Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 15

Materi 1

(THOMAS STAMFORD RAFFLES - HISTORY OF JAVA)

Thomas Stamford Raffless menjadi letnan gubernur Hindia Belanda pada tahun 1811
hingga 1816. Raffles bukanlah orang yang berkarakter hebat, tapi dia cukup bijaksana
untuk lebih memilih reputasi dalam sejarah dariapad penghasilan material sesaat. Ia
bekerja seumur hidupnya, mula-mula dengan melayani negarawan-negarawan
humaniter utama, kemudian dengan menciptakan tulisan-tulisan yang menjadi sebuah
legenda historis mengenai administrasinya di Jawa. Raffles punya satu keunggulan
besar atas pendahulu-pendahulunya di administrasi kolonial. Ia tahu bagaimana
menulis, bagaimana menghiasi narasinya dengan slogan-slogan yang akan dihargai,
pertama oleh para pelindungnya, kemudian, setelah menjadi tekenal, oleh publik umum
(Vlekke, H.M. Bernard, 2010: 288).

Letnan jenderal kepercayaan Lord Minto ini memerintah ketika di Hindia tengah terjadi
semangat liberalisme yakni, penolakan terhadap gaya eksploitatif VOC, penindasan
menyebabkan kemalasan, kebijakan seperti kerja paksa dan pengiriman tenaga paksa
yang digantikan oleh kebebasan penanaman dan penjualan, pemerintahan langsung,
dan sewa tanah harus didukung oleh birokrasi modern dan komoditi ekspor.

Sementara itu kondisi yang terjadi di Indonesia sangat berbeda dengan apa yang
berlangsung di Hindia. Di Indonesia, feodalisme masih berpengaruh kuat, ekonomi
subsisten (memenuhi kebutuhan sendiri, bukan untuk memenuhi kebutuhan pasar), dan
ekonomi keuangan yang tidak berkembang. Hal ini menyebabkan disepakatinya
perjanjian atau traktat London tahun 1814 yang menyatakan bahwa Inggris harus
memulangkan kembali kolonial Belanda (kecuali yang berada di Tanjung Harapan).
Sebagai kompensasi Bangka , Inggris memperoleh Cochin China.

Thomas Stamford Raffles yang menentang stelsel Kompeni yang terdapat di Jawa
menghendaki stelsel baru yang diperbaiki, yang bersendikan dasar-dasar sebagai
berikut:
1. Menghapuskan segala bentuk penyerahan paksa hasil-hasil tanah dengan harga-
harga yang tidak pantas, dan penghapusan semua macam kerja rodi, dengan
memberikan kebebasan penuh dalam penanaman dan perdagangan.

2. Pengawasan tertinggi dan langsung dilakukan oleh pemerintah atas tanah-tanah


dengan menarik pendapatan dan sewanya tanpa perantaraan bupati-bupati, yang
pekerjaannya selanjutnya akan terbatas pada pekerjaan-pekerjaan umum. Maksud dari
azas kedua ini ialah, pengadaan suatu aparatur pemerintahan dalam negeri yang terdiri
atas orang-orang Eropa dan mengesampingkan bupati. Konsekuensi pemecatan para
bupati tampaknya tidak diambil oleh Raffles sebab ia dengan berbaik hati tetap
memperkerjakan para eks-bupati tersebut tetapi hanya bertugas sebagai kepolisian
sederhana. Para mantan bupati ini tidak diperkenankan untuk turut memungut pajak
karena dianggap mengacaukan.

