Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH

TREND DAN ISSUE GANGGUAN RESPIRASI : PNEUMONIA


diajukan untuk memenuhi tugas pada mata kuliah KMB 1
dosen pengampu Dian Anggraini, S.Kep., Ners., M.Kep.

oleh:
Rahmat Awaludin (218031)
Restu Widi Pamulya (218032)
Rika Puji Astuti (218033)
Rizka Hadi Lestari (218034)
Salma Haurani (218035)

Prodi / Kelas:
S1 Keperawatan / 1A

PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN PPNI JABAR
BANDUNG
2019
KATA PENGANTAR

Segala puja hanya bagi Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
Berkat limpahan karunia nikmatNya kami dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul Trend Dan Issue Gangguan Respirasi : Pneumonia dengan lancar.
Penyusunan makalah ini dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah KMB 1 yang
diampu oleh Ibu Dian Anggraini, S.Kep., Ners., M.Kep.

Dalam proses penyusunannya tak lepas dari bantuan, arahan dan masukan
dari berbagai pihak. Untuk itu kami ucapkan banyak terima kasih atas segala
partisipasinya dalam menyelesaikan makalah ini.

Meski demikian, kami menyadari masih banyak sekali kekurangan dan


kekeliruan di dalam penulisan makalah ini, baik dari segi tanda baca, tata bahasa
maupun isi. Sehingga penulis secara terbuka menerima segala kritik dan saran
positif dari pembaca.

Demikian apa yang dapat kami sampaikan. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat untuk masyarakat umumnya, dan untuk saya sendiri khususnya.

Bandung, Juni 2019

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB 1......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
1.1. Latar Belakang........................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah...................................................................................1
1.3. Tujuan......................................................................................................2
1.4. Manfaat....................................................................................................2
1.5. Metode Penelitian....................................................................................2
BAB 2......................................................................................................................3
PEMBAHASAN......................................................................................................3
2.1. Definisi......................................................................................................3
2.2. Klasifikasi.................................................................................................3
2.3. Etiologi......................................................................................................4
2.4. Epidemiologi............................................................................................4
2.5. Faktor Resiko...........................................................................................5
2.6. Manifestasi Klinis....................................................................................5
2.7. Patofisiologi..............................................................................................5
2.8. Stadium Pneumonia................................................................................6
2.9. Pemeriksaan Diagnostik.........................................................................6
2.10. Penatalaksanaan..................................................................................6
2.11. Pencegahan...........................................................................................7
2.12. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Pneumonia................................8
BAB 3....................................................................................................................23
PENUTUP.............................................................................................................23
3.1. Kesimpulan............................................................................................23
3.2. Saran.......................................................................................................23
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................24
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Pneumonia merupakan infeksi saluran nafas bawah yang masih menjadi
masalah kesehatan di negara berkembang maupun negara maju. Menurut
survey kesehatan rumah tangga tahun 2002, penyakit saluran nafas merupakan
penyebab kematian no 2 di Indonesia. Data dari SEAMIC Health Statistic
2001 menunjukkan bahwa pneumonia merupakan penyebab kematian nomor 6
di Indonesia, nomor 9 di Brunei, nomor 7 di Malaysia, nomor 3 di Singapura,
nomor 6 di Thailand dan nomor 3 di Vietnam. Laporan dari WHO tahun 1999
menyebutkan bahwa penyebab kematian akibat infeksi saluran nafas akut
termasuk pneumonia (Anonim, 2003).
Berdasarkan Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) pada tahun 1992,
1995 dan 2001 didapatkan pneumonia sebagai urutan terbesar penyebab
kematian pada balita. Hasil ini juga sesuai dengan survey mortalitas terhadap
10 propinsi di Indonesia yang dilakukan oleh Subdit ISPA Departemen
Kesehatan RI. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007 mencatat pneumonia
merupakan salah satu penyebab kematian terbanyak yaitu sejumlah 15,5%
(IDAI, 2009). Di daerah Surakarta terdapat 610 orang penderita penyakit
pneumonia yang menyerang pada orang dewasa dengan keluhan panas, batuk
dan sesak pada tahun 2009 di RSUD Dr.Moewardi Surakarta (Rekam Medik,
2009).

