Anda di halaman 1dari 12

KATA PENGANTAR

Seraya mengucapkan Alhamdulillah, segala puji serta syukur kami sampaikan kehadirat Ilahi Rabbi, atas
segala kenikmatan dan kekuatan-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini. Sholawat serta salam kami
sampaikan kepada baginda Nabi Muhammad SAW yang telah membimbing kita menuju masa yang
penuh dengan kedamaian.

Keberhasilan penyusunan makalah ini tidak lepas dari bantuan beberapa pihak, untuk itu kami
mengucapkan terima kasih kepada pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu-persatu, terima kasih atas
bantuannya.

Kami menyadari akan kekurangan dalam penulisan dan penyusunan makalah ini. Kritik dan saran yang
membangun, sangat kami harapkan dari pembaca. Akhirnya semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
semua pihak, umumnya bagi pembaca, dan khususnya bagi penyusun.

Makalah ini bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas sejarah.

Sukadana, Januari 2020

Penyusun,
DAFTAR ISI
JUDUL..................................................................................................................................................i

KATA PENGANTAR............................................................................................................................ii

DAFTAR ISI........................................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................................................1

Latar belakang....................................................................................................................................1

Rumusan masalah..............................................................................................................................1

Tujuan masalah...................................................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................................................2

Teori Tentang Masuknya Islam ke Indonesia...................................................................................2

Saluran dan Cara-Cara Islamisasi di Indonesia................................................................................6

Fase dan Tahapan Islamisasi............................................................................................................8

Sebab-sebab Islamisasi Cepat Berkembang di Indonesia..............................................................11

BAB III PENUTUP................................................................................................................................14

Kesimpulan...........................................................................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................................15
BAB I

PENDAHULUAN

Latar belakang

Sebelum agama islam masuk ke Indonesia, berbagai macam agma dan kepercayaan seperti
Animisme, Dinamisme, Hindu, dan Budha telah dianut oleh masyarakat Indonesia. Islam merupakan
agama terbesar di dunia. Penganutnya terus-menerus mengalami peningkatan dan perkembangan yang
sangat signifikan setiap tahunnya.

Rumusan masalah

Menjelaskan tentang apa saja teori tentang masuknya agama islam ke Nusantara

Menjelaskan tentang bagaimana Saluran dan Cara-Cara Islamisasi di Indonesia

Menjelaskan tentang bagaimana Fase dan Tahapan Islamisasi

Menjelaskan tentang apa saja Sebab-sebab Islamisasi Cepat Berkembang di Indonesia

Tujuan masalah

Mengetahui apa saja teori-teori tentang masuknya agama islam ke Indonesia

Memahami bagaimana saluran dan cara-cara Islamisasi di Indonesia

Memahami fase dan tahapan Islamisasi

Mengetahui sebab-sebab Islamisasi cepat berkembang di Indonesia


BAB II

PEMBAHASAN

Teori Tentang Masuknya Islam ke Indonesia

Ada empat teori tentang islamisasi awal masuknya Islam di Indonesia, yaitu Islam bersumber dari Anak
Benua India (teori India), teori Arab, teori Persia, dan Teori China.

Teori India

Teori ini di kemukakan oleh Pijnappel, Snouck Hurgronje, Moquette, dan Fatimi. Dalam teori ini di
jelaskan bahwa islam pertama kali datang ke Indonesia berasal dari anak Benua India sekitar abad ke-13.
Pijnappel mengajukan buktiadanya persamaan mazhab Syaf'i anatara di Anak Benua dengtan di
Indonesia. Orang-orang mazhab Syafi'i bermigrasi dan menetap di Gujarat dan Malabar kemudian
membawa islam ke Nusantara. Jadi ia berpendapat bahwa islamisasi di Nusantara dilakukan oleh orang
Arab, tetapi bukan datang langsung dari Arab, melainkan dari India, terutama dari Gujarat dan Malabar.
[1]

Snouck Hurgronje berpendapat bahwa saat Islam mempunyai pengaruh yang kuat di kota-kota India
Selatan, banyak muslim Dhaka yang di sana. Mereka inilah yang pertama menyebarkan Islam ke
kepulauan Melayu, kemudian diikuti oleh orang-orang Arab. Ia berpendapat bahwa Islam Nusantara
berasal dari India, karena sudah lama terjalin hubungan perdagangan antara Indonesia dengan India dan
adanya inskripsi tetua tentang Islam yang terdapat di Sumatra mengindikasikan adanya hubungan
anatara Sumatra dan Gujarat.

