Bab 5 Poa
Bab 5 Poa
PENDAHULUAN
1 1
masyarakat sesuai yang tertuang dalam Rancangan Rencana Program Jangka
Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019. Demi pencapaian target ini,
pemerintah telah mencanangkan program guna meningkatkan akses masyarakat
terhadap sanitasi layak, khususnya pembangunan sanitasi diperdesaan.Selama
ini banyak sarana sanitasi yang dibangun tidak digunakan dan dipelihara oleh
masyarakat sehingga pemerintah memasukkan komponen pemberdayaan
masyarakat, pembangunan dan penyediaan jamban agar sarana yang dibangun
dapat dimanfaatkan. Untuk tujuan tersebut Indonesia mengadopsi pendekatan
Community Led Total Sanitation (CLTS) yang dikenal sebagai STBM (Sanitasi
Total Berbasis Masyarakat) untuk mendapatkan pendekatan yang optimal dalam
pembangunan sanitasi diperdesaan (Kamal, 2008). CLTS merupakan suatu
upaya menghilangkan perilaku buang air besar sembarangan (BABS) melalui
perubahan kesadaran masyarakat atau sisi permintaan (demand). Hal ini
berbeda dengan pendekatan sebelumnya yang menekankan pada sisi
penawaran (supply), yaitu menyediakan subsidi baik berupa dana maupun
jamban/toilet. Asumsi utama dari CLTS bahwa perilaku BABS disebabkan oleh
masih rendahnya kesadaran masyarakat dan bukan karena faktor akses kepada
fasilitas (Utomo dkk, 2011).
Tahun 2010 awal, CTLS telah diimplementasikan kepada 2.000
masyarakat di wilayah Jawa Timur, sekitar 700.000 masyarakat telah
memperoleh peningkatan akses sanitasi dan 35% dari seluruh masyarakat
dipicutelah menjadi ODF (open defecation free).Meskipun demikian persentase
untuk menjadi ODF di berbagai kabupaten bervariasi antara 10-95% (Mukherjee,
2012). Berdasarkan data Puskesmas Sumbermanjing Kulon, Kecamatan Pagak,
Kabupaten Malang, dari 4 desahanya ada 23,38% KK yang memiliki jamban dan
dari hasil survey 4 RT di desa Sumbermanjing Kulon, 26% warga memiliki
kebiasaan buang air besar di sungai. Hal ini diakibatkan ketidaktersediaan
jamban di rumah dan jarak rumah dengan sungai yang dekat.Oleh karena itu,
dalam rangka mendukung program CTLS dan mengatasi permasalahan di desa
Sumbermanjing Kulon, kami dari Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya
berupaya untuk meningkatkan kesadaran warga desa Sumbermanjing Kulon
untuk memiliki jamban sendiri dan pentingnya menghentikan perilaku BABS
melalui gerakkan “Injak Jamban”
2
1.2 Tujuan Kegiatan
1.2.1 Tujuan Umum
Menurunkan kejadian warga yang memiliki perilaku BABS sebesar 10%
dalam waktu 1 tahun di Desa Sumbermanjing Kulon, Kecamatan Pagak,
Kabupaten Malang
1.3 Sasaran
Sasaran kegiatan ini adalah kader dan warga desa yang tidak memiliki
jamban di Desa Sumbermanjing Kulon, Kecamatan Pagak, Kabupaten Malang.
3
1.4.4.Manfaat bagi Mahasiswa
1. Melatih kemandirian mahasiswa dalam mengidentifikasi dan mencari
pemecahan masalah yang terjadi di masyarakat.
2. Meningkatkan kemampuan dalam berinteraksi dengan masyarakat
secara langsung.
4
BAB II
GAMBARAN WILAYAH
5 5
Wilayah Kecamatan Pagak secara administratif dibagi menjadi 8 Desa
yaitu Desa Sumbermanjing Kulon, Desa Pagak, Desa Sumberrejo, Desa Sempol,
Desa Tlogorejo, Desa Sumberkerto, Desa Pandanrejo, dan Desa Gampingan.
Letak geografi seluruh desa berada di dataran dengan topografi desa tergolong
dataran. Luas kecamatan Pagak secara keseluruhan adalah sekitar 90,08 km 2
atau sekitar 3,03 % dari total luas Kabupaten Malang. Wilayah kecamatan Pagak
memiliki 2 puskesmas yaitu Puskesmas Pagak dan Puskesmas Sumbermanjing
Kulon.
6
Pada tabel 2.1 diatas dapat diketahui bahwa lingkungan kerja Puskesmas
Sumbermanjing Kulon meliputi 36 RW, 145 RT, dengan jumlah KK sebesar 6.155
KK dan total jumlah penduduk sebanyak 22.446 jiwa.
7
Tabel 2.3 Presentase Penduduk Laki-Laki dan Perempuan Berusia 10 Tahun Keatas
Dirinci Menurut Tingkat Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan dan Kecamatan
Puskesmas Sumbermanjing Kulon Tahun 2014
Laki-laki Perempuan
Tida Tid Tida Tid
k/ ak/ k/ ak/
belu bel SL Dipl belu bel SL Dipl
N SL SL
Desa m um SD TP/ oma m um SD TP/ oma
o TA/ TA/
per ta /MI MT & per ta /MI MT &
MA MA
nah ma S PT nah ma S PT
sek t sek t
olah sd olah sd
1 Sumber
28 12 45 12 32 11 43
. manjing 446 300 446 80 254
6 00 8 00 0 00 0
Kulon
2 Pandanr 13 65 13 26 20 65 14 25
15 49 16 40
. ejo 6 3 5 9 5 6 3 6
3 28 13 49 47 35 16 55 48
Sempol 456 95 631 142
. 8 52 9 1 2 35 7 6
4 Sumber 21 13 17 22 12 17
132 41 7 191 24 3
. kerto 9 81 0 2 70 0
1.04 94 4.5 1.2 1.9 1.28 1.0 4.6 1.3 85
Jumlah 451 439
9 9 86 62 81 4 99 61 00 5
8
2.2.3. Data Sarana Umum dan Sarana Kesehatan
Jumlah
Warung Kantin
Kelurahan Terminal Pasar Mushola Masjid Ponpes
makan sekolah
Sumbermanjing 15 11 0 1 15 5 1
Kulon
Pandanrejo 10 3 0 0 8 2 0
Sempol 15 5 0 1 12 4 1
Sumberkerto 8 4 0 0 10 3 0
Jumlah 45 23 0 2 45 14 2
9
2,2.4 Data Peran Serta Masyarakat
10
penduduknya.Mata pencaharian utama dari warga adalah petani. Dibandingkan
dengan desa yang lain, Desa Sumbermanjing Kulon lebih berkembang dalam
sektor ekonomi dan pendidikan. Rata-rata pendidikan warga adalah SLTA/ MA.
11
BAB III
METODE PENGUMPULAN DATA
Jumlah RT di Desa Sumbermanjing adalah 48, dan dari hasil non random
sampling ada 4 RT yang diambil sebagai jumlah populasi yaitu RT 26 (40 KK),
RT 28 (53 KK), RT 35 (35 KK), RT 36 (55 KK).Sehingga, jumlah populasi sampel
156 KK.Berdasarkan rumus di atasdidapatkan jumlah sampel yang harus disurvei
adalah 112 KK..Pengisian kuisoner dilakukan melalui wawancara langsung
dengan kepala keluarga “door to door” oleh dokter muda didampingi kader desa
dan kepala program kesahatan.Apabila kepala keluarga tidak berada di rumah
pada saat pengisian kuisioner maka yang menjadi sampel adalah orang yang
berada di rumah pada saat itu.
