Anda di halaman 1dari 34

MAKALAH KEPERAWATAN KOMUNITAS

“PROMOSI KESEHATAN”

Oleh A11-A

A.A Istri Meidina Cindy (17.321.2657)


Dewa Ayu Putu Santriani (17.321.3660)
Kadek Aristiani Putri (17.321.2673)
Komang Purnama Sari (17.321.2676)
Ni Kadek Candra Ayu Setyawati (17.321.2682)
Ni Komang Sri Wahyuni (17.321.2687)
Ni Luh Kade Nopita Wahyuningrum (17.321.2691)
Ni Made Anggi Febrianti (17.321.2694)
Ni Made Anggi Febrianti (17.321.2694)
Ni Putu Eva Pradnyayanti (17.321.2700)
Pande Eka Sukma Karisma (17.321.2706)
Putu Indah Sasmitha (17.321.2708)
PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIRA MEDIKA BALI

2019
KATA PENGANTAR

Om Swastyastu

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat-
Nya penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul “Promosi Kesehatan”ini
dengan tepat waktu.
Penulis berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita mengenai Aplikasi Keperawatan Komplementer
Pada Pus. Penulis juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat
kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, penulis berharap adanya
kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah penulis buat di masa yang
akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang
membangun.

Om Santhi, Santhi, Santhi, Om

Denpasar, 17
November 2019

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................................................

DAFTAR ISI.................................................................................................................................

BAB I (Pendahuluan)

1.1 Latar belakang......................................................................................................................


1.2 Rumusan masalah.................................................................................................................
1.3 Tujuan penulisan..................................................................................................................
1.4 Manfaat penulisan................................................................................................................

BAB II (Pembahasan)

2.1 KonsepPromosi Kesehatan...................................................................................................


2.2 Program promosi kesehatan sesuai dengan kebijakan di Indonesia.....................................

BAB III (Penutup)

3.1 Simpulan...............................................................................................................................
3.2 Saran.....................................................................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Promosi kesehatan merupakan satu pilar dalam pembangunan kesehatan
menujur indonesia sehat 2025 melalui peningkatan kesadaran, kemauan dan
kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan
masyarakat. Promosi kesehatan pada prinsipnya merupakan upaya dalam
meningkatkan kemampuan masyarakat melalui pembelajaran dari, oleh, untuk,
dan bersama masyarakat, agar mereka dapat menolong diri sendiri, serta kegiatan
yang sumber daya masyarakat, sesuai dengan kondisi sosial budaya setempat dan
didukung kebijakan kebijakan public yang berwawasan kesehatan. Promosi
kesehatan merupakan upaya yang bersifat promotif (peningkatan), sebagai
perpaduan dari upaya preventif (pencegahan), kuratif (pengobatan), dan
rehabilitatif (pemulihan) dalam rangkaian upaya kesehatan yang komprehensif
(Kholiq, 2012).
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia melalui Direktoral Jenderal
Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan mengajak masyarakat untuk
dapat menuju masa muda sehat dan hari tua nikmat tanpa Penyakit Tidak Menular
(PTM) dengan perilaku “CERDIK”. “CERDIK” merupakan jargon kesehatan
yang setiap hurufnya mewakili: Cek kesehatan secara berkala, Enyahkan asap
rokok, Rajin aktifitas fisik, Diet sehat dengan kalori seimbang, Istirahat yang
cukup, dan Kelola stress. Penerapan “CERDIK” dapat mengurangi faktor resiko
dan deteksi dini PTM.

1.2 Rumusan masalah


1. Apakah yang dimaksud denganPromosi kesehatan ?
2. Bagaimanakah Program promosi kesehatan sesuai dengan kebijakan di
Indonesia ?
1.3 Tujuan penulisan
1. Untuk menyelesaika n Tugas Komunitas.
2. Untuk memahami tentang Promosi Kesehatan.
3. Untuk memahami Program promosi kesehatan sesuai dengan kebijakan di
Indonesia.

1.4 Manfaat penulisan


1. Agar mahasiswa memahami tentang Promosi Kesehatan.
2. Agar mahasiswa memahami Program promosi kesehatan sesuai dengan
kebijakan di Indonesia
BAB II
PEMBAHASAN

2. 1 Konsep Promosi Kesehatan


2.1.1 Definisi dan Tujuan Promosi Kesehatan
a. Pengertian
Menurut WHO, berdasarkan Ottawa charter promosi kesehatan
merupakan suatu proses yang bertujuan untuk memelihara serta
meningkatkan kesehatan baik pada tingkat individu, keluarga dan
masyarakat. Untuk mencapai keadaan fisik, mental dan sosial yang baik
maka diperlukan kesadaran atau kemauan agar mampu melaksanakan
perilaku hidup sehat (self empowerment ) sesuai dengan sosial budaya
setempat sehingga dapat mengubah atau mengatasi lingkungan (ekonomi,
kebijakan atau perundang-undangan dan lain sebagainya).
Menurut Green (1984), promosi kesehatan adalah segala bentuk
kombinasi dan intervensi kesehatan terkait dengan politik, ekonomi serta
organisasi yang dirancang untuk memudahkan perubahan perilaku dan
lingkungan yang kondusif bagi kesehatan.
Menurut Gillies (1998), promosi kesehatan merupakan payung dan
digunakan untuk menggambarkan suatu rentang aktivitas yang mencakup
pendidikan kesehatan dan pencegahan penyakit. Dari pengertian di atas
maka dapat disimpulkan bahwa promosi kesehatan merupakan suatu
proses kesadaran, kemauan dan kemampuan masyarakat untuk
meningkatkan derajat kesehatan dan memperbaiki lingkungan sesuai
dengan sosial budaya setempat dan didukung oleh kebijakan publik yang
berwawasan kesehatan.
b. Tujuan Promosi kesehatan
Tujuan promosi kesehatan agar individu atau masyarakata dapat:
1. Memelihara dan meningkatkan kesehatannya
2. Menggali dan mengembangkan potensi perilaku sehat yang ada
dalam sosial budaya masyarakat setempat
3. Mendorong penggunaan dan pengembangan sarana –prasarana
pelayanan kesehatan secara tepat
4. Mewujudkan masyarakat berperilaku hidup bersih dan sehat