Snouck Hurgronje menybutkan bahwa Sumatra Utara, yaitu mengenai Pasai dalam kisah perjalanan Ibn
Battuta, musafir Maroko yang singgah di daerah pada tahun 1345 M dalam perjalanannya dari Benggala
ke Tiongkok merupakan tempat yang penting bagi rekonstruksi perkembangan Islam di kepulauan itu.

Teori Arab

Teori ini antara lain dikemukakan oleh Sir Thomas Arnold, Crawfurd, Niemann, dan de Hollander. Arnold
berpendapat bahwa selain dari Coromandel dan Malabar Islam Nusantara juga berasal dari Arab. Bukti
yang ia ajukan ialah adanya kesamaan mazhab antara di Coromandel dan Malabar dengan mazhab
mayoritas umat islam di nusantaram yaitu mazhab syafi'i mazhab ini dibawa oleh para pedagang
Coromandel dan Malabar ke Nusantara. Mereka mempunyai peranan penting dalam perdagangan antara
India dan Nusantara. Di sampimg melakukan kegiatan perdagangan, mereka juga menyebarkan agama
islam

Megnenai pendapatnya tentang asal Islam Nusantara dari Arab, Arnold berpendapat bahwa para
pedagang Arab membawa Islam kepada saat mereka menguasai perdagang Barat-Timur[2] sejak awal
abad ke-7 M dan ke-8 M. dapat di duga bahwa mereka juga menyebarkan agama Islam ke Nusantara.
Arnold juga mengatakan bahwa sebuah sumber Cina menyebutkan bahwa menjelang perempat ketiga
abad ke-7 M ada seorang Arab yang menjadi pemimpin pemukiman Arab muslim di pesisir barat
Sumatra. Mereka ini juga melalukan kawin campur dengan penduduk setempat, sehingga muncullah
komunitas muslim.

Crawfurd mengatakan bahwa Islam dikenalkan langsung dari Arab, meskipun demikian dia juga
menegaskan bahwa hubungan bangsa Melayu-Indonesia dengan kaum muslim dari pesisir Timur India
juga merupakan faktor penting. Niemann tidak menyebut tentang waktu masuknya Islam ke Nusantara,
Sedangkan de Hollander mengatakan kemungkinan pada abad ke-13 M sudah ada orang arab di Jawa.
Niemann dan de Hollander mengatakan bahwa Islam datang dari Hadramaut, karena adanya persamaan
antara mazhab yang dianut oleh muslim Hadramaut dengan muslim Nusantara, yaitu mazhab syafi'i.

Teori Persia

Teori ini di kemukakan oleh P.A. Hoesein Djajadiningrat. Dalam teori ini dinyatakan bahwa Islam masuk
ke Nusantara pada abad ke-13 M di Sumatra, yang berpusat di Samudra pasai. Dia mendasarkan
argumennya pada persamaan budaya yang berkembang di kalangan masyarakat Islam Indonesia dengan
budatya yang ada di Persia.

Bukti-bukti persamaan budaya itu antara lain.

Adanya peringatan 10 Muharram atau asyura yang merupakan tradisi yang berkembang dalam
masyarakat Syiah Untuk memperingati hari kematian Husain di Kerbela. Tradisi ini diperingati dengan
membuat bubur syura. Bulan Muharram di Mingkabau disebut dengan bulan Hasan-Husain, sedangkan
di Sumatra Tengah sebelah barat di sebut dengan bulan tabut. Mereka mengarak keranda yang di
atasnamakan keranda Husain yang di sebut dengan "Keranda Tabut" untuk dilempar ke sungai.Adanya
persamaan antara ajaran al-Hallaj, tokoh sufi Iran dengan ajaran Syeikh Siti Jenar.

Persamaan dalam sistem mengeja huruf Arab bagi pengajian al-Qur-an tingkat awal.

