Anda di halaman 1dari 8

Jurnal Ilmiah Research Sains VOL. 2. NO.

3 September 2016

KEUANGAN INKLUSIF DAN PERTUMBUHAN EKONOMI


SUMUT

Oleh :
Lia Nazliana Nasution, SE, M.Si
Handriyani Dwilita, SE, M.Si
Dosen FEB- UNPAB Medan

ABSTRAK
Penerapan kebijakan inklusif khusus untuk Indonesia disebabkan karena
masih banyaknya status unbankable hampir merata di semua daerah di Indonesia.
Bank Indonesia, OJK, dan Kementrian Keuangan bekerjasama menerapkan enam
pilar yang menjadi dasar penerapan kebijakan inklusif di Indonesia. Namun
kebijakan yang baru digagas tahun 2012 di bulan Juni ini masih terus mengalami
perkembangan pada penerapannya di lapangan. Dan penelitian yang telah
dilakukan terkait dengan penerapan kebijakan inklusif ini masih dilakukan oleh
para peneliti yang berasal dari pulau Jawa. Penelitian ini bertujuan untuk melihat
korelasi diantara faktor-faktor terkait inklusif keuangan dan pertumbuhan
ekonomi di Sumatera Utara periode 2008 sampai dengan 2015. Metode
pengolahan dan analisi data yaitu Analisis korelasi sederhana (bivariate
correlation). Hasil penelitian menunjukkan bahwa hanya jumlah tabungan dengan
jumlah kantor cabang bank, jumlah pinjaman (investasi, konsumsi, dan modal
kerja), dan PDRB yang memiliki hubungan korelasi sangat kuat dan signifikan.
Sedangkan jumlah tabungan dengan jumlah penyaluran kredit UMKM dan jumlah
angkatan kerja memiliki hubungan korelasi yang rendah dan tidak signifikan.

Kata Kunci : Jumlah tabungan, jumlah kredit UMKM, jumlah angkatan kerja,
jumlah pinjaman (investasi, konsumsi, dan modal kerja), PDRB

PENDAHULUAN peningkatan perekonomian. Dalam


hal pengembangan jasa keuangan,
Perkembangan perekonomian Bank Indonesia, Kementerian
suatu negara akan dipengaruhi Keuangan dan OJK mempunyai
beberapa faktor, baik yang berasal peran penting terhadap pelaksanaan
dari dalam negeri maupun faktor dan pengawasan regulasi sektor
yang berasal dari luar negeri. Salah keuangan di Indonesia. Bahkan
satu faktor yang mempengaruhi ketiga institusi tersebut telah
perkembangan perekonomian memiliki suatu suara terkait dengan
tersebut adalah perkembangan sinergi peran jasa keuangan dan
keuangan. Ketika keuangan suatu pengentasan kemiskinan. Perluasan
negara berkembang maka akan penggunaan jasa keuangan diyakini
berdampak positif terhadap berpengaruh terhadap penurunan