3. Menyewakan tanah-tanah yang diawasi pemerintah secara langsung dalam persil-


persil (petak-petak) besar atau kecil, menurut keadaan setempat berdasarkan kontrak-
kontrak untuk waktu yang terbatas. Apa maksud dari tujuan Raffles ini? Ia
menginginkan, dengan adanya sewa tanah maka pendapatan negara akan menjadi
lebih baik. Tak jauh beda dengan Hogendorp, Raffles juga ingin mengadakan
liberalisasi dan kepastian hukum. Harapannya, kemakmuran masyarakat dan ekspor
akan tumbuh dengan sendirinya berkat kekuatan-kekuatan rakyat yang terdapat dalam
masyarakat itu sendiri (Atmosudirdjo, Prajudi, 1983: 143-144).
Inilah yang menjadi dasar bahwa sebetulnya politik kolonial Raffles bertolak dari
ideologi liberal dan bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat dengan
memberikan kebebasannya. Apa implementasi dari pelaksanaan politik liberal? Tentu,
implementasinya adalah perombakan besar-besaran struktur tradisonal dan sistem
feodal lalu diganti dengan sistem baru yang didasarkan atas prinsip legal-rasionalitas
(Kartodirdjo, Sartono, 1992: 293).

Hasilnya adalah, harga sewa tanah adalah sekitar 25?ri harga pertanian per-tahun.
Kemudian muncul faktor kegagalan yakni ketidaktepatan para tuan tanah, pengaruh
dari para wali raja dan ketua orang-orang pribumi, serta kekurangan uang. Meskipun
program Raffles gagal, akan tetapi hal ini justru menginspirasi pemerintah Belanda
untuk mewujudkan sistem ini hingga 1830. Akan tetapi Belanda mewujudkannya tanpa
spirit yang kuat dan hanya sebatas “trial and error” atau uji coba saja.
Hal ini disebabkan negara Inggris yang lebih maju ketimbang Belanda dalam bidang
industri, sehingga Belanda terlampau mengukur politik kolonialnya dengan indikator
keadaan ekonomi negeri Belanda sendiri. Negerinya masih bersifat agraris, industri pun
belum berkembang terlebih setelah perang Napoleon kondisi perekonomiannya mundur
dan menderita total. Maka konsekuensinya,landelijk stelsel-lah yang menjadi jalan
tengah sehingga memaksa Belanda -nantinya- mengambil langkah kembali ke sistem
VOC dengan beberapa perubahan terkenal sepertiCultuurstelsel(sistem tanam paksa)
(Kartodirdjo, Sartono, 1992: 293-294).

Baik Daendels maupun Raffles keduanya dengan keras menstruktur ulang administrasi
di beberapa pulau, mengurangi kekuatan bupati, mengganti sistem pajak dan
mengganti desa menjadi unit dasar administratif. Secara khusus Raffles menekankan
jika kesejahteraan harus menjadi tujuan dari pemerintah kolonial, dan ia
memperkenalkan bentuk pajak tanah, yang disebut sewa tanah, dalam upayanya untuk
mengembangkan ekonomi keuangan di suatu pulau.

Penetapan pajak tanah ini bisa dilakukan dengan cara  atau pajak desa (dorpsgewijs)
dan dengan cara perseorangan (individual). Jika yang digunakan adalah pajak sedesa
maka para kepala desa harus agak diberikan kebebasan untuk menentukan
kebijaksanaan menurut keadaan. Sebaliknya, jika pajak ditetapkan secara
perseorangan maka ia dapat menentukan langsung menurut peraturan-peraturan dan
norma-norma tertentu sehingga dengan demikian terdapat kepastian hukum dalam hal
perpajakan (Atmosudirjo, Prajudi, 1983: 154).
Langkah Raffles tersebut, dalam penulisan sejarah penjajahan, disematkan “gelar”
sebagai pembaharu yang hebat. Tidaklah mengherankan sebutan tersebut karena
sikap Raffles sendiri yang mengonsep “kesejahteraan penduduk asli” sebagai tanggung
jawab pemerintah, ditambah sistem “landrent” atau pajak tanah-nya yang meletakkan
dasar bagi perkembangan perekonomian uang selanjutnya, dan penekanannya pada
desa sebagai unit administrasi penjajahan yang utama, dan keteguhan hatinya pada
prinsip Daendels untuk memperlakukan para pejabat Jawa sebagai mesin birokrasi
pemerintah (Ricklefs, M.C., 2005: 251).
Meskipun demikian, peraturan Raffles hanya berjalan singkat. Pada akhir masa Perang
Napoleon, kebijakan Inggris justru memperkuat Belanda sebagai lawan berat Eropa
terhadap Perancis, dan di 1816 Jawa dan pos-pos Indonesia lainnya dikembalikan
kepada pihak Belanda sebagai bagian dari penyusunan kembali secara menyeluruh
urusan-urusan Eropa setelah perang-perang Napoleon. Raffles sudah kembali ke
Inggris, dia akhirnya aka terkenal sebagai pendiri Singapura pada tahun 1819 (Ricklefs,
M.C., 2005: 252). Sementara itu wilayah di luar Indonesia baru dikembalikan kepada
pihak Belanda pada tahun 1817.