12 12
BAB IV
ANALISIS MASALAH
13
13
nifas
5 % Cakupan neonatus 90% 33 42 78,57
dengan komplikasi
yang ditangani
6 % Cakupan kunjungan 90% 298 279 106,81
bayi
7 % Cakupan Desa / 100% 3 4 75,00
kelurahan Universal
Child Immunization
8 % Cakupan pelayanan 90% 1122 1130 99,29
anak balita
9 % Cakupan pemberian 25% 7 7 100
makanan pendamping
ASI anak usia 6-24 bln
keluarga miskin
10 % Cakupan balita gizi 100% 0 0 100
buruk mendapat
perawatan
11 % Cakupan 100% 306 306 100
penjaringan kesehatan
siswa SD & setingkat
12 % Cakupan peserta 75% 2874 3713 77,40
aktif KB
13 % Cakupan penemuan
& penanganan
penderita penyakit
a. AFP rate per >2 0 - ~
100.000
penduduk <
15thn
b. Penemuan 20% 3 3 100
penderita
pneumonia
balita
c. Penemuan 45% 9 21 42,86
pasien baru TB
BTA positif
d. Penderita DBD 100% 27 27 100
yang ditangani
e. Penemuan 60% 326 1760 18,52
14
penderita diare
% Cakupan pelayanan 45% 172 6,165 27,12
kesehatan dasar pasien
masyarakat miskin
II PELAYANAN KESEHATAN RUJUKAN
14 % Cakupan pelayanan 20% 371 6165 6,02
kesehatan rujukan
pasien masyarakat
miskin
15 % Cakupan pelayanan 100% 0 0 0
Gawat Darurat level 1
yang harus diberikan
Sarana Kesehatan (RS)
di kab./kota
III PENYELIDIKAN EPIDEMIOLOGI & PENANGGULANGAN KLB
Tabel 3.2 PHBS Tatanan Rumah Tangga Desa Sumbermanjing Kulon Tahun
2014
No Indikator Realisasi Tahun 2014 Presentase
I KIA dan Gizi
1 Persalinan oleh Dari 165 ibu bersalin, 165 100%
Nakes ditolong oleh Nakes
2 ASI eksklusif Dari 119 bayi, 55 bayi diberikan 46,22%
ASI eksklusif
15
3 Penimbangan Balita Dari 507 balita, 468 balita 92,31%
ditimbang
Dari 507 balita yang ditimbang, 4 6,31%
balita termasuk BGM dan 28
balita termasuk BGT
Dari 507 balita, 323 balita
mengalami kenaikan berat 63,71%
badan
II Kesling
4 Air Bersih Dari 2.316 KK, 1.975 KK 85,3%
memiliki akses air bersih,
dengan rincian sebagai berikut:
PAM = 1.787 KK
Sumur gali = 168 KK
Sumur pompa tangan = 5
KK
Penampungan mata air =
15 KK
5 Jamban Sehat Dari 8.083 KK, jumlah KK yang 20,60%
memiliki jamban sehat 1.665 KK
III Gaya Hidup
6 Cuci Tangan Dari 378 responden, 375 99,21%
responden melakukan kebiasaan
mencuci tangan
7 Aktifitas Fisik Dari 378 responden, 298 78,84%
responden melakukan kebiasaan
mencuci tangan
8 Tidak merokok Dari 378 responden, 153 40,48%
responden tidak merokok dalam
rumah
9 Makan buah dan Dari 378 responden, 312 82,54%
sayur responden rutin makan sayur
dan buah
IV Upaya Kesehatan
10 PSN Dari 2.318 KK yang diperiksa, 46%
(Pemberantasan 1.055 KK memiliki bangunan
Sarang Nyamuk) bebas jentik
16
Berdasarkan data Nasional Statististik STBM tahun 2015, dari 25.153
warga, 6.718 warga desa cakupan puskesmas Sumbermanjing Kulon yang
memiliki perilaku BABS sebesar 26,66%. Hal ini didukung oleh ketersediaan
jamban sehat yang masih rendah, berdasarkan tabel 4.2 dapat dilihat dari
keempat desa cakupan puskesmas Sumbermanjing Kulon, Desa Sumbermanjing
Kulon yang memiliki jumlah jamban sehat lebih rendah dibandingkan desa
lainnya
Tabel 4.2 Keluarga dengan Kepemilikan Jamban Menurut Kecamatan dan Desa
Puskesmas Sumbermanjing Kulon Tahun 2014
Jamban
Jumlah
No. Desa Jumlah KK Jumlah KK % KK
KK
Diperiksa Memiliki Memiliki
1. Sumbermanjing 8,083 287 1665 20.60
Kulon
2. Pandanrejo 2,698 170 687 25.46
3. Sempol 5,363 459 1492 27.82
4. Sumberkerto 4,047 95 876 21.65
Jumlah 20191 1011 4720 23.38
Dari seluruh data sekunder yang telah dikumpulkan, ada 7 hal utama
yang menjadi permasalahan di Desa Sumbermanjing Kulon yaitu:
1. Cakupan neonatus dengan komplikasi yang ditangani belum
memenuhi target
2. Cakupan desa UCI belum memenuhi target
3. Penemuan pasien baru TB BTA positif yang menurun
4. Penemuan penderita diare yang rendah
5. Perilaku BABS warga yang masih tinggi
6. Masih banyak orang yang merokok dalam rumah
7. Bangunan yang bebas jentik masih rendag
Ketujuh permasalahan komunitas di atas kami urutkan dengan
menggunakan metode NGT (Nominal Group Technique) untuk menentukan
prioritas masalah.NGT mencakup kriteria magnitude(berapa banyak orang yang
terkena dampak dari masalah), seriousness(tingkat keparahan), dan feasibility
(pencegahan/ intervensi yang mungkin dilakukan untuk mengatasi
masalah).Jumlah wakil yang dipilih untuk metode skoring ini ada 8 orang, yaitu 4
orang dokter muda, 2 wakil puskesmas, dan 2 orang wakil masyarakat desa.
17
Tabel 4.3Skoring Permasalahan Komunitas di Puskesmas Sumbermanjing Kulon Tahun 2014
DM 1 DM 2 DM 3 DM 4 SP1 SP 2 W1 W2 To Priorit
No Masalah
M S F M S F M S F M S F M S F M S F M S F M S F tal as
1. Masih rendahnya cakupan penemuan
kasus TB BTA + sebesar 42,8% dari 4 4 3 2 3 2 3 4 2 3 3 4 4 5 2 4 5 2 4 4 4 5 3 3 57 3
target 45% di akhir tahun 2014
2. Jumlah warga Desa Sumbermanjing
Kulon yang memiliki perilaku BABS 5 3 4 3 2 4 4 2 4 5 4 4 4 3 2 3 3 2 5 3 5 5 4 4 60 1
sebesar 26,66%
3. Masih rendahnya cakupan penemuan
dan penanganan diare sebesar 18,52% 3 3 4 3 2 2 3 2 5 4 4 3 4 5 3 4 5 3 5 3 3 4 3 3 59 2
dari target 60% di akhir tahun 2014
4. Rendahnya cakupan Desa UCI
(Universal Child Immunization) sebesar
3 3 4 1 4 2 3 2 3 3 3 3 2 5 2 3 5 2 3 4 3 4 3 3 51 4
75% dari target 100% di akhir tahun
2014
5. Jumlah balita BGM dan BGT
meningkat dari tahun 2013 sebesar 4 4 4 1 3 4 1 3 3 3 4 3 3 5 2 3 5 2 4 4 4 4 3 3 55 5
6,8% dari 1.140 balita yang ditimbang.
6 Dari 378 responden, hanya 40,48%
3 3 2 3 3 4 1 4 3 3 2 3 3 4 1 4 3 3 2 3 3 4 1 4 47 7
yang tidak merokok dalam rumah
7 Dari 2.318 KK yang diperiksa, hanya
46% yang memiliki bangunan bebas 3 3 4 1 4 2 3 2 3 3 3 3 2 3 3 4 1 4 3 3 2 3 3 4 50 6
jentik
18
Keterangan:
DM1 : Dokter Muda 1
DM2 : Dokter Muda 2
DM3 : Dokter Muda 3
DM4 : Dokter Muda 4
SP1 : Staff Puskesmas 1
SP2 : Staff Puskesmas 2
W1 : Warga 1
W2 : Warga 2
Dari skoring tersebut, prioritas permasalahan utama jumlah warga Desa Sumbermanjing Kulon yang memiliki perilaku BABS
sebesar 26,66%sehingga memerlukan intervensi dalam mengatasi permasalahan tersebut. Dalam rangka menyusun program
intervensi yang sesuai maka perlu mengindentifikasi faktor risiko dari perilaku BABS, sehingga kegiatan selanjutnya
adalahpengumpulan dan analisis data primer
19
4.2 Hasil Analisis Data Primer
Kuisioner diperoleh dari 112 KK dengan rincian 40 KK dari RT 26, 17 KK
dari RT 28, 34 KK dari RT 25, dan 21 KK dari RT 36.
I. Karakteritik Responden
Wiraswasta Petani
46%
Penghasilan Keluarga
8%
10%
25%
20
Kepemilikan Jamban Tempat Buang Air Besar
Sungai/kolam
1%
4% Tanah/kebun
67%
69%
Lain-lain
21
Kebiasaan Buang Air Besar di Sungai
21%
Selalu
Sering
Kadang-kadang
50%
9% Jarang
Tidak pernah
12%
8%
22
Keinginan Buang Air Besar di Sungai Tindakan Jika Melihat Orang
Setelah Mempunyai Jamban Buang Air Besar di Sungai
29% 18%
71%
82%
15%
Selalu
Sering
Kadang-kadang
Jarang
Tidak pernah
83%
23
Sumber Air Minum Keluarga
Air sungai aman digunakan untuk Buang air besar di tempat terbuka
tempat mencuci bahan makanan seperti sungai lebih nyaman
(seperti sayuran, buah, beras, dll) daripada buang air di jamban
1%
7% 9% 6%
7% STS STS
TS 22% TS
R R
S S
SS SS
14%
56%
77%
24
Jika Bapak/Ibu melihat ada orang Jika Bapak/Ibu melihat anggota
lain yang buang air di sungai atau di keluarga buang air besar di sungai
tempat terbuka lainnya, Bapak/ibu atau tempat terbuka lainnya,
merasa biasa saja. Bapak/Ibu merasa biasa saja
4% 2% 1%
STS 8% STS
TS TS
18%
R R
S S
38%
SS 27% SS
49%
28%
27%
25
Peraturan dilarang buang air besar Penyuluhan kesehatan mengenai
di sungai perlu diterapkan di bahaya buang air besar
lingkungan tempat tinggal Bapak/Ibu sembarangan perlu diadakan di
lingkungan tempat tinggal
7% 1%
STS 6% 6% STS
21% TS TS
R R
S S
SS SS
11%
61%
87%
76%
III. Pengetahuan
26
Tujuan Menggunakan Jamban Pilihan Jawaban:
a. Menjaga lingkungan bersih (25)
b. Tidak mencemari sumber air (25)
19%
c. Tidak mengundang lalat/
29%
0 jawaban benar
serangga yang menjadi sumber
1 jawaban benar penularan penyakit (25)
2 jawaban benar d. Menjaga lingkungan tidak berbau
3 jawaban benar
4 jawaban benar
(25)
24%
9%
19%
20%
17%
32%
27
Pembuangan Akhir Tinja Pilihan Jawaban:
a. Kolam
b. Got
c. Sungai
29%
d. Septic tank (100)
benar
salah
71%
38%
benar
salah
62%
4%
1 3 5
benar
salah
2 4 6
Benar : 1 – 3 – 5 – 2 – 4 – 6
96%
28
Waktu Mencuci Tangan Pilihan Jawaban:
2% a. Sebelum makan (25)
12%
b. Sebelum tidur
c. Setelah buang air besar (25)
0 jawaban benar 1 jawaban benar d. Sebelum menyiapkan makanan
(25)
14%
2 jawaban benar 3 jawaban benar
e. Setelah menyentuh binatang (25)
3 jawaban benar
11%
3 jawaban benar
4 jawaban benar
16%
14%
29
Tempat Buang Air Besar yang Benar Pilihan Jawaban:
a. Jamban leher angsa (50)
11% 11% b. Jamban plengsengan (50)
c. Jamban cubluk/ cemplung.
d. Sungai
0 jawaban benar e. Kolam.