2.1.2 Visi dan Misi Promosi Kesehatan

Promosi kesehatan memiliki visi dan misi tertentu. Visi promosi


kesehatan membahas mengenai pembangunan kesehatan Indonesia yang
diatur dalam UU Kesehatan No. 23 Tahun 1992. Isi dari visi tersebut yaitu
meningkatnya kemampuan masyarakat untuk memelihara dan meningkatkan
derajat kesehatan, baik fisik, mental dan sosial sehingga masyarakat dapat
produktif secara ekonomi maupun sosial (Notoatmodjo, 2012). Visi lainnya
yaitu menerapkan pendidikan kesehatan pada program-program kesehatan,
baik pemberantasan penyakit menular, sanitasi lingkungan, gizi masyarakat,
pelayanan kesehatan, maupun program kesehatan lainnya.
Sedangkan misi promosi kesehatan ialah terkait upaya pencapaian
suatu visi, di antaranya yaitu advokasi, mediasi dan kemampuan atau
keterampilan. Advokasi merupakan kegiatan terencana yang ditujukan kepada
para penentu kebijakan untuk mempengaruhi para pembuat keputusan bahwa
program kesehatan yang ditawarkan perlu mendapat dukungan melalui suatu
keputusan (Notoatmodjo, 2012). Mediasi (penghubung) berarti pelaksanaan
promosi kesehatan perlu menjalin kemitraan dengan berbagai program yang
berkaitan dengan kesehatan. Kemampuan (enable) berarti masyarakat
diberikan suatu keterampilan agar mampu memelihara dan meningkatkan
kesehatannya secara mandiri.
2.1.3 Sasaran Promosi Kesehatan
Dalam pelaksanaan promosi kesehatan terdapat 3 (tiga) jenis sasaran, yaitu:
1. Sasaran primer
Upaya promosi kesehatan yang difokuskan sesuai dengan masalah
kesehatan (individu, dan keluarga ) dengan harapan dapat merubah
perilaku hidup yang tidak sehat menjadi perilaku sehat.
2. Sasaran sekunder
Individu atau kelompok yang memeiliki pengaruh atau disegani oleh
sasaran primer seperti Tokoh masyarakat (tokoh agama, tokoh adat,
petugas kesehatan, pejabat pemerintahan dan lain lain), organisasi
kemasyarakatan, media massa diharapkan dapat turut serta dalam
meningkatkan kesehatan pada individu dan keluarga, dengan cara
berperan sebagai panutan dalam melaksanakan praktik hidup bersih dan
sehat, menyebarluaskan informasi dan menciptakan suasana yang
kondusif berperan sebagai kelompok penekan (preasure group) untuk
mempercepat terbentuknya perilaku hidup bersih dan sehat.
3. Sasaran tersier
Para pembuat kebijakan publik berupa peraturan perundang-undangan
di bidang kesehatan dan bidang lain yang berkaitan sehingga mereka yang
dapat memfasilitasi atau menyediakan sumber daya, dengan adanya
kebijakan yang dikeluarkan oleh kelompok tersier diharapkan dapat
mempengaruhi perilaku sehat pada sasaran sekunder dan sasaran primer .
Disadari bahwa untuk merubah perilaku tidaklah mudah, maka harus
didukung oleh sistem nilai dan norma sosial serta norma hukum yang ada.
suasana lingkungan yang kondusif, sumber daya atau fasilitas harus
didukung dan diupayakan oleh stakeholders, pemerintahan, dan dunia
usaha agar tercipta gerakan hidup sehat di masyarakat contohnya
memberlakukan kebijakan yang mendukung PHBS, membantu
menyediakan sumber daya (dana, sarana dan lain lain).
2.1.4 Ruang Lingkup dan Konsep Dasar Promosi Kesehatan

Ruang lingkup promosi kesehatan secara sederhana menurut


(Notoatmodjo, 2012) mencakup pendidikan kesehatan yang menekankan pada
perubahan perilaku, pemasaran sosial yang menekankan pada pengenalan
produk melalui kampanye, penyuluhan yang menekankan pada penyebaran
informasi, upaya promotif yang menekankan pada upaya pemeliharaan dan
peningkatan kesehatan, upaya advokasi untuk mempengaruhi pihak lain dalam
mengembangkan kebijakan, pengorganisasian, pengembangan, pergerakan
dan pemberdayaan masyarakat.
Berdasarkan definisi promosi kesehatan yang merupakan proses yang
memungkinkan orang untuk meningkatkan kontrol atas status kesehatan
mereka, untuk itu kesehatan tidak hanya dipandang sebagai tujuan hidup
melainkan juga dipandang sebagai sumber daya bagi kehidupan sehari-hari
karena kesehatan merupakan konsep positif menekankan sumber daya sosial
dan pribadi, serta kemampuan fisik.