1.2. Rumusan Masalah


1. Apa itu Pneumonia?
2. Bagaimana klasifikasi Pneumonia?
3. Apa etiologi Pneumonia?
4. Bagaimana epidemiologi penyakit Pneumonia?
5. Apa factor resiko terjadinya Pneumonia?
6. Bagaimana manifestasi klinis dari Pneumonia?
7. Bagaimana patofisiologi Pneumonia?
8. Apa saja stadium dalam Pneumonia?
9. Apa saja pemeriksaan diagnostic pada penderita Pneumonia?
10. Bagaimana pentalaksanaan penderita Pneumonia?
11. Bagaimana pencegahan Pneumonia?
12. Bagaimana Asuhan Keperawatan pada klien Pneumonia?

1
1.3. Tujuan
1. Untuk mengetahui Penyakit Pneumonia.
2. Untuk mengetahui klasifikasi Pneumonia.
3. Untuk mengetahui etiologi Pneumonia.
4. Untuk menganalisis epidemiologi penyakit Pneumonia.
5. Untuk mengetahui factor resiko terjadinya Pneumonia.
6. Untuk mengeanalisis manifestasi klinis dari Pneumonia.
7. Untuk menganalisis patofisiologi Pneumonia.
8. Untuk mengetahui stadium dalam Pneumonia.
9. Untuk mengetahui pemeriksaan diagnostic pada penderita Pneumonia.
10. Untuk mengetahui pentalaksanaan penderita Pneumonia.
11. Untuk mengetahui pencegahan Pneumonia.
12. Untuk menganalisis Asuhan Keperawatan pada klien Pneumonia.

1.4. Manfaat
Hasil penugasan makalah ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan
pada setiap pembaca agar memiliki wawasan mengenai Pnerumonia dan juga
dapat bermanfaat untuk mengembangkan ilmu pengetahuan keperawatan
dalam kasus Trend dan Issue Gangguan Respirasi : Pneumonia

1.5. Metode Penelitian


Pada tahap ini, dilakukan penelusuran teori-teori yang berhubungan
dengan Pnerumoni. Adapun teori-teori yang ditelusuri, diambil dari berbagai
sumber antara lain dari buku-buku, dan makalah dari web.

2
BAB 2

PEMBAHASAN

2.1. Definisi
Pneumonia adalah suatu proses peradangan dimana terdapat konsolidasi
yang disebabkan pengisian rongga alveoli oleh eksudat. Pertukaran gas tidak
dapat berlangsung pada daerah yang mengalami konsolidasi, begitupun
dengan aliran darah disekitar alveoli, menjadi terhambat dan tidak berfungsi
maksimal.
Pneumonia adalah proses peradangan pada parenkim paru-paru, yang
biasanya dihubungkan dengan meningkatnya cairan pada alveoli.
Pneumonia ialah suatu radang paru yang disebabkan oleh bermacam-
macam etiologi seperti bakteri, virus, jamur, dan benda asing yang mengensi
jaringan paru (alveoli). (Depkes, 2006)

2.2. Klasifikasi
a) Pneumonia yang didapat dari komunitas (community acquired
pneumonia, CAP): pneumonia yang didapatkan di masyarakat yaitu
terjadinya infeksi di luar lingkungan rumah sakit. Infeksi LRT yang
terjadi dalam 48 jam setelah dirawat di rumah sakit pada pasien yang
belum pernah dirawat di rumah sakit selama > 14 hari. (Buke, 2009)
b) Pneumonia yang didapat dari rumah sakit (nosokomial): pneumonia yang
terjadi selama atau lebih dari 48 jam setelah masuk rumah sakit. jenis ini
didapat selama penderita dirawat di rumah sakit (Farmacia, 2006).
Hampir 1% dari penderita yang dirawat di rumah sakit mendapatkan
pneumonia selama dalam perawatannya. Demikian pula halnya dengan
penderita yang dirawat di ICU, lebih dari 60% akan menderita pneumonia
(Supandi, 1992)
c) Pneumonia aspirasi/anaerob: infeksi oleh bakteroid dan organisme
anaerob lain setelah aspirasi orofaringeal dan cairan lambung. Pneumonia
jenis ini biasa didapat pada pasien dengan status mental terdepresi,
maupun pasien dengan gangguan refleks menelan (Buke, 2009)
d) Pneumonia oportunistik: pasien dengan penekanan sistem imun (misalnya
steroid, kemoterapi, HIV) mudah mengalami infeksi oleh virus, jamur,
dan mikobakteri, selain organisme bakteria lain (Buke, 2009)