1 jawaban benar f. Tanah.
2 jawaban benar
79%
52%
26%
29%
46%
30
Berdasarkan data primer yang didapatkan melalui wawancara kuisioner
dengan responden yaitu 54% perempuan dan 46% laki-laki.Hal ini dikarenakan
saat dilakukan wawancara yang berada di rumah lebih dari setengah adalah
perempuan sedangkan laki-laki masih bekerja. 24% pekerjaan warga di Desa
Sumbermanjing Kulon adalah petani sedangkan 21% tidak bekerja karena
responden adalah seorang ibu rumah tangga.20% pekerjaan responden adalah
wiraswasta dan lain-lain, contoh pekerjaan lain-lain warga adalah penjahit, kuli
bangunan, guru, dll. Sedangkan 8% lainnya adalah pegawai swasta, 6% buruh, 1
% pegawai negeri dan tidak ada responde yang bekerja sebagai peternak.
Sebagian besar responden dapat membaca dan menulis dengan 23% tamat
SD/MI, 17% tamat SLTP/MTs, 16% tidak tamat SD, tamat SLTA/MA dan tidak
diisi karena responden menolak untuk menjawab. Sedangkan sisanya 9% tamat
diplomat/perguruan tinggi dan 3% tidak pernah sekolah. Penghasilan keluarga
pada responden tergolong rendah yaitu sebanyak 35% berpenghasilan
<300.000, 25% berpenghasilan 300.000-599.000, 22% dengan penghasilan
>1.000.000, 10% penghasilannya 600.000-1.000.000 dan 8% sisanya tidak diisi,
hal ini dikarenakan penghasilan repsonden yang umumnya tidak tetap per
bulannya karena beberapa responden bekerja pada saat ada yang menawarkan
pekerjaan.
Dari hasil wawancara kuisioner tentang sikap dan perilaku 69% responden
memiliki jamban dan 31% tidak memiliki jamban. Tempat buang air besar
sebanyak 67% menggunakan jamban leher angsa baik jamban milik sendiri
maupun jamban umum, 26% masih menggunakan sungai/kolam sebagai tempat
buang air besar, 4% menggunakan jamban plengsengan dan 1% menggunakan
jamban cubluk, tanah/kebun, dan lain-lain yaitu sawah. 50% responden tidak
pernah memiliki kebiasaan buang air besar di sungai, 21% selalu membuang air
besar di sungai, 12% responden terkadang masih buang air besar di sungai, 9&
sering dan 8% jarang, hal ini dikarenakan banyak faktor, seperti 41%
dikarenakan jarak rumah dengan sungai yang dekat. Responden yang menjawab
alasan memilih buang air besar di sungai karena tidak mempunyai jamban
sendiri di rumah sebanyak 30%, 16% alasannya adalah lain-lain dimana
sebagian responden menjawab karena mengantri di rumah karena jamban yang
dimiliki hanya satu sedangkan anggota keluarga dalam satu rumah banyak. 4%
dari responden menjawab karena tidak adanya peraturan yang melarang buang
air besar di sungai dan tidak ada keluarga.tetangga yang melarang buang air
31
besar di sungai, 2% karena WC umum antri dan jarak rumah dengan WC umum
jauh, 1% karena jamban di WC umum kotor dan tidak ada responden yang
menjawab jamban di rumah kotor. Sebagian besar responden yaitu sebanyak
71% mengaku tidak ingin buang air besar di sungai jika mereka mempunyai
jamban tetapi 29% tetap ingin buang air besar meskipun sudah mempunyai
jamban nantinya, hal ini dikarenakan responden sudah terbiasa untuk
membuang air besar di sungai dan merasa sulit untuk mengubah kebiasaan
tersebut. Tindakan responden jika melihat orang buang air besar di sungai
sebanyak 82% diam saja, 18% menegur dan 0% responden yang akan
melaporkan. Untuk kebiasaan mencuci tangan setelah buang air besar 83%
responden selalu mencuci tangan, 15% sering, 1% kadang-kadang dan jarang
sedangkan tidak ada responden yang tidak pernah mencuci tangan setelah
buang air besar. Sumber air minum keluarga 34% adalah PAM dan sumur
gali,12% menggunakan sumur pompa dan lain-lain yaitu menggunakan air
kemasan/gallon. 5% responden menggunakan air tampungan hujan sebagai
sumber air minum, 3% dengan penampungan mata air dan 0% yang
menggunakan air sungai.
Untuk pertanyaan air sungai aman digunakan untuk sumber air minum 76%
responden manjawab tidak setuju, 16% sangat tidak setuju, 5% ragu-ragu, 3%
setuju dan tidak ada responden yang menjawab sangat setuju.Sedangkan jika air
sungai digunakan untuk mencuci bahan makanan seperti buah dan sayur
responden yang menjawab sangat setuju sebanyak 0%, setuju 7%, ragu-ragu
juga 7%, tidak setuju sebanyak 77% dan 9% sangat tidak setuju. 56% tidak
setuju jika buang air besar di tempat terbuka seperti sungai lebih nyaman
daripada di jamban, 23% responden setuju, 14% ragu-ragu, 6% sangat tidak
setuju dan 1 % sangat setuju. Jika responden melihat orang lain buang air besar
di sungai atau tempat terbuka lainnya responden yang sangat tidak setuju
merasa biasa saja sebanyak 2%, responden yang tidak setuju merasa biasa saja
18%, ragu-ragu 28%, 49% setuju dan 3% sisanya sangat setuju. Berbeda jika
yang dilihat responden adalah anggota keluarganya 37% responden setuju
merasa biasa saja, 27% tidak setuju dan ragu-ragu merasa biasa saja, 8%
sangat tidak setuju dan 1% sangat setuju. 61% responden setuju jika terdapat
peraturan dilarang buang air besar di sungai, 21% tidak setuju karena merasa
tidak menguntungkan bagi mereka yang tidak memiliki jamban sendiri, 11% ragu-
ragu, 7% sangat setuju dan tidak ada responden yang sangat tidak setuju. Dan
32
87% setuju jika diadakan penyuluhan kesehatan mengenai bahaya buang air
besar sembarangan, 6% responden ragu-ragu dan sangat setuju, 1% tidak setuju
dan 0% responden yang menjawab sangat tidak setuju.
Berdasarkan kategori nilai pengetahuan didapatkan 45% mempunyai
tingkat pengetahuan sedang, 29% tingkat pengetahuan rendah dan 26%
mempunyai tingkat pengetahuan tinggi. Pada pertanyaan tujuan menggunakan
jamban responden yang tidak dapat menjawab benar sama sekali sebanyak
19%, yang dapat menjawab benar 1 pertanyaan adalah 24%, 2 jawaban benar
sebanyak 19%, 3 jawaban benar 9% dan yang bisa menjawab 4 jawaban benar
adalah 29%. Responden yang menjawab 3 jawaban benar sebanyak 44%, 2
jawaban benar 20%, 1 jawaban benar 31% dan 0 jawaban benar 5% untuk
pertanyaak akibat dari perilaku buang air besar. Pengetahuan tentang penyakit
akibat buang air besar sembarangan 33% dengan 1 jawaban benar, 27% 0
jawaban benar, 23% 3 jawaban benar dan 17% 2 jawaban benar. Pembuangan
akhir tinja dengan jawaban benar di septic tank dijawab benar oleh 71%
responden dan 29% menjawab salah. 44% dengan 3 jawaban benar, 31% 1
jawaban benar, 20% 2 jawaban benar, 5 % 0 jawaban benar pada pengetahuan
tentang akibat dari perilaku buang air besar sembarangan. Penyakit akibat buang
air besar sembarangan dengan jawan 0 benar sebanyak 27%, 1 jawaban benar
33%, 2 jawaban benar 17% sedangkan untuk semua jawaban benar atau
dengan menjawab benar 3 jawaban benar sebanyak 23%. Sebanyak 62%
responden menjawab benar kepanjangan dari MCK, sedangkan 38% menjawab
salah tetapi umumnya responden sudah pernah mendengar istilah ini tetapi tidak
tahu kepanjangannya. Hanya 4% responden menjawab benar urutan cuci tangan
6 langkah, responden mengetahuinya dari membaca, menonton tv maupun
pernah diajarkan oleh mahasiswa KKN. Dan sebanyak 96% salah menjawab
urutan cuci tangan 6 langkah dan bahkan tidak pernah mendengar sama sekali
tentang cuci tangan 6 langkah. Waktu mencuci tangan dengan jawaban
terbanyak sebesar 61% dengan 4 jawaban benar, 14% 2 jawaban benar, 12% 1
jawaban benar, 11% 3 jawaban benar dan paling sedikit 0 jawaban benar
sebanyak 2%. 0 jawaban benar sebanyak 5%, 2 jawaban benar sebanyak 11%,
1 jawaban benar sebanyak 37%, dan 47% 3 jawaban benar pada pertanyaan
usaha menjaga kebersihan sungai. Syarat jamban sehat yang dijawab dengan 4
jawaban benar yaitu 38%, 3 jawaban benar yaitu 14%, 2 jawaban benar yaitu
16%, 1 jawaban benar yaitu 30% dan 0 jawaban benar 0%. Tempat buang air
33
besar yang benar dengan 78% responden menjawab 1 jawaban benar dimana
jawaban terbanyak adalah jamban leher angsa, dan 11% menjawab 1 jawaban
benar dan tidak ada yang benar sama sekali. Penyakit akibat mencuci tangan
52% menjawab 1 jawaban benar, 41% menjawab 2 jawaban benar dan 7%
menjawab 0 jawaban benar.