Materi 2

PPKI  Merupakan Singkatan Dari Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia Atau


Dalam Bahasa Jepang Disebut Dengan Dokuritsu Zyunbi Inkai. PPKI Ialah Panitia
Yang Bertugas Untuk Mempersiapkan Kemerdekaan Indonesia, Sebelum Panitia Ini
Dibentuk, Sebelumnya Sudah Berdiri BPUPKI Tapi Karena Dianggap Terlalu Cepat Ingin
Melaksanakan Proklamasi Kemerdekaan.
 

Sejarah PPKI [ Proses Awal Pembentukan PPKI ]

Lembaga Ini Beranggotakan Tokoh-Tokoh Pergerakan Nasional Yang Berasal Dari Jawa
Dan Luar Jawa. Anggota PPKI Semula Berjumlah 21 Orang, Kemudian Ir. Soekarno
Menambah 6 Orang Tanpa Sepengetahuan Fihak Jepang. Hal Ini Menunjukkan Bahwa
PPKI Memiliki Kemandirian Dan Tidak Tergantung Pada Jepang. Tujuan Dibentuk PPKI
Adalah Untuk Mempersiapkan Segala Sesuatu Yang Diperlukan Dalam Menyongsong
Kemerdekaan.

Setelah PPKI Merampungkan Tugasnya, Yaitu Menyiapkan Konsep Pembukaan UUD


1945 Dan Batang Tubuh UUD 1945, Kemudian Membubarkan Diri Dan Mengusulkan
Dibentuknya PPKI (Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia) Yang Bertugas
Melaksanakan Kemerdekaan Indonesia Dan Mengambil Langkah-Langkah Nyata Untuk
Membentuk Suatu Negara.
 

Sementara Itu Kedudukan Jepang Dalam Perang Dunia II Semakin Terdesak, Sehingga
Komando Jepang Di Wilayah Selatan Mengadakan Rapat Pada Akhir Bulan Juli 1945 Di
Singapura. Dalam Pertemuan Tersebut Disetujui Bahwa Kemerdekaan Bagi Indonesia
Akan Diberikan Pada Tanggal 7 September 1945, Setahun Setelah Pernyataan Koiso.
Dalam Bulan Agustus Perubahan Bertambah Cepat, Tanggal 7 Agustus Jenderal Terauchi
Menyetujui Pembentukan Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (Dokuritsu Junbi
Inkai) Yang Bertanggung Jawab Melanjutkan Pekerjaan BPUPKI Dan Mempersiapkan
Segala Sesuatu Yang Diperlukan Karena Akan Diadakannya Pemindahan Kekuasaan Dari
Jepang Kepada Bangsa Indonesia.

Pada Tanggal 9 Agustus 1945 Soekarno, Hatta, Dan Radjiman Wediodiningrat Diundang
Ke Dalat, Kira-Kira 300 Km Sebelah Utara Saigon, Tempat Kedudukan Jenderal Terauchi,
Panglima Seluruh Angkatan Perang Jepang Di Asia Tenggara.3) Tujuan Pemanggilan
Ketiga Tokoh Tersebut Adalah Untuk Melantik Secara Simbolis Ir. Soekarno Sebagai
Ketua PPKI Dan Drs. Moh. Hatta Sebagai Wakil Ketuanya. Acara Pelantikan Berlangsung
Pada Tanggal 12 Agustus 1945 Ketika Mereka Tiba Di Dalat, Didahului Pidato Singkat
Terauchi Yang Menyatakan Bahwa Pemerintah Jepang Di Tokyo Memutuskan
Memberikan Kemerdekaan Kepada Indonesia.