3
e) Pneumonia rekuren: disebabkan organisme aerob dan aneorob yang
terjadi pada fibrosis kistik dan bronkietaksis (Buke, 2009)

2.3. Etiologi
Penyebab pneumonia adalah bakteri, virus, mikoplasma, jamur, dan
protozoa.
 Bakteri : bakteri gram positif (streptococcus pneumonia,
staphylococcus aureus) dan bakteri gram negatif (haemophilus
influenza, pseudomonas aeruginosa, kleibsiella pneumonia, dan
anaerobic bakteria)
 Atipikal bakteria : legionella pneumophila dan mycoplasma
pneumonia.
 Virus : influenza, parainfluenza, dan adenovirus.
 Jamur : kandidiasis, histoplasmosis, dan kriptokokkis.
 Protozoa : pneumokistis carinii pneumonia.

2.4. Epidemiologi
Insidensi tahunan: 5-11 kasus per 1.000 orang dewasa; 15-45% perlu di
rawat dirumah sakit (1-4 kasus), dan 5-10% diobati di ICU. Insidensi paling
tinggi pada pasien yang sangat muda dan usia lanjut. Mortalitas: 5-12% pada
pasien yang dirawat di rumah sakit; 25-50% pada pasien ICU (Buke, 2009).
Di United States, insidensi untuk penyakit ini mencapai 12 kasus tiap 1.000
orang dewasa. Kematian untuk pasien rawat jalan kurang dari 1%, tetapi
kematian pada pasien yang dirawat di rumah sakit cukup tinggi yaitu sekitar
14% (Alberta Medical Association, 2002). Di negara berkembang sekitar 10-
20% pasien yang memerlukan perawatan di rumah sakit dan angka kematian
diantara pasien tersebut lebih tinggi, yaitu sekitar 30-40% (Sajinadiyasa,
2011). Di Indonesia sendiri, insidensi penyakit ini cukup tinggi sekitar 5-35%
dengan kematian mencapai 20-50% (Farmacia, 2006).
Di Indonesia, prevalensi kejadian pneumonia pada tahun 2013 sebesar
4,5% (Kementerian Kesehatan RI, 2013). Selain itu, pneumonia merupakan
salah satu dari 10 besar penyakit rawat inap di rumah sakit, dengan proporsi
kasus 53,95% laki-laki dan 46,05% perempuan. Pneumonia memiliki tingkat
crude fatality rate (CFR) yang tinggi, yaitu 7,6% (PDPI, 2014). Berdasarkan
data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013, prevalensi pneumonia pada
usia lanjut mencapai 15,5% (Kementerian Kesehatan RI, 2013).
Pada tahun 2013, pneumonia ditemukan dengan prevalensi 3,1% di
Sumatera Barat (Kementerian Kesehatan RI, 2013). Di Kota Padang jumlah
kunjungan pengobatan pneumonia mengalami kenaikan dari tahun 2008

4
hingga 2013, dengan 5878 kasus pada 2008 dan 8970 kasus pada 2013 (Dinas
Kesehatan Kota Padang, 2014). Prevalensi pasien pneumonia komunitas di
rawat inap Rumah Sakit Dr. M. Djamil Padang pada 2012 adalah 16,6%,
sedangkan pasien rawat jalan 1,3% (PDPI, 2014).

2.5. Faktor Resiko


Salah satu diantara cara ditularkannya, dibagi menjadi dua kelompok,
yaitu: community acquired (diperoleh diluar sarana pelayanan kesehatan) dan
hospital acquired (diperoleh di rumah sakit atau sarana kesehatan lainnya).
Strepkococcus pneumonia menjadi penyebab tersering terjadinya pneumonia
yang didapat diluar sarana pelayanan kesehatan. Pneumonia yang didapat di
rumah sakit cenderung bersifat lebih serius karena pada saat menjalani
perawatan di rumah sakit, sistem pertahanan tubuh penderita untuk melawan
infeksi seringkali terganggu. Selain itu, kemungkinan terjadinya infeksi oleh
bakteri yang resisten terhadap antibiotic menjadi lebih besar.