Berdasarkan wawancara dan laporan tersebut didapatkan 5 permasalahan
komunitas yang kami urutkan dengan menggunakan metode NGT (Nominal
Group Technique). NGT mencakup magnitude, seriousness, dan
feasibility.Jumlah wakil yang dipilih untuk metode skoring ini ada 8 orang, yaitu 4
orang dokter muda, 2 wakil puskesmas, dan 2 orang wakil masyarakat desa.
Kemudian dari hasil analisis data primer, didapatkan faktor resiko yang
dijabarkan dalam diagram Ishikawa (Fishbone).
34
Diagram Ishikawa (Fishbone)
MATERIAL METHOD
MAN
MACHINE MONEY
ENVIRONMENT
35
Dari diagram Ishikawa didapatkan beberapa penyebab permasalahan utama.
Permasalahan kesehatan ini ditelusuri akar penyebabnya dengan metode nominal
group technic untuk menentukan prioritasnya, sebagaimana dijabarkan pada tabel 4.3.
36
rumah dan sungai dekat
15 16% responden mengatakan jarak rumah dan WC 5 3 4 5 17
umum jauh
16 Aliran sungai tidak deras sehingga aman untuk 5 9 7 6 27
buang air besar
37
sehingga semakin tinggi letaknya pada urutan prioritas. Peniliaian prioritas alternatif
pemecahan masalah dengan metode CARL dapat dilihat pada tabel 4.4
Tabel
Penilaian
4.4 Prioritas Alternatif Pemecahan Masalah dengan Metode CARL
38
BAB V
TINJAUAN PUSTAKA
38 39
c. Produktivitas kerja anggota keluarga meningkat dengan meningkatnya
kesehatan anggota rumah tangga maka biaya yang dialokasikan untuk
kesehatan dapat dialihkan untuk biaya investasi seperti biaya pendidikan,
pemenuhan gizi keluarga dan modal usaha untuk peningkatan pendapatan
keluarga (Lely H, 2011).
2. Manfaat PHBS bagi masyarakat:
a. Masyarakat mampu mengupayakan lingkungan yang sehat.
b. Masyarakat mampu mencegah dan menanggulangi masalah-masalah
kesehatan.
c. Masyarakat memanfaatkan pelayanan kesehatan yang ada.
d. Masyarakat mampu mengembangkan Upaya Kesehatan Bersumber
Masyarakat (UKBM) seperti posyandu, jaminan pemeliharaan kesehatan,
tabungan bersalin (tabulin), arisan jamban, kelompok pemakai air,
ambulans desa dan lain-lain (Lely H, 2011).
5.1.3.Sasaran PHBS
Sasaran PHBS di Rumah Tangga adalah seluruh anggota keluarga yaitu
(Sitinjak, 2011):
1. Pasangan Usia Subur
2. Ibu Hamil dan Ibu Menyusui
3. Anak dan Remaja
4. Usia Lanjut
5. Pengasuh Anak
40
2. Memberi bayi ASI Eksklusif
Seorang ibu dapat memberikan buah hatinya ASI Eksklusif yakni
pemberian ASI tanpa makanan dan minuman tambahan lain pada bayi
mulai usia nol hingga enam bulan.
3. Menimbang Balita setiap bulan
Penimbangan bayi dan Balita setiap bulan dimaksudkan untuk memantau
pertumbuhan Balita tersebut setiap bulan. Penimbangan ini dilaksanakan di
Posyandu (Pos Pelayanan Terpadu) mulai usia 1 bulan hingga 5 tahun.
Setelah dilakukan penimbangan, catat hasilnya di buku KMS (Kartu Menuju
Sehat). Dari sinilah akan diketahui perkembangan dari Balita tersebut.
4. Menggunakan Air Bersih
Gunakan air bersih dalam kehidupan sehari-hari seperti memasak, mandi,
hingga untuk kebutuhan air minum.Air yang tidak bersih banyak
mengandung kuman dan bakteri yang dapat menyebabkan berbagai
macam penyakit.
5. Mencuci tangan pakai sabun
Mencuci tangan di air mengalir dan memakai sabun dapat menghilangkan
berbagai macam kuman dan kotoran yang menempel di tangan sehingga
tangan bersih dan bebas kuman.Cucilah tangan setiap kali sebelum makan
dan melakukan aktifitas yang menggunakan tangan, seperti memegang
uang dan hewan, setelah buang air besar, sebelum memegang makanan
maupun sebelum menyusui bayi.
6. Gunakan Jamban Sehat
Jamban adalah suatu ruangan yang mempunyai fasilitas pembuangan
kotoran manusia yang terdiri atas tempat jongkok atau tempat duduk
dengan leher angsa atau tanpa leher angsa (cemplung) yang dilengkapi
dengan unit penampungan kotoran dan air untuk membersihkannya. Ada
beberapa syarat untuk jamban sehat, yakni tidak mencemari sumber air
minum, tidak berbau, tidak dapat dijamah oleh serangga dan tikus, tidak
mencemari tanah sekitarnya, mudah dibersihkan dan aman digunakan,
dilengkapi dinding dan atap pelindung, penerangan dan ventilasi udara
yang cukup, lantai kedap air, tersedia air, sabun, dan alat pembersih.
7. Memberantas jentik di rumah sekali seminggu
Lakukan Pemeriksaan Jentik Berkala (PJB) di lingkungan rumah tangga.
PJB adalah pemeriksaan tempat perkembangbiakan nyamuk yang ada di
41
dalam rumah, seperti bak mandi, WC, vas bunga, tatakan kulkas, dan di
luar rumah seperti talang air, dll yang dilakukan secara teratur setiap
minggu. Selain itu, juga lakukan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN)
dengan cara 3 M (Menguras, Mengubur, Menutup).
8. Makan buah dan sayur setiap hari
Konsumsi sayur dan buah sangat dianjurkan karena banyak mengandung
berbagai macam vitamin, serat dan mineral yang bermanfaat bagi tubuh.
9. Melakukan aktifitas fisik setiap hari
Aktifitas fisik, baik berupa olahraga maupun kegiatan lain yang
mengeluarkan tenaga yang sangat penting bagi pemeliharaan kesehatan
fisik, mental, dan mempertahankan kualitas hidup agar tetap sehat dan
bugar sepanjang hari.Jenis aktifitas fisik yang dapat dilakukan dalam
kehidupan sehari-hari yakni berjalan kaki, berkebun, mencuci pakaian, dan
lain-lainnya.
10. Tidak merokok di dalam rumah
Di dalam satu puntung rokok yang diisap, akan dikeluarkan lebih dari 4.000
bahan kimia berbahaya, diantaranya adalah nikotin, tar, dan karbon
monoksida (CO) (Dinkes Banten, 2014).
42
berpenghasilan rendah adalah meningkatnya sistem pembuangan tinja efektif
mencegah kejadian diare. Sebuah penelitian di Indonesia menyebutkan bahwa
keluarga yang BABS dan tidak mempunyai jamban berrisiko 1,32 kali anaknya
terkena diare akut dan 1,43 kali terjadi kematian pada anak usia dibawah lima
tahun. (Sinta,2011). Systematic review tentang faktor risiko diare di Indonesia
menjelaskan bahwa pencemaran SAB berisiko 7,9 kali dan sarana jamban
berisiko 17,25 kali pada bayi dan balita. Penelitian berkaitan dengan kecacingan
di Hanoi Vietnam menyebutkan bahwa tidak mempunyai jamban berrisiko 2 kali
terkena infeksi cacing Ascariasis dan tambang, sedangkan penggunaan tinja
segar sebagai pupuk tanaman berrisiko 1,45 kali terkena cacing tambang.
Sebuah studi di Ethiophia bahwa penggunaan jamban dapat mengurangi
penyebaran lalat Musca Sorbens sebagai sumber penularan penyakit trachoma.
(Semba R, 2011)
43
fakultatif anaerob dapat tumbuh subur, yang akan berfungsi pada proses
selanjutnya
Buang Air Besar dengan jamban plengsengan, adalah buang air besar
dengan menggunakan jamban sederhana yang didesain miring sedemikian
rupa sehingga kotoran dapat jatuh menuju tangki septic setelah dikeluarkan.
