Anda di halaman 1dari 80

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Penyakit berbasis lingkungan khususnya yang berkaitan dengan air
(related- water borne diseases) seperti demam berdarah dengue (DBD), diare,
dancacingan, hingga saat ini masih mendominasi prevalensi penyakit di
Indonesia (Utomo dkk, 2011).Penyakit diare masih merupakan salah satu
penyebab utama morbiditas dan mortalitas pada anak di seluruh dunia terutama
di negara-negara berkembang.Berdasarkan data dari Organisasi Kesehatan
Dunia (WHO) tahun2007, sebanyak 100.000 anakdi bawah usia 3 tahun di
Indonesia meninggal karena diare, serta lebih dari90 % penyakit diare
disebabkan oleh sanitasi yang buruk (Plan, 2012). Dalam suatu studi disebutkan
bahwa meningkatnya sistem pembuangan tinja efektif mencegah kejadian diare
(Clasen et al., 2010). Sebuah penelitian di Indonesia menyebutkan bahwa
keluarga yang buang air besar sembarangan (BABS) dan tidak mempunyai
jamban berrisiko 1,32 kali anaknya terkena diare akut dan 1,43 kali terjadi
kematian pada anak usia dibawah lima tahun (Semba et al., 2011)
Di dunia, diperkirakan sebesar 1.1 milyar orang atau 17% penduduk masih
buang air besar di area terbuka dan Indonesia sebagai Negara kedua terbanyak
ditemukan masyarakat buang air besar di area terbuka (WHO, 2010).
Berdasarkan laporan MDGs, di Indonesia tahun 2010 akses sanitasi layak hanya
mencapai 51,19% (target MDGs sebesar 62,41%) dan sanitasi daerah pedesaan
sebesar 33,96% (target MDGs sebesar 55,55%) dimana sanitasi ini meliputi
pengelolaan air bersih, pengelolaan pembuangan kotoran manusia, pengelolaan
sampah, dan pengelolaan air limbah keluarga (Bappenas, 2010). Salah satu
penyebab target belum tercapai bahwa pendekatan yang digunakan selama ini
belum berhasil memunculkan demand, maka komponen pemberdayaan
masyarakat perlu dimasukkan dalam pembangunan dan penyediaan jamban
agar sarana yang dibangun dapat dimanfaatkan.
PBB bersama Bank Dunia bertekad akan menuntaskan praktik penduduk
dunia yang BAB di sembarang tempat pada 2025. Sementara itu, Pemerintah RI
melalui Kementerian Pekerjaan Umum mentargetkan akses sanitasi layak pada
2015 sebesar 70,25 persen (melebihi target MDG’s 62,41%) dan cakupan
layanan 100 persen pada 2019 sebagai pemenuhan kebutuhan dasar

1 1
masyarakat sesuai yang tertuang dalam Rancangan Rencana Program Jangka
Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019. Demi pencapaian target ini,
pemerintah telah mencanangkan program guna meningkatkan akses masyarakat
terhadap sanitasi layak, khususnya pembangunan sanitasi diperdesaan.Selama
ini banyak sarana sanitasi yang dibangun tidak digunakan dan dipelihara oleh
masyarakat sehingga pemerintah memasukkan komponen pemberdayaan
masyarakat, pembangunan dan penyediaan jamban agar sarana yang dibangun
dapat dimanfaatkan. Untuk tujuan tersebut Indonesia mengadopsi pendekatan
Community Led Total Sanitation (CLTS) yang dikenal sebagai STBM (Sanitasi
Total Berbasis Masyarakat) untuk mendapatkan pendekatan yang optimal dalam
pembangunan sanitasi diperdesaan (Kamal, 2008). CLTS merupakan suatu
upaya menghilangkan perilaku buang air besar sembarangan (BABS) melalui
perubahan kesadaran masyarakat atau sisi permintaan (demand). Hal ini
berbeda dengan pendekatan sebelumnya yang menekankan pada sisi
penawaran (supply), yaitu menyediakan subsidi baik berupa dana maupun
jamban/toilet. Asumsi utama dari CLTS bahwa perilaku BABS disebabkan oleh
masih rendahnya kesadaran masyarakat dan bukan karena faktor akses kepada
fasilitas (Utomo dkk, 2011).
Tahun 2010 awal, CTLS telah diimplementasikan kepada 2.000
masyarakat di wilayah Jawa Timur, sekitar 700.000 masyarakat telah
memperoleh peningkatan akses sanitasi dan 35% dari seluruh masyarakat
dipicutelah menjadi ODF (open defecation free).Meskipun demikian persentase
untuk menjadi ODF di berbagai kabupaten bervariasi antara 10-95% (Mukherjee,
2012). Berdasarkan data Puskesmas Sumbermanjing Kulon, Kecamatan Pagak,
Kabupaten Malang, dari 4 desahanya ada 23,38% KK yang memiliki jamban dan
dari hasil survey 4 RT di desa Sumbermanjing Kulon, 26% warga memiliki
kebiasaan buang air besar di sungai. Hal ini diakibatkan ketidaktersediaan
jamban di rumah dan jarak rumah dengan sungai yang dekat.Oleh karena itu,
dalam rangka mendukung program CTLS dan mengatasi permasalahan di desa
Sumbermanjing Kulon, kami dari Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya
berupaya untuk meningkatkan kesadaran warga desa Sumbermanjing Kulon
untuk memiliki jamban sendiri dan pentingnya menghentikan perilaku BABS
melalui gerakkan “Injak Jamban”

2
1.2 Tujuan Kegiatan
1.2.1 Tujuan Umum
Menurunkan kejadian warga yang memiliki perilaku BABS sebesar 10%
dalam waktu 1 tahun di Desa Sumbermanjing Kulon, Kecamatan Pagak,
Kabupaten Malang

1.2.2 Tujuan Khusus


1. Meningkatkan pengetahuan kader dan warga Desa Sumbermanjing
Kulon akan bahaya perilaku BABS bagi kesehatan dan lingkungan,
sehingga diharapkan akan ada perubahan sikap dan perilaku BABS
2. Meningkatkan kesadaran dan memicu keinginan warga Desa
Sumbermanjing Kulon untuk membangun jamban pribadi.

1.3 Sasaran
Sasaran kegiatan ini adalah kader dan warga desa yang tidak memiliki
jamban di Desa Sumbermanjing Kulon, Kecamatan Pagak, Kabupaten Malang.

1.4 Manfaat Kegiatan


1.4.1.Manfaat bagi Puskesmas Sumbermanjing Kulon
Kegiatan ini diharapkan dapat menurunkan kejadian warga yang memiliki
perilaku BABS di Desa Sumbermanjing Kulon

1.4.2.Manfaat bagi Warga Desa Sumbermanjing Kulon


1. Meningkatkan pengetahuan warga akan bahaya perilaku BABS bagi
kesehatan dan lingkungan sekitar
2. Memicu peran aktif warga membangun kepemilikan jamban pribadi
sebagai sanitasi dasar.
3. Meningkatkan kesadaran warga untuk buang air besar di jamban

1.4.3.Manfaat bagi Kader Desa Sumbermanjing Kulon


Meningkatkan pengetahuan kader akan bahaya perilaku BABS bagi
kesehatan dan lingkungan sekitar

3
1.4.4.Manfaat bagi Mahasiswa
1. Melatih kemandirian mahasiswa dalam mengidentifikasi dan mencari
pemecahan masalah yang terjadi di masyarakat.
2. Meningkatkan kemampuan dalam berinteraksi dengan masyarakat
secara langsung.

4
BAB II
GAMBARAN WILAYAH

2.1 Profil Kecamatan Pagak


Kecamatan Pagak adalah salah satu dari 33 kecamatan yang ada di
Kabupaten Malang, yang terletak di bagian selatan Kabupaten Malang.Batas
wilayah Kecamatan Pagak adalah Kecamatan Kepanjen di sebelah utara,
Kecamatan Kalipare disebelah barat, Kecamatan Donomulyo Selatan di sebelah
utara, dan Kecamatan Bantur di sebelah timur.

Gambar 2.1 Peta Kecamatan Pagak

5 5
Wilayah Kecamatan Pagak secara administratif dibagi menjadi 8 Desa
yaitu Desa Sumbermanjing Kulon, Desa Pagak, Desa Sumberrejo, Desa Sempol,
Desa Tlogorejo, Desa Sumberkerto, Desa Pandanrejo, dan Desa Gampingan.
Letak geografi seluruh desa berada di dataran dengan topografi desa tergolong
dataran. Luas kecamatan Pagak secara keseluruhan adalah sekitar 90,08 km 2
atau sekitar 3,03 % dari total luas Kabupaten Malang. Wilayah kecamatan Pagak
memiliki 2 puskesmas yaitu Puskesmas Pagak dan Puskesmas Sumbermanjing
Kulon.

2.2 Puskesmas Sumbermanjing Kulon


2.2.1 Luas Wilayah Kerja
Puskesmas Sumbermanjing Kulon mempunyai luas wilayah kerja yang
meliputi 4 Desa, yakni:
1) Desa Sumbermanjing Kulon
2) Desa Pandanrejo
3) Desa Sempol
4) Desa Sumberkerto
Puskesmas Sumbermanjing Kulon dipimpin oleh seorang Kepala
Puskesmas, dan membawahi 7 unit kerja, yaitu unit P2 (Pemberantasan
Penyakit), unit PK3, unit PKR, unit Kesling Penyakit dan PSN, unit perawatan,
unit penunjang dan unit Pelaksana yang terdiri dari 1 Pustu (Puskesmas
Pembantu), 3 Polindes, dan 4 Ponkesdes yang tersebar di 4 desa.Puskesmas
Sumbermanjing Kulon memiliki 1 Puskesmas Pembantu (Pustu), yakni Pustu
Sempol.Berikut ini adalah distribusi jumlah RT, RW, KK dan penduduk Per-
Kelurahan di wilayah kerja Puskesmas Sumbermanjing Kulon.

Tabel 2.1 Distribusi Jumlah Penduduk Per-Desa Di Wilayah Kerja Puskesmas


Sumbermanjing Kulon
Jumlah
No Desa
RW RT KK Penduduk
1. Sumbermanjing Kulon 15 58 2412 8681
2. Pandanrejo 6 24 807 2688
3. Sempol 9 35 1726 6963
4. Sumberkerto 7 28 1210 4114
Jumlah 36 145 6155 22446

6
Pada tabel 2.1 diatas dapat diketahui bahwa lingkungan kerja Puskesmas
Sumbermanjing Kulon meliputi 36 RW, 145 RT, dengan jumlah KK sebesar 6.155
KK dan total jumlah penduduk sebanyak 22.446 jiwa.

2.2.2 Data Demografi


Data demografi di wilayah kerja Puskesmas Sumbermanjing Kulon secara
umum dapat dirangkum sebagai berikut:

Tabel 2.2Data Demografi Wilayah Kerja Puskesmas Sumbermanjing


Kulon Tahun 2014
No. Keterangan Jumlah Satuan
1. Jumlah Penduduk Seluruhnya 22.446 Orang
1.1 Laki-laki 10.495 Orang
1.2 Perempuan 11.951 Orang
2. Jumlah Bayi 291 Bayi
3. Jumlah Anak Balita (1 – 4 tahun) 761 Balita
4. Jumlah Anak Pra Sekolah (5 – 6 tahun) 1.522 Anak
5. Jumlah Wanita Usia Subur (10 – 49 tahun) 4.861 Orang
6. Jumlah Ibu Hamil 320 Orang
7. Jumlah Ibu Hamil Miskin 64 Orang
8. Jumlah Ibu Nifas 300 Orang
9. Jumlah Ibu Meneteki 592 Orang
10. Jumlah Penduduk Lansia
a. Pralansia 1.252 Orang
b. Lansia 3.925

7
Tabel 2.3 Presentase Penduduk Laki-Laki dan Perempuan Berusia 10 Tahun Keatas
Dirinci Menurut Tingkat Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan dan Kecamatan
Puskesmas Sumbermanjing Kulon Tahun 2014

Laki-laki Perempuan
Tida Tid Tida Tid
k/ ak/ k/ ak/
belu bel SL Dipl belu bel SL Dipl
N SL SL
Desa m um SD TP/ oma m um SD TP/ oma
o TA/ TA/
per ta /MI MT & per ta /MI MT &
MA MA
nah ma S PT nah ma S PT
sek t sek t
olah sd olah sd
1 Sumber
28 12 45 12 32 11 43
. manjing 446 300 446 80 254
6 00 8 00 0 00 0
Kulon
2 Pandanr 13 65 13 26 20 65 14 25
15 49 16 40
. ejo 6 3 5 9 5 6 3 6
3 28 13 49 47 35 16 55 48
Sempol 456 95 631 142
. 8 52 9 1 2 35 7 6
4 Sumber 21 13 17 22 12 17
132 41 7 191 24 3
. kerto 9 81 0 2 70 0
1.04 94 4.5 1.2 1.9 1.28 1.0 4.6 1.3 85
Jumlah 451 439
9 9 86 62 81 4 99 61 00 5

8
2.2.3. Data Sarana Umum dan Sarana Kesehatan

Tabel 2.4 Distribusi Jumlah Sarana Umum Di Wilayah kerja Puskesmas


Sumbermanjing Kulon Tahun 2014

Jumlah
Warung Kantin
Kelurahan Terminal Pasar Mushola Masjid Ponpes
makan sekolah
Sumbermanjing 15 11 0 1 15 5 1
Kulon
Pandanrejo 10 3 0 0 8 2 0
Sempol 15 5 0 1 12 4 1
Sumberkerto 8 4 0 0 10 3 0
Jumlah 45 23 0 2 45 14 2

Tabel 2.5Distribusi Jumlah Posyandu dan Institusi Pelayanan Kesehatan Di


Wilayah kerja Puskesmas Sumbermanjing Kulon Tahun 2014
Jumlah
Kelurahan Posyandu Dokte PKM Pustu Polindes Ponkesdes BPS BP
r
Sumbermanjin 11 1 1 1 1 3 4
g Kulon
Pandanrejo 4 1 1 1
Sempol 8 1 1 1
Sumberkerto 4
Jumlah 27 1 1 1 3 4 4 5

Tabel.2.5 mendeskripsikan bahwa sarana pelayanan kesehatan di wilayah


Puskesmas Sumbermanjing Kulon selain Puskesmas sendiri, sudah cukup banyak
jumlahnya sehingga memudahkan masyarakat menjangkau pelayanan kesehatan
yang dibutuhkan.Meskipun demikian, kesulitan yang tetap dihadapi masyarakat
adalah keterjangkauan dalam hal retribusi pelayanan kesehatan itu sendiri
terutama yang di luar pelayanan puskesmas.