Keesokan Harinya Soekarno, Hatta, Dan  Radjiman Kembali Ke Jakarta, Tetapi


Sebelumnya Singgah Di Singapura Satu Malam. Sesampainya Di Jakarta Disambut Oleh
Rakyat. Saat Itu Soekarno Mengucapkan Pidato Singkat Sebagai Berikut:

“Jika Beberapa Waktu Yang Lalu Saya Mengatakan Bahwa Akan Merdeka Sebelum
Tanaman Jagung Berbuah, Sekarang Saya Katakan Kepada Kamu Bahwa Indonesia Akan
Merdeka Sebelum Tanaman Tersebut Berbunga.”
Dengan Demikian Resmilah Pembentukan PPKI Dan Sudah Dapat Bekerja Sejak Tanggal
12 Agustus 1945. Mengenai Anggotanya, Terdiri Dari 21 Orang Yang Merupakan Wakil-
Wakil Dari Seluruh Kelompok Masyarakat Yang Ada Di Tanah Air, Yaitu 12 Dari Jawa, 3
Dari Sumatera, 2 Dari Sulawesi, 1 Dari Kalimantan, 1 Dari Nusa Tenggara, 1 Dari Maluku,
Dan 1 Dari Masyarakat Cina.
Pengurus Dan Keanggotaan PPKI
 
Ketua                            : Ir. Soekarno
Wakil Ketua          : Drs. Moh. Hatta
Penasehat                                      : Mr. Ahmad Soebarjo
 

Pada Tanggal 9 Agustus Jendral Terauchi Mengundang Tiga Orang Pemimpin Indonesia,
Yaitu A. Ir. Soekarno, B. Drs. Moh. Hatta,  C. Dr. Radjiman Widiodiningrat  Ke Dallat
( Saigon ). Tujuannya Adalah Untuk Mengetahui Perkembangan Lebih Lanjut Mengenai
Sikap Jepang Kepada Rencana Kemerdekaan Indonesia.
 

Tugas PPKI
 Tugas Utama PPKI
Tugas Berdasarkan Nama Yaitu Bertugas Untuk Mempersiapkan Kemerdekaan Indonesia

Tugas PPKI Sebenarnya


 Mengesahkan Undang Undang Dasar
 Memilih Dan Mengangkat Ir.Soekarno Sebagai Presiden Dan Drz.M.Hatta Sebagai
Wakil Presiden
 Membentuk Komite Nasional Untuk Membantu Tugas Presiden Sebelum DPR
Dan MPR Terbentuk.

Anggota PPKI
Pada Awalnya PPKI Beranggotakan 21 Orang (12 Orang Dari Jawa, 3 Orang Dari
Sumatra, 2 Orang Dari Sulawesi, 1 Orang Dari Kalimantan, 1 Orang Dari Nusa Tenggara,
1 Orang Dari Maluku, 1 Orang Dari Golongan Tionghoa). Susunan Awal Anggota PPKI
Adalah Sebagai Berikut :

1. Soekarno (Ketua)
2. Moh. Hatta (Wakil Ketua)
3. Mr. Dr. Soepomo (Anggota)
4. KRT Radjiman Wedyodiningrat (Anggota)
5. P. Soeroso (Anggota)
6. Soetardjo Kartohadikoesoemo (Anggota)
7. Kiai Abdoel Wachid Hasjim (Anggota)
8. Ki Bagus Hadikusumo (Anggota)
9. Otto Iskandardinata (Anggota)
10. Abdoel Kadir (Anggota)
11. Pangeran Soerjohamidjojo (Anggota)
12. Pangeran Poerbojo (Anggota)
13. Mohammad Amir (Anggota)
14. Abdul Maghfar (Anggota)
15. Teuku Mohammad Hasan (Anggota)
16. GSSJ Ratulangi (Anggota)
17. Andi Pangerang (Anggota)
18. H. Hamidan (Anggota)
19. I Goesti Ketoet Poedja (Anggota)
20. Johannes Latuharhary (Anggota)
21. Yap Tjwan Bing (Anggota)
 