94
Jurnal Ilmiah Research Sains VOL. 2. NO. 3 September 2016

tingkat kemiskinan di suatu daerah. fasilitas intermediasi & distribusi,


Dengan meningkatnya keterlibatan dan perlindungan konsumen.
seluruh lapisan masyarakat terhadap
jasa keuangan maka tingkat Provinsi Sumatera Utara
kemiskinan akan menurun dan termasuk pada provinsi yang
peningkatan keuangan akan terjadi, mengalami tingkat perkembangan
pada akhirnya akan bermuara pada perekonomian yang cukup baik jika
perkembangan perekonomian suatu dibandingkan dengan beberapa
daerah/negara. provinsi di Indonesia. Tercatat
bahwa ibukota provinsi Sumatera
Kemiskinan salah satunya Utara merupakan termasuk kota
disebabkan oleh terjadinya besar yang berpengaruh terhadap
kesenjangan pendapatan di perekonomian di Indonesia. Namun
masyarakat. Negara anggota G20, berdasarkan data yang disampaikan
OECD, the World Bank, IMF, ADB, oleh Bank Indonesia, Sumatera Utara
dan Asean telah sepakat bahwa perlu masih dalam kategori unbankable.
diberi perhatian penuh terhadap Sumatera Utara walaupun termasuk
kesejangan pendapatan masyarakat provinsi yang memilki potensi
untuk pengentasan kemiskinan. sumber daya ekonomi yang cukup
Maka pada tahun 2012, Indonesia baik namun dalam hal penggunaan
telah sepakat bersama institusi jasa keuangan perbankan masih
tersebut untuk meluncurkan strategi dalam kategori rendah. Ini dapat
nasional keuangan inklusif yang menjadi indikasi bahwa pemerataan
akan menjadi acuan dalam strategi perekonomian di provinsi Sumatera
pengentasan kemiskinan di Utara belum merata, dan
Indonesia. pengetahuan mengenai jasa
perbankan juga belum terserap di
Keuangan inklusif pada seluruh pelosok negeri.
dasarnya merupakan upaya yang
disusun secara bersama yang Penelitian ini
bertujuan meniadakan bentuk menggambarkan beberapa faktor
hambatan terhadap akses mayarakat yang dapat dipertimbangkan dalam
dalam memanfaatkan layanan jasa penerapan kebijakan keuangan
keuangan dengan biaya terjangkau. inkusif di Sumatera Utara. Faktor
Bank Indonesia telah menyampaikan yang diuji dalam penelitian ini
enam pilar yang menjadi dasar adalah : Jumlah simpanan /
pelaksanaan keuangan inklusif di tabungan, jumlah penyaluran kredit
Indonesia. Ke enam pilar tersebut UMKM, Jumlah Angkatan kerja,
meliputi: Edukasi Keuangan, jumlah kantor cabang bank, jumlah
Fasilitas Keuangan Publik, Pemetaan pinjaman (modal kerja, konsumsi,
informasi keuangan, dan investasi) dan Produk Domestik
kebijakan/peraturan pendukung, Regional Bruto Atas Dasar Harga

95
Jurnal Ilmiah Research Sains VOL. 2. NO. 3 September 2016

Konstan (PDRB DAHK) selama Penelitian ini dilakukan di


kurun waktu 2008 hingga 2015. Sumatera Utara mulai dari tahun
2008 sampai dengan 2015. Jenis data
yang digunakan dalam penelitian ini
METODE PENELITIAN adalah data sekunder yang diperoleh
Peubah yang diamati atau dari Badan Pusat Statistik dan Bank
diukur: Jumlah simpanan / tabungan, Indonesia. Di samping itu untuk data
Jumlah penyaluran kredit UMKM, pendukung lainnya diperoleh dari
Jumlah angkatan kerja, jumlah buku-buku, jurnal-jurnal, makalah,
kantor cabang bank, jumlah dan hasil penelitian.
pinjaman (modal kerja, konsumsi, HASIL DAN PEMBAHASAN
dan investasi) dan Produk Domestik
Regional Bruto Atas Dasar Harga Hasil pengolahan data analisis
Konstan (PDRB DAHK). Metode bivariate correlation dengan
analisis yang digunakan dalam menggunakan program SPSS tersaji
penelitian ini adalah analisis korelasi pada tabel di bawah ini :
sederhana (bivariate correlation),
untuk melihat korelasi diantara
faktor-faktor terkait inklusif
keuangan dan pertumbuhan ekonomi
di Sumatera Utara periode 2008
sampai dengan 2015.

96
Jurnal Ilmiah Research Sains VOL. 2. NO. 3 September 2016

Correlations
angkatan
tabungan kredit cabang _kerja pinjaman pdrb
tabungan Pearson Correlation 1 .339 .973** .115 .987** .899**
Sig. (2-tailed) .411 .000 .786 .000 .002
N 8 8 8 8 8 8
kredit Pearson Correlation .339 1 .236 .585 .272 .511
Sig. (2-tailed) .411 .574 .128 .514 .196
N 8 8 8 8 8 8
cabang Pearson Correlation .973** .236 1 .081 .973** .835**
Sig. (2-tailed) .000 .574 .848 .000 .010
N 8 8 8 8 8 8
angkatan_kerja Pearson Correlation .115 .585 .081 1 -.011 .118
Sig. (2-tailed) .786 .128 .848 .979 .780
N 8 8 8 8 8 8
pinjaman Pearson Correlation .987** .272 .973** -.011 1 .906**