2.6. Manifestasi Klinis


Demam dan batuk (awalnya nonproduktif) merupakan gejala umum.
Bisa juga terjadi nyeri dada dan sesak napas. Gambaran sistemik (lebih sering
terjadi) di antaranya adalah nyeri kepala, confusion, myalgia, dan malaise.
Pada pemeriksaan fisik bisa ditemukan tanda-tanda konsolidasi lokal dan
ronki kasar (crackles) pada lobus yang terkena. (Patrick Davey, 2006)
Pada anak-anak, infeksi virus (RSV) dan virus parainfluenzae akan
disertai rhinore, suara serak, dan otitis media. Terdengar ronki kering di
seluruh lapangan paru dan disertai dengan mengi inspirasi dan ekspirasi. Jika
disebabkan oleh mycobacterium pneumonia, maka akan menimbulkan ronki
terbatas, dan gejala proses konsolidasi, tetapi pada foto paru, gambaran
prosesnya menyebar. Terkadang juga terdengar bising gesek pelura.
(Darmanto Djojodibroto, 2008)

2.7. Patofisiologi
Hepatisasi merah diakibatkan perembesan eritrosit dan beberapa leukosit
dari kapiler paru. Perembesan tersebut membuat aliran darah menurun,
alveoli dipenuhi dengan leukosit dan eritrosit (jumlah eritrosit relative
sedikit). Leukosit lalu melakukan fagositosis pneumococcus dan sewaktu
resolusi berlangsung makrofag masuk ke dalam alveoli dan menelan leukosit
beserta pneumococcus. Paru-paru masuk ke dalam tahap hepatisasi abu-abu
dan tampak berwarna abu-abu kekuningan. Secara perlahan sel darah merah
yang mati dan eksudat fibrin dibuang dari alveoli sehingga terjadi pemulihan

5
sempurna. Paru-paru kembali menjadi normal tanpa kehilangan kemampuan
dalam pertukaran gas.

2.8. Stadium Pneumonia


a. kongesti (4 - 12 jam pertama) : eksudat serosa masuk ke dalam
alveolus dari pembuluh darah yang bocor.
b. hepatisasi merah (48 jam berikutnya) : paru-paru tampak merah dan
tampak bergranula karena sel darah merah, fibrin, dan leukosit PMN
mengisi alveolus.
c. hepatisasi kelabu (3 – 8 hari) : paru-paru tampak abu-abu karena
leukosit dan fibrin mengalami kosolidasi dalamalveolus yang
terserang.
d. resolusi (7 – 11 hari) : eksudat mengalami lisis dan reabsorpsi oleh
makrofag sehingga jaringan kembali kepada struktur semula.

2.9. Pemeriksaan Diagnostik


a) Sinar X dada : mengidentifikyanasi distribusi struktural; dapat juga
menyatakan abses luas/infiltrasi baik menyebar ataupun terlokalisasi, atau
penyebaran/perluasan infiltrate nodul. Selain itu juga dapat menunjukkan
efusi pleura, kista udara-cairan, sampai konsolidasi.
b) Analisis gas darah : untuk mendiagnosis gagal napas,serta menunjukkan
hipoksemia dan hiperkarbia, pada stadium lanjut dapat terjadi asidosis
respiratorik.
c) LED meningkat
d) Hitung darah lengkap/CBC : Biasanya terjadi peningkatan leukosit lebih
dari 10.000/µl kadang-kadang mencapai 30.000/µl
e) Pemeriksaan fungsi paru : volume turun, tekanan jalan napas meningkat,
dan komplain menurun.
f) Pemeriksaan elektrolit : Na dan Cl meningkat.
g) Pemeriksaan bilirubin : terjadi peningkatan bilirubin.
h) Aspirasi/biopsi jaringan paru
i) Kultur sputum : penting untuk koreksi terapi antibiotik. (Misnadiarly,
2008)