Bahasa Iran Bahasa Arab

Jabar -- Zabar Fathah

Jer -- Ze-er Kasrah

P'es -- Py'es Dhammah

Disamping itu, mengenai huruf huruf sin yang tidak bergigi berasal dari persia, sedangkan sin bergigi
berasal dari arab.[3]

Adanya persamaan batu nisan yang ada di makam malik al-shahih (1297 M) di Pasai dengan makam
malik Ibrahim (1419 M) di gresik yang dipesan dari Gujarat merupakan daerah yang mendapat pengaruh
dari persia yang menganut faham syi'ah dan dari sinilah syiah dibawa ke indonesia
Teori Cina

Teori ini menyatakan bahwa Islam datang ke Nusantara bahwa dari timur Tengah/Arab maupun
Gujarat/India, tetapi dari Cina. Pada abad ke-9 M banyak orang muslim china di kanton dan wilayah
China Sekatan lain yang mengungsi ke Jawa, sebagian ke Kedah dan Sumatra. Hal ini terjadi karena pada
masa Huan Chou terjadi penumpasan terhadap penduduk Kanton dan wilayah China Selatan lainnya
yang mayoritas penduduknya beragama islam. Mereka berusaha mengadakan revolusi politik terhadap
keraton China pada ke 9 M. Pada abad-abad berikutnya peranan orang China semakin tampak dengan
adanya bukti-bukti artefak, yakni adanya unsur-unsur China dalam arsitektur masjid-masjid Jawa kuno,
seperti tampak pada atap masjid Banaten, mustaka, yang berbentuk bola dunia yang menyerupai setupa
dengan dikelilingi tempat ular hampir selalu ada di masjid-masjid kuno di Jawa sebelum arsitektur timur
tengah memasuki wilayah ini, motif hiasan di masjid sedang Duwur Paciran Lamongan dan lain-lain. Di
samping adanya pengungsi China ke Jawa pada abad ke 9 M, pada abad ke 8-11 M sudah ada
pemukimkan Arab muslim di China dan di Campa.

China mempunyainperanan yang besar dalam perkembangan Islam di Indonesia. Di samping bukti-bukti
di atas, arsitektur masjid Demak dan juga berdasarkan beberapa catatan sejarah beberapa sultan dan
sunan yang berperan dalan penyiaran agama islam di Indonesia adalah keturunan China, misalnmya
Raden Patah yang mempunyai nama China Jin Bun, sunan Ampel dan lain-lain. [4]

Saluran dan Cara-Cara Islamisasi di Indonesia

Kedatangan Islam ke Indonesia dan penyebarannya kepada golongan bangsawan dan rakyat umumnya,
dilakukan secara damai. Saluran-saluran Islamisasi yang berkembang ada enam, yaitu:

Saluran Perdagangan

Diantara saluran Islamisasi di Indonesia pada taraf permulaannya ialah melalui perdagangan. Hal ini
sesuia dengan kesibukan lalu lintas perdagangan abad-7 sampai abad ke-16, perdagangan antara negeri-
negeri di bagian barat, Tenggara dan Timur benua Asia dan dimana pedagang-pedagang Muslim (Arab,
Persia, India) turut serta menggambil bagiannya di Indonesia. Penggunaan saluran islamisasi melalui
perdagangan itu sangat menguntungkan. Hal ini menimbulkan jalinan di antara masyarakat Indonesia
dan pedagang.

Dijelaskan di sini bahwa proses islamisasi melalui saluran perdagangan itu dipercepat oleh situasi dan
kondisi politik beberapa kerajaan di mana adipati-adipati pesisir berusaha melepaskan diri dari
kekuasaan pusat kerajaan yang sedang mengalami kekacauan dan perpecahan. Secara umum Islamisasi
yang dilakukan oleh para pedagang melalui perdagangan itu mungkin dapat digambarkan sebagai
berikut: mulal-mula mereka berdatangan di tempat-tempat pusat perdagangan dan kemudian
diantaranya ada yang bertempat tinggal, baik untuk sementara maupun untuk menetap. Lambat laun
tempat tinggal mereka berkembang menjadi perkampungan-perkampungan. Perkampungan golongan
pedangan Muslim dari negeri-negeri asing itu disebut Pekojan.