9
2,2.4 Data Peran Serta Masyarakat

Tabel 2.6 Data Peran Serta Masyarakat Di Wilayah Kerja


Puskesmas Sumbermanjing Kulon Tahun 2014
Keterangan Jumlah
Posyandu balita 27
Posyandu lansia 19
Kader Kesehatan 135
Guru UKS 24
Kader Lansia aktif 57
Panti Karang Werda 2

Berdasarkan tabel 2.6 dapat disimpulkan bahwa peran serta masyarakat di


lingkungan kerja Puskesmas Sumbermanjing Kulon bermacam-
macam.masyarakat berperan serta dalam sebagian besar program kesehatan
yang diselenggarakan puskesmas seperti program KIA & KB, perbaikan gizi,
peningkatan kesehatan lingkungan, peningkatan, dan pemeliharaan kesehatan
baik bagi bayi, balia, dan lansia melalui posyandu yang rutin diselenggarakan.
Selain itu, upaya peningkatan dan pemeliharaan kesehatan di sekolah melalui
UKS, KKR, dan UKGS. Program tersebut ikut serta memberdayakan masyarakat
untuk sadar dan mau berperan aktif menjaga dan meningkatkan kesehatan baik
bagi keluarganya maupun masyarakat luas

Tabel 2.7Distribusi Jumlah Kader Di Wilayah Kerja Puskesmas Sumbermanjing


Kulon Tahun 2014
Jumlah Kader
Kelurahan
Ada Terlatih Aktif
Sumbermanjin 30 30 30
g Kulon
Pandanrejo 9 9 9
Sempol 9 9 9
Sumberkerto 9 9 9
Jumlah 57 57 57

2.3 Profil Desa Terpilih (Desa Sumbermanjing Kulon)


Desa Sumbermanjing Kulon terbagi atas 2 dusun yaitu Dusun Kulon Kali
dan Dusun Krajan dengan luas wilayah 1.026 Ha dan kepadatan penduduk 8
km2. Desa ini terdiri dari 15 RW, 58 RT, dan 2.412 KK, dimana Desa
Sumbermanjing Kulon merupakan desa yang paling banyak jumlah

10
penduduknya.Mata pencaharian utama dari warga adalah petani. Dibandingkan
dengan desa yang lain, Desa Sumbermanjing Kulon lebih berkembang dalam
sektor ekonomi dan pendidikan. Rata-rata pendidikan warga adalah SLTA/ MA.

11
BAB III
METODE PENGUMPULAN DATA

3.1 Metode Pengumpulan Data


Data yang digunakan dalam diagnosis komunitas adalah data primer dan
data sekunder. Data sekunder diperoleh dari 1) Wawancara dengan kepala
puskesmas, 2) Wawancara dengan pemegang program promosi kesehatan, dan
3) Laporan Tahunan Puskesmas Sumbermanjing Kulon Tahun 2014.Data primer
diperoleh dari penyebaran kuisioner kepada warga Desa Sumbermanjing Kulon.
Pada penelitian ini menggunakan populasi warga Desa Sumbermanjing
Kulon karena berdasarkan data kepemilikan jamban, desa ini memiliki jumlah
jamban yang lebih sedikit dibandingkan desa lain. Selain itu lokasi desa ini dekat
dengan puskesmas. Jumlah sampel yang harus disurvei ditentukan dengan
menggunakan rumus Slovin (Setiawan, 2007):

Dimana n = jumlah sampel, N = jumlah populasi, e = tingkat kesalahan (tingkat


kesalahan kami batasi sebesar 5%).

Jumlah RT di Desa Sumbermanjing adalah 48, dan dari hasil non random
sampling ada 4 RT yang diambil sebagai jumlah populasi yaitu RT 26 (40 KK),
RT 28 (53 KK), RT 35 (35 KK), RT 36 (55 KK).Sehingga, jumlah populasi sampel
156 KK.Berdasarkan rumus di atasdidapatkan jumlah sampel yang harus disurvei
adalah 112 KK..Pengisian kuisoner dilakukan melalui wawancara langsung
dengan kepala keluarga “door to door” oleh dokter muda didampingi kader desa
dan kepala program kesahatan.Apabila kepala keluarga tidak berada di rumah
pada saat pengisian kuisioner maka yang menjadi sampel adalah orang yang
berada di rumah pada saat itu.

3.2 Metode Analisis Data


Analisa data primer dan data sekunder menggunakan metode statistik
deskriptif.

12 12
BAB IV
ANALISIS MASALAH

4.1 Hasil Analisis Data Sekunder


Berdasarkan wawancara dengan kepala puskesmas dan pemegang
program promosi kesehatan didapatkan permasalahan sebagai berikut:
1. Cakupan penemuan kasus TB BTA + menurun selama 2 tahun terakhir
(2013-2014)
2. Banyak warga yang buang air besar di sungai padahal telah memiliki
jamban
3. Angka kejadian penyakit kusta yang tinggi di Desa Sumberkerto dan
Desa Sempol
4. Penyakit terbanyak di Puskesmas Subermanjing Kulon adalah diare
dan ISPA
5. Masih banyak balita yang memiliki status gizi kurang meskipun tidak
ada balita yang memiliki status gizi buruk
Sementara itu, berdasarkan Laporan Tahunan Puskesmas Sumbermanjing
Kulon Tahun 2014, ada beberapa standar pelayanan minimal bidang kesehatan
yang belum mencapai target.Berikut adalah tabel hasil kegiatan Puskesmas
Sumbermanjing Kulon.

Tabel 4.1 Hasil Kegiatan Puskesmas Sumbermanjing Kulon Tahun 2014


Berdasarkan Standarpelayanan Minimal Bidang Kesehatan
Target Realisasi
Hasil cakupan s/d trib. IV tahun 2014
No INDIKATOR tahun
pembilang Penyebut %
2014
I PELAYANAN DASAR
1 % Cakupan kunjungan 95% 319 315 101,27
ibu hamil K-4
2 % Cakupan komplikasi 90% 62 63 98,47
kebidanan yang
ditangani
3 Cakupan pertolongan 95% 300 300 100
persalinan oleh bidan /
tenaga kesehatan yang
kompeten
4 % Cakupan pelayanan 95% 300 300 100

13
13
nifas
5 % Cakupan neonatus 90% 33 42 78,57
dengan komplikasi
yang ditangani
6 % Cakupan kunjungan 90% 298 279 106,81
bayi
7 % Cakupan Desa / 100% 3 4 75,00
kelurahan Universal
Child Immunization
8 % Cakupan pelayanan 90% 1122 1130 99,29
anak balita
9 % Cakupan pemberian 25% 7 7 100
makanan pendamping
ASI anak usia 6-24 bln
keluarga miskin
10 % Cakupan balita gizi 100% 0 0 100
buruk mendapat
perawatan
11 % Cakupan 100% 306 306 100
penjaringan kesehatan
siswa SD & setingkat
12 % Cakupan peserta 75% 2874 3713 77,40
aktif KB
13 % Cakupan penemuan
& penanganan
penderita penyakit
a. AFP rate per >2 0 - ~
100.000
penduduk <
15thn
b. Penemuan 20% 3 3 100
penderita
pneumonia
balita
c. Penemuan 45% 9 21 42,86
pasien baru TB
BTA positif
d. Penderita DBD 100% 27 27 100
yang ditangani
e. Penemuan 60% 326 1760 18,52

14
penderita diare
% Cakupan pelayanan 45% 172 6,165 27,12
kesehatan dasar pasien
masyarakat miskin
II PELAYANAN KESEHATAN RUJUKAN
14 % Cakupan pelayanan 20% 371 6165 6,02
kesehatan rujukan
pasien masyarakat
miskin
15 % Cakupan pelayanan 100% 0 0 0
Gawat Darurat level 1
yang harus diberikan
Sarana Kesehatan (RS)
di kab./kota
III PENYELIDIKAN EPIDEMIOLOGI & PENANGGULANGAN KLB

16 % Cakupan desa / 100% 0 0 0


kelurahan mengalami
KLB yang dilakukan
penyelidikan
Epidemiologi <24jam
IV PROMOSI KESEHATAN &PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

17 % Cakupan desa siaga 40% 2 4 50


aktif

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat adalah wujud keberdayaan masyarakat


yang sadar, mau dan mampu mempraktekkan PHBS.Dalam hal ini ada 5
program priontas yaitu KIA, Gizi, Kesehatan Lingkungan, Gaya Hidup, Dana
Sehat / Asuransi Kesehatan / JPKM.Tabel 3.2 menunjukkan 16 indikator perilaku
hidup sehat dan presentase pencapaian di Desa Sumbermanjing Kulon.

Tabel 3.2 PHBS Tatanan Rumah Tangga Desa Sumbermanjing Kulon Tahun
2014
No Indikator Realisasi Tahun 2014 Presentase
I KIA dan Gizi
1 Persalinan oleh Dari 165 ibu bersalin, 165 100%
Nakes ditolong oleh Nakes
2 ASI eksklusif Dari 119 bayi, 55 bayi diberikan 46,22%
ASI eksklusif

15
3 Penimbangan Balita Dari 507 balita, 468 balita 92,31%
ditimbang
Dari 507 balita yang ditimbang, 4 6,31%
balita termasuk BGM dan 28
balita termasuk BGT
Dari 507 balita, 323 balita
mengalami kenaikan berat 63,71%
badan
II Kesling
4 Air Bersih Dari 2.316 KK, 1.975 KK 85,3%
memiliki akses air bersih,
dengan rincian sebagai berikut:
 PAM = 1.787 KK
 Sumur gali = 168 KK
 Sumur pompa tangan = 5
KK
 Penampungan mata air =
15 KK
5 Jamban Sehat Dari 8.083 KK, jumlah KK yang 20,60%
memiliki jamban sehat 1.665 KK
III Gaya Hidup
6 Cuci Tangan Dari 378 responden, 375 99,21%
responden melakukan kebiasaan
mencuci tangan
7 Aktifitas Fisik Dari 378 responden, 298 78,84%
responden melakukan kebiasaan
mencuci tangan
8 Tidak merokok Dari 378 responden, 153 40,48%
responden tidak merokok dalam
rumah
9 Makan buah dan Dari 378 responden, 312 82,54%
sayur responden rutin makan sayur
dan buah
IV Upaya Kesehatan
10 PSN Dari 2.318 KK yang diperiksa, 46%
(Pemberantasan 1.055 KK memiliki bangunan
Sarang Nyamuk) bebas jentik

16
Berdasarkan data Nasional Statististik STBM tahun 2015, dari 25.153
warga, 6.718 warga desa cakupan puskesmas Sumbermanjing Kulon yang
memiliki perilaku BABS sebesar 26,66%. Hal ini didukung oleh ketersediaan
jamban sehat yang masih rendah, berdasarkan tabel 4.2 dapat dilihat dari
keempat desa cakupan puskesmas Sumbermanjing Kulon, Desa Sumbermanjing
Kulon yang memiliki jumlah jamban sehat lebih rendah dibandingkan desa
lainnya

Tabel 4.2 Keluarga dengan Kepemilikan Jamban Menurut Kecamatan dan Desa
Puskesmas Sumbermanjing Kulon Tahun 2014
Jamban
Jumlah
No. Desa Jumlah KK Jumlah KK % KK
KK
Diperiksa Memiliki Memiliki
1. Sumbermanjing 8,083 287 1665 20.60
Kulon
2. Pandanrejo 2,698 170 687 25.46
3. Sempol 5,363 459 1492 27.82
4. Sumberkerto 4,047 95 876 21.65
Jumlah 20191 1011 4720 23.38
Dari seluruh data sekunder yang telah dikumpulkan, ada 7 hal utama
yang menjadi permasalahan di Desa Sumbermanjing Kulon yaitu:
1. Cakupan neonatus dengan komplikasi yang ditangani belum
memenuhi target
2. Cakupan desa UCI belum memenuhi target
3. Penemuan pasien baru TB BTA positif yang menurun
4. Penemuan penderita diare yang rendah
5. Perilaku BABS warga yang masih tinggi
6. Masih banyak orang yang merokok dalam rumah
7. Bangunan yang bebas jentik masih rendag
Ketujuh permasalahan komunitas di atas kami urutkan dengan
menggunakan metode NGT (Nominal Group Technique) untuk menentukan
prioritas masalah.NGT mencakup kriteria magnitude(berapa banyak orang yang
terkena dampak dari masalah), seriousness(tingkat keparahan), dan feasibility
(pencegahan/ intervensi yang mungkin dilakukan untuk mengatasi
masalah).Jumlah wakil yang dipilih untuk metode skoring ini ada 8 orang, yaitu 4
orang dokter muda, 2 wakil puskesmas, dan 2 orang wakil masyarakat desa.

17
Tabel 4.3Skoring Permasalahan Komunitas di Puskesmas Sumbermanjing Kulon Tahun 2014
DM 1 DM 2 DM 3 DM 4 SP1 SP 2 W1 W2 To Priorit
No Masalah
M S F M S F M S F M S F M S F M S F M S F M S F tal as
1. Masih rendahnya cakupan penemuan
kasus TB BTA + sebesar 42,8% dari 4 4 3 2 3 2 3 4 2 3 3 4 4 5 2 4 5 2 4 4 4 5 3 3 57 3
target 45% di akhir tahun 2014
2. Jumlah warga Desa Sumbermanjing
Kulon yang memiliki perilaku BABS 5 3 4 3 2 4 4 2 4 5 4 4 4 3 2 3 3 2 5 3 5 5 4 4 60 1
sebesar 26,66%
3. Masih rendahnya cakupan penemuan
dan penanganan diare sebesar 18,52% 3 3 4 3 2 2 3 2 5 4 4 3 4 5 3 4 5 3 5 3 3 4 3 3 59 2
dari target 60% di akhir tahun 2014
4. Rendahnya cakupan Desa UCI
(Universal Child Immunization) sebesar
3 3 4 1 4 2 3 2 3 3 3 3 2 5 2 3 5 2 3 4 3 4 3 3 51 4
75% dari target 100% di akhir tahun
2014
5. Jumlah balita BGM dan BGT
meningkat dari tahun 2013 sebesar 4 4 4 1 3 4 1 3 3 3 4 3 3 5 2 3 5 2 4 4 4 4 3 3 55 5
6,8% dari 1.140 balita yang ditimbang.
6 Dari 378 responden, hanya 40,48%
3 3 2 3 3 4 1 4 3 3 2 3 3 4 1 4 3 3 2 3 3 4 1 4 47 7
yang tidak merokok dalam rumah
7 Dari 2.318 KK yang diperiksa, hanya
46% yang memiliki bangunan bebas 3 3 4 1 4 2 3 2 3 3 3 3 2 3 3 4 1 4 3 3 2 3 3 4 50 6
jentik

18
Keterangan:
DM1 : Dokter Muda 1
DM2 : Dokter Muda 2
DM3 : Dokter Muda 3
DM4 : Dokter Muda 4
SP1 : Staff Puskesmas 1
SP2 : Staff Puskesmas 2
W1 : Warga 1
W2 : Warga 2

Dari skoring tersebut, prioritas permasalahan utama jumlah warga Desa Sumbermanjing Kulon yang memiliki perilaku BABS
sebesar 26,66%sehingga memerlukan intervensi dalam mengatasi permasalahan tersebut. Dalam rangka menyusun program
intervensi yang sesuai maka perlu mengindentifikasi faktor risiko dari perilaku BABS, sehingga kegiatan selanjutnya
adalahpengumpulan dan analisis data primer

19
4.2 Hasil Analisis Data Primer
Kuisioner diperoleh dari 112 KK dengan rincian 40 KK dari RT 26, 17 KK
dari RT 28, 34 KK dari RT 25, dan 21 KK dari RT 36.
I. Karakteritik Responden

Jenis Kelamin Pekerjaan


Laki-laki Perempuan 1%
8%
20%

Pegawai negeri Pegawai swasta


20%

Wiraswasta Petani
46%

54% Buruh Ternak


21%

Tidak bekerja Lain-lain


24%
6%

Penghasilan Keluarga

8%

35% < Rp 300.00,00


22% Rp 300.000,00 – 599.000,00.
Rp 600.000,00 – 1.000.000,00
> Rp 1.000.000,00
tidak diisi

10%

25%

II. Sikap dan Perilaku

20
Kepemilikan Jamban Tempat Buang Air Besar

Iya Tidak 1%1%

Jamban leher angsa


26%
Jamban plengsengan
31%
Jamban cubluk

Sungai/kolam
1%
4% Tanah/kebun
67%
69%
Lain-lain

21
Kebiasaan Buang Air Besar di Sungai

21%

Selalu
Sering
Kadang-kadang
50%
9% Jarang
Tidak pernah

12%

8%

Alasan Memilih Buang Air Besar di Sungai


Tidak mempunyai jamban sendiri
di rumah
16%
Jarak rumah dengan sungai
dekat
30%
2% Jarak rumah dengan WC umum
jauh
4%
Jamban di rumah kotor
4%   Jamban di WC umum kotor
Tidak ada peraturan yang
1% melarang buang air besar di
2% sungai
Tidak ada keluarga/ tetangga
yang mengingatkan
WC umum antri
Lain-lain
40%