2.1.5 Sejarah Promosi Kesehatan

Konferensi Promosi Kesehatan WHO secara global telah membentuk


konsep, prinsip, dan area aksi yang meletakkan promosi kesehatan dalam
konteks globalisasi yang lebih luas. Konsep promosi kesehatan merupakan
pengembangan dari konsep pendidikan kesehatan, berlangsung sejalan dengan
perubahan paradigma kesehatan masyarakat. Konferensi tersebut telah
meneliti pembuatan kebijakan public dan penciptaan lingkungan yang
mendukung. Mereka telah dianggap berperan penting dalam pembangunan
kapasitas untuk promosi kesehatan serta dalam mengatasi faktor-faktor
penentu kesehatan. Mereka telah menyerukan tindakan untuk menutup
kesenjangan implementasi antara bukti dan aplikasi konkret dalam
pembangunan kesehatan. Konferensi Global 8 dari Promosi Kesehatan
meninjau pengalaman dalam terlibat dalam Kesehatan di Semua Kebijakan
pendekatan dan mendirikan bimbingan untuk tindakan nyata di negara-negara
di semua tingkat pembangunan (WHO, 2016).
Pada tahun 1986 di Ottawa, Kanada, berlangsung konfrensi
internasional promosi kesehatan yangmenghasilkan piagam Ottawa (Ottawa
Charter). Konferensi Internasional pertama pada Promosi Kesehatan,
pertemuan di Ottawa hari ke-21 ini November 1986, dengan ini menyajikan
CHARTER ini untuk tindakan untuk mencapai Kesehatan untuk Semua pada
tahun 2000 dan seterusnya (WHO, 2016)
Upaya promosi kesehatan awal difokuskan pada tanggung jawab
individu untuk kesehatan dan menekankan penentu perilaku dan pendekatan
pendidikan. Namun, bukti menunjukkan kesehatan yang program promosi
juga harus mengatasi lingkungan sosial dan fisik, karena ini juga
berkontribusi kesehatan yang buruk. Fokus pada promosi kesehatan sebagai
suatu proses untuk memungkinkan orang untuk mengatasi tantangan dan
meningkatkan kontrol atas lingkungan mereka untuk meningkatkan kesehatan
mereka (WHO, 1986). Dokumen ini meletakkan dasar untuk teori dan praktek
promosi kesehatan dan menekankan peran sumber daya sosial dan pribadi
serta kemampuan fisik, dan kebutuhanuntuk mencapai kesetaraan dalam
kesehatan. Ottawa Charter juga mendokumentasikan tanggung jawab
nonpemerintahdan instansi pemerintah dalam menciptakan lingkungan yang
mendukung dan kebijakan publik kesehatan (Pender;Murdaligh;Parson,
2015).
Konferensi ini terutama tanggapan terhadap harapan yang berkembang
untuk gerakan kesehatan masyarakat baru di seluruh dunia. Diskusi
difokuskan pada kebutuhan di negara-negara industri, tetapi
memperhitungkan kepedulian yang sama di semua wilayah lainnya. Ini
dibangun di atas kemajuan yang dibuat melalui Deklarasi Kesehatan Primer di
Alma-Ata, Target Organisasi Kesehatan Dunia untuk Kesehatan untuk semua
dokumen, dan perdebatan baru-baru ini di Majelis Kesehatan Dunia pada
tindakan lintas sektoral untuk kesehatan.
Menurut Otawa Charter, kondisi fundamental dan sumber daya untuk
kesehatan adalah: perdamaian, berlindung, pendidikan, makanan, pendapatan,
eko-sistem yang stabil, sumber daya yang berkelanjutan, keadilan sosial, dan
keadilan. Peningkatan kesehatan memerlukan landasan prasyarat dasar, yaitu
Advocate, Enable, dan Mediate. Ottawa Charter adalah katalis yang
bergerakpromosi kesehatan di luar didefinisikan sebagai suatu kegiatan
pendidikan untuk konsep yang lebih luas yang juga berfokus pada lingkungan
sosial dan politik (McQueen & De Salazar, 2011). Bangkok Charter
mengidentifikasi tindakan, komitmen dan janji yang diperlukan untuk
mengatasi faktor-faktor penentu kesehatan di dunia global melalui promosi
kesehatan. Bangkok Charter bertujuan membuat kebijakan dan kemitraan
untuk memberdayakan masyarakat, dan untuk meningkatkan kesehatan dan
kesetaraan kesehatan, harus menjadi pusat pembangunan global dan nasional
(WHO, 2005).
Bangkok Charter ini mencakup penonton yang menjangkau orang,
kelompok dan organisasi yang sangat penting untuk pencapaian kesehatan,
termasuk: pemerintah dan politisi di semua tingkatan, masyarakat sipil, sektor
swasta, organisasi internasional, dan komunitas kesehatan masyarakat.
Promosi kesehatan PBB mengakui bahwa penikmatan standar kesehatan
tertinggi adalah salah satu hak dasar setiap manusia tanpa diskriminasi.
promosi kesehatan berdasarkan hak asasi manusia kritis dan menawarkan
konsep positif dan inklusif kesehatan sebagai penentu kualitas hidup dan
meliputi mental dan spiritual kesejahteraan. promosi kesehatan adalah proses
yang memungkinkan orang untuk meningkatkan kontrol atas kesehatan
mereka dan penentunya, dan dengan demikian meningkatkan kesehatan
mereka. Ini adalah fungsi inti dari kesehatan masyarakat dan berkontribusi
terhadap pekerjaan menanggulangi penyakit menular dan tidak menular dan
ancaman lain terhadap kesehatan (WHO, 2005).
2.1.6 Strategi Promosi Kesehatan
Strategi dasar promosi kesehatan adalah gerakan pemberdayaan
masyarakat sebagai ujung tombak yang didukung oleh advokasi dan bina
suasana yang harus diintegrasikan semangat dan dukungan kemitraan yang
dilandasi oleh kesamaan ( equality ), keterbukaan (transparency) dan saling
memberi manfaat (mutual benefit ) dengan berbagai stakeholders agar
masyarakat mampu dan mempraktikkan perilaku untuk mencegah dan
mengatasi masalah kesehatannya :
1. Advokasi, diperlukan untuk mendapatkan dukungan baik berupa
peraturan perundang-undangan, dana maupun sumber daya lain.
Advokasi merupakan upaya/proses strategis dan terencana, menggunakan
informasi yang akurat dan teknik yang tepat. Advokasi kesehatan sangat
perlu dilakukan karena sasaran adalah pengambil keputusan di jajaran
pemerintahan maupun di setiap tatanan masyarakat, agar diperoleh
dukungan baik secara lisan maupun tertulis serta dukungan anggaran.
Advokasi kesehatan dilakukan di semua  jenjang administrasi pusat,
provinsi, kabupaten/kota, kecamatan dan desa/kelurahan. Advokasi
kesehatan yang bersifat publik dapat dilakukan melalui media massa
secara intensif dengan penyiaran televisi, radio surat kabar bahkan
internet yang dapat menjangkau sasaran yang lebih luas.
2. Bina suasana, upaya untuk menciptakan lingkungan sosial yang
mendorong perubahan perilaku. Strategi Bina Suasana perlu ditetapkan
untuk menciptakan norma-norma dan kondisi/situasi yang konduktif di
masyarakat dalam mendukung PHBS. Bina Suasana sering dikaitkan
dengan pemasaran sosial dan kampanye. Karena pembentukan opini
memerlukan kegiatan pemasaran sosial dan kampanye. Namun perlu
diperhatikan bahwa Bina Suasana dimaksud untuk menciptakan suasana
yang mendukung penggerak pemberdayaan masyarakat secara partisipatif
dan kemitraan.

Metode Bina Suasana dapat berupa:


a) Pelatihan
b) Mini lokakarya
c) Konferensi pers
d) Dialog terbuka
e) Sarasehan
f) Promosi
g) Pertunjukkan, dan lain lain.

Untuk menjaga kelanggengan dan kesinambungan bina suasana


diperlukan:
a) Forum untuk komunikasi
b) Data yang selalu baru
c) Mengikuti perkembangan tentang kebutuhan masyarakat
d) Hubungan yang terbuka, dan dinamis dengan mitra.
e) Menumbuhkan perilaku hidup sehat.
f) Memanfaatkan dan mengelola kegiatan dan sumber dana untuk
mendukung perilaku sehat pada individu,keluarga dan masyarakat.
g) Adanya umpan balik

3. Gerakan pemberdayaan masyarakat merupakan proses pemberian


informasi menuju perubahan pada diri sasaran, dari tidak tahu menjadi
tahu, dari tahu menjadi mau, dan dari mau menjadi mampu
mempraktikkan PHBS. Secara keseluruhan pendekatan gerakan
pemberdayaan masyarakat dilakukan melalui : KIE, Pengembangan
masyarakat, pendekatan hukum dan regulasi, penghargaan, serta
pendekatan ekonomi produktif . Sedangkan daerah berperan dalam
penyediaan sumber daya yang meliputi "4M" (Man, Money, Material and
Method) serta pelaksanaan operasional dan pemantauan di wilayah
setempat. Dalam melaksanakan Gerakan Masyarakat perlu
memperhatikan karakteristik masyarakat setempat yang dapat
dikelompokkan sebagai berikut:
a) Masyarakat Pembina (Caring Community) yaitu masyarakat yang peduli
kesehatan, misalnya LSM Kesehatan, Organisasi profesi yang
bergerak di bidang kesehatan.
b) Masyarakat Setara (Coping Community) merupakan masyarakat yang
karena kondisinya kurang memadai sehingga tidak dapat memelihara
kesehatannya. Misalnya seorang ibu sadar akan pentingnya
pemeriksaan kehamilan, namun karena keterbatasan ekonomi dan
tidak adanya transportasi maka ibu hamil tidak pergi ke sarana
pelayanan kesehatan.
c) Masyarakat Pemula ( Crisis   Response Community) merupakan
masyarakat yang tidak tahu akan pentingnya kesehatan dan belum
didukung oleh fasilitas yang tersedia. Misalnya masyarakat yang ada
didaerah terpencil.