2.10. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan untuk pneumonia bergantung pada penyebab, sesuai
yang ditentukan oleh pemeriksaan sputum mencakup :
• Oksigen 1-2 L/menit
• IVFD dekstrose 10%: NaCl 0,9% = 3:1, +KCl 10 mEq/500 ml cairan

6
• Jumlah cairan sesuai berat badan,kenaikan suhu, status hidrasi
• Jika sesak tidak selalu berat dapat dimulai makanan enteral bertahap
melalui selang nasogastrik dengan feeding drip
• Jika sekresi lender berlebihan dapat diberikan inhalasi dengan salin
normal dan beta agonis untuk memperbaiki transport mukosilier
• Koreksi gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit

2.11. Pencegahan
Berikut adalah upaya untuk mencegah terjadinya penyakit pneumonia:
a. Perawatan selama masa kehamilan
Untuk mencegah risiko bayi dengan berat badan lahir rendah, perlu
gizi ibu selama kehamilan dengan mengkonsumsi zat-zat bergizi yang
cukup bagi kesehatan ibu dan pertumbuhan janin dalam kandungan serta
pencegahan terhadap hal-hal yang memungkinkan terkenanya infeksi
selama kehamilan.
b. Perbaikan gizi balita
Untuk mencegah risiko pneumonia pada balita yang disebabkan
karena malnutrisi, sebaiknya dilakukan dengan pemberian ASI pada bayi
neonatal sampai umur 2 tahun. Karena ASI terjamin kebersihannya, tidak
terkontaminasi serta mengandung faktor-faktor antibodi sehingga dapat
memberikan perlindungan dan ketahanan terhadap infeksi virus dan
bakteri. Oleh karena itu, balita yang mendapat ASI secara ekslusif lebih
tahan infeksi dibanding balita yang tidak mendapatkannya.

c. Memberikan imunisasi lengkap pada anak


Untuk mencegah pneumonia dapat dilakukan dengan pemberian
imunisasi yang memadai, yaitu imunisasi anak campak pada anak umur 9
bulan, imunisasi DPT (Difteri, Pertusis, Tetanus) sebanyak 3 kali yaitu
pada umur 2 bulan, 3 bulan dan 4 bulan.

d. Memeriksakan anak sedini mungkin apabila terserang batuk


Balita yang menderita batuk harus segera diberi pengobatan yang
sesuai untuk mencegah terjadinya penyakit batuk pilek biasa menjadi
batuk yang disertai dengan napas cepat/sesak napas.5. Mengurangi polusi
di dalam dan di luar rumah. Untuk mencegah pneumonia disarankan agar
kadar debu dan asap diturunkan dengan cara mengganti bahan bakar kayu
dan tidak membawa balita ke dapur serta membuat lubang ventilasi yang
cukup. Selain itu asap rokok, lingkungan tidak bersih, cuaca panas, cuaca
dingin, perubahan cuaca dan dan masuk angin sebagai faktor yang
memberi kecenderungan untuk terkena penyakit pneumonia.

7
e. Menjauhkan balita dari penderita batuk
Balita sangat rentan terserang penyakit terutama penyakit pada
saluran pernapasan, karena itu jauhkanlah balita dari orang yang terserang
penyakit batuk. Udara napas seperti batuk dan bersin-bersin dapat
menularkan pneumonia pada orang lain. Karena bentuk penyakit ini
menyebar dengan droplet, infeksi akan menyebar dengan mudah.
Perbaikan rumah akan menyebabkan berkurangnya penyakit saluran
napas yang berat. Semua anak yang sehat sesekali akan menderita
salesma (radang selaput lendir pada hidung), tetapi sebagian besar mereka
menjadi pneumonia karena malnutrisi.

f. Mengurangi minum alkohol


Mengurangi minum alkohol dapat membantu dalam mengatasi
hidrasi. Hal ini juga membantu melawan pneumonia. Obat penurun
demam, contohnya acetaminophen (Tylenol) atau ibuprofen (Advil)
mungkin juga dapat membantu agar lebih baik.

g. Latihan Nafas
Untuk orang-orang yang rentan terhadap pneumonia, latihan
bernafas dalam dan terapi untuk membuang dahak, bisa membantu
mencegah terjadinya pneumonia. (Jeremy, 2005)