b. Saluran Perkawinan
Perkawinan merupakan salah satu dari saluran-saluran Islamisasi yang paling memudahkan. Karena
ikatan perkawinan merupakan ikatan lahir batin, tempat mencari kedamaian diantara dua individu.
Kedua individu yauitu suami isteri membentuk keluarga yang justru menjadi inti masyarakat. Dalam hal
ini berarti membentuk masyarakat muslim. Saluran Islamisasi melalui perkawinan yakni antara pedagang
atau saudagar dengan wanitia pribumi juga merupakan bagian yang erat berjalinan dengan Islamisasi.
Jalinan baik ini kadang diteruskan dengan perkawinan antara putri kaum pribumi dengan para pedagang
Islam. Melalui perkawinan inilah terlahir seorang muslim. Dari sudut ekonomi, para pedagang muslim
memiliki status sosial yang lebih baik daripada kebanyakan pribumi, sehingga penduduk pribumi,
terutama putriputri bangsawan, tertarik untuk menjadi istri saudagar-saudagar itu. Sebelum kawin,
mereka diislamkan terlebih dahulu. Setelah setelah mereka mempunyai kerturunan, mereka makin luas.
Akhirnya timbul kampung-kampung, daerah-daerah, dan kerajaan-kerajaan muslim.

c. Saluran Tasawuf

Tasawuf merupakan salah satu saluran yang penting dalam proses Islamisasi. Tasawuf termasuk kategori
yang berfungsi dan membentuk kehidupan sosial bangsa Indonesia yang meninggalkan bukti-bukti yang
jelas pada tulisantulisan antara abad ke-13 dan ke-18. hal itu bertalian langsung dengan penyebaran
Islam di Indonesia. Dalam hal ini para ahli tasawuf hidup dalam kesederhanaan, mereka selalu berusaha
menghayati kehidupan masyarakatnya dan hidup bersama di tengah-tengah masyarakatnya. Para ahli
tasawuf biasanya memiliki keahlian untuk menyembuhkan penyakit dan lain-lain. Jalur tasawuf, yaitu
proses islamisasi dengan mengajarknan teosofi dengan mengakomodir nilai-nilai budaya bahkan ajaran
agama yang ada yaitu agama Hindu ke dalam ajaran Islam, dengan tentu saja terlebih dahulu
dikodifikasikan dengan nilai-nilai Islam sehingga mudah dimengerti dan diterima. Diantara ahli-ahli
tasawuf yang memberikan ajaran yang mengandung persamaan dengan alam pikiran Indonesia pra-Islam
itu adalah Hamzah Fansuri di Aceh, Syeh Lemah Abang, dan Sunan Panggung di Jawa. Ajaran mistik
seperti ini masih berkembang di abad ke-19 bahkan di abad ke-20 ini.

d. Saluran Pendidikan

Para ulama, guru-guru agama, raja berperan besar dalam proses Islamisasi, mereka menyebarkan agama
Islam melalui pendidikan yaitu dengan mendirikan pondok-pondok pesantren merupakan tempat
pengajaran agama Islam bagi para santri. Pada umumnya di pondok pesantren ini diajarkan oleh guru-
guru agama, kyai-kyai, atau ulama-ulama. Mereka setelah belajar ilmu-ilmu agama dari berbagai kitab-
kitab, setelah keluar dari suatu pesantren itu maka akan kembali ke masing-masing kampung atau
desanya untuk menjadi tokoh keagamaan, menjadi kyai yang menyelenggarakan pesantren lagi. Semakin
terkenal kyai yang mengajarkan semakin terkenal pesantrennya, dan pengaruhnya akan mencapai radius
yang lebih jauh lagi.

e. Saluran Kesenian

Saluran Islamisasi melalui seni seperti seni bangunan, seni pahat atau ukir, seni tari, musik dan seni
sastra. Misalnya pada seni bangunan ini telihat pada masjid kuno Demak, Sendang Duwur Agung
Kasepuhan di Cirebon, masjid Agung Banten, Baiturrahman di Aceh, Ternate dan sebagainya. Contoh lain
dalam seni adalah dengan pertunjukan wayang, yang digemari oleh masyarakat. Melalui cerita-cerita
wayang itu disisipkan ajaran agama Islam. Seni gamelan juga dapat mengundang masyarakat untuk
melihat pertunjukan tersebut. Selanjutnya diadakan dakwah keagamaan Islam.

f. Saluran Politik

Pengaruh kekuasan raja sangat berperan besar dalam proses Islamisasi. Ketika seorang raja memeluk
agama Islam, maka rakyat juga akan mengikuti jejak rajanya. Rakyat memiliki kepatuhan yang sangat
tinggi dan raja sebagai panutan bahkan menjadi tauladan bagi rakyatnya. Misalnya di Sulawesi Selatan
dan Maluku, kebanyakan rakyatnya masuk Islam setelah rajanya memeluk agama Islam terlebih dahulu.
Pengaruh politik raja sangat membantu tersebarnya Islam di daerah ini.