Selanjutnya Tanpa Sepengetahuan Jepang, Keanggotaan Bertambah 6 Yaitu  :


1. Achmad Soebardjo (Penasehat)
2. Sajoeti Melik (Anggota)
3. Ki Hadjar Dewantara (Anggota)
4. A.A. Wiranatakoesoema (Anggota)
5. Kasman Singodimedjo (Anggota)
6. Iwa Koesoemasoemantri (Anggota)
Pertemuan Dengan Marsekal Terauchi
Tanggal 9 Agustus 1945, Sebagai Pimpinan PPKI Yang Baru, Soekarno, Hatta Dan
Radjiman Wedyodiningrat Diundang Ke Dalat Untuk Bertemu Marsekal Terauchi. Setelah
Pertemuan Tersebut, PPKI Tidak Dapat Bertugas Karena Para Pemuda Mendesak Agar
Proklamasi Kemerdekaan Tidak Dilakukan Atas Nama PPKI, Yang Dianggap Merupakan
Alat Buatan Jepang. Bahkan Rencana Rapat 16 Agustus 1945 Tidak Dapat Terlaksana
Karena Terjadi Peristiwa Rengasdengklok.

Isi Pembicaraan Tiga Tokoh Indonesia Dengan Jendral Terauchi:

1. Pemerintah Jepang Memutuskan Untuk Member Kemerdekaan Kepada Indonesia


Segera Setelah Persiapan Kemerdekaan Selesai Dan Berangsur-Angsur Dimulai
Dari Pulau Jawa Kemudian Kepulau-Pulau Lainnya.
2. Untuk Pelaksaan Kemerdekaan Diserahkan Kepada PPKI Dan Telah Disepakati
Tanggal 18 Agustus 1945.
3. Wilayah Indonesia Akan Meliputi Seluruh Bekas Wilayah Hindia-Belanda.

Peristiwa Rengasdengklok
Peristiwa Rengasdengklok Adalah Peristiwa Dimulai Dari “Penculikan” Yang Dilakukan
Oleh Sejumlah Pemuda (A.L. Adam Malik Dan Chaerul Saleh Dari Menteng 31 Terhadap
Soekarno Dan Hatta. Peristiwa Ini Terjadi Pada Tanggal 16 Agustus 1945 Pukul 04.30.
WIB, Soekarno Dan Hatta Dibawa Ke Rengasdengklok, Karawang, Untuk Kemudian
Didesak Agar Mempercepat Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia,Sampai
Dengan Terjadinya Kesepakatan Antara Golongan Tua Yang Diwakili Soekarno Dan
Hatta Serta Mr. Achmad Subardjo Dengan Golongan Muda Tentang Kapan Proklamasi
Akan Dilaksanakan.

Menghadapi Desakan Tersebut, Soekarno Dan Hatta Tetap Tidak Berubah Pendirian.
Sementara Itu Di Jakarta, Chairul Dan Kawan-Kawan Telah Menyusun Rencana Untuk
Merebut Kekuasaan. Tetapi Apa Yang Telah Direncanakan Tidak Berhasil Dijalankan
Karena Tidak Semua Anggota PETA Mendukung Rencana Tersebut.
 

Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia Rencananya Akan Dibacakan Bung Karno


Dan Bung Hatta Pada Hari Kamis, 16 Agustus 1945 Di Rengasdengklok, Di Rumah Djiaw
Kie Siong. Naskah Teks Proklamasi Sudah Ditulis Di Rumah Itu. Bendera Merah Putih
Sudah Dikibarkan Para Pejuang Rengasdengklok Pada Rabu Tanggal 15 Agustus, Karena
Mereka Tahu Esok Harinya Indonesia Akan Merdeka.