22
Keinginan Buang Air Besar di Sungai Tindakan Jika Melihat Orang
Setelah Mempunyai Jamban Buang Air Besar di Sungai

Iya Tidak Menegur Melaporkan


Diam saja

29% 18%

71%
82%

Kebiasaan Cuci Tangan Setelah Buang Air Besar


1%1%

15%
Selalu
Sering
Kadang-kadang
Jarang
Tidak pernah

83%

23
Sumber Air Minum Keluarga

12% Air sungai


5% PAM
34% PMA
Sumur gali
12%
Sumur pompa
Air tampungan hujan
Lain-lain
3%
34%

Air sungai aman digunakan untuk Buang air besar di tempat terbuka
tempat mencuci bahan makanan seperti sungai lebih nyaman
(seperti sayuran, buah, beras, dll) daripada buang air di jamban
1%
7% 9% 6%
7% STS STS
TS 22% TS
R R
S S
SS SS

14%
56%

77%

24
Jika Bapak/Ibu melihat ada orang Jika Bapak/Ibu melihat anggota
lain yang buang air di sungai atau di keluarga buang air besar di sungai
tempat terbuka lainnya, Bapak/ibu atau tempat terbuka lainnya,
merasa biasa saja. Bapak/Ibu merasa biasa saja
4% 2% 1%
STS 8% STS
TS TS
18%
R R
S S
38%
SS 27% SS
49%
28%

27%

25
Peraturan dilarang buang air besar Penyuluhan kesehatan mengenai
di sungai perlu diterapkan di bahaya buang air besar
lingkungan tempat tinggal Bapak/Ibu sembarangan perlu diadakan di
lingkungan tempat tinggal

7% 1%
STS 6% 6% STS
21% TS TS
R R
S S
SS SS
11%

61%

87%

Air sungai aman digunakan untuk sumber air minum


3%
5%
16%
STS
TS
R
S
SS

76%

III. Pengetahuan

26
Tujuan Menggunakan Jamban Pilihan Jawaban:
a. Menjaga lingkungan bersih (25)
b. Tidak mencemari sumber air (25)
19%
c. Tidak mengundang lalat/
29%
0 jawaban benar
serangga yang menjadi sumber
1 jawaban benar penularan penyakit (25)
2 jawaban benar d. Menjaga lingkungan tidak berbau
3 jawaban benar
4 jawaban benar
(25)
24%
9%

19%

Akibat dari Perilaku Buang Air Besar Sembarangan Pilihan Jawaban:


a. Mencemari sungai (33,33)
5% b. Menimbulkan penyakit (33,33)
c. Merusak keindahan lingkungan
(33,33)
0 jawaban benar d. Lain-lain, sebutkan...
44%
31% 1 jawaban benar
2 jawaban benar
3 jawaban benar

20%

Penyakit Akibat Buang Air Besar Sembarangan Pilihan Jawaban:


a. Gatal-gatal di kulit (33,33)
b. Sakit perut
23% c. “Mencret-mencret” / diare (33,33)
27%
d. Cacingan (33,33)
0 jawaban benar e. Batuk/pilek
1 jawaban benar
2 jawaban benar
f. Pusing-pusing
3 jawaban benar g. Lain-lain, sebutkan...

17%

32%

27
Pembuangan Akhir Tinja Pilihan Jawaban:
a. Kolam
b. Got
c. Sungai
29%
d. Septic tank (100)
benar
salah

71%

Kepanjangan MCK Pilihan Jawaban:


a. Mandi, Cuci, Kakus (100)
b. Membersihkan, Cuci,Kebersihan
c. Mandi, Cuci, Kebersihan

38%
benar
salah

62%

Urutan Cuci Tangan 6 Langkah


Pilihan Jawaban:

4%

1 3 5
benar
salah

2 4 6

Benar : 1 – 3 – 5 – 2 – 4 – 6
96%

28
Waktu Mencuci Tangan Pilihan Jawaban:
2% a. Sebelum makan (25)
12%
b. Sebelum tidur
c. Setelah buang air besar (25)
0 jawaban benar 1 jawaban benar d. Sebelum menyiapkan makanan
(25)
14%
2 jawaban benar 3 jawaban benar
e. Setelah menyentuh binatang (25)

62% 4 jawaban benar


11%

Usaha Menjaga Kebersihan Sungai Pilihan Jawaban:


a. Tidak buang air besar dii sungai
5%
(33,33)
b. Tidak mencuci baju di sungai
0 jawaban benar (33,33)
c. Tidak mandi di sungai (33,33)
1 jawaban benar
47% 37% d. Tidak memancing di sungai
2 jawaban benar

3 jawaban benar

11%

Syarat Jamban Sehat Pilihan Jawaban:


2% a. Tidak berbau (25)
b. Cukup penerangan (25)
0 jawaban benar c. Tersedia air dan alat pembersih
(25)
30% 1 jawaban benar
38% d. Jamban mudah dibersihkan (25)
2 jawaban benar

3 jawaban benar

4 jawaban benar

16%
14%

29
Tempat Buang Air Besar yang Benar Pilihan Jawaban:
a. Jamban leher angsa (50)
11% 11% b. Jamban plengsengan (50)
c. Jamban cubluk/ cemplung.
d. Sungai
0 jawaban benar e. Kolam.
1 jawaban benar f. Tanah.
2 jawaban benar

79%

Penyakit Akibat Tidak Mencuci Tangan Pilihan Jawaban:


a. Cacingan (50)
7%
b. Mencret-mencret/ diare (50)
c. Sakit kuning
d. Panas
41% 0 jawaban benar
1 jawaban benar
2 jawaban benar

52%

Kategori Total Nilai Pengetahuan


Tinggi (≥75) Sedang (50-75) Rendah (<50)

26%
29%

46%

30
Berdasarkan data primer yang didapatkan melalui wawancara kuisioner
dengan responden yaitu 54% perempuan dan 46% laki-laki.Hal ini dikarenakan
saat dilakukan wawancara yang berada di rumah lebih dari setengah adalah
perempuan sedangkan laki-laki masih bekerja. 24% pekerjaan warga di Desa
Sumbermanjing Kulon adalah petani sedangkan 21% tidak bekerja karena
responden adalah seorang ibu rumah tangga.20% pekerjaan responden adalah
wiraswasta dan lain-lain, contoh pekerjaan lain-lain warga adalah penjahit, kuli
bangunan, guru, dll. Sedangkan 8% lainnya adalah pegawai swasta, 6% buruh, 1
% pegawai negeri dan tidak ada responde yang bekerja sebagai peternak.
Sebagian besar responden dapat membaca dan menulis dengan 23% tamat
SD/MI, 17% tamat SLTP/MTs, 16% tidak tamat SD, tamat SLTA/MA dan tidak
diisi karena responden menolak untuk menjawab. Sedangkan sisanya 9% tamat
diplomat/perguruan tinggi dan 3% tidak pernah sekolah. Penghasilan keluarga
pada responden tergolong rendah yaitu sebanyak 35% berpenghasilan
<300.000, 25% berpenghasilan 300.000-599.000, 22% dengan penghasilan
>1.000.000, 10% penghasilannya 600.000-1.000.000 dan 8% sisanya tidak diisi,
hal ini dikarenakan penghasilan repsonden yang umumnya tidak tetap per
bulannya karena beberapa responden bekerja pada saat ada yang menawarkan
pekerjaan.
Dari hasil wawancara kuisioner tentang sikap dan perilaku 69% responden
memiliki jamban dan 31% tidak memiliki jamban. Tempat buang air besar
sebanyak 67% menggunakan jamban leher angsa baik jamban milik sendiri
maupun jamban umum, 26% masih menggunakan sungai/kolam sebagai tempat
buang air besar, 4% menggunakan jamban plengsengan dan 1% menggunakan
jamban cubluk, tanah/kebun, dan lain-lain yaitu sawah. 50% responden tidak
pernah memiliki kebiasaan buang air besar di sungai, 21% selalu membuang air
besar di sungai, 12% responden terkadang masih buang air besar di sungai, 9&
sering dan 8% jarang, hal ini dikarenakan banyak faktor, seperti 41%
dikarenakan jarak rumah dengan sungai yang dekat. Responden yang menjawab
alasan memilih buang air besar di sungai karena tidak mempunyai jamban
sendiri di rumah sebanyak 30%, 16% alasannya adalah lain-lain dimana
sebagian responden menjawab karena mengantri di rumah karena jamban yang
dimiliki hanya satu sedangkan anggota keluarga dalam satu rumah banyak. 4%
dari responden menjawab karena tidak adanya peraturan yang melarang buang
air besar di sungai dan tidak ada keluarga.tetangga yang melarang buang air

31
besar di sungai, 2% karena WC umum antri dan jarak rumah dengan WC umum
jauh, 1% karena jamban di WC umum kotor dan tidak ada responden yang
menjawab jamban di rumah kotor. Sebagian besar responden yaitu sebanyak
71% mengaku tidak ingin buang air besar di sungai jika mereka mempunyai
jamban tetapi 29% tetap ingin buang air besar meskipun sudah mempunyai
jamban nantinya, hal ini dikarenakan responden sudah terbiasa untuk
membuang air besar di sungai dan merasa sulit untuk mengubah kebiasaan
tersebut. Tindakan responden jika melihat orang buang air besar di sungai
sebanyak 82% diam saja, 18% menegur dan 0% responden yang akan
melaporkan. Untuk kebiasaan mencuci tangan setelah buang air besar 83%
responden selalu mencuci tangan, 15% sering, 1% kadang-kadang dan jarang
sedangkan tidak ada responden yang tidak pernah mencuci tangan setelah
buang air besar. Sumber air minum keluarga 34% adalah PAM dan sumur
gali,12% menggunakan sumur pompa dan lain-lain yaitu menggunakan air
kemasan/gallon. 5% responden menggunakan air tampungan hujan sebagai
sumber air minum, 3% dengan penampungan mata air dan 0% yang
menggunakan air sungai.
Untuk pertanyaan air sungai aman digunakan untuk sumber air minum 76%
responden manjawab tidak setuju, 16% sangat tidak setuju, 5% ragu-ragu, 3%
setuju dan tidak ada responden yang menjawab sangat setuju.Sedangkan jika air
sungai digunakan untuk mencuci bahan makanan seperti buah dan sayur
responden yang menjawab sangat setuju sebanyak 0%, setuju 7%, ragu-ragu
juga 7%, tidak setuju sebanyak 77% dan 9% sangat tidak setuju. 56% tidak
setuju jika buang air besar di tempat terbuka seperti sungai lebih nyaman
daripada di jamban, 23% responden setuju, 14% ragu-ragu, 6% sangat tidak
setuju dan 1 % sangat setuju. Jika responden melihat orang lain buang air besar
di sungai atau tempat terbuka lainnya responden yang sangat tidak setuju
merasa biasa saja sebanyak 2%, responden yang tidak setuju merasa biasa saja
18%, ragu-ragu 28%, 49% setuju dan 3% sisanya sangat setuju. Berbeda jika
yang dilihat responden adalah anggota keluarganya 37% responden setuju
merasa biasa saja, 27% tidak setuju dan ragu-ragu merasa biasa saja, 8%
sangat tidak setuju dan 1% sangat setuju. 61% responden setuju jika terdapat
peraturan dilarang buang air besar di sungai, 21% tidak setuju karena merasa
tidak menguntungkan bagi mereka yang tidak memiliki jamban sendiri, 11% ragu-
ragu, 7% sangat setuju dan tidak ada responden yang sangat tidak setuju. Dan

32
87% setuju jika diadakan penyuluhan kesehatan mengenai bahaya buang air
besar sembarangan, 6% responden ragu-ragu dan sangat setuju, 1% tidak setuju
dan 0% responden yang menjawab sangat tidak setuju.
Berdasarkan kategori nilai pengetahuan didapatkan 45% mempunyai
tingkat pengetahuan sedang, 29% tingkat pengetahuan rendah dan 26%
mempunyai tingkat pengetahuan tinggi. Pada pertanyaan tujuan menggunakan
jamban responden yang tidak dapat menjawab benar sama sekali sebanyak
19%, yang dapat menjawab benar 1 pertanyaan adalah 24%, 2 jawaban benar
sebanyak 19%, 3 jawaban benar 9% dan yang bisa menjawab 4 jawaban benar
adalah 29%. Responden yang menjawab 3 jawaban benar sebanyak 44%, 2
jawaban benar 20%, 1 jawaban benar 31% dan 0 jawaban benar 5% untuk
pertanyaak akibat dari perilaku buang air besar. Pengetahuan tentang penyakit
akibat buang air besar sembarangan 33% dengan 1 jawaban benar, 27% 0
jawaban benar, 23% 3 jawaban benar dan 17% 2 jawaban benar. Pembuangan
akhir tinja dengan jawaban benar di septic tank dijawab benar oleh 71%
responden dan 29% menjawab salah. 44% dengan 3 jawaban benar, 31% 1
jawaban benar, 20% 2 jawaban benar, 5 % 0 jawaban benar pada pengetahuan
tentang akibat dari perilaku buang air besar sembarangan. Penyakit akibat buang
air besar sembarangan dengan jawan 0 benar sebanyak 27%, 1 jawaban benar
33%, 2 jawaban benar 17% sedangkan untuk semua jawaban benar atau
dengan menjawab benar 3 jawaban benar sebanyak 23%. Sebanyak 62%
responden menjawab benar kepanjangan dari MCK, sedangkan 38% menjawab
salah tetapi umumnya responden sudah pernah mendengar istilah ini tetapi tidak
tahu kepanjangannya. Hanya 4% responden menjawab benar urutan cuci tangan
6 langkah, responden mengetahuinya dari membaca, menonton tv maupun
pernah diajarkan oleh mahasiswa KKN. Dan sebanyak 96% salah menjawab
urutan cuci tangan 6 langkah dan bahkan tidak pernah mendengar sama sekali
tentang cuci tangan 6 langkah. Waktu mencuci tangan dengan jawaban
terbanyak sebesar 61% dengan 4 jawaban benar, 14% 2 jawaban benar, 12% 1
jawaban benar, 11% 3 jawaban benar dan paling sedikit 0 jawaban benar
sebanyak 2%. 0 jawaban benar sebanyak 5%, 2 jawaban benar sebanyak 11%,
1 jawaban benar sebanyak 37%, dan 47% 3 jawaban benar pada pertanyaan
usaha menjaga kebersihan sungai. Syarat jamban sehat yang dijawab dengan 4
jawaban benar yaitu 38%, 3 jawaban benar yaitu 14%, 2 jawaban benar yaitu
16%, 1 jawaban benar yaitu 30% dan 0 jawaban benar 0%. Tempat buang air

33
besar yang benar dengan 78% responden menjawab 1 jawaban benar dimana
jawaban terbanyak adalah jamban leher angsa, dan 11% menjawab 1 jawaban
benar dan tidak ada yang benar sama sekali. Penyakit akibat mencuci tangan
52% menjawab 1 jawaban benar, 41% menjawab 2 jawaban benar dan 7%
menjawab 0 jawaban benar.
Berdasarkan wawancara dan laporan tersebut didapatkan 5 permasalahan
komunitas yang kami urutkan dengan menggunakan metode NGT (Nominal
Group Technique). NGT mencakup magnitude, seriousness, dan
feasibility.Jumlah wakil yang dipilih untuk metode skoring ini ada 8 orang, yaitu 4
orang dokter muda, 2 wakil puskesmas, dan 2 orang wakil masyarakat desa.
Kemudian dari hasil analisis data primer, didapatkan faktor resiko yang
dijabarkan dalam diagram Ishikawa (Fishbone).