2.12. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Pneumonia


A. Pengkajian
1. Biodata
Pneumonia lobaris sering terjadi secara primer pada orang
dewasa. Sedangkan bronkopneumonia primer lebih sering terjadi
pada anak-anak. Ketika orang dewasa mempunai penyakit
bronkopneumonia, kemungkinan besar ada penyakit yang
mendahuluinya.
Penumonia pdad orang dewasa paling sering disebabkan oleh
bakteri, sedangkan pda anak-anak penyebabnya adalah virus
penapasan. Usia 2-3 tahun merupakan usia puncak pada anak-
anak untuk terserang pneumonia.
Pneumonia seringkali menjdai infeksi terakhir (sekunder)
pada orang tua dan orang yang lemah akibat penyakit tertentu.

2. Riwayat Kesehatan

8
 Keluhan Utama dan Riwayat Kesehatan Sekarang
Keluhan utama yang sering timbul pada klien pneumonia
adalah adanya awitan yang ditandai dengan keluhan menggigil,
demam lebih dari 40 oC, nyeri pleuritik, batuk, sputum
berwarna seperti karat, takipnea terutama setelah adanya
konsolidasi paru.
 Riwayat Kesehatan Masa Lalu
Pneumonia sering kali timbul setelah infeksi saluran napas
atas (infeksi pada hidung dan tenggorokan). Risiko tinggi
timbul pada klien dengan riwayat alkoholik, post-operasi,
infeksi pernapasan, dank lien dengan imunosupresi. Hampir
60% dari klien kritis di ICU dapat menderita pneumonia dan
50% akan meninggal.

3. Pemeriksaan Fisik
Presentasi bervariasi bergantung pada etiologi, usia dan
keadaan klinis (Sudoyo, 2006).
 Awitan akut biasanya oleh kuman patogen seperti S.
Pneumoniae, Streptococcus spp, dan Staphylococcus.
Pneumonia virus ditandai dengan mialgia, Malaise, batuk
kering yang non produktif.
 Awitan yang tidak terlihat dan ringan pada orang tua atau
orang dengan penurunan imunitas akibat kuman yang kurang
patogen atau oportunistik
 Tanda-tanda fisik pada pneumonia klasik yang biasa dijumpai
adalah demam, sesak nafas, tanda-tanda konsolidasi paru
(perkusi paru yang dullness, rochi nyaring, serta suara
pernapasan bronchial)
 Ronchi basah dan gesekan pleura dapat terdengar di atas
jringan yang terserang karena eksudat dan firbin dalma
elveolus.

4. Pemeriksaan Diagnostik
 Sinar X dada : mengidentifikyanasi distribusi struktural; dapat
juga menyatakan abses luas/infiltrasi baik menyebar ataupun
terlokalisasi, atau penyebaran/perluasan infiltrate nodul. Selain
itu juga dapat menunjukkan efusi pleura, kista udara-cairan,
sampai konsolidasi.

9
 Analisis gas darah : untuk mendiagnosis gagal napas,serta
menunjukkan hipoksemia dan hiperkarbia, pada stadium lanjut
dapat terjadi asidosis respiratorik.
 LED meningkat
 Hitung darah lengkap/CBC : Biasanya terjadi peningkatan
leukosit lebih dari 10.000/µl kadang-kadang mencapai
30.000/µl
 Pemeriksaan fungsi paru : volume turun, tekanan jalan napas
meningkat, dan komplain menurun.
 Pemeriksaan elektrolit : Na dan Cl meningkat.
 Pemeriksaan bilirubin : terjadi peningkatan bilirubin.
 Aspirasi/biopsi jaringan paru
 Kultur sputum : penting untuk koreksi terapi antibiotik.
(Misnadiarly, 2008)

5. Prioritas Keperawatan
 Memelihara/mengembalikan fungsi respirasi.
 Mencegah komplikasi.
 Mendudung proses penyembuhan.
 Berikan informasi tentang proses penyakit/prognosis dan
penatalaksanaan.