Cara pendekatan gerakan masyarakat terbagi 2(dua), yaitu :


1. Makro
 Membangun komitmen di setiap jenjang
 Membangun masyarakat
 Menyediakan juklak dan biaya operasional
 Memonitoring dan evaluasi serta koordinasi

2. Mikro:
 Menggali potensi yang belum disadari masyarakat. Potensi
dapat muncul dari adanya kebutuhan masyarakat (demand
creation), yang diperoleh melalui pengarahan, pemberian
masukan, dialog, kerjasama dan pendelegasian.
 Membuat model-model percontohan pengembangan
masyarakat, seperti menerapkan Pendekatan Edukatif dan
Manajemen ARRIF (Analisis, Rumusan, Rencana, Intervensi,
Forum Komunikasi) .
 Beberapa tolak ukur keberhasilan gerakan masyarakat dapat
disebutkan antara lain: Peningkatan Perilaku Hidup Bersih
dan Sehat, peningkatan peserta dana sehat/JPKM.

2.2 Program Promosi Kesehatan sesuai Kebijakan di Indonesia

1. Hari Kegiatan Nasional


 Pengertian Hari Kegiatan Nasional
Hari Kesehatan Nasional (HKN) berlangsung pada tanggal 12
November setiap tahunnya. Hari Kesehatan Nasional sendiri bertujuan
untuk mengajak masyarakat agar memiliki budaya hidup sehat dan
meninggalkan kebiasaan atau perilaku yang kurang sehat. Peringatan HKN
biasanya disambut dengan beragam rangkaian kegiatan kesehatan baik di
pusat maupun daerah.

 Tujuan Hari Kegiatan Nasional ke-55


Momentum Hari Kesehatan Nasional ke-55 ini sebagai pengingat
publik bahwa derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya akan
terwujud, apabila semua komponen bangsa, masyarakat, organisasi
kemasyarakatan, swasta berperan serta dalam upaya kesehatan, dengan
lebih memprioritaskan promotif-preventif dan semakin menggalakkan serta
melembagakan Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (GERMAS), tanpa
mengabaikan kuratif-rehabilitatif. Pemerintah pusat dan daerah, dunia
usaha, organisasi kemasyarakatan, akademisi dan praktisi turut ambil
bagian dalam peringatan HKN untuk mendukung pembangunan kesehatan.
Masyarakat semakin mengerti arti penting perilaku dan lingkungan sehat,
serta melakukan gerakan hidup sehat, baik di keluarga, tempat kerja,
tempat-tempat umum dan fasilitas lainnya.

 Rangkaian Kegiatan HKN 55 di Pusat


Kegiatan HKN mengusung semangat untuk merangkul masyarakat,
dunia usaha, profesional, mitra, organisasi dan tokoh masyarakat. Dengan
adanya rangkaian kegiatan ini, diharapkan semua sektor akan semakin
sadar pentingnya pembangunan kesehatan.
 Pengabdian Masyarakat
Melayani masyarakat lewat pelayanan berupa deteksi dini penyakit
Tidak Menular (PTM), hepatitis dan kesehatan jiwa, bersih-bersih di
tempat umum dan senam bersama, diharapkan masyarakat semakin
sadar untuk hidup berperilaku bersih dan sehat (PHBS) dan senantiasa
melaksanakan Germas.
 Kegiatan Ilmiah
Menggelar seminar sehari, Disertasi Expo, pemilihan peneliti berprestasi
di lingkungan Kementerian Kesehatan serta Seminar Forum Bisnis dan
Hak Asasi Manusia.
 Olah Raga dan Lomba
Terdiri dari kegiatan eksternal dan internal Kementerian Kesehatan.
Kegiatan eksternal antara lain lomba klinik pratama sehat, green
hospital serta FKTP Berprestasi yang melibatkan K/L lain. Kegiatan
internal menyajikan perlombaan di bidang olah raga dan olahan kreasi
makanan dan minuman dengan bahan utama daun kelor, serta lomba
akupresur mandiri di lingkungan Kementerian Kesehatan.
 Pameran dan Family Gathering
Pameran pembangunan kesehatan tahun ini akan dilaksanakan di ICE-
BSD, Serpong, Banten, merupakan pameran yang melibatkan lintas
sektor, dunia usaha dan organisasi masyarakat, yang saling bertukar
informasi tentang pencapaian yang telah mereka raih dalam membangun
kesehatan.
 Publikasi dan Penghargaan
Kegiatan publikasi dilakukan melalui media cetak, media elektronik dan
sosial media. Pemberian penghargaan sebagai wujud apresiasi pada
pihak yang telah berjasa dan berprestasi dibidangnya, diberikan saat
gelar pameran pembangunan kesehatan dan saat upacara. “Anugerah
Menteri Kesehatan” merupakan penghargaan dari Menteri Kesehatan
kepada individu atau perorangan yang telah berperan dan berkontribusi
luar biasa dalam mendukung keberhasilan program pembangunan
bidang kesehatan, sehingga dapat menginspirasi dan memberikan daya
guna bagi lingkungan sekitarnya.
 Upacara dan Tabur Bunga
Mengenang jasa pahlawan terutama mereka yang berjasa di bidang
kesehatan, merupakan salah satu rangkaian kegiatan HKN ke-55.
Upacara Peringatan HKN dan tabur bunga di taman makam pahlawan
akan meningkatkan semangat jiwa untuk meneruskan perjuangan para
pahlawan.
 Acara Puncak
Memeriahkan 55 tahun HKN, akan diisi dengan kegiatan car free day,
senam bersama, karnaval, pesta kostum, bermain angklung, fash mob,
kumpul bareng para komunitas, panggung musik. Kegiatan yang
dilakukan di arena car free day Bundaran HI, Jakarta ini, mengajak
seluruh lapisan masyarakat untuk ikut bersama memeriahkan HKN ke-
55.

 Rangkaian Kegiatan HKN 55 di Daerah


Kegiatan yang dapat dilakukan oleh daerah sesuai dengan kondisi
masing-masing yaitu :
 Kegiatan Forum Ilmiah
 Kegiatan dalam Acara Puncak
 Kegiatan Pengabdian Masyarakat
 Kegiatan Pameran
 Kegiatan Olahraga dan Lomba
 Upacara Tabur Bunga
 Publikasi dan Penghargaan

2. Desa Siaga

 Pengertian Desa Siaga


Desa siaga adalah desa yang penduduknya memiliki kesiapan sumber
daya dan kemampuan serta kemauan serta kemauan untuk untuk mencegah
dan mengatasi masalah kesehatan, bencana, dan kegawadaruratan,
kesehatan secara mandiri. Desa yang dimaksud di sini adalah kelurahan
atau istilah lain bagi kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-
batas wilayah, yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan
yang diakui dan dihormati dalam Pemerintah Negara Kesatuan Republik
Indonesia.