Tetapi tangki septiknya tidak berada langsung dibawah pengguna jamban.
Buang Air Besar dengan jamban model cemplung/cubluk, adalah buang
air besar dengan menggunakan jamban yang tangki septiknya langsung
berada dibawah jamban. Sehingga tinja yang keluar dapat langsung jatuh
kedalam tangki septic. Jamban ini kurang sehat karena dapat menimbulkan
kontak antara septic tank dengan manusia yang menggunakannya.
Buang Air Besar tidak di tangki septic atau tidak menggunakan jamban
adalah perilaku buang air besar yang tidak sehat. Karena dapat menimbulkan
dampak yang berbahaya bagi kesehatan manusia. Buang Air Besar tidak
menggunakan jamban dikelompokkan sebagai berikut:
- Buang Air Besar di sungai atau dilaut : dapat menimbulkan pencemaran
lingkungan dan teracuninya biota atau makhluk hidup yang berekosistem
di daerah tersebut. Selain itu, buang air besar di sungai atau di laut dapat
memicu penyebaran wabah penyakit yang dapat ditularkan melalui tinja.
- Buang Air Besar di sawah atau di kolam : dapat menimbulkan keracunan
pada padi karena urea yang panas dari tinja. Hal ini akan menyebakan
padi tidak tumbuh dengan baik dan dapat menimbulkan gagal panen.
- Buang Air Besar di pantai atau tanah terbuka: dapat mengundang
serangga seperti lalat, kecoa, kaki seribu, dsb yang dapat menyebarkan
penyakit akibat tinja. Pembuangan tinja di tempat terbuka juga dapat
menjadi serpencemaran udara sekitar dan mengganggu estetika
lingkungan (Notoadmodjo S, 2010).
44
tanah liat atau diplester.Jarang lubang kotoran ke sumur sekurang-
kurangnya 10 meter Letak lubang kotoran lebih rendah daripada letak
sumur agar air kotor dari lubang kotoran tidak merembes dan mencemari
sumur.Tidak membuang air kotor dan buangan air besar ke dalam selokan,
empang, danau, sungai, dan laut.
2. Tidak mencemari tanah permukaan
Tidak buang besar di sembarang tempat, seperti kebun, pekarangan, dekat
sungai, dekat mata air, atau pinggir jalan.Jamban yang sudah penuh agar
segera disedot untuk dikuras kotorannya, atau dikuras, kemudian kotoran
ditimbun di lubang galian.
3. Bebas dari serangga
Jika menggunakan bak air atau penampungan air, sebaiknya dikuras setiap
minggu.Hal ini penting untuk mencegah bersarangnya nyamuk demam
berdarah.Ruangan dalam jamban harus terang.Bangunan yang gelap
dapat menjadi sarang nyamuk.Lantai jamban diplester rapat agar tidak
terdapat celah-celah yang bisa menjadi sarang kecoa atau serangga
lainnya Lantai jamban harus selalu bersih dan kering Lubang jamban,
khususnya jamban cemplung, harus tertutup.
4. Tidak menimbulkan bau dan nyaman digunakan
Jika menggunakan jamban cemplung, lubang jamban harus ditutup setiap
selesai digunakan Jika menggunakan jamban leher angsa, permukaan
leher angsa harus tertutup rapat oleh air Lubang buangan kotoran
sebaiknya dilengkapi dengan pipa ventilasi untuk membuang bau dari
dalam lubang kotoran Lantai jamban harus kedap air dan permukaan tidak
licin. Pembersihan harus dilakukan secara periodik.
5. Aman digunakan oleh pemakainya
Pada tanah yang mudah longsor, perlu ada penguat pada dinding lubang
kotoran dengan pasangan batau atau selongsong anyaman bambu atau
bahan penguat lai yang terdapat di daerah setempat
6. Mudah dibersihkan dan tak menimbulkan gangguan bagi pemakainya
Lantai jamban rata dan miring kea rah saluran lubang kotoran
Jangan membuang plastic, puntung rokok, atau benda lain ke saluran
kotoran karena dapat menyumbat saluran Jangan mengalirkan air cucian
ke saluran atau lubang kotoran karena jamban akan cepat penuh
Hindarkan cara penyambungan aliran dengan sudut mati. Gunakan pipa
45
berdiameter minimal 4 inci. Letakkan pipa dengan kemiringan minimal
2:100
7. Tidak menimbulkan pandangan yang kurang sopan
Jamban harus berdinding dan berpintu.Dianjurkan agar bangunan jamban
beratap sehingga pemakainya terhindar dari kehujanan dan kepanasan.
(KemenKes,2010)
46
1. Semua masyarakat telah BAB hanya di jamban dan membuang
tinja/kotoran bayi hanya ke jamban.
2. Tidak terlihat tinja manusia di lingkungan sekitar.
3. Tidak ada bau tidak sedap akibat pembuangan tinja/kotoran manusia.
4. Ada peningkatan kualitas jamban yang ada supaya semua menuju
jamban sehat.
5. Ada mekanisme monitoring peningkatan kualitas jamban.
6. Ada penerapan sanksi, peraturan atau upaya lain oleh masyarakat untuk
mencegah kejadian BAB di sembarang tempat.
7. Ada mekanisme monitoring umum yang dibuat masyarakat untuk
mencapai 100% KK mempunyai jamban sehat.
8. Di sekolah yang terdapat di komunitas tersebut, telah tersedia sarana
jamban dan tempat cuci tangan (dengan sabun) yang dapat digunakan
murid-murid pada jam sekolah.
9. Analisa kekuatan kelembagaan di Kabupaten menjadi sangat penting
untuk menciptakan kelembagaan dan mekanisme pelaksanaan kegiatan
yang efektif dan efisien sehingga tujuan masyarakat ODF dapat tercapai.
(KemenKes, 2010)
47
Komponen peningkatan kebutuhan sanitasi merupakan upaya sistematis
untuk mendapatkan perubahan perilaku yang higienis dan saniter, berupa:
a. Pemicuan perubahan perilaku;
b. Promosi dan kampanye perubahan perilaku higienis dan sanitasi secara
langsung;
c. Penyampaian pesan melalui media massa dan media komunikasi
lainnya;
d. Mengembangkan komitmen masyarakat dalam perubahan perilaku;
e. Memfasilitasi terbentuknya komite/ tim kerja masyarakat;
f. Mengembangkan mekanisme penghargaan terhadap masyarakat /
institusi(Sinta,2011)
Peningkatan penyediaan akses sanitasi yang secara khusus diprioritaskan
untukmeningkatkan dan mengembangkan percepatan penyediaan akses dan
layanan sanitasiyang layak dalam rangka membuka dan mengembangkan pasar
sanitasi, yaitu:
a. Mengembangkan opsi teknologi sarana sanitasi yang sesuai kebutuhan
dan terjangkau;
b. Menciptakan dan memperkuat jejaring pasar sanitasi pedesaan;
c. Mengembangkan mekanisme peningkatan kapasitas pelaku
pasarsanitasi(Fitrani,2011)
48
BAB VI
PLAN OF ACTION
6.2 Risk Factor, Contributing Risk Factor, Objective dan Sub Objective
Faktor-faktor resiko yang menyebabkan munculnya masalah utama di
lingkunan sungai desa Sumbermanjing Kulon ditentukan dan ditunjukkan pada
tabel di bawah ini:
Risk Factor Contributing Risk Objective Sub Objective
Factor
Warga tidak Predisposising Meningkatkan Meningkatkan
memiliki Anggapan bahwa jumlah warga pengetahuan
jamban
48 jamban bukan yang memiliki kepada warga
kebutuhan primer jamban sehat mengenai tujuan
sebesar 3% dan pentingnya
dalam 1 tahun penggunaan
jamban menjadi
60%
Enabling Mengadakan
Warga tidak memiliki tabungan warga
dana pribadi untuk secara periodik
membuat jamban untuk biaya
pembuatan jamban
(minimal Rp
1.000 /hari)
Reinforcing Ditetapkannya
Tidak ada larangan peraturan tertulis
buang air mengenai larangan
besarsembarangan BABS
49
Warga tidak Predisposising Meningkatkan Meningkatkan
merasa malu Warga lebih nyaman jumlah warga pengetahuan
bila BAB di buang air besar di yang merasa wargamengenai
sungai sungai malu jika BABS bahaya dan dampak
sebanyak 10% negatif
di akhir program BABSmenjadi 60%
Enabling Meningkatkan
Tidak ada warga yang jumlah warga yang
menegur perilaku berani menegur bila
buang air besar di ada warga lain yang
sungai BABS menjadi 25%
Reinforcing Memberikan reward
Tidak ada reward bagi warga yang
bagi warga yang menegur warga
menegur warga yang yang buang air
buang air besar di besar di sungai
sungai
Warga Predisposising Meningkatkan Meningkatkan
memiliki Anggapan bahwa pengetahuan pengetahuan
pengetahuan perilaku buang air mengenai mengenai penyakit
yang rendah besar di sungai tidak penyakit yang yang dapat timbul
tentang menimbulkan dapat timbul akibat BABS
bahaya BABS penyakit akibat BABS menjadi 60%
Enabling Meningkatkan
menjadi 60%
Kurangnya edukasi jumlah penyuluhan
dari kader/ staff kesehatan oleh
puskesmas terkait kader mengenai
perilaku BABS bahaya BABS
minimal 1 kali setiap
bulan
50
merata kepada 20
kader desa
Sumbermanjing
kulon
6.3 Sasaran
Setelah permasalahan utama dan goal ditentukan, maka langkah
selanjutnya ditentukan kelompok sasaran yang tergolong dalam sasaran primer,
sekunder, dan tersier.