Fase dan Tahapan Islamisasi

Dengan beberapa perbedaan tentang Islamisasi tersebut, haruslah diupayakan sintesis dari berbagai
pendapat yang ada. Di antara upaya tersebut adalah dengan membuat fase-fase atau tahapan tentang
Islamisasi di Indoneia, seperti tahap permulaan kedatangan yang terjadi pada abad ke-7 Masehi.[5]
Adapun pada abad ke-13 Masehi dipandang sebagai proses penyebaran dan terbentuknya masyarakat
Islam di Nusantara. Para pembawa Islam pada abad ke-7 sampai abad ke-13 Masehi tersebut adalah
orang-orang Muslim dari Arab, Persia dan India (Gujarat dan Bengal). Hal serupa juga dilakukan oleh Uka
Tjandrasasmita yang mengatakan bahwa sebelum abad ke-13 merupakan tahap proses Islamisasi. Abad
ke-13 itu sendiri dipandang sebagai masa pertumbuhan Islam sebagai kerajaan bercorak Islam yang
pertama di Indonesia. Sementara itu, Hasan Mu'arif Ambary, berpendapat berdasarkan data-data
arkeologis yang ada, ia membagi fase Islamisasi Indonesia ke dalam tiga fase, yaitu

1. fase kehadiran para pedagang Muslim

2. fase terbentuknya kerajaan Islam

3. fase pelembaan Islam.

Dalam fase kehadiran para pedagangMuslim di Indonesia, Ambary tidak memberi angka yang jelas
tentang permulaan Islam datang ke Indonesia. Walaupun demikian, dapat diduga bahwa fase tersebut
terjadi pada sebelum abad ke-13 M, yaitu abad ke-1 sampai ke-5 Hijriah, atau abad ke-7 sampai ke-11
Masehi. Adapun fase terbentuknya kerajaan Islam berlansung antara abad ke-13 M sampai abad ke-16
M. Sedangkan masa pelembagaan Islam terjadisesudah abad-abad tersebut.[6]

Khusus Islamisasi di Jawa, Denys Lombard secara garis besar membedakan tiga tahap dalam proses
Islamisasi di wilayah ini, yaitu: berlangsungnya Islamisasi di wilayah pantai utara, melalui pelabuhan
perdagangan sejak abad ke-15 memainkan peranan yang makin penting merembesnya Islam kedaerah
pedalaman yang secara berangsurangsur memunculkan semacam kaum berjuis Islam di pedalaman
terbentuknya jaringan Islam pedesaan, dengan peran penting yang dimainkan oleh pesantrendantarekat.

Pada gilirannya, perkembangan semacam ini memungkinkan bagi kelangsungan struktur yang sudah ada
di masa Hindia Belanda sejak abad ke-19, yaitu makin terbukanya kemunginan bagi rakyat Indonesia
untuk naik haji. Konsekuensinya, Islam di Kepulauan Indonesia-Melayu mendapat akses yang luas dan
langsungdaripusat Islam (Mekkah dan Kairo). Hal yang hampir sama juga dilakukan oleh Lathiful Khuluq.
Menurutnya, minimal ada lima fase penyebaran Islam kepada masyarakat Jawa (Indonesia). Pertama,
Islamisasi yang dilakukan oleh para pedagang Muslim dari India dan Arabia kepada komunitas
masyarakat biasa di pesisir utara Pulau Jawa. Kedua, Islamisasi yang dilakukan oleh para ulama yang
terkenal dengan sebutan "wali sanga". Ketiga, Islamisasi di bawah kerajaan Islam Mataram yang berpusat
di pedalaman Pulau Jawa, terutama pada masa Sultan Agung. Keempat, Islamisasi yang diwarnai dengan
makin maraknya gerakan pemurnian Islam yang dibawa ke Nusantara pada abad ke-18. Kelima, Islamisasi
yang ditandai dengan gerakan reformasi yang dilakukan oleh organisasiorganisasi Islam, seperti Jami'at
al-Khair (1901), Sarekat Islam (1911), Muhammadiyah (1912) dan lainsebagainya.[7] Dengan mengacu
pada fase-fase Islamisasi di Jawa yang dikemukakan oleh Lathiful Khuluq tersebut, pada fase kedua
Islamisasi di Jawa berlangsung dengan cepat. Percepatan Islamisasi ini, terutama sebagai hasil dari
dakwah para wali sebagai perintis dan penyebar agama Islam di Jawa.