34
Diagram Ishikawa (Fishbone)

MATERIAL METHOD

MAN

4% responden mengatakan jamban


Kurangnya edukasi mengenai dampak negatif
umum kotor dan tidak terawat
29 % responden memiliki dari BABSdari kader/ staff puskesmas
pengetahuan yang rendah tentang
bahaya BABS 31 % responden tidak memiliki
jamban di rumah
Kebiasaan masyarakat yang nyaman 4 % responden BAB di sungai karena tidak
dengan BAB di sungai ada aturan / larangan mengenai BAB di
Belum ada fasilitas WC umum atau sungai
komunal bagi warga yang belum memiliki
Warga tidak merasa malu bila BAB jamban Jumlah warga
di sungai
Sumbermanji
ng Kulon
Aliran sungai tidak deras sehingga yang memiliki
35% responden penghasilan per bulan aman untuk buang air besar
Tidak ada buku panduan/bacaan bagi
perilaku
< 300 ribu sehingga tidak cukup untuk
kader kesehatan ataupun warga yang membuat jamban pribadi BABS
berisi dampak negatif BABS 16% responden mengatakan jarak sebesar
rumah dan WC umum jauh
26,66%
Tidak ada dana untuk membangun
Tidak ada poster, spanduk, atau media WC umum 41% responden BAB di sungai akibat jarak
cetak yang ada di masyarakat terkait antara rumah dan sungai dekat
perilaku BABS

82% responden tidak menegur atau melarang


warga lain yang buang air besar sembarangan

MACHINE MONEY
ENVIRONMENT
35
Dari diagram Ishikawa didapatkan beberapa penyebab permasalahan utama.
Permasalahan kesehatan ini ditelusuri akar penyebabnya dengan metode nominal
group technic untuk menentukan prioritasnya, sebagaimana dijabarkan pada tabel 4.3.

Tabel 4.3 Penentuan Prioritas Akar Masalah


N Akar Permasalahan D1 D2 D3 D4 Jumlah
o
MAN
1 29 % responden memiliki pengetahuan yang rendah 10 9 8 11 38
tentang bahaya BABS
2 Kebiasaan masyarakat yang nyaman dengan BAB 9 8 9 8 34
di sungai
3 Warga tidak merasa malu bila BAB di sungai (biasa 12 10 11 11 44
saja)
MATERIAL
4 31 % responden tidak memiliki jamban di rumah 9 13 10 12 44
5 4% responden mengatakan jamban umum kotor 7 9 8 7 31
dan tidak terawatt
6 Belum ada fasilitas WC umum atau komunal bagi 8 6 7 8 29
warga yang belum memiliki jamban
METHOD
7 4 % responden BAB di sungai karena tidak ada 6 7 6 6 25
aturan / larangan mengenai BAB di sungai
8 Kurangnya edukasi mengenai dampak negatif dari 9 9 8 7 33
BABSdari kader/ staff puskesmas
MACHINE
9 Tidak ada buku panduan/bacaan bagi kader 9 10 9 8 36
kesehatan ataupun warga yang berisi dampak
negatif BABS
10 Tidak ada poster, spanduk, atau media cetak yang 7 8 8 6 29
ada di masyarakat terkait perilaku BABS
MONEY
11 35% responden penghasilan per bulan < 300 ribu 8 4 6 7 25
sehingga tidak cukup untuk membuat jamban
pribadi
12 Tidak ada dana untuk membangun WC umum 6 7 6 5 24
ENVIRONTMENT
13 82% responden tidak menegur atau melarang 10 9 9 8 36
warga lain yang BABS
14 41% responden BAB di sungai akibat jarak antara 6 7 6 5 24

36
rumah dan sungai dekat
15 16% responden mengatakan jarak rumah dan WC 5 3 4 5 17
umum jauh
16 Aliran sungai tidak deras sehingga aman untuk 5 9 7 6 27
buang air besar

Dari skoring tersebut, akar permasalahan adalah:


1. Warga tidak merasa malu bila BAB di sungai (biasa saja)
2. Warga tidak memiliki jamban di rumah
3. Tidak ada yang menegur atau melarang warga yang BABS
4. Tidak ada buku panduan/bacaan bagi kader kesehatan ataupun warga yang
berisi dampak negatif BABS
Dari akar masalah di atas maka kelompok penulis melakukan analisis mengenai
alternatif pemecahan masalah sebagai berikut:
1. Memberikan pengetahuan kepada warga desa akan dampak negatif dari perilaku
BABS
2. Memberikan pengetahuan kepada kader akan dampak negatif dari perilaku
BABS
3. Memberikan buku panduan bagi kader yang berisi dampak negatif dari BABS,
tujuan menggunakan jamban, pembuatan jamban sehat sederhana, jenis-jenis
dan kriteria jamban sehat, serta perilaku hidup bersih dan sehat menuju desa
ODF.
4. Memberdayakan warga desa untuk menabung agar dapat membuat jamban
pribadi
5. Advokasi pada perangkat desa agar memberlakukan peraturan dilarang buang
air besar di sungai
6. Pemberian sanksi pada warga yang BAB di sungai
Dari beberapa alternatif pemecahan masalah tersebut, akan dilakukan penilaian
prioritas dengan menggunakan metode CARL. Metode CARL dilakukan dengan
menentukan skor atas kriteria tertentu, yaitu Capability (kemampuan menjalankan
program), Accessability (kemudahan menjalankan program), Readiness (kesiapan
menjalankan program) dan Leverage (daya ungkit program dalam mengatasi
masalah). Menentukan skor atau nilai yang akan diberikan pada tiap masalah
berdasarkan kesepakatan bersama (misal telah disepakati bersama skor atau nilai
yang diberikan adalah 1-5). Semakin besar skor maka semakin besar masalahnya,

37
sehingga semakin tinggi letaknya pada urutan prioritas. Peniliaian prioritas alternatif
pemecahan masalah dengan metode CARL dapat dilihat pada tabel 4.4

Tabel
Penilaian
4.4 Prioritas Alternatif Pemecahan Masalah dengan Metode CARL

Skor Hasil Ranking


No
Alternatif Pemecahan Masalah C+A+R+
. C A R L
L
Memberikan pengetahuan kepada warga
1 desa akan dampak negatif dari perilaku 4 3 2 3 72 3
BABS
Memberikan pengetahuan kepada kader
2 4 4 3 3 144 1
akan dampak negatif dari perilaku BABS
Memberikan buku panduan bagi kader
yang berisi dampak negatif dari BABS,
tujuan menggunakan jamban, pembuatan
3 4 4 2 3 96 2
jamban sehat sederhana, jenis-jenis dan
kriteria jamban sehat, serta perilaku hidup
bersih dan sehat menuju desa ODF
Memberdayakan warga desa untuk
4 menabung agar dapat membuat jamban 3 2 2 4 48 4
pribadi
Advokasi pada perangkat desa agar
5 memberlakukan peraturan dilarang buang 2 2 1 3 12 6
air besar di sungai
Pemberian sanksi pada warga yang BAB
6 2 1 2 4 16 5
di sungai

Berdasarkan alternatif pemecahan masalah tersebut dapat dilakukan beberapa


kegiatan sebagai berikut:
1. Materi mengenai dampak negatif dari perilaku BABS kepada kader
2. Pembagian buku panduan kepada kader

38
BAB V
TINJAUAN PUSTAKA

5.1 Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)


Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) adalah semua perilaku kesehatan
yang dilakukan atas kesadaran sehingga anggota keluarga atau keluarga dapat
menolong dirinya sendiri di bidang kesehatan dan dapat berperan aktif dalam
kegiatan – kegiatan kesehatan dan berperan aktif dalam kegiatan–kegiatan
kesehatan di masyarakat (Kepmenkes,2008).
PHBS di Rumah Tangga adalah upaya untuk memberdayakan anggota
rumah tangga agar tahu, mau dan mampu melaksanakan perilaku hidup bersih
dan sehat serta berperan aktif dalam gerakan kesehatan di masyarakat.PHBS di
Rumah Tangga dilakukan untuk mencapai Rumah Tangga Sehat.Rumah tangga
sehat berarti mampu menjaga, meningkatkan, dan melindungi kesehatan setiap
anggota rumah tangga dari gangguan ancaman penyakit dan lingkungan yang
kurang kondusif untuk hidup sehat (Lely H, 2011).
PHBS merupakan salah satu strategi yang dapat ditempuh untuk
menghasilkan kemandirian di bidang kesehatan baik pada masyarakat maupun
pada keluarga, artinya harus ada komunikasi antara kader dengan
keluarga/masyarakat untuk memberikan informasi dan melakukan pendidikan
kesehatan (Sitinjak, 2011).

5.1.1. Tujuan PHBS


1. Tujuan Umum
Meningkatnya rumah tangga sehat di desa kabupaten/kota di seluruh
Indonesia.
2.Tujuan Khusus
a. Meningkatkan pengetahuan, kemauan dan kemampuan anggota rumah
tangga untuk melaksanakan PHBS.
b. Berperan aktif dalam gerakan PHBS di masyarakat (Sitinjak, 2011).

5.1.2. Manfaat PHBS


1. Manfaat PHBS bagi rumah tangga:
a. Setiap rumah tangga meningkatkan kesehatannya dan tidak mudah sakit.
b. Anak tumbuh sehat dan cerdas.

38 39
c. Produktivitas kerja anggota keluarga meningkat dengan meningkatnya
kesehatan anggota rumah tangga maka biaya yang dialokasikan untuk
kesehatan dapat dialihkan untuk biaya investasi seperti biaya pendidikan,
pemenuhan gizi keluarga dan modal usaha untuk peningkatan pendapatan
keluarga (Lely H, 2011).
2. Manfaat PHBS bagi masyarakat:
a. Masyarakat mampu mengupayakan lingkungan yang sehat.
b. Masyarakat mampu mencegah dan menanggulangi masalah-masalah
kesehatan.
c. Masyarakat memanfaatkan pelayanan kesehatan yang ada.
d. Masyarakat mampu mengembangkan Upaya Kesehatan Bersumber
Masyarakat (UKBM) seperti posyandu, jaminan pemeliharaan kesehatan,
tabungan bersalin (tabulin), arisan jamban, kelompok pemakai air,
ambulans desa dan lain-lain (Lely H, 2011).

5.1.3.Sasaran PHBS
Sasaran PHBS di Rumah Tangga adalah seluruh anggota keluarga yaitu
(Sitinjak, 2011):
1. Pasangan Usia Subur
2. Ibu Hamil dan Ibu Menyusui
3. Anak dan Remaja
4. Usia Lanjut
5. Pengasuh Anak

5.1.4 Indikator PHBS di Rumah Tangga


1. Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan
Tenaga kesehatan yang dimaksud adalah dokter, bidan dan tenaga
paramedis lainnya.Hal ini dikarenakan masih ada beberapa masyarakat
yang masih mengandalkan tenaga non medis untuk membantu persalinan,
seperti dukun bayi.Selain tidak aman dan penanganannya pun tidak steril,
penanganan oleh dukun bayi inipun dikhawatirkan berisiko besar dapat
menyebabkan kematian ibu dan bayi.

40
2. Memberi bayi ASI Eksklusif
Seorang ibu dapat memberikan buah hatinya ASI Eksklusif yakni
pemberian ASI tanpa makanan dan minuman tambahan lain pada bayi
mulai usia nol hingga enam bulan.
3. Menimbang Balita setiap bulan
Penimbangan bayi dan Balita setiap bulan dimaksudkan untuk memantau
pertumbuhan Balita tersebut setiap bulan. Penimbangan ini dilaksanakan di
Posyandu (Pos Pelayanan Terpadu) mulai usia 1 bulan hingga 5 tahun.
Setelah dilakukan penimbangan, catat hasilnya di buku KMS (Kartu Menuju
Sehat). Dari sinilah akan diketahui perkembangan dari Balita tersebut.
4. Menggunakan Air Bersih
Gunakan air bersih dalam kehidupan sehari-hari seperti memasak, mandi,
hingga untuk kebutuhan air minum.Air yang tidak bersih banyak
mengandung kuman dan bakteri yang dapat menyebabkan berbagai
macam penyakit.
5. Mencuci tangan pakai sabun
Mencuci tangan di air mengalir dan memakai sabun dapat menghilangkan
berbagai macam kuman dan kotoran yang menempel di tangan sehingga
tangan bersih dan bebas kuman.Cucilah tangan setiap kali sebelum makan
dan melakukan aktifitas yang menggunakan tangan, seperti memegang
uang dan hewan, setelah buang air besar, sebelum memegang makanan
maupun sebelum menyusui bayi.
6. Gunakan Jamban Sehat
Jamban adalah suatu ruangan yang mempunyai fasilitas pembuangan
kotoran manusia yang terdiri atas tempat jongkok atau tempat duduk
dengan leher angsa atau tanpa leher angsa (cemplung) yang dilengkapi
dengan unit penampungan kotoran dan air untuk membersihkannya. Ada
beberapa syarat untuk jamban sehat, yakni tidak mencemari sumber air
minum, tidak berbau, tidak dapat dijamah oleh serangga dan tikus, tidak
mencemari tanah sekitarnya, mudah dibersihkan dan aman digunakan,
dilengkapi dinding dan atap pelindung, penerangan dan ventilasi udara
yang cukup, lantai kedap air, tersedia air, sabun, dan alat pembersih.
7. Memberantas jentik di rumah sekali seminggu
Lakukan Pemeriksaan Jentik Berkala (PJB) di lingkungan rumah tangga.
PJB adalah pemeriksaan tempat perkembangbiakan nyamuk yang ada di

41
dalam rumah, seperti bak mandi, WC, vas bunga, tatakan kulkas, dan di
luar rumah seperti talang air, dll yang dilakukan secara teratur setiap
minggu. Selain itu, juga lakukan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN)
dengan cara 3 M (Menguras, Mengubur, Menutup).
8. Makan buah dan sayur setiap hari
Konsumsi sayur dan buah sangat dianjurkan karena banyak mengandung
berbagai macam vitamin, serat dan mineral yang bermanfaat bagi tubuh.
9. Melakukan aktifitas fisik setiap hari
Aktifitas fisik, baik berupa olahraga maupun kegiatan lain yang
mengeluarkan tenaga yang sangat penting bagi pemeliharaan kesehatan
fisik, mental, dan mempertahankan kualitas hidup agar tetap sehat dan
bugar sepanjang hari.Jenis aktifitas fisik yang dapat dilakukan dalam
kehidupan sehari-hari yakni berjalan kaki, berkebun, mencuci pakaian, dan
lain-lainnya.
10. Tidak merokok di dalam rumah
Di dalam satu puntung rokok yang diisap, akan dikeluarkan lebih dari 4.000
bahan kimia berbahaya, diantaranya adalah nikotin, tar, dan karbon
monoksida (CO) (Dinkes Banten, 2014).

5.2 Perilaku BABS sebagai faktor yang mempengaruhi terjadinya


beberapa penyakit yang berhubungan dengan tinja manusia.

