Anda di halaman 1dari 2

Library Night : 1001 Bacaan, 1001 Pengetahuan, 1001 Teman

Jika berbicara tentang perpustakaan, apa saja kata yang langsung terngiang
dalam benakmu?

Bosan, sunyi, gelap, dan ribuan kalimat yang menggambarkan tidak “asik” nya
tempat tersebut dan agenda yang berlangsung didalamnya. Sebenarnya, apakah
benar seperti itu?

Jika menelisik dari sejarah, perpustakaan sudah dikenal dari zaman sebelum
masehi. Yang mana berarti tempat ini adalah tempat bersejarah yang terus-
menerus dilestarikan dikarenakan kebutuhannya yang tak pernah lekang oleh
zaman. Seharusnya seperti itu, bukan? Lalu kenapa sepertinya pada zaman ini
perpustakaan sepertinya tidak dibutuhkan lagi?

Tentunya, dengan berkembangnya peradaban maka berkembang dan berbeda juga


pola pikir serta perilaku masyarakat yang hidup pada zaman tersebut. Kenapa
perpustakaan masih sangat laris pada zaman dahulu, karena sangat sesuai dengan
kultur masyarakat pada saat itu. Mengapa tidak laris pada zaman sekarang? Yep,
karena tidak sesuai dengan kultur masyarakat zaman now.

Mobilitas yang penat disertai jadwal yang padat terutama di kota-kota besar,
membuat masyarakat berfikir 2x untuk menjadikan perpustakaan sebagai tempat
berkunjung atau sebagai sarana relaksasi. Ya setelah digempur kegiatan yang
menghabiskan kemampuan otak dan membuat badan kaku dalam setengah hari,
siapa sih yang ingin menghabiskan sisa harinya dengan kegiatan membosankan?

Menurut saya, perpustakaan masih dan selalu dibutuhkan dalam kebudayaan


masyarakat. Tidak ada istilah usang dalam ilmu pengetahuan. Tidak ada istilah
membosankan pada sebuah informasi. Yang usang dan membosankan adalah cara
dalam penyampaian ilmu dan informasi tersebut.

Buku tidak hanya sebagai sumber ilmu pengetahuan, buku juga dapat dijadikan
media relaksasi. Dengan memperbanyak bahan bacaan dan juga memperbaharui
fasilitas yang ada, maka saya yakin minat masyarakat untuk menghilangkan rasa
penat dengan kegiatan membaca akan bertambah. Buatlah sebuah perpustakaan
ramah anak dan perpustakaan bernuansa anak muda juga. Penyediaan ruangan
terbuka hijau serta musik relaksasi berperan penting dalam hal ini.

Cara selanjutnya adalah, perbarui dan perbanyak cara menyampaikan informasi.


Sebagai pengelola perpustakaan, sudah menjadi tupoksi pengelola bagaimana agar
pengunjung dapat mengakses informasi sebanyak dan selengkap mungkin dalam
perpustakaan anda. Tapi perlu diingat, tidak semua suka membaca. Ada juga yang
mencari informasi lewat media video atau buku dan lembaran singkat. Buatlah
penyebaran informasi lewat video, sediakan komputer serta headset bagi mereka
yang ingin mengakses informasi melalui internet.

Dan hal terakhir yang harus diubah, suasana. Suasana kaku nan sunyi dalam
perpustakaan harus segera dirubah. Sediakan banyak ruangan untuk banyak
kebutuhan. Bagi bacaan serius dan mereka yang ingin memiliki konsentrasi tinggi,
buatlah satu ruangkan khusus. Bagi mereka yang butuh buku sebagai pusat
relaksasi, maka dapat dilakukan penyediaan ruang terbuka hijau dan segala
fasilitasnya yang telah saya jelaskan sebelumnya.

Oh iya, tak salah juga saya rasa dalam perpustakaan ruang terbuka hijau itu
dijadikan tempat “kongkow” para pemuda. Ya, ini dapat dimasukkan dalam
perpustakaan bernuansa remaja yang telah saya sampaikan. Menurut saya,
perpustakaan harus agak sedikit dirubah konotasi dan maknanya. Tidak hanya
sebagai tempat membaca, tapi tempat kegiatan positif.

Coba sejenak anda bayangkan, jika anak muda memilih nongkrong di


perpustakaan. Apa tidak mungkin hati mereka tidak tergerak untuk mengambil
satu, dua buah buku? Dan dengan adanya pembaharuan ini, maka perpustakaan
bukan lagi tempat yang membosankan. Tapi tempat yang menyenangkan tanpa
kehilangan esensinya sama sekali. Bahkan bisa menjadi sarana bersosialisasi dan
menambah relasi, bukan?

Anda mungkin juga menyukai