Para wali memegang kepemimpinan yang kharismatik. Pada satu pihak, demikian menurut Sartono,
otoritas mereka dapat berbentuk formal sebagai penguasa politik atau raja; pada pihak lain, terlepas dari
pelembagaan politik atau tidak,mereka memiliki kekuasaan sosial-relegius yang kuat.[8] Pada umumnya,
para ahli berpendapat bahwa Islam di Indonesia disebarluaskan melalui jalan damai. Tidak ada misi
khusus, seperti dalam agama Protestan dan Katholik dalam menyebarkan Islam di Indonesia, paling tidak
pada masa awal. Namun, perkembangan Islamisasi Indonesia ini sebetulnya menggunakan tiga metode,
yaitu: (1) disebarkan oleh para pedagang Muslim dalam suasana damai, (2) disebarkan oleh para juru
dakwah dan para wali khusus dari India dan Arab untuk meng-Islamkan penduduk dan meningkatkan
ilmu pengetahuan dan keimanan mereka, dan (3) disebarkan dengan kekuatan untuk berperang
melawan pemerintahan kafir.[9]

Metode terakhir ini terjadi segera setelah sebuah kerajaan Islam berdiri di Indonesia di mana kadang-
kadang Islam disebarkan dari sana ke kawasan-kawasan lain melalui peperangan. Perlu dijelaskan di sini
bahwa teori-teori yang dikemukakan di atas, pada dasarnya tidak membicarakan masuknya agama Islam
ke setiap pulau di Nusantara. Teori-teori tersebut hanya menganalisis masuknya agama Islam di Pulau
Sumatera, khususnya Aceh, dan Pulau Jawa. Kedua pulau ini dipandang mempunyai peranan penting
dalam perkembangan Islam di pulau-pulau lain di Indonesia. Teori apapun tentang Islamisasi Nusantara-
Melayu senantiasa akan dituntut untuk menjelaskan kenapa proses tersebut berawal dari suatu masa
tertentu, dan bukan beberapa abad sebelumnya atau sesudahnya. Orang-orang Muslim dari negeri
asing, mungkin sudah menetap di pelabuhanpelabuhan dagang di Sumatera dan Jawa selama berabad-
abad. Namun, baru menjelang akhir abad ke-13 lah ditemukan adanya jejak orang Islam pribumi.[10]
Dalam abad-abad selanjutnya, Islam secara berangsur-angsur menyebar melampaui daerah pantai
Sumatera dan Semanjung Malaya, ke pantai utara pulau Jawa dan beberapa pulau penghasil
rempahrempah di Indonesia bagian timur. Patut disayangkan, cara berlangsungnya perpindahan agama
ini tidak terdokumentasikan dengan baik, sehingga banyak menimbulkan spekulasi di kalangan ilmuan
dan kadang-kadang menimbukan perdebatan yang sengit. Yang pasti, proses tersebut tidak mungkin
berjalan menurut pola yang seragam untuk seluruh wilayah Indonesia yang cukup luas.

Sebab-sebab Islamisasi Cepat Berkembang di Indonesia Dalam wakltu yang relative cepat, ternyata
agama baru ini dapat diterima denagn baik oleh sebgaian besar lapisan masyarakat Indonesia, mulai dari
rakyat jelata hingga raja-raja. Sehingga penganut agama ini pada akhir abad ke 6 H (abad ke 12 M), dan
tahun-tahun selanjutnya, berhasil menjadi suatu kekuatan muslim Indonesian yang ditakuti dan
diperhitungkan.

Ada bebrapa hal yang menyebabkan agama Islam cepat berkembang di Indonesia. Menurut Dr.Adil
Muhiddin Al-Lusi, seorang penulis sejarah Islam dari Timur Tengah, sdalam bukunya Al-Urubatu wal
Islamu fi Janubi Syarki Asiyah Al-Hindu wa Indonesia, menyatakan bahwa ada tiga faktor yang
menyebabkan Islam cepat berkembang di Indonesia, yaitu sebagai berikut:

Faktor Agama

Faktor agama, yaitu akidah Islam itu sendiri dan dasar-dasarnya yang memerintahkan menjunjung tinggi
kepribadian dan meningkatkan harkat dan martabatnya, menghapuskan kekuasaan kelas Rohaniwan
seperti Brahmana dalam system kasta yang diajarkan Hindu.