Sig. (2-tailed) .000 .514 .000 .979 .002


N 8 8 8 8 8 8
pdrb Pearson Correlation .899** .511 .835** .118 .906** 1

Sig. (2-tailed) .002 .196 .010 .780 .002


N 8 8 8 8 8 8
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Dari hasil analisis korelasi sederhana banyak kredit yang disalurkan


(r) didapat bahwa : khususnya ke UMKM.
b. Korelasi jumlah tabungan dan
a. Korelasi jumlah tabungan dan jumlah kantor cabang bank
jumlah penyaluran kredit UMKM adalah 0,973. Hal ini
adalah 0,339. Hal ini menunjukkan bahwa terjadi
menunjukkan bahwa terjadi hubungan yang sangat kuat
hubungan yang rendah antara antara jumlah tabungan dan
jumlah tabungan dengan jumlah jumlah kantor cabang bank. Arah
penyaluran kredit UMKM. hubungan yang positif berarti
Sedangkan arah hubungannya bahwa semakin tinggi jumlah
adalah positif karena nilai r tabungan maka semakin banyak
positif. Ini berarti semakin tinggi jumlah kantor cabang bank.
jumlah tabungan maka semakin

97
Jurnal Ilmiah Research Sains VOL. 2. NO. 3 September 2016

c. Korelasi jumlah tabungan dan a. Nilai signifikansi pada korelasi


jumlah angkatan kerja adalah jumlah tabungan dan penyaluran
0,115. Hal ini menunjukkan kredit UMKM adalah 0,411 >
bahwa terjadi hubungan korelasi 0,05 maka Ho diterima. Artinya
yang sangat rendah antara bahwa tidak ada hubungan
jumlah tabungan dengan jumlah signifikan antara jumlah
angkatan kerja. Sedangkan arah tabungan dengan jumlah
hubungan adalah positif yang penyaluran kredit UMKM.
berarti semakin tinggi jumlah Artinya jika semakin tinggi
tabungan maka jumlah angkatan jumlah tabungan maka tidak
kerja juga semakin tinggi. akan berhubungan terhadap
d. Korelasi jumlah tabungan dan tinggi rendahnya jumlah
jumlah pinjaman (Investasi, penyaluran kredit ke UMKM.
konsumsi dan modal kerja) Hal ini menunjukkan bahwa
adalah 0,987. Hal ini kecenderungan pihak UMKM
menunjukkan bahwa terjadi terkait dengan penyaluran kredit
hubungan yang sangat kuat dari pihak bankmasih minim,
antara jumlah tabungan dengan salah satunya terkendala
jumlah pinjaman (Investasi, birokrasi atau persyaratan kredit
konsumsi dan modal kerja). yang belum dapat dipenuhi oleh
Arah hubungan yang positif pihak UMKM.
berarti semakin tinggi jumlah b. Nilai signifikansi pada korelasi
tabungan maka semakin banyak jumlah tabungan dan jumlah
jumlah pinjaman yang kantor cabang bank adalah
diberikan. 0,000 < 0,05 maka Ho ditolak.
e. Korelasi jumlah tabungan dan Artinya bahwa ada hubungan
PDRB adalah 0,899. Hal ini yang signifikan antara jumlah
menunjukkan bahwa terjadi tabungan dengan jumlah kantor
hubungan yang sangat kuat cabang bank. Semakin banyak
antara jumlah tabungan dengan jumlah kantor cabang yang
PDRB. Arah hubungan yang secara merata tersebar ke
positif berarti semakin tinggi pelosok nusantara maka akan
jumlah tabungan maka semakin mendorong peningkatan jumlah
tinggi PDRB. tabungan yang dihimpun bank.
Secara garis besar dapat diketahui c. Nilai signifikansi pada korelasi
bahwa keseluruhan proksi penelitian jumlah tabungan dan jumlah
memiliki hubungan yang positif, baik angkatan kerja adalah 0,786 >
kuat maupun lemah. 0,05 maka Ho diterima. Artinya
bahwa tidak ada hubungan
Dari hasil uji signifikansi koefisien signifikan antara jumlah
korelasi sederhana (Uji t) didapat tabungan dengan jumlah
bahwa : angkatan kerja. Ketika jumlah