Penyakit – penyakit infeksi yang berhubungan dengan oral - fekal transmisi


sebenarnya penyakit yang dapat dikontrol dan dicegah melalui sanitasi yang
baik, khususnya sistem pembuangan tinja manusia, karena proses penularan
penyakit tersebut dipengaruhi oleh karakteristik penjamu (imunitas, status gizi,
status kesehatan, usia dan jenis kelamin) dan perilaku penjamu (kebersihan diri
dan kebersihan makanan). (Clasen T,2010)
Beberapa penelitian menyebutkan tentang hubungan dan pengaruh
sanitasi buruk termasuk perilaku BABS terhadap terjadinya infeksi saluran
pencernaan. Diperkirakan 88% kematian akibat diare di dunia disebabkan oleh
kualitas air, sanitasi dan higiene yang buruk. Dalam penelitian lain menyebutkan
bahwa 90% kematian akibat diare pada anak karena sanitasi yang buruk,
kurangnya akses air bersih dan tidak adekuatnya kebersihan diri. (Fitriani,2011).
Adapun faktor risiko diare ditunjukkan dalam studi dibeberapa negara

42
berpenghasilan rendah adalah meningkatnya sistem pembuangan tinja efektif
mencegah kejadian diare. Sebuah penelitian di Indonesia menyebutkan bahwa
keluarga yang BABS dan tidak mempunyai jamban berrisiko 1,32 kali anaknya
terkena diare akut dan 1,43 kali terjadi kematian pada anak usia dibawah lima
tahun. (Sinta,2011). Systematic review tentang faktor risiko diare di Indonesia
menjelaskan bahwa pencemaran SAB berisiko 7,9 kali dan sarana jamban
berisiko 17,25 kali pada bayi dan balita. Penelitian berkaitan dengan kecacingan
di Hanoi Vietnam menyebutkan bahwa tidak mempunyai jamban berrisiko 2 kali
terkena infeksi cacing Ascariasis dan tambang, sedangkan penggunaan tinja
segar sebagai pupuk tanaman berrisiko 1,45 kali terkena cacing tambang.
Sebuah studi di Ethiophia bahwa penggunaan jamban dapat mengurangi
penyebaran lalat Musca Sorbens sebagai sumber penularan penyakit trachoma.
(Semba R, 2011)

5.3 Buang Air Besar yang Sehat


Buang Air Besar di tangki septic, adalah buang air besar yang sehat yaitu
dengan membuang tinja di tangki septic yang digali di tanah dengan syarat-
syarat tertentu.buang air besar di tangki septic juga digolongkan menjadi:
 Buang Air Besar dengan jamban leher angsa, adalah buang air besar
menggunakan jamban model leher angsa yang aman dan tidak menimbulkan
penularan penyakit akibat tinja karena dengan model leher angsa ini maka
tinja akan dibuang secara tertutup dan tidak kontak dengan manusia ataupun
udara.Jamban leher angsa yang diteruskan ke septic tank merupakan
jamban yang paling memenuhi syarat. Tangki septick (septic tank) terdiri dari
tangki sedimentasi yang kedap air, dimana tinja dan air buangan masuk
mengalami dekomposisi. Dalam tangki ini tinja akan berada selama beberapa
hari. Selama waktu tersebut tinja akan mengalami 2 proses, yaitu proses
kimiawi dan proses biologis. Pada proses kimiawi, sebagai tinja (60- 70%),
akan mengalami penghancuran dan direduksi. Sebagian besar zat-zat padat
akan mengendap di dalam tangki sebagai sludge Zat-zat yang tidak dapat
hancur bersama-sama dengan lemak dan busa akan mengapung dan
membentuk lapisan yang menutup permukaan air dalam tangki tersebut.
Lapisan ini disebut scum yang berfungsi mempertahankan suasana anaerob
dari cairan di bawahnya, yang memungkinkan bakteri-bakteri anaerob dan

43
fakultatif anaerob dapat tumbuh subur, yang akan berfungsi pada proses
selanjutnya
 Buang Air Besar dengan jamban plengsengan, adalah buang air besar
dengan menggunakan jamban sederhana yang didesain miring sedemikian
rupa sehingga kotoran dapat jatuh menuju tangki septic setelah dikeluarkan.
Tetapi tangki septiknya tidak berada langsung dibawah pengguna jamban.
 Buang Air Besar dengan jamban model cemplung/cubluk, adalah buang
air besar dengan menggunakan jamban yang tangki septiknya langsung
berada dibawah jamban. Sehingga tinja yang keluar dapat langsung jatuh
kedalam tangki septic. Jamban ini kurang sehat karena dapat menimbulkan
kontak antara septic tank dengan manusia yang menggunakannya.
 Buang Air Besar tidak di tangki septic atau tidak menggunakan jamban
adalah perilaku buang air besar yang tidak sehat. Karena dapat menimbulkan
dampak yang berbahaya bagi kesehatan manusia. Buang Air Besar tidak
menggunakan jamban dikelompokkan sebagai berikut:
- Buang Air Besar di sungai atau dilaut : dapat menimbulkan pencemaran
lingkungan dan teracuninya biota atau makhluk hidup yang berekosistem
di daerah tersebut. Selain itu, buang air besar di sungai atau di laut dapat
memicu penyebaran wabah penyakit yang dapat ditularkan melalui tinja.
- Buang Air Besar di sawah atau di kolam : dapat menimbulkan keracunan
pada padi karena urea yang panas dari tinja. Hal ini akan menyebakan
padi tidak tumbuh dengan baik dan dapat menimbulkan gagal panen.
- Buang Air Besar di pantai atau tanah terbuka: dapat mengundang
serangga seperti lalat, kecoa, kaki seribu, dsb yang dapat menyebarkan
penyakit akibat tinja. Pembuangan tinja di tempat terbuka juga dapat
menjadi serpencemaran udara sekitar dan mengganggu estetika
lingkungan (Notoadmodjo S, 2010).

5.4 Kriteria Jamban Sehat


Kementerian Kesehatan telah menetapkan syarat dalam membuat jamban
sehat.Ada tujuh kriteria yang harus diperhatikan. Berikut syarat-syarat tersebut:
1. Tidak mencemari air
Saat menggali tanah untuk lubang kotoran, usahakan agar dasar lubang
kotoran tidak mencapai permukaan air tanah maksimum.Jika keadaan
terpaksa, dinding dan dasar lubang kotoran harus dipadatkan dengan

44
tanah liat atau diplester.Jarang lubang kotoran ke sumur sekurang-
kurangnya 10 meter Letak lubang kotoran lebih rendah daripada letak
sumur agar air kotor dari lubang kotoran tidak merembes dan mencemari
sumur.Tidak membuang air kotor dan buangan air besar ke dalam selokan,
empang, danau, sungai, dan laut.
2. Tidak mencemari tanah permukaan
Tidak buang besar di sembarang tempat, seperti kebun, pekarangan, dekat
sungai, dekat mata air, atau pinggir jalan.Jamban yang sudah penuh agar
segera disedot untuk dikuras kotorannya, atau dikuras, kemudian kotoran
ditimbun di lubang galian.
3. Bebas dari serangga
Jika menggunakan bak air atau penampungan air, sebaiknya dikuras setiap
minggu.Hal ini penting untuk mencegah bersarangnya nyamuk demam
berdarah.Ruangan dalam jamban harus terang.Bangunan yang gelap
dapat menjadi sarang nyamuk.Lantai jamban diplester rapat agar tidak
terdapat celah-celah yang bisa menjadi sarang kecoa atau serangga
lainnya Lantai jamban harus selalu bersih dan kering Lubang jamban,
khususnya jamban cemplung, harus tertutup.
4. Tidak menimbulkan bau dan nyaman digunakan
Jika menggunakan jamban cemplung, lubang jamban harus ditutup setiap
selesai digunakan Jika menggunakan jamban leher angsa, permukaan
leher angsa harus tertutup rapat oleh air Lubang buangan kotoran
sebaiknya dilengkapi dengan pipa ventilasi untuk membuang bau dari
dalam lubang kotoran Lantai jamban harus kedap air dan permukaan tidak
licin. Pembersihan harus dilakukan secara periodik.
5. Aman digunakan oleh pemakainya
Pada tanah yang mudah longsor, perlu ada penguat pada dinding lubang
kotoran dengan pasangan batau atau selongsong anyaman bambu atau
bahan penguat lai yang terdapat di daerah setempat
6. Mudah dibersihkan dan tak menimbulkan gangguan bagi pemakainya
Lantai jamban rata dan miring kea rah saluran lubang kotoran
Jangan membuang plastic, puntung rokok, atau benda lain ke saluran
kotoran karena dapat menyumbat saluran Jangan mengalirkan air cucian
ke saluran atau lubang kotoran karena jamban akan cepat penuh
Hindarkan cara penyambungan aliran dengan sudut mati. Gunakan pipa

45
berdiameter minimal 4 inci. Letakkan pipa dengan kemiringan minimal
2:100
7. Tidak menimbulkan pandangan yang kurang sopan
Jamban harus berdinding dan berpintu.Dianjurkan agar bangunan jamban
beratap sehingga pemakainya terhindar dari kehujanan dan kepanasan.
(KemenKes,2010)

5.5 Open Defecation Free


Open Defecation Free (ODF) adalah kondisi ketika setiap individu dalam
komunitas tidak buang air besar sembarangan. Pembuangan tinja yang tidak
memenuhi syarat sangat berpengaruh pada penyebaran penyakit berbasis
lingkungan, sehingga untuk memutuskan rantai penularan ini harus dilakukan
rekayasa pada akses ini.Agar usaha tersebut berhasil, akses masyarakat pada
jamban (sehat) harus mencapai 100% pada seluruh komunitas. (Nielsen, 2009)
Sejak tahun 1993, Indonesia telah menunjukkan peningkatan dua kali lipat
prosentase rumah tangga dengan akses ke fasilitas sanitasi yang lebih baik,
tetapi masih berada pada arah yang belum tepat untuk mencapai target sanitasi
MDG 2015.Untuk mencapai target sanitasi nasional MDG, diperlukan pencapaian
tambahan 26 juta orang dengan sanitasi yang lebih baik pada tahun 2015.
Perencanaan pada jangka panjang memerlukan pencapaian angka-angka yang
lebih besar: Data Riskesdas 2010 menunjukkan bahwa secara keseluruhan, kira-
kira 116 juta orang masih kekurangan sanitasi yang memadai (UNICEF, 2012).
Pembuangan tinja merupakan suatu sorotan bagi permasalahan kesehatan
dunia karena merupakan salah satu peramasalahan sanitasi yang dibahas di
MDGs. Pembahasan sanitasi ini juga mencangkup pemakaian atau penggunaan
tempat tempat buang air besar, jenis kloset yang digunakan dan jenis tempat
pembuangan akhir tinja.Kriteria yang digunakan Joint Monitoring Program (JMP)
WHO-UNICEF 2008, sanitasi terbagi dalam empat kriteria, yaitu ‘improved’,
‘shared’, ‘unimproved’ dan ‘open defecation’. Dikategorikan sebagai ‘improved’
bila penggunaan sarana pembuangan kotoran nya sendiri, jenis jamban leher
angsa dan tempat pembuangan akhir tinjanya tangki septik.

5.5.1 Kriteria ODF


Satu komunitas/masyarakat dikatakan telah ODF jika :

46
1. Semua masyarakat telah BAB hanya di jamban dan membuang
tinja/kotoran bayi hanya ke jamban.
2. Tidak terlihat tinja manusia di lingkungan sekitar.
3. Tidak ada bau tidak sedap akibat pembuangan tinja/kotoran manusia.
4. Ada peningkatan kualitas jamban yang ada supaya semua menuju
jamban sehat.
5. Ada mekanisme monitoring peningkatan kualitas jamban.
6. Ada penerapan sanksi, peraturan atau upaya lain oleh masyarakat untuk
mencegah kejadian BAB di sembarang tempat.
7. Ada mekanisme monitoring umum yang dibuat masyarakat untuk
mencapai 100% KK mempunyai jamban sehat.
8. Di sekolah yang terdapat di komunitas tersebut, telah tersedia sarana
jamban dan tempat cuci tangan (dengan sabun) yang dapat digunakan
murid-murid pada jam sekolah.
9. Analisa kekuatan kelembagaan di Kabupaten menjadi sangat penting
untuk menciptakan kelembagaan dan mekanisme pelaksanaan kegiatan
yang efektif dan efisien sehingga tujuan masyarakat ODF dapat tercapai.
(KemenKes, 2010)

5.6 Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM)


Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) adalah suatu pendekatan
untuk merubah perilaku higyene dan sanitasi melalui pemberdayaan masyarakat
dengan metode pemicuan. Ciri utama dari pendekatan ini adalah tidak adanya
subsidi terhadap infrastruktur (jamban keluarga), dan tidak menetapkan blue
print jamban yang nantinya akan dibangun oleh masyarakat. Pada dasarnya
STBM adalah “pemberdayaan” dan “tidak membicarakan masalah subsidi”.
Artinya, masyarakat yang dijadikan “guru” dengan tidak memberikan subsidi
sama sekali. (Kementrian PPN, 2010). Pendekatan STBM menimbulkan
perasaan jijik dan malu di antara masyarakat. Secara kolektif mereka menyadari
dampak buruk dari buang air besar di tempat terbuka: bahwa mereka akan
selamanya saling memakan kotorannya masing-masing apabila buang air besar
di tempat terbuka masih berlangsung. Kesadaran ini menggerakkan mereka
untuk memprakarsai tindakan lokal secara kolektif guna memperbaiki keadaan
sanitasi di dalam komunitas(Bappenas, 2010)

47
Komponen peningkatan kebutuhan sanitasi merupakan upaya sistematis
untuk mendapatkan perubahan perilaku yang higienis dan saniter, berupa:
a. Pemicuan perubahan perilaku;
b. Promosi dan kampanye perubahan perilaku higienis dan sanitasi secara
langsung;
c. Penyampaian pesan melalui media massa dan media komunikasi
lainnya;
d. Mengembangkan komitmen masyarakat dalam perubahan perilaku;
e. Memfasilitasi terbentuknya komite/ tim kerja masyarakat;
f. Mengembangkan mekanisme penghargaan terhadap masyarakat /
institusi(Sinta,2011)
Peningkatan penyediaan akses sanitasi yang secara khusus diprioritaskan
untukmeningkatkan dan mengembangkan percepatan penyediaan akses dan
layanan sanitasiyang layak dalam rangka membuka dan mengembangkan pasar
sanitasi, yaitu:
a. Mengembangkan opsi teknologi sarana sanitasi yang sesuai kebutuhan
dan terjangkau;
b. Menciptakan dan memperkuat jejaring pasar sanitasi pedesaan;
c. Mengembangkan mekanisme peningkatan kapasitas pelaku
pasarsanitasi(Fitrani,2011)

48
BAB VI
PLAN OF ACTION

6.1 Health Problem dan Goal


Permasalahan utama ditentukan supaya dapat merencanakan kegiatan
intervensi pada masyarakat yang memiliki perilaku buang air besar
sembarangandi Desa Sumbermanjing Kulon, ditunjukkan pada tabel di bawah ini
Health Problem Goal
Jumlah warga Sumbermanjing Menurunkan jumlah warga Sumbermanjing
Kulon yang memiliki perilaku BABS Kulon yang memiliki perlaku BABS
sebesar 26,66% sebesar 10% selama 1 tahun

6.2 Risk Factor, Contributing Risk Factor, Objective dan Sub Objective
Faktor-faktor resiko yang menyebabkan munculnya masalah utama di
lingkunan sungai desa Sumbermanjing Kulon ditentukan dan ditunjukkan pada
tabel di bawah ini:
Risk Factor Contributing Risk Objective Sub Objective
Factor
Warga tidak Predisposising Meningkatkan Meningkatkan
memiliki Anggapan bahwa jumlah warga pengetahuan
jamban
48 jamban bukan yang memiliki kepada warga
kebutuhan primer jamban sehat mengenai tujuan
sebesar 3% dan pentingnya
dalam 1 tahun penggunaan
jamban menjadi
60%
Enabling Mengadakan
Warga tidak memiliki tabungan warga
dana pribadi untuk secara periodik
membuat jamban untuk biaya
pembuatan jamban
(minimal Rp
1.000 /hari)
Reinforcing Ditetapkannya
Tidak ada larangan peraturan tertulis
buang air mengenai larangan
besarsembarangan BABS

49
Warga tidak Predisposising Meningkatkan Meningkatkan
merasa malu Warga lebih nyaman jumlah warga pengetahuan
bila BAB di buang air besar di yang merasa wargamengenai
sungai sungai malu jika BABS bahaya dan dampak
sebanyak 10% negatif
di akhir program BABSmenjadi 60%
Enabling Meningkatkan
Tidak ada warga yang jumlah warga yang
menegur perilaku berani menegur bila
buang air besar di ada warga lain yang
sungai BABS menjadi 25%
Reinforcing Memberikan reward
Tidak ada reward bagi warga yang
bagi warga yang menegur warga
menegur warga yang yang buang air
buang air besar di besar di sungai
sungai
Warga Predisposising Meningkatkan Meningkatkan
memiliki Anggapan bahwa pengetahuan pengetahuan
pengetahuan perilaku buang air mengenai mengenai penyakit
yang rendah besar di sungai tidak penyakit yang yang dapat timbul
tentang menimbulkan dapat timbul akibat BABS
bahaya BABS penyakit akibat BABS menjadi 60%
Enabling Meningkatkan
menjadi 60%
Kurangnya edukasi jumlah penyuluhan
dari kader/ staff kesehatan oleh
puskesmas terkait kader mengenai
perilaku BABS bahaya BABS
minimal 1 kali setiap
bulan

Tidak ada buku Membagikan buku


panduan bagi para panduan terkait
kader sebagai bahan bahaya BABS,
untuk memberikan jamban sehat, dan
edukasi bagi warga PHBS secara

50
merata kepada 20
kader desa
Sumbermanjing
kulon

6.3 Sasaran
Setelah permasalahan utama dan goal ditentukan, maka langkah
selanjutnya ditentukan kelompok sasaran yang tergolong dalam sasaran primer,
sekunder, dan tersier.