 Tujuan Desa Siaga


Tujuan umum desa siaga adalah terwujudnya masyarakat desa yang
sehat, peduli, dan tanggap terhadap permasalahan kesehatan di wilayahnya.
Tujuan khususnya adalah sebagai berikut :
 Peningkatan pengetahuan dan kesadaran masyarakat desa tentang
pentingnya kesehatan.
 Peningkatan kewaspadaan dan kesiapsiagaan masyarakat desa terhadap
risiko dan bahaya yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan
(bencana, wabah, kegawadaruratan dan sebagainya)
 Peningkatan kesehatan lingkungan di desa. Meningkatnya kemampuan
dan kemauan masyarakat desa untuk menolong diri sendiri di bidang
kesehatan. 

 Ciri-Ciri Desa Siaga


 Minimal memiliki pos kesehatan desa yang berfungsi memberi
pelayanan dasar (dengan sumber daya minimal 1 tenaga kesehatan dan
sarana fisik bangunan, perlengkapan dan peralatan alat komunikasi ke
masyarakat dan ke puskesmas).
 Memiliki sistem gawat darurat berbasis masyarakat.
 Memiliki sistem pembiayaan kesehatan secara mandiri.
 Masyarakat berperilaku hidup bersih dan sehat.
 
 Sasaran Pengembangan Desa Siaga
Sasaran pengembangan desa siaga adalah mempermudah strategi
intervensi, sasaran ini dibedakan menjadi tiga yaitu sebagai berikut :
 Semua individu dan keluarga di desa yang diharapkan mampu
melaksanakan hidup sehat, peduli, dan tanggap terhadap permasalahan
kesehatan di wilayah desanya.
 Pihak-pihak yang mempunyai pengaruh terhadap perubahan perilaku
individu dan keluarga atau dapat menciptakan iklim yang kondusif bagi
perubahan perilaku tersebut, seperti tokoh masyarakat termasuk tokoh
agama, tokoh perempuan dan pemuda, kader serta petugas kesehatan.
 Pihak-pihak yang diharapkan memberi dukungan memberi dukungan
kebijakan, peraturan perundang -undangan, dana, tenaga, sasaran, dan
lain-lain seperti kepala desa, camat, pejabat terkait, LSM, swasta,
donatur, dan pemilik kepentingan lainnya.
 Kriteria Pengembangan Desa Siaga
Dalam pengembangan desa siaga akan meningkat dengan membagi
menjadi empat kriteria :
 Tahap bina : tahap ini forum masyarakat desa mungkin belum aktif,
tetapi telah ada forum atau lembaga masyarakat desa yang telah
berfungsi dalam bentuk apa saja misalnya kelompok rembuk desa,
kelompok pengajian, atau kelompok persekutuan.
 Tahap tambah : pada tahap ini, forum masyarakat desa talah aktif dan
anggota forum mengembangkan UKBM sesuai kebutuhan masyarakat,
selain posyandu. Demikian juga dengan polindes dan posyandu
sedikitnya sudah pada tahap madya.
 Tahap kembang : pada tahap ini, forum kesehatan masyarakat telah
berperan secara aktif, dan mampu mengembangkan UKBM sesuai
kebutuhan dengan biaya berbasis masyarakat. Jika selama ini pembiyaan
kesehatan oleh masyarakat sempat terhenti karena kurangnya
pemahaman terhadap sistem jaminan, masyarakat didorong lagi untuk
mengembangkan sistem serupa dimulai dari sistem yang sederhana dan
di butuhkan oleh masyarakat misalnya tabulin.
 Tahap paripurna : tahap ini semua indikator dalam kriteria dengan siaga
sudah terpenuhi. Masyarakat sudah hidup dalam lingkungan sehat serta
berperilaku hidup bersih dan sehat. 

 Keberhasilan Program Desa Siaga


Indikator keberhasilan pengembangan desa siaga dapat diukur dari 4
kelompok indikator : (Depkes, 2009)
1.  Indikator Input :
 Jumlah kader desa siaga.
 Jumlah tenaga kesehatan di poskesdes.
 Tersedianya sarana (obat dan alat) sederhana.
 Tersedianya tempat pelayanan seperti posyandu.
 Tersedianya dana operasional desa siaga.
 Tersedianya data/catatan jumlah KK dan keluarganya.
 Tersedianya pemetaan keluarga lengkap dengan masalah kesehatan
yang dijumpai dalam warna yang sesuai.
 Tersedianya data/catatan (jumlah bayi diimunisasi, jumlah penderita
gizi kurang, jumlah penderita TB, malaria dan lain-lain).

2.  Indikator Proses :
 Frekuensi pertemuan forum masyarakat desa (bulanan, 2 bulanan dan
sebagainya).
 Berfungsi/tidaknya kader desa siaga.
 Berfungsi/tidaknya poskesdes.
 Berfungsi/tidaknya UKBM/posyandu yang ada.
 Berfungsi/tidaknya sistem penanggulangan penyakit/masalah
kesehatan berbasis masyarakat.
 Ada/tidaknya kegiatan kunjungan rumah untuk kadarzi dan PHBS.
 Ada/tidaknya kegiatan rujukan penderita ke poskesdes dari
masyarakat.

3.  Indikator Output :
 Jumlah persalinan dalam keluarga yang dilayani.
 Jumlah kunjungan neonates (KN2).
 Jumlah BBLR yang dirujuk.
 Jumlah bayi dan anak balita BB tidak naik ditangani.
 Jumlah balita gakin umur 6-24 bulan yang mendapat M P-AS I.
 Jumlah balita yang mendapat imunisasi.
 Jumlah pelayanan gawat darurat dan KLB dalam tempo 24 jam.
 Jumlah keluarga yang punya jamban.
 Jumlah keluarga yang dibina sadar gizi.
 Jumlah keluarga menggunakan garam beryodium.
 Adanya data kesehatan lingkungan.
 Jumlah kasus kesakitan dan kematian akibat penyakit menular
tertentu yang menjadi masalah setempat.
 Adanya peningkatan kualitas UKBM yang dibina.
4.  Indikator Outcome :
 Meningkatnya jumlah penduduk yang sembuh/membaik dari
sakitnya.
 Bertambahnya jumlah penduduk yang melaksanakan PHBS.
 Berkurangnya jumlah ibu melahirkan yang meninggal dunia.
 Berkurangnya jumlah balita dengan gizi buruk.