10
B. Diagnosa dan Intervensi

Perencanaan
No. Diagnosis Keperawatan
Tujuan Intervensi Rasional
1 Bersihan jalan nafas tidak Jalan nafas bersih dan Mandiri : Melakukan evaluasi awal
efektif berhubungan dengan : efektif setelah… hari a. Mengkaji jumlah / untuk melihat kemajuan dari
1. Inflamasi Perawatan, dengan kriteria kedalaman pernafasan dan hasil intervensi yang telah
trakheobronkhial, : pergerakan dada. dilakukan.
pembentukan udema,  Secara verbal tidak ada
peningkatan produksi keluhan sesak. b. Auskultasi daerah paru- Penurunan udara timbul
sputum.  Suara napas normal. paru, mencatat area yang pada area yang konsolidasi
2. Nyeri pleureutis.  Cyanosis (-). menurun / tidak adanya dengan cairan.
3. Fatigue.  Batuk. (-) aliran udara serta mencatat Suara napas bronchial
 Jumlah pernafasan adanya suara napas (normal diatas bronkus)
Yang ditandai : dalam batas normal tambahan seperti crackles dapat juga. Crackles, ronkhi,
1. Perubahan jumlah dan sesuai usia. dan wheezez. dan wheezez terdengar pada
kedalaman nafas. saat inspirasi dan/ ekspirasi
2. Suara nafas abnormal, sebagai respon dari
penggunaan otot nafas akumulasi cairan, sekresi
tambahan. kental, dan spasme /
3. Dyspnea dan abstruksi saluran nafas.
cyanosis.
4. Batuk dengan atau c. Elevasi kepala, sering ubah Diafragma yang lebih rendah

11
tanpa produksi posisi akan membantu dalam
sputum. meningkatkan ekspansi
dada, pengisian udara,
mobilisasi dan ekspektorasi
dari sekresi.

d. Bantu klien dalam Nafas dalam akan


melakukan latihan napas memfasilitasi ekspansi
dalam. Demonstrasikan / maksimum paru-paru /
bantu klien belajar untuk saluran udara kecil. Batuk
batuk, misal menahan dada merupakan upaya
dan batuk efektif pada saat mekanisme pembersihan diri
posisi tegak lurus. normal, dibantu silia untuk
memelihara kepatenan
saluran udara.
Menahan dada akan
membantu untuk
mengurangi
ketidaknyamanan, dan posisi
tegak lurus akan
memberikan tekanan lebih
untuk batuk.

e. Lakukan suction atas Stimulasi batuk atau


indikasi pembersihan saluran nafas

12
secara mekanis pada klien
yang tidak dapat
melakukannya dikarenakan
ketidak efektifan batuk /
penurunan kesadaran.

f. Berikan cairan kurang Cairan (terutama cairan


lebih 2500 ml/hari. (jika hangat) akan membantu
tidak ada kontra memobilisasi dan
indikasi). mengekspektorasi secret.
Berikan air hangat.

Kolaborasi :
g. Kaji efek dari pemberian Memfasilitasi pencairan dan
nebulizer dan fisioterapi pengeluaran secret. Postural
pernafasan lainnya, drainase mungkin tidak
misalnya insentive efektif pada pneumonia
spirometer, IPPB, perkusi, interstisial / yang disebabkan
postural drainase. Lakukan eksudat / destruksi dari
tindakan selang diantara alveolar.
makan dan batasi cairan Koordinasi
jika cairan sudah penatalaksanaan / jadwal dan
mencukupi. oral intake akan mengurangi
kemungkinan muntah
dengan batuk, ekspektorasi.

13
h. Berikan pengobatan atas Membantu mengurangi
indikasi, misalnya bronchospasme dengan
mukolitik, ekspektoran, mobilisasi dari secret.
bronkodilator, dan Analgesic diberikan untuk
analgesic. mengurangi rasa tidak
nyaman ketika klien
melakukan usaha batuk,
tetapi harus digunakan
sesuai penyebabnya.

i. Berikan cairan suplemen Cairan diberikan untuk


misalkan IV, mengganti kehilangan
humidifikasi oksigen, (termasuk insensible atau
dan room humidification. IWL) dan membantu
mobilisasi secret.

j. Monitor serial X-ray Untuk mengetahui kemajuan


dada, ABGs, pulse dan efek dari proses penyakit
oximetry. serta memfasilitasi
kebutuhan untuk perubahan
terapi.

k. Bantu dengan Kadang – kadang diperlukan


bronchoskopi / untuk mengeluarkan

14
torasentesis, jika sumbatan mucus, secret yang
diindikasikan. purulent, dan atau mencegah
atelectasis.