Kelompok sasaran
Primer Warga Desa Sempol
Sekunder Kader kesehatan Desa Sempol
Bidan dan Perawat Desa Sempol
Tersier
Forum desa siaga Desa Sempol

51
6.4 Rencana Kerja
No. Kegiatan Tujuan Sasaran Rincian Kegiatan Waktu Lokasi Pelaksana
1. Persiapan
a. Advokasi ke kepala Meminta dukungan Kepala desa, Meminta 28-30 Balai Desa Sempol, Tim
desa, perangkat program acara yang perangkat dukungan serta Oktober Puskesmas
desa, kepala akan dilaksanakan desa, kepala ijin untuk 2015 Sumbermanjing Kulon
puskesmas, staff puskesmas, pelaksanaan
puskesmas dan staff intervensi
kader kesehatan puskesmas
dan kader
kesehatan
b. Survei ke Untuk mengetahui Kader Mengumpulkan 29 Puskesmas
Puskesmas permasalahan kesehatan dan data sekunder Oktober Sumbermanjing Kulon
Pembantu (Pustu) kesehatan untuk staff dan data primer –2
dan balai desa di 4 intervensi puskesmas Novemb
desa yang dibawahi er 2015
oleh Puskesmas
Sumbermanjing
Kulon
c. Pengolahan dan Untuk menarik Data yang Wawancara 3–4 Desa Sempol
analisis data primer kesimpulan dari data tersedia di dengan kader Novemb
dan sekunder Puskesmas dan staf er 2015
serta warga puskesmas serta
dan kader pembagian
desa Sempol kuesioner untuk
kader dan warga
desa Sempol
2. Pelaksanaan
a. Koordinasi Agar intervensi Staf Membicarakan 12 – 18 Puskesmas
pemegang program dapat terlaksana Puskesmas tentang program Novemb Sumbermanjing Kulon

52
Promkes, dan P2M secar lancar Sumbermanji Intervensi er 2015 dan Balai desa
Puskesmas ng Kulon , Sempol
Sumbermanjing serta
Kulon , serta pengurus
pengurus forum
forum Desa
Desa Siaga
Siaga
b. Pelaksanaan pre- Mengevaluasi Kader Persiapan kertas 19 Tempat Pertemuan
test tingkat kepahaman kesehatan jawaban dan soal Novemb Kader (Rumah Bu
partisipan mengenai desa Sempol pre-test er 2015 Lilik)
Pencegahan
penularan TB, cara
etika batuk, dan cara
pemeriksaan ke
puskesmas.

c. Penyuluhan, Memberikan edukasi Kader Persiapan, 19 Tempat Pertemuan


workshop serta kepada kader Kesehatan tempat, bahan, Novemb Kader (Rumah Bu
diskusi kelompok mengenai TB, alat, materi dan er 2015 Lilik)
dengan kader pencegahan pemateri
kesehatan Desa penularan TB serta
Sempol, serta Alur pelaporan TB
memperkenalkan
program: PRO
MANTEB (Program
Mari Tingkatkan
Kepedulian
Terhadap
Tuberculosis)
Dan membentuk
POLISI (Kelompok

53
Peduli
Tuberculosis)
Serta memberikan
penjelasan tentang
ALUR (Alur
Pelaporan Suspek
Tuberculosis)
d. Penyuluhan mandiri Agar warga Warga desa Persiapan, 20 Masjid Sabilillah Desa
oleh kader memahami Sempol tempat, bahan, Novemb Sempol
mengenai mengenai TB, alat, materi dan er 2015
pencegahan pencegahan pemateri
penyakit TB dan penularan TB serta
etika batuk terhadap Alur pelaporan TB
warga Desa
Sempol, serta
memperkenalkan
Pro MANTEB ,
pembentukan
POLISI dan
menjelaskan ALUR

e. Pertemuan dengan Memperkenalkan Pengurus Diskusi mengenai 25 Rumah salah satu


forum desa siaga Kelompok Peduli TB forum desa cara kerja Novemb pengurus desa siaga
serta menerapkan untuk menjadi salah siaga kelompok peduli er 2015 (Bu Lilik)
POLISI (Kelompok satu program desa TB
Peduli Tuberculosis) siaga
sebagai program
tetap dalam desa
siaga.

f. Pembagian media Membagikan 27 Desa sempol RT 33

54
publikasi informatif Sebagai media Kader serta kalender dan Novemb serta Posyandu
yang berisi ALUR informasi dan warga desa leaflet er 2015 Karangjambe
serta cara etika publikasi Sempol
batuk yang baik dan
benar sebagai
pencegahan
penularan penyakit
TB dan langkah
pemeriksaan
suspek TB di
Puskesmas

3. Evaluasi
a. Pelaksanaan Mengevaluasi Kader Persiapan kertas 19 – 20 Rumah salah satu
post-test tingkat kepahaman kesehatan, jawaban dan soal Novemb kader ( rumah bu lilik)
partisipan mengenai dan warga post-test er 2015
Pencegahan desa Sempol
penularan TB, cara
etika batuk, dan cara
pemeriksaan ke
puskesmas.

55
6.5 Rencana Kegiatan
Dalam rangka meningkatkan CDR di puskesmas Sumbermanjing Kulon
yang menurun dari tahun 2014 sebesar …%, maka kami membuat “Pro-
MANTEB” yaitu Program Mari Tingkatkan Kepedulian Terhadap Tuberculosis
yang terdiri dari tahapan sebagai berikut:

6.5.1 Pemberian Edukasi tentang TB pada Kader di Desa Sempol


,Kecamatan Pagak, Kabupaten Malang
Tema: “Pro-MANTEB”
Pokok Bahasan: Pemberian edukasi mengenai penyakit TB, pencegahan
penularan TB , pengenalan “POLISI” ,serta Alur pelaporan TB
Waktu Kegiatan :
Hari : Kamis
Tanggal : 19 November 2015
Waktu : 10.00 s.d. 12.30 WIB
Tempat : Rumah salah satu kader (Bu Lilik)
Sasaran : 40 Kader kesehatan di Desa Sempol

Materi
1. Pemberian edukasi mengenai penyakit TB, pencegahan penularan
TB , program kerja “POLISI” , serta Alur pelaporan TB
Metode
1. Pemberian materi mengenai pengertian penyakit TB, cara etika batuk
pencegahan penularan TB serta tata cara alur pelaporan TB dengan
pemateri berasal dari tim dokter muda
2. Diskusi terbuka tentang penyakit TB, cara etika batuk pencegahan penularan
TB serta tata cara alur pelaporan TB.
3. Pembagian flipchart “Pro-MANTEB” dan “ALUR”
4. Workshop : Edukasi etika batuk dan cara pengeluaran dahak yang
diperagakan oleh dokter muda kemudian diikuti oleh kader.
5. Menjelaskan dan menghimbau untuk berpartisipasi dalam “POLISI” oleh
dokter muda
6. Menjelaskan tentang prosedur “ALUR” dari dokter muda kepada kader
7. Pre test dan post test

56
Media
Laptop, Proyektor LCD, flipchart dan alat tulis

Evaluasi
Process Impact Outcome
 Kehadiran minimal 20  75% kader  Meningkatan
kader kesehatan kesehatan warga pengetahuan
warga Desa Sempol Desa Sempol mengenai penyakit
 Materi penyuluhan mendapatkan nilai TB, etika batuk yang
dapat tersampaikan post test minimal benar, pencegahan
dengan baik ≥70 penularan TB serta
 Peserta penyuluhan  Kader mampu alur pemeriksaan TB
sangat antusias, dan melakukan
aktif dalam diskusi peragaan workshop
serta benar dalam dengan baik
memperagakan  Kader berpartisipasi
materi penyuluhan dalam program
“POLISI” dan
memahami “ALUR”
dengan baik

Susunan Acara
Hari I (Kamis, 19 November 2015)

Durasi Waktu Kegiatan

15’ 10.00-10.15 Registrasi peserta

10’ 10.15-10.25 Pembukaan dan sambutan oleh ketua kader dan


perwakilan dokter muda

15’ 10.25-10.40 Pre test dan pembagian flipchart

30’ 10.40-11.10 Pemberian materi

15’ 11.10-11.25 Diskusi dan tanya jawab

20’ 11.25-11.45 Memperagakan materi penyuluhan yang telah


diberikan
30’ 11.45 – 12.15 Menjelaskan dan menghimbau tentang “POLISI”

57
dan menjelaskan tata cara “ALUR”

15’ 12.15-12.30 Post test

5’ 12.30-12.35 Penutupan

6.5.2 Pemberian Edukasi tentang TB pada Warga di Desa Sempol


,Kecamatan Pagak, Kabupaten Malang
Tema: “Pro-MANTEB” edisi warga
Pokok Bahasan: Pemberian edukasi mengenai penyakit TB, pencegahan
penularan TB , pengenalan “POLISI” ,serta Alur pelaporan TB

Waktu Kegiatan :
Hari : Jumat
Tanggal : 20 November 2015
Waktu : 15.00 s.d. 17.30 WIB
Tempat : Masjid Sabilillah desa Sempol
Sasaran : 30 perwakilan KK Desa Sempol

Materi
1. Pemberian edukasi mengenai penyakit TB, pencegahan penularan
TB, program kerja “POLISI” , serta Alur pelaporan TB

Metode
1. Pemberian materi mengenai pengertian penyakit TB, cara etika batuk
pencegahan penularan TB serta tata cara alur pelaporan TB dengan
pemateri berasal dari kader yang dipantau oleh dokter muda
2. Diskusi terbuka tentang penyakit TB, cara etika batuk pencegahan penularan
TB serta tata cara alur pelaporan TB.
3. Workshop : Edukasi etika batuk dan cara pengeluaran dahak yang
diperagakan oleh kader kemudian diikuti oleh warga yang dipantau oleh
dokter muda.
4. Menjelaskan dan menghimbau untuk berpartisipasi dalam “POLISI” oleh
kader yang dibimbing oleh dokter muda.

58
5. Menjelaskan tentang prosedur “ALUR” dari kader kepada warga yang
dibimbing oleh dokter muda
6. Pre test dan post test
Media
Poster, alat tulis

Evaluasi
Process Impact Outcome
 Kehadiran minimal  60% perwakilan KK  Meningkatan
15 perwakilan KK Desa Sempol pengetahuan
desa Sempol mendapatkan nilai mengenai penyakit
 Materi penyuluhan post test minimal TB, etika batuk yang
dapat tersampaikan ≥70 benar, pencegahan
dengan baik  Warga mampu penularan TB serta
 Peserta penyuluhan melakukan peragaan alur pemeriksaan TB
sangat antusias, dan workshop dengan
aktif dalam diskusi baik
kecil bersama kader  Warga tertarik dalam
program “POLISI”
dan memahami
“ALUR” dengan baik

Susunan Acara
Hari II (Jumat, 20 November 2015)

Durasi Waktu Kegiatan

15’ 15.00-15.15 Registrasi peserta

10’ 15.15-15.25 Pembukaan dan sambutan oleh ketua kader dan


perwakilan dokter muda

15’ 15.25-15.40 Pre test

30’ 15.40-16.10 Pemberian materi

15’ 16.10-16.25 Diskusi dan tanya jawab

20’ 16.25-16.45 Memperagakan materi penyuluhan yang telah

59
diberikan
20’ 16.45 – 17.05 Menjelaskan dan menghimbau tentang “POLISI”
dan menjelaskan tata cara “ALUR”

15’ 17.05-17.20 Post test

5’ 17.20-17.25 Penutupan dan pembagian leaflet dan kalender

60
BAB VII
HEALTH PROMOTION ACTION

7.1 Sistem Evaluasi


Sistem evaluasi untuk upaya menurunkan angka perilaku BABS warga
Desa Sumbermanjing Kulon akan dijelaskan sebagaimana tabel berikut.