98
Jurnal Ilmiah Research Sains VOL. 2. NO. 3 September 2016

tabungan semakin tinggi tidak Artinya jumlah tabungan yang


akan berhubungan dengan meningkat atau menurun akan
peningkatan atau penurunan berhubungan dengan
jumlah angkatan kerja. Secara peningkatan maupun penurunan
konsep, jumlah angkatan kerja PDRB, dengan kata lain ketika
dapat meningkatkan jumlah tabungan meningkat
kecenderungan jumlah maka akan berkaitan dengan
tabungan, namun jumlah penurunan atau peningkatan
tabungan belum tentu dapat jumlah konsumsi, investasi,
berhubungan dengan jumlah pengeluaran pemerintah
angkatan kerja. Mengacu pada provinsi, nilai ekspor dan impor
hasil penelitian diatas dapat SUMUT.
dikatakan bahwa kecenderungan
masyarakat Indonesia yang
termasuk dalam kategori
angkatan kerja belum secara KESIMPULAN DAN SARAN
maksimal memanfaatkan produk KESIMPULAN
tabungan sebagai pilihan solusi Berdasarkan hasil penelitian yang
idlecash. Bisa jadi masyarakat telah dipaparkan, maka kesimpulan
lebih cenderung memanfaatkan penelitian ini adalah :
produk deposito atau investasi 1. Terdapat hubungan korelasi
riil seperti investasi properti yang rendah dan tidak
untuk solusi idlecash. signifikan antara jumlah
d. Nilai signifikansi pada korelasi tabungan dengan jumlah
jumlah tabungan dan jumlah penyaluran kredit UMKM.
pinjaman adalah 0,000 < 0,05 2. Terdapat hubungan korelasi
maka Ho ditolak. Artinya bahwa yang sangat kuat dan
ada hubungan yang signifikan signifikan antara jumlah
antara jumlah tabungan dengan tabungan dengan jumlah
jumlah pinjaman. Ketika jumlah kantor cabang bank yang ada
tabungan mengalami di Sumatera Utara.
peningkatan maupun penurunan 3. Terdapat hubungan korelasi
maka akan berhubungan dengan yang sangat rendah dan tidak
jumlah pinjaman yang signifikan antara jumlah
disalurkan ke konsumsi, tabungan dengan jumlah
Investasi maupun modal kerja. angkatan kerja.
e. Nilai signifikansi pada korelasi
jumlah tabungan dan PDRB 4. Terdapat hubungan korelasi
adalah 0,002 < 0,05 maka Ho yang sangat kuat dan
ditolak. Artinya bahwa ada signifikan antara jumlah
hubungan yang signifikan antara tabungan dan jumlah
jumlah tabungan dengan PDRB.

99
Jurnal Ilmiah Research Sains VOL. 2. NO. 3 September 2016

pinjaman (Investasi, Penerbit Gramedia Pustaka


konsumsi dan modal kerja). Utama, Jakarta.