Kelompok sasaran
Primer Warga Desa Sempol
Sekunder Kader kesehatan Desa Sempol
Bidan dan Perawat Desa Sempol
Tersier
Forum desa siaga Desa Sempol
51
6.4 Rencana Kerja
No. Kegiatan Tujuan Sasaran Rincian Kegiatan Waktu Lokasi Pelaksana
1. Persiapan
a. Advokasi ke kepala Meminta dukungan Kepala desa, Meminta 28-30 Balai Desa Sempol, Tim
desa, perangkat program acara yang perangkat dukungan serta Oktober Puskesmas
desa, kepala akan dilaksanakan desa, kepala ijin untuk 2015 Sumbermanjing Kulon
puskesmas, staff puskesmas, pelaksanaan
puskesmas dan staff intervensi
kader kesehatan puskesmas
dan kader
kesehatan
b. Survei ke Untuk mengetahui Kader Mengumpulkan 29 Puskesmas
Puskesmas permasalahan kesehatan dan data sekunder Oktober Sumbermanjing Kulon
Pembantu (Pustu) kesehatan untuk staff dan data primer –2
dan balai desa di 4 intervensi puskesmas Novemb
desa yang dibawahi er 2015
oleh Puskesmas
Sumbermanjing
Kulon
c. Pengolahan dan Untuk menarik Data yang Wawancara 3–4 Desa Sempol
analisis data primer kesimpulan dari data tersedia di dengan kader Novemb
dan sekunder Puskesmas dan staf er 2015
serta warga puskesmas serta
dan kader pembagian
desa Sempol kuesioner untuk
kader dan warga
desa Sempol
2. Pelaksanaan
a. Koordinasi Agar intervensi Staf Membicarakan 12 – 18 Puskesmas
pemegang program dapat terlaksana Puskesmas tentang program Novemb Sumbermanjing Kulon
52
Promkes, dan P2M secar lancar Sumbermanji Intervensi er 2015 dan Balai desa
Puskesmas ng Kulon , Sempol
Sumbermanjing serta
Kulon , serta pengurus
pengurus forum
forum Desa
Desa Siaga
Siaga
b. Pelaksanaan pre- Mengevaluasi Kader Persiapan kertas 19 Tempat Pertemuan
test tingkat kepahaman kesehatan jawaban dan soal Novemb Kader (Rumah Bu
partisipan mengenai desa Sempol pre-test er 2015 Lilik)
Pencegahan
penularan TB, cara
etika batuk, dan cara
pemeriksaan ke
puskesmas.
53
Peduli
Tuberculosis)
Serta memberikan
penjelasan tentang
ALUR (Alur
Pelaporan Suspek
Tuberculosis)
d. Penyuluhan mandiri Agar warga Warga desa Persiapan, 20 Masjid Sabilillah Desa
oleh kader memahami Sempol tempat, bahan, Novemb Sempol
mengenai mengenai TB, alat, materi dan er 2015
pencegahan pencegahan pemateri
penyakit TB dan penularan TB serta
etika batuk terhadap Alur pelaporan TB
warga Desa
Sempol, serta
memperkenalkan
Pro MANTEB ,
pembentukan
POLISI dan
menjelaskan ALUR
54
publikasi informatif Sebagai media Kader serta kalender dan Novemb serta Posyandu
yang berisi ALUR informasi dan warga desa leaflet er 2015 Karangjambe
serta cara etika publikasi Sempol
batuk yang baik dan
benar sebagai
pencegahan
penularan penyakit
TB dan langkah
pemeriksaan
suspek TB di
Puskesmas
3. Evaluasi
a. Pelaksanaan Mengevaluasi Kader Persiapan kertas 19 – 20 Rumah salah satu
post-test tingkat kepahaman kesehatan, jawaban dan soal Novemb kader ( rumah bu lilik)
partisipan mengenai dan warga post-test er 2015
Pencegahan desa Sempol
penularan TB, cara
etika batuk, dan cara
pemeriksaan ke
puskesmas.
55
6.5 Rencana Kegiatan
Dalam rangka meningkatkan CDR di puskesmas Sumbermanjing Kulon
yang menurun dari tahun 2014 sebesar …%, maka kami membuat “Pro-
MANTEB” yaitu Program Mari Tingkatkan Kepedulian Terhadap Tuberculosis
yang terdiri dari tahapan sebagai berikut:
Materi
1. Pemberian edukasi mengenai penyakit TB, pencegahan penularan
TB , program kerja “POLISI” , serta Alur pelaporan TB
Metode
1. Pemberian materi mengenai pengertian penyakit TB, cara etika batuk
pencegahan penularan TB serta tata cara alur pelaporan TB dengan
pemateri berasal dari tim dokter muda
2. Diskusi terbuka tentang penyakit TB, cara etika batuk pencegahan penularan
TB serta tata cara alur pelaporan TB.
3. Pembagian flipchart “Pro-MANTEB” dan “ALUR”
4. Workshop : Edukasi etika batuk dan cara pengeluaran dahak yang
diperagakan oleh dokter muda kemudian diikuti oleh kader.
5. Menjelaskan dan menghimbau untuk berpartisipasi dalam “POLISI” oleh
dokter muda
6. Menjelaskan tentang prosedur “ALUR” dari dokter muda kepada kader
7. Pre test dan post test
56
Media
Laptop, Proyektor LCD, flipchart dan alat tulis
Evaluasi
Process Impact Outcome
Kehadiran minimal 20 75% kader Meningkatan
kader kesehatan kesehatan warga pengetahuan
warga Desa Sempol Desa Sempol mengenai penyakit
Materi penyuluhan mendapatkan nilai TB, etika batuk yang
dapat tersampaikan post test minimal benar, pencegahan
dengan baik ≥70 penularan TB serta
Peserta penyuluhan Kader mampu alur pemeriksaan TB
sangat antusias, dan melakukan
aktif dalam diskusi peragaan workshop
serta benar dalam dengan baik
memperagakan Kader berpartisipasi
materi penyuluhan dalam program
“POLISI” dan
memahami “ALUR”
dengan baik
Susunan Acara
Hari I (Kamis, 19 November 2015)
57
dan menjelaskan tata cara “ALUR”
5’ 12.30-12.35 Penutupan
Waktu Kegiatan :
Hari : Jumat
Tanggal : 20 November 2015
Waktu : 15.00 s.d. 17.30 WIB
Tempat : Masjid Sabilillah desa Sempol
Sasaran : 30 perwakilan KK Desa Sempol
Materi
1. Pemberian edukasi mengenai penyakit TB, pencegahan penularan
TB, program kerja “POLISI” , serta Alur pelaporan TB
Metode
1. Pemberian materi mengenai pengertian penyakit TB, cara etika batuk
pencegahan penularan TB serta tata cara alur pelaporan TB dengan
pemateri berasal dari kader yang dipantau oleh dokter muda
2. Diskusi terbuka tentang penyakit TB, cara etika batuk pencegahan penularan
TB serta tata cara alur pelaporan TB.
3. Workshop : Edukasi etika batuk dan cara pengeluaran dahak yang
diperagakan oleh kader kemudian diikuti oleh warga yang dipantau oleh
dokter muda.
4. Menjelaskan dan menghimbau untuk berpartisipasi dalam “POLISI” oleh
kader yang dibimbing oleh dokter muda.