3. Gerakan Nasional Sadar Gizi

 Pengertian Gizi
Gizi merupakan faktor yang sangat penting untuk mewujudkan Manusia
Indonesia Prima. Berbagai penelitian mengungkapkan bahwa kekurangan
gizi, terutama pada usia dini akan berdampak pada tumbuh kembang anak.
Gizi kurang pada anak usia dini juga berdampak pada rendahnya
kemampuan kognitif dan kecerdasan anak, serta berpengaruh terhadap
menurunnya produktivitas anak. Gizi menentukan karakter pertumbuhan :
 Pertumbuhan anak sehat dan normal sesuai dengan potensi genetik ang
dimilikinya.
 Pertumbuhan ini sangat berpengaruh oleh asupan gizi yang dikonsumsi
dalam bentuk makanan.
 Kekurangan atau kelebihan gizi akan memanifestasikan dalam bentuk
pertumbuhan yang menyimpang dari pola

 Tujuan Umum Gerakan Nasional Sadar Gizi


Tujuan umum gerakan nasional sadar gizi ini adalah untuk menciptakan
norma sosial masyarakat Indonesia untuk menerapkan pola konsumsi
makanan yang seimbang dan aktvitas fisik yang teratur dan terukur. Secara
khusus gerakan nasional sadar gizi memiliki tujuan yakni :
 Meningkatnya pengetahuan, sikap dan perilaku masyarakat tentang pola
konsumsi makanan yang beragam, bergizi seimbang, dan aman.
 Membudayakan masyarakat untuk melakukan aktivitas fisik yang teratur
dan terukur. 
 Meningkatnya kerjasama dan dukungan para pemangku kepentingan
yang strategis (pemerintah, swasta, dan masyarakat) dalam
pengembangan dan penerapan norma sosial pola konsumsi makanan dan
aktivitas fisik.

4. Gerakan PHBS (Perilaku Hidup Bersih Sehat)

A. Pengertian PHBS
PHBS merupakan kependekan dari  Perilaku Hidup Bersih dan Sehat.
Sedangkan pengertian PHBS adalah semua perilaku kesehatan yang
dilakukan karena kesadaran pribadi sehingga keluarga dan seluruh
anggotanya mampu menolong diri sendiri pada bidang kesehatan serta
memiliki peran aktif dalam aktivitas masyarakat. Perilaku hidup bersih
sehat pada dasarnya merupakan sebuah upaya untuk menularkan
pengalaman mengenai pola hidup sehat melalui individu, kelompok
ataupun masyarakat luas dengan jalur – jalur komunikasi sebagai media
berbagi informasi. Ada berbagai informasi yang dapat dibagikan seperti
materi edukasi guna menambah pengetahuan serta meningkatkan sikap
dan perilaku terkait cara hidup yang bersih dan sehat.  
PHBS adalah sebuah rekayasa sosial yang bertujuan menjadikan
sebanyak mungkin anggota masyarakat sebagai agen perubahan agar
mampu meningkatkan kualitas perilaku sehari – hari dengan tujuan hidup
bersih dan sehat. Terdapat langkah – langkah berupa edukasi melalui
pendekatan pemuka atau pimpinan masyarakat, pembinaan suasana dan
juga pemberdayaan masyarakat dengan tujuan kemampuan mengenal dan
tahu masalah kesehatan yang ada di sekitar; terutama pada tingkatan
rumah tangga sebagai awal untuk memperbaiki pola dan gaya hidup agar
lebih sehat.
Tujuan utama dari gerakan PHBS adalah meningkatkan kualitas
kesehatan melalui proses penyadartahuan yang menjadi awal dari
kontribusi individu – individu dalam menjalani perilaku kehidupan sehari
– hari yang bersih dan sehat. Manfaat PHBS yang paling utama adalah
terciptanya masyarakat yang sadar kesehatan dan memiliki bekal
pengetahuan dan kesadaran untuk menjalani perilaku hidup yang menjaga
kebersihan dan memenuhi standar kesehatan.

B. Tatanan PHBS
Tatanan PHBS melibatkan beberapa elemen yang merupakan bagian
dari tempat beraktivitas dalam kehidupan sehari – hari. Berikut ini 5
tatanan PBHS yang dapat menjadi simpul – simpul untuk memulai proses
penyadartahuan tentang perilaku hidup bersih sehat :

a. PHBS di Rumah tangga


b. PHBS di Sekolah
c. PHBS di Tempat kerja
d. PHBS di Sarana kesehatan
e. PHBS di Tempat umum

C. Manfaat PHBS
Manfaat PHBS adalah meningkatkan kesadaran masyarakat untuk mau
menjalankan hidup bersih dan sehat. Hal tersebut agar masyarakat bisa
mencegah dan menanggulangi masalah kesehatan. Selain itu, dengan
menerapkan PHBS masyarakat mampu menciptakan lingkungan yang
sehat dan meningkatkan kualitas hidup.
a. Manfaat PHBS di Rumah Tangga
Menerapkan PHBS di rumah tangga tentu akan menciptakan
keluarga sehat dan mampu meminimalisir masalah kesehatan.
Manfaat PHBS di Rumah tangga antara lain, setiap anggota keluarga
mampu meningkatkan kesejahteraan dan tidak mudah terkena
penyakit, rumah tangga sehat mampu meningkatkan produktifitas
anggota rumah tangga dan manfaat phbs rumah tangga selanjutnya
adalah anggota keluarga terbiasa untuk menerapkan pola hidup sehat
dan anak dpt tumbuh sehat dan tercukupi gizi.
10 Indikator PHBS dalam Rumah Tangga, ialah:
1. Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan
2. Pemberian ASI eksklusif
3. Menimbang bayi dan balita secara berkala
4. Cuci tangan dengan sabun dan air bersih
5. Menggunakan air bersih
6. Menggunakan jamban sehat
7. Memberantas jentik nyamuk
8. Konsumsi buah dan sayur
9. Melakukan aktivitas fisik setiap hari
10. Tidak merokok dalam rumah

b. Manfaat PHBS di Sekolah


PHBS di Sekolah merupakan kegiatan memberdayakan siswa,
guru dan masyarakat lingkungan sekolah untuk mau melakukan pola
hidup sehat untuk menciptakan sekolah sehat. Manfaat PHBS di
Sekolah mampu menciptakan lingkungan yang bersih dan sehat,
meningkatkan proses belajarmengajar dan para siswa, guru hingga
masyarakat lingkungan sekolah menjadi sehat. Contoh PHBS di
sekolah:
 Mencuci tangan dengan sabun sebelum dan sesudah makan,
 Mengkonsumsi jajanan sehat,
 Menggunakan jamban bersih dan sehat
 Olahraga yang teratur
 Memberantas jentik nyamuk
 Tidak merokok di lingkungan sekolah
 Membuang sampah pada tempatnya, dan
 Melakukan kerja bakti bersama warga lingkungan sekolah untuk
menciptakan lingkungan yang sehat.

c. Manfaat PHBS di Tempat Kerja


PHBS di Tempat Kerja adalah kegiatan untuk memberdayakan
para pekerja agar tahu dan mau untuk melakukan perilaku hidup
bersih dan sehat dan berperan dalam menciptakan tempat kerja yang
sehat. manfaat PHBS di tempat kerja yaitu para pekerja mampu
meningkatkan kesehatannya dan tidak mudah sakit, meningkatkan
produktivitas kerja dan meningkatkan citra tempat kerja yang positif.

d. Manfaat PHBS di Masyarakat


Manfaat PHBS di masyarakat adalah masyarakat mampu
menciptakan lingkungan yang sehat, mencegah penyebaran penyakit,
masyarakat memanfaatkan pelayanan fasilitas kesehatan dan mampu
mengembangkan kesehatan yang bersumber dari masyarakat.