5. Terdapat hubungan korelasi Beck T, Demirguc-Kunt A, Levine


yang sangat kuat dan R. 2007. Finance, Inequality and
signifikan antara jumlah the Poor. J Econ Growth. 12:27-
tabungan dengan PDRB. 49. Beck T, Demirguc-Kunt A,
Peria MSM. 2006. Reaching Out:
SARAN Access to and Use of Banking
Penelitian selanjutnya dapat Services Across Country. Journal
mengembangakan untuk wilayah of Financial Economics. 85:234-
atau provinsi yang berbeda sehingga 266.
penerapan keuangan inklusif secara
nasional dapat terpeta dengan baik. [BPS] Badan Pusat Statistik 2015.
Penelitian selanjutnya juga dapat Tersedia pada
menggunakan variabel penelitian http://www.bps.go.id [05 Oktober
yang lain. Pengembangan juga dapat 2015].
dilakukan dengan menggunakan
metode penelitian yang berbeda. [BI] Bank Indonesia. Statistik
Perbankan Indonesia 2015.
DAFTAR PUSTAKA Tersedia pada
http://www.bi.go.id/id/statistik/pe
Andrianaivo M, Kpodar K. (2012). rbankan/indonesia/Default.aspx
Mobile Phones, Financial [02 Oktober 2015].
Inclusion, and Growth. Review of
Economics and Institution. Vol.3 ____ Bank Indonesia. Statistik
No.2 Ang JB. 2010. Finance and Perbankan Indonesia 2015.
Inequality: The Case of India. Tersedia pada Tersedia pada
Shouthern Economic Journal. http://www.bi.go.id/id/statistik/pe
76(3):738-761 rbankan/indonesia/Default.aspx [5
Oktober 2015].
Anggraeni L. 2009. Factor
Influencing and Credit ____ Bank Indonesia. 2015. Booklet
Constraints of a Financial Self- Keuangan Inklusif Bank
Help Group in a Remote Rural Indonesia. Tersedia pada
Area: The Case of ROSCA and http://www.bi.go.id/id/perbankan/
ASCRA in Kemang Village West keuanganinklusif/edukasi/Content
Java. Journal of Applied Sciences. s/Buku
9(11):20672077. %20Saku%20Keuangan%20Inklu
sif.pdf [25 September 2015].
Anwar, Arsyd M, dkk, 1992,
Ekonomi Indonesia Prospek Demirguc-Kunt A, Beck T, Honohan
Jangka Pendek dan Sumber P. 2008. Finance for All? Policies
Pembiayaan Pembangunan, and Pitfalls in Expanding Access.

100
Jurnal Ilmiah Research Sains VOL. 2. NO. 3 September 2016

Washington, DC (US): World Berlin Working Papers on Money,


Bank. Finance, Trade and development.
Working Paper No.07/2012.
Demirguc-Kunt A, Klapper L. 2012.
Measuring Financial Inclusion Suparmoko, 1997, Ekonomi
The Global Financial Index. Pembangunan, Edisi Ketiga,
Penerbit UGM, Yogyakarta.
Kasmir, 2003, Dasar-Dasar
Perbankan, Edisi Pertama, Susilo, Sri Y, dkk, 2000, Bank dan
Cetakan Kedua, Penerbit PT. Raja Lembaga Keuangan Lain,
Grafindo Persada, Jakarta. Penerbit Salemba Empat, Jakarta

Mankiw, N. Gregory, 2003, Ummah, Bintan Badriatul, 2015,


Pengantar Ekonomi, Edisi Kedua, Analisis Inklusi Keuangan dan
Jilid 2, Penerbit Erlangga, Jakarta. Pemerataan Pendapatan di
Indonesia.Sekolah Pasca
Muchtolifah, 2007. Analisis Sarjana,Institut Pertanian Bogor.
Beberapa Faktor yang
Mempengaruhi Jumlah Tabungan ____ , 2013, Analisis Keterkaitan
Masyarakat pada Bank Umum Inklusi Keuangan dengan
dikota Surabaya. Jurnal Ilmu-ilmu Pembangunan di
Ekonomi Vol 7 No. 2:20-29 Asia.Departemen Ilmu Ekonomi,
Fakultas Ekonomi dan
[OJK] Ototritas Jasa Keuangan. Manajemen.IPB. Bogor
Laporan Triwulanan OJK Tahun
2014. Tersedia pada Van der Werff AD, Hogarth JM,
http://www.ojk.go.id/ojk- Peach ND. 2013. A Cross-
terbitkan-laporan-triwulan-i- Country Analysis of Financial
tahun-2014 [12 September 2014] Inclusion within the OECD.
Consumer Interest Annual.
Sarma Mandira, Jesim Pais. 2011. Volume 59.
Financial Inclusion and
Development. J Int Dev. 23:613- Wachira MI, Kihiu EN. 2012. Impact
628. Shahbaz M, Islam F. 2011. of Financial Literacy on Access to
Financial Development and Financial Services in Kenya.
Income Inequality in Pakistan: An International Journal of Business
Application of ARDL Approach. an Social Sience. Vol 3 No.19.
Munich Personal RePEc Archive
(MPRA). 17:13. World Bank: Working Paper No
6025. European Commission
Sarma Mandira. 2012. Index of Report. 2008. Financial Services
Financial Inclusion – A measure Provision And Prevention of
of financial sector inclusiveness. Financial Exclusion.

101

Anda mungkin juga menyukai