan dosis
tunggal 1mg/kg/hari maksimal 60 mg/hari selama 10-14 hari. Protokol
terapi yangrepresentatif menggunakan pengobatan dengan regimen dosis
maksimal selama 4 hari diikutidengan tappering 10 mg tiap 2 hari.Dosis
11
ekuivalen prednison 60 mg setara dengan metilprednisolon 48 mg dan
deksametason 10 mg. Efek samping prednison bersifat sistemikakibat
penekanan aksis hipotalamus-hipofisis-adrenal meliputi insomnia,
dizziness, kenaikanberat badan, berkeringat, gastritis, perubahan mood,
fotosensitif dan hiperglikemia.
Pemberian kortikosteroid intratimpani merupakan solusi bagi
pasien SSNHL idiopatikyang tidak dapat mentoleransi atau refrakter
terhadap terapi steroid sistemik. Kortikosteroidintratimpani lebih banyak
dikerjakan untuk managemen SSNHL yang idiopatik.
Pemberiankortikosteroid intratimpani berupa deksametason 10-24 mg/ml
atau metilprednisolon 30 mg/ml.Pemberian kortikosteroid intratimpani
menyebabkan kadar steroid perilimfe yang lebih tinggidibandingkan
pemberian sistemik dan tidak diabsorbsi kedalam sirkulasi sistemik
sehingga efeksistemik yang timbul juga minimal.
DAFTAR PUSTAKA
12
Amalia Rizki Rina. 2013. Terapi Bermain Bagi Anak Tunarungu. STKIP
Islam Bumiayu. Vol.18, No.2
13