58
5. Menjelaskan tentang prosedur “ALUR” dari kader kepada warga yang
dibimbing oleh dokter muda
6. Pre test dan post test
Media
Poster, alat tulis
Evaluasi
Process Impact Outcome
Kehadiran minimal 60% perwakilan KK Meningkatan
15 perwakilan KK Desa Sempol pengetahuan
desa Sempol mendapatkan nilai mengenai penyakit
Materi penyuluhan post test minimal TB, etika batuk yang
dapat tersampaikan ≥70 benar, pencegahan
dengan baik Warga mampu penularan TB serta
Peserta penyuluhan melakukan peragaan alur pemeriksaan TB
sangat antusias, dan workshop dengan
aktif dalam diskusi baik
kecil bersama kader Warga tertarik dalam
program “POLISI”
dan memahami
“ALUR” dengan baik
Susunan Acara
Hari II (Jumat, 20 November 2015)
59
diberikan
20’ 16.45 – 17.05 Menjelaskan dan menghimbau tentang “POLISI”
dan menjelaskan tata cara “ALUR”
60
BAB VII
HEALTH PROMOTION ACTION
61
- 50% warga menempel kalender
Tabungan Jambanpada Bulan Juni 2015
- 50% warga mengisi kalender Tabungan
Jamban pada Bulan Juni 2015
Impact:
Jumlah tabungan per KK yang dimonitor
oleh kader di akhir bulan Juni adalah Rp
28.000,00
Dana
X-banner Rp 70.000,00
Fotokopi buku panduan 60 x @ Rp 8.000 Rp 480.000,00
Bingkisan kader 8pcs x Rp 13.000 Rp 104.000,00
Konsumsi undangan 65 x @ Rp 5.000 Rp 325.000,00
Total Pengeluaran Rp 979.000
62
Indikator Keberhasilan
Proses:
1. Kehadiran minimal 20 orang kader
2. Minimal 2 orang kader dalam 1 kelompok diskusi melakukan role
playsesuai checklist yang dibagikan
Impact:
1. 75% peserta memiliki nilai post test ≥70
2. 70% kader dapat melakukan role playsesuai checklist dengan baik
2. Episode Warga
Tujuan Kegiatan
Kegiatan ini bertujuan untuk 1) meningkatkan pengetahuan Warga Desa
Sumbermajing Kulon, 2) meningkatkan kesadaran Warga Desa akan
pentingnya ketersediaan jamban sehat
Sasaran Kegiatan
Warga Desa Sumbermanjing Kulon RW 7, RW 8, dan RW 9 yang
rumahnya dekat dengan aliran sungai
Tempat Pelaksanaan
Panti PKK Balai Desa Sumbermanjing Kulon
Waktu Pelaksanaan
Selasa, 16 Juni 2015 pukul 13.30- 16.30
Susunan Acara
Waktu Acara
13.30-14.15 Registrasi peserta
63
Selotip Rp 2.000,00
Fotokopi Rp 15.000,00
Indikator Keberhasilan
Proses:
Kehadiran minimal 30 KK yang tidak memiliki jamban
Impact:
60% peserta memiliki nilai post test ≥70
3. Tabungan Jamban
Tujuan Kegiatan
Kegiatan ini bertujuan untuk menginisiasi warga untuk menabung guna
membangun jamban pribadi
Sasaran Kegiatan
KK yang tidak memiliki jamban
Tempat Pelaksanaan
Rumah masin-masing warga
Waktu Pelaksanaan
Rabu, 17 Juni 2015 – Kamis, 18 Juni 2015
Dana
Cetak Poster + Kalender 40 pcs x Rp 4.500 Rp 180.000,00
Papper clip gantungan 4 pak x Rp 7.000 Rp 28.000,00
Total Pengeluaran Rp 208.000,00
Indikator Keberhasilan
Proses:
- 50% warga menempel kalender Tabungan Jamban pada Bulan Juni 2015
- 50% warga mengisi kalender Tabungan Jamban pada Bulan Juni 2015
Impact:
64
Jumlah tabungan per KK yang dimonitor oleh kader di akhir bulan Juni
adalah Rp 28.000,00
65
BAB VIII
EVALUASI HEALTH PROMOTION ACTION
63 66
Nilai Pretest dan Posttest
Lulus (≥70) Tidak lulus (<70)
20
18
Pretest Posttest
Dari 24 orang kader, ada 8 orang kader yang latihan penyuluhan sesuai
checklist yang telah dibagikan sebelum acara.Ada 2 orang kader yang
memperoleh nilai memuaskan, 5 orang kader memperoleh nilai baik, dan 1 orang
yang mendapatkan nilai kurang. 87,5% kader yang mengikuti role play dapat
melakukan penyuluhan dengan baik sesuai checklist.Di akhir posttest, kader juga
diminta mengisi tingkat kepuasan serta kebermanfaatan acara seperti yang
ditampilkan pada gambar 8.2 dan gambar 8.3. Dari 24 kader, 45,83%
menyatakan sangat puas terhadap pelaksanaan acara dan 79,16% kader
menyatakan bahwa acara tersebut sangat bermanfaat.
Sangat puas
Puas
Biasa
46%
Tidak puas
Sangat tidak puas
54%
67
Tingkat Kebermanfaatan Acara
4%
17%
Sangat bermanfaat
Bermanfaat
Cukup
Tidak bermanfaat
Sangat tidak bermanfaat
79%
68
30 menit dari waktu yang ditentukan karena menunggu warga untuk hadir.Pada
acara ini juga dihadiri 5 orang kader dari total 10 orang kader yang
diundang.Saat demo oleh perwakilan dokter muda, para warga memperhatikan,
beberapa orang tertawa dan sebagian tersenyum malu.
Pada saatsmall group discussion 1 kader memberikan penyuluhan
dengan media lembar balik kepada 3-4 orang warga, sehingga ada total 5
kelompok kecil dengan rincian sebagai berikut:
1. Kelompok 1 yang terdiri dari 1 kader dan 4 warga. Ketiga warga
memperhatikan kader, namun warga juga aktif memberikan masukan
dan bertanya terkait materi yang diberikan oleh kader. Kader terlihat
tidak sering melihat lembar balik.
2. Kelompok 2 yang terdiri dari 1 kader dan 4 warga yang merupakan
ketua RT dan RW dimana seluruhnya pria. Warga terlihat
memperhatikan kader dengan seksama dan kader terlihat
bersemangat menjelaskan, tidak sering melihat lembar balik. Salah
satu warga yang merupakan kepala RW menyarankan untuk
membuat sticker yang ditempelkan di rumah warga yang tidak
memiliki jamban, dan warga lain menyarankan untuk menabung untuk
membuat jamban umum.
3. Kelompok 3 yang terdiri dari 1 kader dan 3 warga. Ketiga warga
terlihat memperhatikan kader sambil mencatat di buku catatan. Kader
lancar berbicara meskipun terkadang membaca lembar balik.
4. Kelompok 4 yang terdiri dari 1 kader dan 3 orang warga. Ketiga warga
memperhatikan kader sambil sesekali menggangguk. Kader terlihat
masih sering membaca lembar balik, meskipun sesekali melakukan
kontak mata dengan warga.
5. Kelompok 5 yang terdiri dari 1 kader dan 4 warga. Kader memberikan
materi namun tidak menggunakan lembar balik yang sudah
disediakan dan justru menggunakan buku panduan. Dua warga
memperhatikan penjelasan kader namun ada satu warga yang
ditengah pemberian materi malah memperhatikan penyampaian kader
lain.
Kemudian acara selanjutnya adalah penyampaian materi dan sekaligus
ditampilkan video mengenai BABS, saat penampilan video warga terlihat tertawa.
Namun saat materi diberikan, warga memperhatikan materi meskipun ada 1
69
orang warga yang terlihat tidak fokus memperhatikan dan menoleh ke arah lain.
Seluruh acara dapat berjalan lancar sesuai rencana meskipun mundur 30 menit
dan target warga yang hadir tidak terpenuhi.
4
3
Pretest Posttest
70
Tingkat Kepuasan Terhadap Acara
17%
Sangat puas
Puas
Biasa
Tidak puas
Sangat tidak puas
56%
28%
11%
Sangat bermanfaat
Bermanfaat
Biasa
Tidak bermanfaat
50%
Sangat tidak bermanfaat
39%
71
8.3 Tabungan Jamban
8.3.1 Evaluasi Proses
Dari 18 perwakilan KK yang dibagikan kalender tabungan jamban saat
acara tanggal 16 Juni, ada 9 KK yang menempel kalender di rumah mereka, 3
KK yang belum menempel kalender di rumah mereka, dan 6 rumah yang tidak
ada orangnya saat survey berlangsung. Sementara itu, dari 12 KK yang kami
lakukan penyuluhan secara door to door seluruhnya memasang kalender mereka
di rumah. Sehingga total ada 21 KK yang menempel kalender atau total 70%
warga menempel kalender.
Dari 21 KK yang menempel kalender hanya 18 KK yang sudah mulai
mengisi tabungan jamban atau sebesar 60% dari seluruh KK yang mendapatkan
tabungan jamban, warga sisanya berjanji akan mulai menabung.
8.3.2 Evaluasi Impact
Untuk impact dari program masih belum dapat dievaluasi hingga akhir
masa kerja di puskesmas.
72
BAB IX
PEMBAHASAN
73
tangga.Sebagai indikator untuk menilai baikburuknya sarana pembuangan
kotoran manusia adalah penggunaan jamban atau kepemilikan jamban dan jenis
jamban yang digunakan.Akses sanitasi disebut baik apabila rumah tangga
menggunakan sarana pembuangan kotoran sendiri dengan jenis jamban leher
angsa (UNDP, 2007). Beberapa penelitian menjelaskan bahwa sanitasi yang baik
dapat mengurangi penularan mikroba yang menyebabkan diare dengan cara
mencegah kontaminasi tinja manusia dengan lingkungan. Meningkatnya sarana
sanitasi dapat mengurangi insiden diare sebesar 36 % (UNICEF, 2011). Di dalam
penelitian lain menyebutkan bahwa penggunaan jamban efektif dapat
mengurangi insiden penyakit diare sebesar 30% (Semba et al., 2011)
Berdasarkan data yang ada, presentase jumlah warga desa
Sumbermanjing Kulon yang memiliki perilaku BABS sebesar 26,66%. Kelompok
kami melakukan intervensi kegiatan “Gerakan Injak Jamban” dengan tujuan
menurunkan prevalensi warga yang memiliki perilaku BABS sebesar 10% dalam
waktu 1 tahun di Desa Sumbermanjing Kulon, Kecamatan Pagak, Kabupaten
Malang. Dengan upaya meningkatkan pengetahuan kader dan warga desa akan
bahaya perilaku BABS bagi kesehatan dan lingkungan, sehingga diharapkan
akan ada perubahan sikap dan perilaku BABS serta meningkatkan kesadaran
dan memicu keinginan warga Desa Sumbermanjing Kulon untuk membangun
jamban pribadi.
Acara dilaksanakan pada hari Rabu dan Selasa tanggal 10 dan 16 Juni
2015. Tidak ditemukan kendala yang berarti pada awal kegiatan,dokter muda
melaksanakan koordinasi kepala desa, pengurus puskesmas, perangkat desa,
dan ketua kader dengan baik. Acara ini mendapat sambutan dan antusiasme
yang baik dari parakader dan warga Desa Sumbermanjing Kulon.