Tabel 7.1 Kegiatan dan Tolak Ukur Keberhasilan


Kegiatan Tolak Ukur Keberhasilan
Gerakan Injak Jamban : Episode Proses:
Kader 1. Kehadiran minimal 20 orang kader
58
2. Minimal 2 orang kader dalam 1 kelompok
diskusi melakukan role play sesuai
checklist yang dibagikan
Impact:
1. 75% peserta memiliki nilai post test ≥70
Kriteria nilai post test:
< 50: Kurang
50-69: Cukup
≥ 70: Baik
2. 70% kader dapat melakukan role
playsesuai checklist dengan baik
Kriteria penilaian checklist:
81-100: Memuaskan
71-80: Baik
61-70: Cukup
<60: Kurang
Gerakan Injak Jamban : Episode Proses:
Warga Kehadiran minimal 30 KK yang tidak
memiliki jamban
Impact:
60% peserta memiliki nilai post test ≥70
Kriteria nilai post test:
< 50: Kurang
50-69: Cukup
≥ 70: Baik
Tabungan Jamban Proses:

61
- 50% warga menempel kalender
Tabungan Jambanpada Bulan Juni 2015
- 50% warga mengisi kalender Tabungan
Jamban pada Bulan Juni 2015
Impact:
Jumlah tabungan per KK yang dimonitor
oleh kader di akhir bulan Juni adalah Rp
28.000,00

7.2 Pelaksanaan Kegiatan Gerakan Injak Jamban


1. Episode Kader
Tujuan Kegiatan
Kegiatan ini bertujuan untuk 1) meningkatkan pengetahuan kader Desa
Sumbermajing Kulon, 2) melatih kader akan dapat mempersuasif warga
desa agar tidak buang air besar sembarangan
Sasaran Kegiatan
Kader Desa Posyandu Balita dan Anak Desa Sumbermanjing Kulon
Tempat Pelaksanaan
Panti PKK Balai Desa Sumbermanjing Kulon
Waktu Pelaksanaan
Rabu, 10 Juni 2015 pukul 14.00- 16.30
Susunan Acara
Waktu Acara
14.00-14.30 Registrasi peserta
14.30-14.40 Pembukaan dan sambutan
14.40-14.55 Pre test
14.55-15.25 Pemberian materi
15.25-15.30 Pemutaran video
15.30-15.45 Diskusi dan tanya jawab
15.45-16.15 Role play
16.15-16.25 Post test
16.25-16.30 Penutupan

Dana
X-banner Rp 70.000,00
Fotokopi buku panduan 60 x @ Rp 8.000 Rp 480.000,00
Bingkisan kader 8pcs x Rp 13.000 Rp 104.000,00
Konsumsi undangan 65 x @ Rp 5.000 Rp 325.000,00
Total Pengeluaran Rp 979.000

62
Indikator Keberhasilan
Proses:
1. Kehadiran minimal 20 orang kader
2. Minimal 2 orang kader dalam 1 kelompok diskusi melakukan role
playsesuai checklist yang dibagikan
Impact:
1. 75% peserta memiliki nilai post test ≥70
2. 70% kader dapat melakukan role playsesuai checklist dengan baik

2. Episode Warga
Tujuan Kegiatan
Kegiatan ini bertujuan untuk 1) meningkatkan pengetahuan Warga Desa
Sumbermajing Kulon, 2) meningkatkan kesadaran Warga Desa akan
pentingnya ketersediaan jamban sehat
Sasaran Kegiatan
Warga Desa Sumbermanjing Kulon RW 7, RW 8, dan RW 9 yang
rumahnya dekat dengan aliran sungai
Tempat Pelaksanaan
Panti PKK Balai Desa Sumbermanjing Kulon
Waktu Pelaksanaan
Selasa, 16 Juni 2015 pukul 13.30- 16.30
Susunan Acara
Waktu Acara
13.30-14.15 Registrasi peserta

14.15-14.30 Pembukaan dan sambutan


14.30-14.45 Pre test
14.45-14.50 Demo alat peraga
14.50-15.35 Small group discussion
15.35-15.40 Pemutaran video
15.40-15.55 Pemberian materi bahaya BABS, jamban sehat dan
gerakan injak jamban
15.55-16.05 Diskusi dan tanya jawab

16.05-16.20 Post test


16.20-16.30 Penutupan
Dana
Styrofoam kuning Rp 9.500,00

Double tape Rp 7.000,00

63
Selotip Rp 2.000,00

Paku Payung 1 pak Rp 2.000,00

Selang simulasi Rp 5.000,00

Fotokopi Rp 15.000,00

Lembar Balik 10 ps x @Rp 2.000 Rp 20.000,00

Doorprize warga Rp 200.000,00

Konsumsi undangan 60 x Rp 5.000 Rp 300.000,00

Total pengeluaran Rp 560.500,00

Indikator Keberhasilan
Proses:
Kehadiran minimal 30 KK yang tidak memiliki jamban
Impact:
60% peserta memiliki nilai post test ≥70

3. Tabungan Jamban
Tujuan Kegiatan
Kegiatan ini bertujuan untuk menginisiasi warga untuk menabung guna
membangun jamban pribadi
Sasaran Kegiatan
KK yang tidak memiliki jamban
Tempat Pelaksanaan
Rumah masin-masing warga
Waktu Pelaksanaan
Rabu, 17 Juni 2015 – Kamis, 18 Juni 2015
Dana
Cetak Poster + Kalender 40 pcs x Rp 4.500 Rp 180.000,00
Papper clip gantungan 4 pak x Rp 7.000 Rp 28.000,00
Total Pengeluaran Rp 208.000,00
Indikator Keberhasilan
Proses:
- 50% warga menempel kalender Tabungan Jamban pada Bulan Juni 2015
- 50% warga mengisi kalender Tabungan Jamban pada Bulan Juni 2015
Impact:

64
Jumlah tabungan per KK yang dimonitor oleh kader di akhir bulan Juni
adalah Rp 28.000,00

65
BAB VIII
EVALUASI HEALTH PROMOTION ACTION

8.1 Gerakan Injak Jamban: Episode Kader


8.1.1 Evaluasi Proses
Ada 24 orang kader mewakili 11 posyandu yang hadir dalam acara gerak
injak jamban episode kader.Acara mundur 30 menit dari rencana karena
menunggu kehadiran kader.Seluruh peserta memperhatikan acara dan tidak ada
peserta yang tertidur. Para kader menyimak dengan baik informasi yang
disampaikan oleh dokter muda, awalnya para kader terlihat diam namun pada
saat sesi tanya jawab, para kader mulai antusias. Salah satu pertanyaan adalah
“Bagaimana cara paling efektif untuk merubah perilaku warga yang senang
buang air besar di sungai?”,pertanyaan tersebut dijawab melalui video yang
ditampilkan. Video tersebut berisi kota pacitan yang berhasil mencapai desa
bebas buang air besar pertama di Indonesia. Setelah penyampaian materi, kader
diberi kesempatan untuk latihan penyuluhan didepan teman-teman kader yang
lain dan dokter muda. Para kader dibagi dalam 4 kelompok kecil, dan masing-
masing kelompok kecil minimal 2 perwakilan kader yang latihan penyuluhan,
sehingga total ada 8 orang kader.Seluruh acara 100% dapat berjalan lancar
sesuai rencana meskipun mundur 30 menit.Sarana dan prasaranan yang
dibutuhkan juga tersedia termasuk LCD dan speaker.

8.1.2 Evaluasi Impact


Ada 24 kader yang mengikuti pretest dan posttest.Hasil rata-rata pretest
adalah 55 dan hasil rata-rata posttest adalah 87,5. Sebesar 83,33% kader lulus
posttest dengan hasil ≥70. Gambar 8.1 menunjukkan rata-rata nilai yang dicapai
oleh kader

63 66
Nilai Pretest dan Posttest
Lulus (≥70) Tidak lulus (<70)

20
18

Pretest Posttest

Gambar 8.1 Nilai Pretest dan Posttest Kader

Dari 24 orang kader, ada 8 orang kader yang latihan penyuluhan sesuai
checklist yang telah dibagikan sebelum acara.Ada 2 orang kader yang
memperoleh nilai memuaskan, 5 orang kader memperoleh nilai baik, dan 1 orang
yang mendapatkan nilai kurang. 87,5% kader yang mengikuti role play dapat
melakukan penyuluhan dengan baik sesuai checklist.Di akhir posttest, kader juga
diminta mengisi tingkat kepuasan serta kebermanfaatan acara seperti yang
ditampilkan pada gambar 8.2 dan gambar 8.3. Dari 24 kader, 45,83%
menyatakan sangat puas terhadap pelaksanaan acara dan 79,16% kader
menyatakan bahwa acara tersebut sangat bermanfaat.

Tingkat Kepuasan Terhadap Acara

Sangat puas
Puas
Biasa
46%
Tidak puas
Sangat tidak puas
54%

Gambar 8.2 Tingkat Kepuasan Kader Terhadap Acara Injak Jamban

67
Tingkat Kebermanfaatan Acara
4%

17%
Sangat bermanfaat
Bermanfaat
Cukup
Tidak bermanfaat
Sangat tidak bermanfaat

79%

Gambar 8.3 Tingkat Kebermanfaatan Terhadap Acara Injak Jamban

8.1.3 Masalah yang Terjadi Selama Pelaksanaan


Ada beberapa masalah yang terjadi selama acara berlangsung, termasuk
tidak semua kader yang diundang hadir, sehingga tidak semua buku panduan
dapat dibagikan.Solusinya adalah meitipkan buku panduan pada ketua kader
untuk dibagikan pada acara pertemuan kader.Konsumsi yang dipesan masih
tersisa banyak karena separuh kader tidak hadir sehingga konsumsi dibagikan
kembali pada peserta yang hadir. LCD yang ada tidak berfungsi dengan baik
sehingga tidak dapat menampilkan warna sesuai powerpoint, solusinya adalah
mengganti seluruh warna pada powerpoint sebelum acara berlangsung. Evaluasi
dari peserta terhadap penyampaian informasi adalah 2 orang kader menganggap
penjelasan terlalu cepat dan 1 orang menyatakan kalau waktu penyuluhan
kurang lama.

8.2 Gerakan Injak Jamban: Episode Warga


8.1.1 Evaluasi Proses
Ada 18 perwakilan KK yang tidak memiliki jamban hadir dalam acara
gerak jamban episode warga.Dari 18 perwakilan KK yang tidak memiliki jamban,
2 orang adalah kepala RT dan 2 orang perwakilan RT/RW yang memiliki jamban.
Jumlah peserta yang hadir tidak memenuhi target yang diharapkan yaitu
berjumlah 30 perwakilan KK karena berbenturan dengan acara Punggahan untuk
menyambut ramadhan dan acara rapotan sekolah SD dan SMP. Acara mundur

68
30 menit dari waktu yang ditentukan karena menunggu warga untuk hadir.Pada
acara ini juga dihadiri 5 orang kader dari total 10 orang kader yang
diundang.Saat demo oleh perwakilan dokter muda, para warga memperhatikan,
beberapa orang tertawa dan sebagian tersenyum malu.
Pada saatsmall group discussion 1 kader memberikan penyuluhan
dengan media lembar balik kepada 3-4 orang warga, sehingga ada total 5
kelompok kecil dengan rincian sebagai berikut:
1. Kelompok 1 yang terdiri dari 1 kader dan 4 warga. Ketiga warga
memperhatikan kader, namun warga juga aktif memberikan masukan
dan bertanya terkait materi yang diberikan oleh kader. Kader terlihat
tidak sering melihat lembar balik.
2. Kelompok 2 yang terdiri dari 1 kader dan 4 warga yang merupakan
ketua RT dan RW dimana seluruhnya pria. Warga terlihat
memperhatikan kader dengan seksama dan kader terlihat
bersemangat menjelaskan, tidak sering melihat lembar balik. Salah
satu warga yang merupakan kepala RW menyarankan untuk
membuat sticker yang ditempelkan di rumah warga yang tidak
memiliki jamban, dan warga lain menyarankan untuk menabung untuk
membuat jamban umum.
3. Kelompok 3 yang terdiri dari 1 kader dan 3 warga. Ketiga warga
terlihat memperhatikan kader sambil mencatat di buku catatan. Kader
lancar berbicara meskipun terkadang membaca lembar balik.
4. Kelompok 4 yang terdiri dari 1 kader dan 3 orang warga. Ketiga warga
memperhatikan kader sambil sesekali menggangguk. Kader terlihat
masih sering membaca lembar balik, meskipun sesekali melakukan
kontak mata dengan warga.
5. Kelompok 5 yang terdiri dari 1 kader dan 4 warga. Kader memberikan
materi namun tidak menggunakan lembar balik yang sudah
disediakan dan justru menggunakan buku panduan. Dua warga
memperhatikan penjelasan kader namun ada satu warga yang
ditengah pemberian materi malah memperhatikan penyampaian kader
lain.
Kemudian acara selanjutnya adalah penyampaian materi dan sekaligus
ditampilkan video mengenai BABS, saat penampilan video warga terlihat tertawa.
Namun saat materi diberikan, warga memperhatikan materi meskipun ada 1

69
orang warga yang terlihat tidak fokus memperhatikan dan menoleh ke arah lain.
Seluruh acara dapat berjalan lancar sesuai rencana meskipun mundur 30 menit
dan target warga yang hadir tidak terpenuhi.

8.1.2 Evaluasi Impact


Ada 18 perwakilan KK yang tidak memiliki jamban yang mengikuti pretest
dan posttest.Hasil rata-rata pretest adalah 52,22 dan hasil rata-rata posttest
adalah 76,67. Sebesar 77,78% kader lulus posttest dengan hasil ≥70. Gambar
8.4 menunjukkan rata-rata nilai yang dicapai oleh warga

Nilai Pretest dan Posttest


Lulus (≥70) Tidak lulus (<70)
15
14

4
3

Pretest Posttest

Gambar 8.4 Nilai Pretest dan Posttest Warga

Di akhir posttest, warga diminta mengisi tingkat kepuasan serta


kebermanfaatan acara seperti yang ditampilkan pada gambar 8.5dan gambar
8.6. Dari 18 perwakilan KK, 55,56% menyatakan sangat puas terhadap
pelaksanaan acara dan 50% warga menyatakan bahwa acara tersebut sangat
bermanfaat.

70
Tingkat Kepuasan Terhadap Acara

17%

Sangat puas
Puas
Biasa
Tidak puas
Sangat tidak puas
56%
28%

Gambar 8.5 Tingkat Kepuasan Warga Terhadap Acara

Tingkat Kebermanfaatan Acara

11%

Sangat bermanfaat
Bermanfaat
Biasa
Tidak bermanfaat
50%
Sangat tidak bermanfaat

39%

Gambar 8.6 Tingkat Kebermanfaatan Acara

8.1.3 Masalah yang Terjadi Selama Pelaksanaan


Ada beberapa masalah yang terjadi selama acara berlangsung, termasuk
tidak semua warga yang diundang hadir dan jumlah yang hadir tidak sesuai
dengan target. Solusinya adalah kami mendatangi rumah warga yang telah
diundang dan tidak memiliki jamban untuk memberikan penyuluhan dan
menjelaskan cara mengikuti tabungan jamban. Jumlah KK yang kami lakukan
penyuluhan langsung di rumah ada 12 KK. Dengan demikian ada 30 KK yang
menerima informasi mengenai bahaya BABS serta mengikuti tabungan jamban.

71
8.3 Tabungan Jamban
8.3.1 Evaluasi Proses
Dari 18 perwakilan KK yang dibagikan kalender tabungan jamban saat
acara tanggal 16 Juni, ada 9 KK yang menempel kalender di rumah mereka, 3
KK yang belum menempel kalender di rumah mereka, dan 6 rumah yang tidak
ada orangnya saat survey berlangsung. Sementara itu, dari 12 KK yang kami
lakukan penyuluhan secara door to door seluruhnya memasang kalender mereka
di rumah. Sehingga total ada 21 KK yang menempel kalender atau total 70%
warga menempel kalender.
Dari 21 KK yang menempel kalender hanya 18 KK yang sudah mulai
mengisi tabungan jamban atau sebesar 60% dari seluruh KK yang mendapatkan
tabungan jamban, warga sisanya berjanji akan mulai menabung.
8.3.2 Evaluasi Impact
Untuk impact dari program masih belum dapat dievaluasi hingga akhir
masa kerja di puskesmas.