Karena Tidak Mendapat Berita Dari Jakarta, Maka Jusuf Kunto Dikirim Untuk Berunding
Dengan Pemuda-Pemuda Yang Ada Di Jakarta. Namun Sesampainya Di Jakarta, Kunto
Hanya Menemui Mr. Achmad Soebardjo, Kemudian Kunto Dan Achmad Soebardjo Ke
Rangasdengklok Untuk Menjemput Soekarno, Hatta, Fatmawati Dan Guntur. Achmad
Soebardjo Mengundang Bung Karno Dan Hatta Berangkat Ke Jakarta Untuk
Membacakan Proklamasi Di Jalan Pegangsaan Timur 56. Pada Tanggal 16 Tengah
Malam Rombongan Tersebut Sampai Di Jakarta.

Keesokan Harinya, Tepatnya Tanggal 17 Agustus 1945 Pernyataan Proklamasi


Dikumandangkan Dengan Teks Proklamasi Kemerdekaan Indonesia Yang Diketik Oleh
Sayuti Melik Menggunakan Mesin Ketik Yang “Dipinjam” (Tepatnya Sebetulnya Diambil)
Dari Kantor Kepala Perwakilan Angkatan Laut Jerman, Mayor (Laut) Dr. Hermann
Kandeler.

Piagam Jakarta
Piagam Jakarta Adalah Hasil Kompromi Tentang Dasar Negara Indonesia Yang
Dirumuskan Oleh Panitia Sembilan Dan Disetujui Pada Tanggal 22 Juni 1945 Antara
Pihak Islam Dan Kaum Kebangsaan (Nasionalis). Panitia Sembilan Merupakan Panitia
Kecil Yang Dibentuk Oleh BPUPKI.

Di Dalam Piagam Jakarta Terdapat Lima Butir Yang Kelak Menjadi Pancasila Dari Lima
Butir, Sebagai Berikut:
1. Ketuhanan Dengan Kewajiban Menjalankan Syariat Islam Bagi Pemeluk-
Pemeluknya
2. Kemanusiaan Yang Adil Dan Beradab
3. Persatuan Indonesia
4. Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan Dalam Permusyawaratan
Perwakilan
5. Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia
 

Pada Saat Penyusunan UUD Pada Sidang Kedua BPUPKI, Piagam Jakarta Dijadikan
Muqaddimah (Preambule). Selanjutnya Pada Pengesahan UUD 45 18 Agustus 1945 Oleh
PPKI, Istilah Muqaddimah Diubah Menjadi Pembukaan UUD Setelah Butir Pertama
Diganti Menjadi Ketuhanan Yang Maha Esa. Perubahan Butir Pertama Dilakukan Oleh
Drs. M. Hatta Atas Usul A.A. Maramis Setelah Berkonsultasi Dengan Teuku Muhammad
Hassan, Kasman Singodimedjo Dan Ki Bagus Hadikusumo.
 

Naskah Piagam Jakarta Ditulis Dengan Menggunakan Ejaan Republik Dan


Ditandatangani Oleh Ir. Soekarno, Mohammad Hatta, A.A. Maramis, Abikoesno
Tjokrosoejoso, Abdul Kahar Muzakir, H.A. Salim, Achmad Subardjo, Wahid Hasjim, Dan
Muhammad Yamin.

Memilih Dan Mengangkat Presiden Dan Wakil Presiden


Pemilihan Presiden Dan Wakil Presidan Dilakukan Dengan Aklamasi Atas Usul Dari Otto
Iskandardinata Dan Mengusulkan Agar Ir. Soekarno Menjadi Presiden Dan Moh. Hatta
Sebagai Wakil Presiden. Usul Ini Diterima Oleh Seluruh Anggota PPKI.

Tugas Presiden Sementara Dibantu Oleh Komite Nasional Sebelum Dibentuknya MPR
Dan DPR.