Pada hari Rabu, dilaksanakan acara “Episode Kader” di Panti PKK Balai
desa Sumbermanjing Kulon. Acara dimulai pukul 14.00 siang, dihadiri oleh 24
orang kader. Jumlah kader yang hadir mencapai target (lebih dari 20).Acara
diawali dengan pembukaan, doa, sambutan. Setelah itu masuk ke pretest.Pada
pengerjaan pretest semua kader yang hadir mengerjakan dengan serius
walaupun banyak yang kebingungan dalam menjawab.Acara kemudian
dilanjutkan dengan pemberian materi tentang bahaya BABS, serta pentingnya
memiliki jamban sehat. Selain materi, para kader juga dijelaskan tentang buku
panduan dan ada pemutaran video tentang desa ODF.Kader menyimak materi
dengan baik.Setelah materi selesai, dilanjutkan sesi tanya jawab, para kader aktif
71 74
dan antusias dalam sesi ini. Apa yang tidak dimengerti oleh kader dalam
pemberian materi langsung ditanyakan oleh para kader. Setelah materi selesai,
Dokter Muda memberikan pengarahan tentang latihan penyuluhan yang akan
dilakukan. Para kader diminta satu persatu untuk mempraktekkan penyuluhan
tentang bahayaBABS serta pentingnya jamban sehat. Setiap kader dibekali
dengan buku panduandan cheklist untuk berlatih bergantian untuk melakukan
penyuluhan. Dengan bersemangat, kader berlatih memberikan penyuluhan.
Kader yang melakukan role play sebagai pemberi penyuluhan memerankan
perannya dengan baik dan Dokter Muda serta kader lainnya berperan sebagai
warga melemparkan pertanyaan-pertanyaankepada kader yang sedang
menyuluh. Suasana latihan penyuluhan tampak hidup dan terlaksana sesuai
tujuan, yakni melatih kader untuk memberikan informasi padawarga nantinya.
Kader yang berlatih penyuluhan berjumlah 8 orang.Penilaian kader didasarkan
pada checklist microteaching (terlampir). Kemudian, setiap kelompok dipilih
kader terbaik, yang kemudian akan diundang untuk memberikan penyuluhan
pada acara “Injak Jamban episode Warga” berikutnya. Acara “Episode Kader”
ditutup dengan post test dimana hasil dari post test menunjukkan peningkatan
dari pre test.Dari 24 peserta, 20 kader mendapat nilai lulus (≥70). Hal ini
menunjukkan adanya peningkatan pengetahuan kader setelah diberikan materi
mengenaibahaya BABS serta jamban yang sehat.Dari hasil pernyataan
kepuasan dan kebermanfaatan acara, sebagian besar kader sangat puas secara
keseluruhan dan merasa acara ini sangat bermanfaat.
Acara yang kedua yakni Gerakan Injak Jamban “Episode Warga”,
dilaksanakan pada hari Selasa, tanggal 16 Juni 2015 di Panti PKK Balai desa
Sumbermanjing Kulon dihadiri oleh 18 KK yang tidak memiliki jamban termasuk
ketua RT dan RW dan 5 orang kader. Jumlah warga kurang mencukupi dari
target peserta namun kami melakukan solusinya dengan door to door
penyuluhan dan membagikan poster dan kalender serta celengan ke rumah-
rumah warga. Setelah registrasi pukul 14.00, Acara dimulai pukul 14.30 siang,
Setelah registrasi, kegiatan dibuka oleh sambutan dan dilakukan pre-test. Pada
pelaksanaan pre-test, beberapa warga mengalami kesulitan karena tidak bisa
membaca dan menulis, serta kesulitan membaca soal.Oleh karena itu,dokter
muda membacakan soal beserta pilihan jawaban, secara umum pelaksanaan
pre-test berjalan dengan baik. Acara kemudian dilanjutkan dengan simulasi cerita
air sungai yang tercemar di desa. Kegiatan dilakukan dengan menggunakan alat
75
peraga berupa styrofoam gambaran desa dipasang selang-selang bening yang
menjadi keruh dan kotor setelah diberi cairan menyerupai tinja. Setelah itu,warga
dibagi menjadi 5 kelompok sesuai dengan jumlah kader. 1 kader mengajar 3-4
orang warga.Kemudian dilakukan diskusi dimana materi disampaikan oleh kader
dengan menggunakan lembar balik yang telah disiapkan.Kemudian dokter muda
menjelaskan kembali materi dan memberikan kesimpulan dari diskusi yang
sudah dilakukan, serta pemutaran video ice breaking tentang BABS. Setelah
selesai sesi materi dan tanya jawab, acara selanjutnya adalah post-test. Setelah
itu acara ditutup dengan pembagian celengan dan kalender serta poster injak
jamban. Dokter muda menjelaskan penggunaan kalender injak jamban dan
mengajak warga untuk berkomitmen menabung setiap harinya.
Evaluasi dari kegiatan “Episode Warga” dapat diukur dari peningkatan
nilai post-test. Dari jumlah peserta yang hadir sebagian besar nilai post-test
meningkat dan lulus (≥70).Dari hasil pernyataan kepuasan dan kebermanfaatan
acara, sebagian besar warga sangat puas secara keseluruhan dan merasa acara
ini sangat bermanfaat.Lembar monitoring tabungan jamban dibuat supaya dapat
mem follow-up dana untuk pembuatan jamban. Monitoring dilakukan oleh kader
desa Sumbermanjing Kulon setiap bulannya. Selain itu checklist perilaku BABS
dibuat untuk melihat kemajuan perubahan perilaku warga yang tidak memiliki
jamban.
Evaluasi dari tabungan jamban ada total 70% warga menempel kalender
dan sebesar 60% dari seluruh KK yang mendapatkan tabungan jamban sudah
mulai mengisi tabungan jamban. Sementara itu, impact dari program masih
belum dapat dievaluasi hingga akhir masa kerja di puskesmas
76
BAB X
PENUTUP
10.1 Kesimpulan
1. Dari penilaian skala prioritas yang kami lakukan, masalah kesehatan yang
menjadi prioritas dalam diagnosis komunitas diPuskesmas Sumbermanjing
Kulon adalah Jumlah warga Desa Sumbermanjing Kulon yang memiliki
perilaku BABS sebesar 26,66% berdasarkan data Puskesmas
Sumbermanjing Kulon tahun 2014.
2. Dari data primer kami dapatkan akar masalah yaitu warga tidak merasa
malu bila BAB di sungai (biasa saja), warga tidak memiliki jamban di
rumah, tidak ada yang menegur atau melarang warga yang BABS, serta
tidak ada buku panduan/bacaan bagi kader kesehatan ataupun warga yang
berisi dampak negatif BABS
3. Telah dilakukan intervensi berupa Program “Gerakan Injak Jamban” yang
mencakup penyuluhan danpembagian buku panduan bagi kader,
penyuluhan, pembagian poster dan tabungan jamban bagi warga.
4. Secara umum program “Gerakan Injak Jamban” ini telah berhasil mencapai
indikator keberhasilan, namun pada prosesnya kami mendapat masalah
pada program tabungan jamban karena tidak mencapai target
keikutsertaan warga. Namun, dengan diadakan kegiatan door to door
(penyuluhan ke rumah- rumah) maka target keikutsertaan warga terhadap
program tabungan jamban dapat tercapai.
10.2 Saran
1. Perlu diadakan program lanjutan dari “Gerakan Injak Jamban” untuk
mengevaluasi keberhasilan jangka panjang dari program ini.
2. Perlu diadakanpenyuluhan rutin oleh puskesmas tentang BABS.
3. Perlu digiatkan gerakan serupa pada salah satu RT di Desa
Sumbermanjing Kulon untuk dijadikan contoh untuk RT lainnya.
4. Perlu membuat monitoring rutin tentang perubahan perilaku BABS warga
yang telah dilakukan intervensi.
5. Diharapkan warga di setiap RT yang memiliki jamban umum dapat
mengadakan kerja bakti rutin minimal 1 bulan sekali atau membuat jadwal
piket KK secara bergilir setiap minggunya.
6. Waktu untuk penyelenggaraan acara sebaiknya disamakan atau
74 77
digabungkan dengan acara yang diadakan oleh warga agar banyak warga
yang dapat datang, dapat diadakan bersamaan dengan kegiatan
posyandu.
78
DAFTAR PUSTAKA
KemenKes, 2010. Tujuh Syarat Membuat Jamban Sehat. Diakses tanggal 24 Mei
2015,(http://www.sanitasi.or.id/index.php?
option=com_content&view=article&id=255:tujuh-syarat-membuat-
jambansehat&catid=55:berita&Itemid=125)
Kepmenkes no 852 tahun 2008 tentang Strategi Nasional Sanitasi Total Berbasis
Masyarakat
Ringkasan Kajian Air Bersih, Sanitasi dan Kebersihan. Diakses tanggal 24 Mei
2015,
(http://www.unicef.org/indonesia/id/A8__B_Ringkasan_Kajian_Air_Bersih.p
df)
79
Semba R, Kraemer , K, Sun , K. et.al. Relationship of the Presence of a
Household Improved Latrine with Diarrhea and Under-Five Child Mortality
in Indonesia.The American Society of Tropical Medicine and Hygiene.
2011;84(3):pp. 443–50
UNICEF/WHO. Diarrhoea: Why children are still dying and what can be done
2009:1 - 15.
80