72
BAB IX
PEMBAHASAN

Perilaku buang air besar sembarangan merupakan suatu tindakan


membuang kotoran atau tinja di ladang, hutan, semak–semak, sungai, pantai
atau area terbuka lainnya dan dibiarkan menyebar mencemari lingkungan, tanah,
udara dan air (WHO, 2010). Kotoran manusia dapat menjadi sumber penyebab
timbulnya berbagai penyakit infeksi. Perkiraan kasus kesakitan pertahun di
Indonesia akibat sanitasi buruk adalah penyakit diare sebesar 72%, kecacingan
0,85%, scabies 23%, trakhoma 0,14%, hepatitis A 0,57%, hepatitis E 0,02% dan
malnutrisi 2,5%, sedangkan kasus kematian akibat sanitasi buruk adalah diare
sebesar 46%, kecacingan 0,1%, scabies 1,1%, hepatitis A 1,4% dan hepatitis E
0,04% (WSP-EAP, 2008). Penyakit–penyakit infeksi yang berhubungan dengan
oral-fekal transmisi sebenarnya penyakit yang dapat dikontrol dan dicegah
melalui sanitasi yang baik, khususnya sistem pembuangan tinja manusia
(Cairncross et al., 2006)
Berdasarkan data WHO pada tahun 2010 diperkirakan sebesar 1.1 milyar
orang atau 17% penduduk dunia masih buang air besar di area terbuka, dari data
tersebut diatas sebesar 81% penduduk yang BABS terdapat di 10 negara dan
Indonesia sebagai Negara kedua terbanyak ditemukan masyarakat buang air
besar di area terbuka , yaitu India (58%), Indonesia (5%), China (4,5%), Ethiopia
(4,4%), Pakistan (4,3%), Nigeria (3%), Sudan (1,5%), Nepal (1,3%), Brazil (1,2%)
dan Niger (1,1%). Di Indonesia, penduduk yang masih buang air besar di area
terbuka sebesar 5% merefleksikan 26% total penduduk Indonesia (WHO, 2010).
Hasil Riskesdas 2010 menunjukkan penduduk yang buang air besar di area
terbuka sebesar 24,7 % dan buang air besar dilubang tanah sebesar 11,7%.
Sedangkan akses sanitasi meliputi kepemilikan/ penggunaan jamban, jenis kloset
dan pembuangan akhir tinja sebesar 55,5 % (Balitbangkes, 2010).
Sanitasi berhubungan dengan kesehatan lingkungan yang mempengaruhi
derajat kesehatan masyarakat, adapun indikator sanitasi untuk menggambarkan
keadaan lingkungan adalah akses terhadap air bersih dan air minum yang aman
dan akses terhadap sanitasi layak (United N, 2005).Sanitasi dasar yaitu sanitasi
minimum pada tingkat keluarga yang diperlukan untuk menyehatkan lingkungan
pemukiman yang meliputi penyediaan air bersih, sarana pembuangan kotoran
manusia (jamban), sarana pembuangan limbah dan pengelolaan sampah rumah

73
tangga.Sebagai indikator untuk menilai baikburuknya sarana pembuangan
kotoran manusia adalah penggunaan jamban atau kepemilikan jamban dan jenis
jamban yang digunakan.Akses sanitasi disebut baik apabila rumah tangga
menggunakan sarana pembuangan kotoran sendiri dengan jenis jamban leher
angsa (UNDP, 2007). Beberapa penelitian menjelaskan bahwa sanitasi yang baik
dapat mengurangi penularan mikroba yang menyebabkan diare dengan cara
mencegah kontaminasi tinja manusia dengan lingkungan. Meningkatnya sarana
sanitasi dapat mengurangi insiden diare sebesar 36 % (UNICEF, 2011). Di dalam
penelitian lain menyebutkan bahwa penggunaan jamban efektif dapat
mengurangi insiden penyakit diare sebesar 30% (Semba et al., 2011)
Berdasarkan data yang ada, presentase jumlah warga desa
Sumbermanjing Kulon yang memiliki perilaku BABS sebesar 26,66%. Kelompok
kami melakukan intervensi kegiatan “Gerakan Injak Jamban” dengan tujuan
menurunkan prevalensi warga yang memiliki perilaku BABS sebesar 10% dalam
waktu 1 tahun di Desa Sumbermanjing Kulon, Kecamatan Pagak, Kabupaten
Malang. Dengan upaya meningkatkan pengetahuan kader dan warga desa akan
bahaya perilaku BABS bagi kesehatan dan lingkungan, sehingga diharapkan
akan ada perubahan sikap dan perilaku BABS serta meningkatkan kesadaran
dan memicu keinginan warga Desa Sumbermanjing Kulon untuk membangun
jamban pribadi.
Acara dilaksanakan pada hari Rabu dan Selasa tanggal 10 dan 16 Juni
2015. Tidak ditemukan kendala yang berarti pada awal kegiatan,dokter muda
melaksanakan koordinasi kepala desa, pengurus puskesmas, perangkat desa,
dan ketua kader dengan baik. Acara ini mendapat sambutan dan antusiasme
yang baik dari parakader dan warga Desa Sumbermanjing Kulon.
Pada hari Rabu, dilaksanakan acara “Episode Kader” di Panti PKK Balai
desa Sumbermanjing Kulon. Acara dimulai pukul 14.00 siang, dihadiri oleh 24
orang kader. Jumlah kader yang hadir mencapai target (lebih dari 20).Acara
diawali dengan pembukaan, doa, sambutan. Setelah itu masuk ke pretest.Pada
pengerjaan pretest semua kader yang hadir mengerjakan dengan serius
walaupun banyak yang kebingungan dalam menjawab.Acara kemudian
dilanjutkan dengan pemberian materi tentang bahaya BABS, serta pentingnya
memiliki jamban sehat. Selain materi, para kader juga dijelaskan tentang buku
panduan dan ada pemutaran video tentang desa ODF.Kader menyimak materi
dengan baik.Setelah materi selesai, dilanjutkan sesi tanya jawab, para kader aktif

71 74
dan antusias dalam sesi ini. Apa yang tidak dimengerti oleh kader dalam
pemberian materi langsung ditanyakan oleh para kader. Setelah materi selesai,
Dokter Muda memberikan pengarahan tentang latihan penyuluhan yang akan
dilakukan. Para kader diminta satu persatu untuk mempraktekkan penyuluhan
tentang bahayaBABS serta pentingnya jamban sehat. Setiap kader dibekali
dengan buku panduandan cheklist untuk berlatih bergantian untuk melakukan
penyuluhan. Dengan bersemangat, kader berlatih memberikan penyuluhan.
Kader yang melakukan role play sebagai pemberi penyuluhan memerankan
perannya dengan baik dan Dokter Muda serta kader lainnya berperan sebagai
warga melemparkan pertanyaan-pertanyaankepada kader yang sedang
menyuluh. Suasana latihan penyuluhan tampak hidup dan terlaksana sesuai
tujuan, yakni melatih kader untuk memberikan informasi padawarga nantinya.
Kader yang berlatih penyuluhan berjumlah 8 orang.Penilaian kader didasarkan
pada checklist microteaching (terlampir). Kemudian, setiap kelompok dipilih
kader terbaik, yang kemudian akan diundang untuk memberikan penyuluhan
pada acara “Injak Jamban episode Warga” berikutnya. Acara “Episode Kader”
ditutup dengan post test dimana hasil dari post test menunjukkan peningkatan
dari pre test.Dari 24 peserta, 20 kader mendapat nilai lulus (≥70). Hal ini
menunjukkan adanya peningkatan pengetahuan kader setelah diberikan materi
mengenaibahaya BABS serta jamban yang sehat.Dari hasil pernyataan
kepuasan dan kebermanfaatan acara, sebagian besar kader sangat puas secara
keseluruhan dan merasa acara ini sangat bermanfaat.
Acara yang kedua yakni Gerakan Injak Jamban “Episode Warga”,
dilaksanakan pada hari Selasa, tanggal 16 Juni 2015 di Panti PKK Balai desa
Sumbermanjing Kulon dihadiri oleh 18 KK yang tidak memiliki jamban termasuk
ketua RT dan RW dan 5 orang kader. Jumlah warga kurang mencukupi dari
target peserta namun kami melakukan solusinya dengan door to door
penyuluhan dan membagikan poster dan kalender serta celengan ke rumah-
rumah warga. Setelah registrasi pukul 14.00, Acara dimulai pukul 14.30 siang,
Setelah registrasi, kegiatan dibuka oleh sambutan dan dilakukan pre-test. Pada
pelaksanaan pre-test, beberapa warga mengalami kesulitan karena tidak bisa
membaca dan menulis, serta kesulitan membaca soal.Oleh karena itu,dokter
muda membacakan soal beserta pilihan jawaban, secara umum pelaksanaan
pre-test berjalan dengan baik. Acara kemudian dilanjutkan dengan simulasi cerita
air sungai yang tercemar di desa. Kegiatan dilakukan dengan menggunakan alat

75
peraga berupa styrofoam gambaran desa dipasang selang-selang bening yang
menjadi keruh dan kotor setelah diberi cairan menyerupai tinja. Setelah itu,warga
dibagi menjadi 5 kelompok sesuai dengan jumlah kader. 1 kader mengajar 3-4
orang warga.Kemudian dilakukan diskusi dimana materi disampaikan oleh kader
dengan menggunakan lembar balik yang telah disiapkan.Kemudian dokter muda
menjelaskan kembali materi dan memberikan kesimpulan dari diskusi yang
sudah dilakukan, serta pemutaran video ice breaking tentang BABS. Setelah
selesai sesi materi dan tanya jawab, acara selanjutnya adalah post-test. Setelah
itu acara ditutup dengan pembagian celengan dan kalender serta poster injak
jamban. Dokter muda menjelaskan penggunaan kalender injak jamban dan
mengajak warga untuk berkomitmen menabung setiap harinya.
Evaluasi dari kegiatan “Episode Warga” dapat diukur dari peningkatan
nilai post-test. Dari jumlah peserta yang hadir sebagian besar nilai post-test
meningkat dan lulus (≥70).Dari hasil pernyataan kepuasan dan kebermanfaatan
acara, sebagian besar warga sangat puas secara keseluruhan dan merasa acara
ini sangat bermanfaat.Lembar monitoring tabungan jamban dibuat supaya dapat
mem follow-up dana untuk pembuatan jamban. Monitoring dilakukan oleh kader
desa Sumbermanjing Kulon setiap bulannya. Selain itu checklist perilaku BABS
dibuat untuk melihat kemajuan perubahan perilaku warga yang tidak memiliki
jamban.
Evaluasi dari tabungan jamban ada total 70% warga menempel kalender
dan sebesar 60% dari seluruh KK yang mendapatkan tabungan jamban sudah
mulai mengisi tabungan jamban. Sementara itu, impact dari program masih
belum dapat dievaluasi hingga akhir masa kerja di puskesmas

76
BAB X
PENUTUP

10.1 Kesimpulan
1. Dari penilaian skala prioritas yang kami lakukan, masalah kesehatan yang
menjadi prioritas dalam diagnosis komunitas diPuskesmas Sumbermanjing
Kulon adalah Jumlah warga Desa Sumbermanjing Kulon yang memiliki
perilaku BABS sebesar 26,66% berdasarkan data Puskesmas
Sumbermanjing Kulon tahun 2014.
2. Dari data primer kami dapatkan akar masalah yaitu warga tidak merasa
malu bila BAB di sungai (biasa saja), warga tidak memiliki jamban di
rumah, tidak ada yang menegur atau melarang warga yang BABS, serta
tidak ada buku panduan/bacaan bagi kader kesehatan ataupun warga yang
berisi dampak negatif BABS
3. Telah dilakukan intervensi berupa Program “Gerakan Injak Jamban” yang
mencakup penyuluhan danpembagian buku panduan bagi kader,
penyuluhan, pembagian poster dan tabungan jamban bagi warga.
4. Secara umum program “Gerakan Injak Jamban” ini telah berhasil mencapai
indikator keberhasilan, namun pada prosesnya kami mendapat masalah
pada program tabungan jamban karena tidak mencapai target
keikutsertaan warga. Namun, dengan diadakan kegiatan door to door
(penyuluhan ke rumah- rumah) maka target keikutsertaan warga terhadap
program tabungan jamban dapat tercapai.

10.2 Saran
1. Perlu diadakan program lanjutan dari “Gerakan Injak Jamban” untuk
mengevaluasi keberhasilan jangka panjang dari program ini.
2. Perlu diadakanpenyuluhan rutin oleh puskesmas tentang BABS.
3. Perlu digiatkan gerakan serupa pada salah satu RT di Desa
Sumbermanjing Kulon untuk dijadikan contoh untuk RT lainnya.
4. Perlu membuat monitoring rutin tentang perubahan perilaku BABS warga
yang telah dilakukan intervensi.
5. Diharapkan warga di setiap RT yang memiliki jamban umum dapat
mengadakan kerja bakti rutin minimal 1 bulan sekali atau membuat jadwal
piket KK secara bergilir setiap minggunya.
6. Waktu untuk penyelenggaraan acara sebaiknya disamakan atau

74 77
digabungkan dengan acara yang diadakan oleh warga agar banyak warga
yang dapat datang, dapat diadakan bersamaan dengan kegiatan
posyandu.

78
DAFTAR PUSTAKA

An example of a Process Quality Indicators Checklist . Diakses tangga 24 Mei


2015. www.wsp.org/scalingupsanitation

Balitbangkes.Sanitasi in Riset Kesehatan Dasar. Jakarta: Kementrian Kesehatan


Republik Indonesia; 2010. p. 313 - 24.

Cairncross S, Valdmanis, V. Water Supply, Sanitation and Hygiene Promotion.


In: Dean T Jamison ea, editor. Disease Control Priorities in Developing
Countries. 2nd edition ed. Washington (DC): World Bank 2006. p. 771 - 92

Clasen T, Bostoen, K, Schmidt, W, et.al. Interventions to improve disposal of


human excreta for preventing diarrhoea (Review). The Cochrane
Collaboration Published by JohnWiley & Sons, Ltd. 2010(6):1-32.

Dinas Kesehatan Provinsi Banten. 2014. Terapkan 10 Indikator PHBS Dalam


Lingkungan Keluarga. Diunduh pada 24 Mei 2015,
(http://dinkes.bantenprov.go.id/read/pengumuman/8/Terapkan-10-Indikator-
PHBS-Dalam-Lingkungan-Keluarga.html)

Fitriani, S. 2011. Promosi Kesehatan. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Kamal, KRC. Handbook on Community Led Total Sanitation Geneva: World


Health Organization; 2008. p. 45 - 62.

KemenKes, 2010. Tujuh Syarat Membuat Jamban Sehat. Diakses tanggal 24 Mei
2015,(http://www.sanitasi.or.id/index.php?
option=com_content&view=article&id=255:tujuh-syarat-membuat-
jambansehat&catid=55:berita&Itemid=125)

Kementerian PPN. Laporan Pencapaian Tujuan Pembangunan Milenium di


Indonesia 2010. Jakarta: Badan Perencanaan Pembangunan Nasional
(BAPPENAS); 2010. p. 107 - 13.

Kepmenkes no 852 tahun 2008 tentang Strategi Nasional Sanitasi Total Berbasis
Masyarakat

Mukheerjee,2012. Stop Buang Air Bersih Sembarangan.Jakarta

Nielsen, 2009. Total Sanitation–Sanitation Marketing Research in East Java

Notoadmodjo, S. 2010. Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi. Jakarta: Rineka


Cipta.

Plan Indonesia,2011. Highlight Declaration of ODF village.

Ringkasan Kajian Air Bersih, Sanitasi dan Kebersihan. Diakses tanggal 24 Mei
2015,
(http://www.unicef.org/indonesia/id/A8__B_Ringkasan_Kajian_Air_Bersih.p
df)

79
Semba R, Kraemer , K, Sun , K. et.al. Relationship of the Presence of a
Household Improved Latrine with Diarrhea and Under-Five Child Mortality
in Indonesia.The American Society of Tropical Medicine and Hygiene.
2011;84(3):pp. 443–50

Semba R, Kraemer , K, Sun , K. et.al. Relationship of the Presence of a


Household Improved Latrine with Diarrhea and Under-Five Child Mortality
in Indonesia.The American Society of Tropical Medicine and Hygiene.
2011;84(3):pp. 443–50

Sitinjak, Lely Herlina. 2011. HubunganPerilakuHidupBersihdanSehat (PHBS)


denganKejadianDiare di DesaPardede Onan KecamatanBaligeTahun
2011.Diunduhpada 23 Mei 2015,
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/29777/4/Chapter%20II.pdf.

UNDP.United Nations Development Programme. Human Development Report


2007 New York: United Nations Development Programme2007

UNICEF/WHO. Diarrhoea: Why children are still dying and what can be done
2009:1 - 15.

United N, Millennium Project Task Force on Water and Sanitation,


Health, dignity and development: what will it take? London :
Earthscan 2005.

Utomo et al. 2011. Factors Associated with Achieving and Sustaining


Open Defecation Free Communities: Learning from East Java.

Water and Sanitation Program—East Asia and Pacific. 2008. Economic


Impacts of Sanitation in Indonesia: A Five country study under the
Economicsof Sanitation Initiative

WHO/UNICEF. Progress on Sanitation and Drinking-water: 2010


Update. Geneva: WHO 2010. p. 22 - 52

80

Anda mungkin juga menyukai