5. GERMAS (Gerakan Masyarakat Hidup Sehat)


A. Pengertian GERMAS
GERMAS adalah sebuah gerakan yang bertujuan untuk
memasyarakatkan budaya hidup sehat serta meninggalkan kebiasaan dan
perilaku masyarakat yang kurang sehat. Aksi GERMAS ini juga diikuti
dengan memasyarakatkan perilaku hidup bersih sehat dan dukungan
untuk program infrastruktur dengan basis masyarakat. Program ini
memiliki beberapa fokus seperti membangun akses untuk memenuhi
kebutuhan air minum, instalasi kesehatan masyarakat serta pembangunan
pemukiman yang layak huni. Ketiganya merupakan infrastruktur dasar
yang menjadi pondasi dari gerakan masyarakat hidup sehat.
B. Langkah menuju GERMAS
Setidaknya terdapat 7 langkah penting dalam rangka
menjalankan Gerakan Masyarakat Hidup Sehat. Ketujuh langkah tersebut
merupakan bagian penting dari pembiasaan pola hidup sehat dalam
masyarakat guna mencegah berbagai masalah kesehatan yang beresiko
dialami oleh masyarakat Indonesia. Berikut ini 7 langkah GERMAS yang
dapat menjadi panduan menjalani pola hidup yang lebih sehat, yaitu:
1. Melakukan aktivitas fisik
Perilaku kehidupan modern seringkali membuat banyak orang
minim melakukan aktivitas fisik; baik itu aktivitas fisik karena
bekerja maupun berolah raga. Kemudahan – kemudahan dalam
kehidupan sehari – hari karena bantuan teknologi dan minimnya
waktu karena banyaknya kesibukan telah menjadikan banyak orang
menjalani gaya hidup yang kurang sehat. Bagian germas aktivitas
fisik merupakan salah satu gerakan yang diutamakan untuk
meningkatkan kualitas kesehatan seseorang.
2. Makan buah dan sayur
Keinginan untuk makan makanan praktis dan enak seringkali
menjadikan berkurangnya waktu untuk makan buah dan sayur yang
sebenarnya jauh lebih sehat dan bermanfaat bagi kesehatan tubuh.
Beberapa jenis makanan dan minuman seperti junk food dan
minuman bersoda sebaiknya dikurangi atau dihentikan
konsumsinya. Menambah jumlah konsumsi makanan dari buah dan
sayur merupakan contoh GERMAS yang dapat dilakukan oleh
siapapun.
3. Tidak merokok
Merokok merupakan kebiasaan yang banyak memberi dampak
buruk bagi kesehatan. Berhenti merokok menjadi bagian penting
dari gerakan hidup sehat dan akan berdampak tidak pada diri
perokok; tetapi juga bagi orang – orang di sekitarnya. Meminta
bantuan ahli melalui hipnosis atau metode bantuan berhenti
merokok yang lain dapat menjadi alternatif untuk menghentikan
kebiasaan buruk tersebut
4. Tidak mengkonsumsi minuman beralkohol
Minuman beralkohol memiliki efek buruk yang serupa dengan
merokok; baik itu efek buruk bagi kesehatan hingga efek sosial
pada orang – orang di sekitarnya.
5. Melakukan cek kesehatan berkala
Berikut adalah beberapa contoh pengecekan yang bisa dilakukan:
1. Cek Kesehatan Berat Badan (BB) dan Tinggi Badan (TB)
Secara Rutin.
Melakukan Pengecekan Berat Badan berguna agar anda bisa
mendapatkan nilai Indeks Massa Tubuh (IMT) yang nantinya
dapat menentukan apakah berat badan dan tinggi badan Anda
sudah berada dalam kondisi ideal atau berisiko terkena
penyakit tidak menular (PTM).
2. Cek Lingkar Perut Secara Berkala
Dengan melakukan Cek Lingkar Perut secara berkala anda bisa
mengontrol lemak perut, jika berlebihan dapat menyebabkan
penyakit seperti stroke, diabetes hingga serangan jantung.
3. Cek Tekanan Darah
Pengecekan Tekanan Darah dapat membantu anda mendeteksi
adanya risiko stroke, hipertensi hingga jantung.
4. Cek Kadar Gula Darah Berkala
Anda dapat mengetahui kadar glukosa dalam darah dengan
jenis pengecekan kesehatan berkala ini, hasilnya anda dapat
mengetahui potensi diabetes
5. Cek Fungsi Mata Telinga

6. Cek Kolesterol Tetap


Pengecekan Kolesterol terbagi tiga yaitu LDL (Kolesterol
"Buruk"), HDL (Kolesterol "Baik") dan Trigliserida
7. Cek Arus Puncak Ekspirasi
Pengecekan ini adalah salah satu cek kesehatan dalam
pengujian fungsi paru, pengecekan ini biasa dilakukan pada
penderita asma atau penyakit lainnya untuk menilai
kemampuan paru-paru
8. Cek dan Deteksi Dini Kanker Leher Rahim
Pengecekan ini biasanya dilakukan dengan pemeriksaan
berkala seperti Test PAP SMEAR dan Test IVA
9. Cek Sadari Periksa Payudara Sendiri
Lalu berikutnya dalam ragam cek kesehatan berkala yaitu
dengan pemeriksaan payudara sendiri.

6. Menjaga kebersihan lingkungan


Bagian penting dari germas hidup sehat juga berkaitan dengan
meningkatkan kualitas lingkungan; salah satunya dengan lebih
serius menjaga kebersihan lingkungan. Menjaga kebersihan
lingkungan dalam skala kecil seperti tingkat rumah tangga dapat
dilakukan dengan pengelolaan sampah. Langkah lain yang dapat
dilakukan adalah menjaga kebersihan guna mengurangi resiko
kesehatan seperti mencegah perkembangan vektor penyakit yang
ada di lingkungan sekitar.
7. Menggunakan jamban
Aspek sanitasi menjadi bagian penting dari gerakan
masyarakat hidup sehat; salah satunya dengan menggunakan
jamban sebagai sarana pembuangan kotoran. Aktivitas buang
kotoran di luar jamban dapat meningkatkan resiko penularan
berbagai jenis penyakit sekaligus menurunkan kualitas lingkungan.
6. Pencegahan Stunting pada Anak
Belakangan stunting sedang hangat diperbincangkan banyak orang,
khususnya para ibu. Berdasarkan WHO, stunting adalah gangguan tumbuh
kembang anak yang disebabkan kekurangan asupan gizi, terserang infeksi,
maupun stimulasi yang tak memadai. Jumlah penderita stunting di Indonesia
menurut hasil Riskesdas 2018 terus menurun. Tetapi langkah pencegahan
stunting sangat perlu dilakukan, berikut langkah untuk mencegah stunting
pada anak:
1. Memenuhi kebutuhan gizi sejak hamil
Tindakan yang relatif ampuh dilakukan untuk mencegah stunting pada
anak adalah selalu memenuhi gizi sejak masa kehamilan. Lembaga
kesehatan Millenium Challenge Account Indonesia menyarankan agar ibu
yang sedang mengandung selalu mengonsumsi makanan sehat nan bergizi
maupun suplemen atas anjuran dokter. Selain itu, perempuan yang sedang
menjalani proses kehamilan juga sebaiknya rutin memeriksakan
kesehatannya ke dokter atau bidan.