 
Sidang PPKI Pasca Kemerdekaan Indonesia
 
Sidang 18 Agustus 1945
Setelah Proklamasi, Pada Tanggal 18 Agustus 1945, PPKI Mengadakan Sidang Di Bekas
Gedung Road Van Indie Di Jalan Pejambon.

Mengesahkan Undang-Undang Dasar 1945:

Sebelum Disahkan, Terdapat Perubahan Dalam UUD 1945, Yaitu:

1. Kata Muqaddimah Diganti Dengan Kata Pembukaan.


2. Pada Pembukaan Alenia Keempat Anak Kalimat Ketuhanan, Dengan Menjalankan
Syariat Islam Bagi Pemeluk-Pemeluknya Diganti Dengan Ketuhanan Yang Maha
Esa.
3. Pada Pembukaan Alenia Keempat Anak Kalimat Menurut Kemanusiaan Yang Adil
Dan Beradab Diganti Menjadi Kemanusiaan Yang Adil Dan Beradab.
4. Pada Pasal 6 Ayat (1) Yang Semula Berbunyi Presiden Ialah Orang Indonesia Asli
Dan Beragama Islam Diganti Menjadi Presiden Adalah Orang Indonesia Asli.

Sidang 19 Agustus 1945


PPKI Mengadakan Sidang Kedua Pada Tanggal 19 Agustus 1945 :

 Membentuk 12 Kementerian Dan 4 Menteri Negara


 Membentuk Pemerintahan Daerah
 

Sidang 22 Agustus 1945 Dan Pembubaran PPKI


Tanggal 22 Agustus 1945, PPKI Mengadakan Sidang Dan Membentuk:
 Membentuk Komite Nasional
 Membentuk Partai Nasional Indonesia
 Membentuk Badan Keamanan Rakyat
 

Pembentukan Badan Keamanan Rakyat (BKR) Bertujuan Agar Tidak Memancing


Permusuhan Dengan Tentara Asing Di Indonesia. Anggota BKR Adalah Himpunan Bekas
Anggota PETA, Heiho, Seinendan, Keibodan, Dan Semacamnya. Dengan Demikian Maka
Resmilah PPKI Dibubarkan.

Kesimpulan
Secara Simbolik PPKI Dilantik Oleh Jendral Terauchi Dengan Mendatangkan Sukarno,
Hatta Dan Rajiman Wedyodiningrat Ke Saigon Tanggal 9 Agustus 1945.
Hasilnya Cepat Lambat Kemerdekaan Bisa Diberikan Tergantung Kepada Kerja PPKI.
Terauchi Menyampaikan Keputusan Bahwa Kemerdekaan Indonesia Akan Diberikan
Pada Tanggal 24 Agustus 1945. Seluruh Pelaksanaan Kemerdekaan Diserahkan
Seluruhnya Kepada PPKI.
Persamaan BPUPKI Dan PPKI

1. Sama-Sama Merupakan Organisasi Bentukan Jepang


2. Dibentuk Ketika Kondisi Jepang Semakin Terpuruk.
3. Dibentuk Dalam Rangka Mewujudkan Keinginan Janji Koiso Untuk Memberikan
Kemerdekaan Bagi Negara Indonesia.
4. Maksud Sebenarnya Jepang Membentuk Keduanya Hanya Untuk Menarik Simpati
Rakyat.
 

Saran-Saran
 Sebagai Pelajar Dan Generasi Muda, Maka Kita Selayaknya Menjadikan
Momentum PPKI Ini Menjadi Sebuah Konsep Motivasi Dalam Menjelang
Kehidupan Masa Depan Kita. Agar Tidak Menyia-Nyiakan Kemerdekaan Yang Kita
Peroleh.
 Kita Harus Mengisi Kemerdekaan Dengan Aktifitas Yang Berkualitas Dan Bermutu,
Sehingga Dapat Memberi Manfaat Kepada Kehidupan Dan Kemajuan Bangsa.

Anda mungkin juga menyukai