Faktor Politik

Faktor politik yang di warnai oleh pertarugan dalam negeri antara negara-negara dan penguasa-
penguasa Indonesia, serta oleh pertarungan negara-negara bagian itu dengan pemerintah pusatnya yang
beragama Hindu. Hal tersebut mendorong para penguasa, para bangsawan dan para pejabat di negara-
negara bagian tersebut untuk menganut agama Islam, yang di pandang mereka sebagai senjata ampuh
untuk emlawan dan menumbangkan kekuatan Hindu, agar menmdapt dukunga kuat dari seluruh lapisan
masyarakat. Hal itu dapat di buktikan hingga kini, bahwa apabila semangat keislaman di bangkiutkan di
tengah-tengah masyarakat Indonesia, baik di Sumatera, Jawa, maupun kepulauan Indonesia lainnya,
denga mudah sekali seluruh kekuatan dan semangat keislaman itu akan mangkit serentak sebagai suatu
kekuatan yang dahsyat.

Faktor Ekonomis

Faktor ekonomis, yang pertama diperankan oleh para pedagang yang menggunakan jalan laut baik
anatar kepulauan Indonesia sendiri, maupun yang melampaui perairan Indonesia ke China, India, dan
Teluk Arab-Parsi yang merupakan pendukung utama, karena telah memberikan keuntungan yang tidak
sedikit sekaligus mendatangkan bea masuk yang besar bagi pelabuhan-pelabuahan yang disinggahinya,
baik menyangkut barang-barang yang masuk maupun yang kelu

BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Proses Islamisasi di Indonesia terjadi dengan jalan yang sangat pelik dan panjang, yang didasari pada
teori-teori yang beagam pula. Diterimanya Islam oleh penduduk pribumi, secara bertahap membuat
Islam terintegrasi dengan tradisi, norma dan tatanan kehidupan keseharian penduduk lokal. Hal ini
menunjukan bahwa bangsa Indonesia mudah menerima nilai-nilai dari luar dan menjadi bukti akan
keterbukaan sikap mereka. Sikap ini pada gilirannya telah ikut membentuk komunitas-komunitas muslim
di daerah pesisir yang pada mulanya sebagai tempat interaksi antara penduduk local dengan bangsa-
bangsa asing, seperti yang disebutkan para pakar dalam teori di atas, yaitudari Arab, Persia, India dan
China. Salah satu bukti kehadiran bangsa-bangsa asing tersebut adalah adanya pekampungan yang
disebut Pakojan (perkampunga norang-orangArab), Pachinan (perkampungan orang-orang china), Keling
(perkampungan orang-orang India) dan lain sebagainya di Indonesia. Komunitas pribumi yang telah
terintegrasi ke dalam Islam, selanjutnya terlembagakan secara politis dalam bentuk kerajaan-kerajaan
Islam di kawasan ini sejak masa yang palingawal.

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Mansur Suryanegara.1998.Menemukan Sejarah Wacana Pergerakan Islam di Indonesia.Bandung :


Mizan.

G.W.J. Drewes.1983.New Light on the Coming of Islam Indonesia.Singapore : Institute of

Southeast Asia Studies.

George FadloHouran.1951. Arab Seafarings in the IndiansOcean in Ancient and Eraly Medieval
Times.Princon : New Jersey University Prees.

H.J. de Graaf.1986.South-East Asian Islam to Eighteenth Century.Cambridge: Cambridge

University Press.

HasanMu'arifAmbary.1988.MenemukanPeradaban Jejak Arkeologis dan Historis Islam

Indonesia.Jakarta: Logos WacanaIlmu.

LathufulKhuluq.1988.IslamisasipadaMasaPemerintahan Sultan Agung. Jakarta:Jurnal Penelitian. Agama.

Machfud Syaefudin.2013.Dinamika peradaban islam.Yogyakarta:CV.Pustaka ilmu group.

Martin van Bruinessen.1995.Kitab Kuning.Bandung:Mizan.

Marwati Djoened Pusponegoro dan Nugroho Notosusanto.1990.Sejarah Nasional

Indonesia.Jakarta: Balai Pustaka.

Sartono Kartodirdjo.1992.Pengantar Sejarah Indonesia.Jakarta : PT Gamedia Pustaka Utama.

Yatim Badri.2000.Sejarah Peradaban Islam.Jakarta:RajaGrafindoPersada.

Anda mungkin juga menyukai