2. Beri ASI Eksklusif sampai bayi berusia 6 bulan


Veronika Scherbaum, ahli nutrisi dari Universitas Hohenheim, Jerman,
menyatakan ASI ternyata berpotensi mengurangi peluang stunting pada
anak berkat kandungan gizi mikro dan makro. Oleh karena itu, ibu
disarankan untuk tetap memberikan ASI Eksklusif selama enam bulan
kepada sang buah hati. Protein whey dan kolostrum yang terdapat pada
susu ibu pun dinilai mampu meningkatkan sistem kekebalan tubuh bayi
yang terbilang rentan.

3. Dampingi ASI Eksklusif dengan MPASI sehat


Ketika bayi menginjak usia 6 bulan ke atas, maka ibu sudah bisa
memberikan makanan pendamping atau MPASI. Dalam hal ini pastikan
makanan-makanan yang dipilih bisa memenuhi gizi mikro dan makro
yang sebelumnya selalu berasal dari ASI untuk mencegah stunting. WHO
pun merekomendasikan fortifikasi atau penambahan nutrisi ke dalam
makanan. Di sisi lain, sebaiknya ibu berhati-hati saat akan menentukan
produk tambahan tersebut. Konsultasikan dulu dengan dokter.

4. Terus memantau tumbuh kembang anak


Orang tua perlu terus memantau tumbuh kembang anak mereka,
terutama dari tinggi dan berat badan anak. Bawa si Kecil secara berkala
ke Posyandu maupun klinik khusus anak. Dengan begitu, akan lebih
mudah bagi ibu untuk mengetahui gejala awal gangguan dan
penanganannya.

5. Selalu jaga kebersihan lingkungan


Seperti yang diketahui, anak-anak sangat rentan akan serangan
penyakit, terutama kalau lingkungan sekitar mereka kotor. Faktor ini pula
yang secara tak langsung meningkatkan peluang stunting. Studi yang
dilakukan di Harvard Chan School menyebutkan diare adalah faktor
ketiga yang menyebabkan gangguan kesehatan tersebut. Sementara salah
satu pemicu diare datang dari paparan kotoran yang masuk ke dalam
tubuh manusia.

7. TOSS TBC
TBC atau Tuberkulosis adalah penyakit menular yang disebabkan
karena adanya kuman Mycobacterium Tuberculosis yang masuk ke dalam
tubuh melalui pernafasan. TBC adalah penyakit infeksi yang menular dan
juga dapat menyerang organ tubuh, terutama paru-paru. Penyakit
Tuberkulosis (TBC) adalah masalah kesehatan terbesar di dunia setelah HIV.
TBC harus ditangani dengan serius. Berdasarkan data dari World Health
Organization (WHO) di Indonesia kasus TBC mencapai angka 1.000.000
kasus. Dan jumlah kematian akibat penyakit Tuberkulosis diperkirakan
mencapai 110.000 kasus per tahun. Maka dari itu, Kemenkes Direktorat
Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat membuat sebuah program
promosi kesehatan untuk menanggulangi atau meminimalisir penyakit TBC.
Program yang dipromosikan ialah TOSS TBC.
TOSS TBC atau singkatan dari Temukan dan Obati Sampai Sembuh
TBC merupakan salah satu pendekatan untuk menemukan, mediagnosis,
mengobati, dan menyembuhkan pasien TBC, untuk menghentikan penularan
TBC di masyarakat. Gejala Tuberkulosis (TBC) yang dapat Anda ketahui:
1. Batuk lebih dari 2 minggu.

2. Mengalami sesak pada pernafasan

3. Berkeringat di malam hari tanpa aktivitas

Langkah-langkah TOSS TBC juga perlu diketahui, yaitu:


1. Temukan gejala di masyarakat
2. Obati TBC dengan tepat dan cepat

3. Pantau pengobatan TBC sampai sembuh

Kementerian Kesehatan memberi perhatian khusus untuk hal ini,


karena jika pengobatan TBC tidak dilakukan dengan tepat dan cepat, maka
kuman-kuman TBC akan menjadi kebal terhadap pengobatan biasanya disebut
Tuberculosis Multi-drug Resistant (TB MDR) atau Tuberculosis Extensively-
drug Resistand (TB XDR). Kementerian Kesehatan juga menyatakan bahwa
seluruh Puskesmas di Indonesia sudah dapat memberikan Pelayanan
Pengobatan TBC. Selain Puskesmas, Klinik, RS, serta dokter swasta telah
mampu memberikan pelayanan pengobatan TBC.
Sudah 7 dasawarsa terakhir, kurang lebih 300.000 pasien Tuberkulosis diobati
dan dilayani per tahunnya. Success Rate pengobatan Tuberkulosis di
Indonesia mencapai 90% pasien TB, yang berarti 90% pasien penderita
Tuberkulosis yang diobati dapat disembuhkan.

DAFTAR PUSTAKA

Direktorat Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat Kementerian Kesehatan


RI. 2016. Program Promosi Kesehatan. Tersedia pada:
http://promkes.kemkes.go.id/promosi-kesehatan# diakses pada Minggu, 17
November 2019 pukul 17.45 WITA

Anzani Dwi. 2017. Konsep Promosi kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta

Kholid, Ahmad. 2014. Promosi kesehatan dengan pendekatan teori perilaku, media
dan aplikasinya. Jakarta: Rajawali Pres

Notoatmodjo, S. 2012. Promosi kesehatan dan perilaku kesehatan. Jakarta: Rineka


cipta

WHO. 2016. Global Health Promotion Confrences. Tersedia pada


http://www.who.int/healthpromotion/conferences/en/. Diakses pada 17
November 2019

WHO. 2005. 6th Global Conference on Healt Promotion, Bangkok, Thailand, August
2005, and does not necessarily represent the decisions or the stated policy of
the World Health Organization. Tersedia pada
http://www.who.int/healthpromotion/conferences/6gchp/hpr_050829_
%20BCHP.pdf. Diakses pada 17 November 2019
Pender, N., Murdaugh, C., Parsons, M. (2015). Health promotion in nursing practice.
3th edition. USA: Pearson

Anda mungkin juga menyukai