2. Kerusakan bertukaran gas Pertukaran gas dapat Mandiri


berhubungan dengan : teratasi setelah … hari a. Obs warna kulit, Sianosis kuku
a. Perubahan membrane perawtan, dengan criteria membrane mukosa dan menggambarkan
alveolar kapile (efek hasil : kuku, catat sianosis vasokonstriksi atau respon
inflamasi)  Kleuhan dispnea perifer (kuku) atau tubuh terhadap demam.
b. Gangguan kapasitas berkurang; sianosis parut Sianosis cuping telinga,
pengangkutan oksigen  Denyut nadi dalam (sirkumoral). membrane mukosa, dan kulit
dalam darah (demam, rentan normal dan sekitar mulu dapat
perubahan kurva ireama regular; mengindikasikan adanya
oksihemoglobin).  Kesadaran penuh; hipoksemua sistemik.
 Hasil AGD dalam
Ditandai dengan : batas normal. b. Kaji status mental Kelemahan, irritable,
a. Dispnea; bingung, dan somnolen
b. Takikardia dapat merefleksikan adanya
c. Restlestness/perubaha hipoksemia/penurunan
n kesadaran; oksigenisasi serebral.
d. Hipoksia.
c. Monitor denyut/irama Takikardia biasanya timbul
jantung. sebagai hasil dari
demam/dehidrasi tetapi

15
dapat juga sebagairespons
terhadap hipoksemia.

d. Monitor suhu tubuh atas Demam tinggi (biasanya


indikasi. Lakukan pada pneumonia bakteri dan
tindikakan mengurangi influenza) akan
demam dan menggigil, meningkatkan kebutuhan
missal ganti posisi, suhu metabolic dan konsumsi
ruangan yang nyaman, oksigen serta mengubah
kompres (tepid or cool oksigenisasai selular.
water sponge)

e. Pertahankan bedrest. Mencegah kelelahan dan


Anjurkan untuk mengurangfi konsumsi
menggunakan teknik oksigen untuk memfasilitasi
relaksasi dan aktivitas resolusi infeksi.
diversi (hiburan).

f. Elevasi kepala dan Tindakan ini akan


anjurkan perubahan meningkatkan inspirasi
posisi, napas dalam, dan maksimal, mempermudah
batuk efektik. ekspektorasu dari secret
unruk meningkatkan
ventilasi.

16
g. Kaji tingkat kecemasan. Kecemasan merupakan
Anjurkan untuk manifestasi dari psikologis
menceritakan secara sebagai respons fisiologis
verbal. Jawab pertanyaan terhadap hipoksia.
secara bijaksana. Memberikan ketentraman
Monitor keadaan klien dan meningkatkan perasaan
sesering mungkin, atur aman akan mengurangi
pengunjung untuk masalah psikologis. Oleh
tinggal bersama klien karena itu, akan menurunkan
atas indikasi. kebutuhan oksigen dan
respons psikologis yang
merugikan.

h. Observasi kondisi yang Syok dan edema pulmolar


memburuk, catat adanya merupakan penyebab yang
hipotensi, sputum sering menyebabkan
berdarah, plallor, kematian pda pneumonia,
sianosis, perubahan oleh karena itu memerlukan
dalam tingkat kesadaran, intervensi medis secepatnya.
dispnea beratm dan
kelemahan.

i. Siapkan untuk dilakukan Intubasi dan ventilasi


tindakan keperawatan mekanis dilakukan pada
kritis jika diindikasikan. kondisi insufisiensi respirasi

17
berat.
Kolaborasi
j. Berikan terapi oksigen Pemberian terapi oksigen
sesuai kebutuhan, misal untuk memelihara PaO2
nasal prong, masker. diatas 60 mmHg, oksigen
yang yang diberikan sesuai
dengan toleransi dari klien.

k. Monitor ABGs, pulse Untuk mengikuiti kemajuan


oksimetry proses penyakit dan
memfasilitasi perubahan
dalam terapi oksigen.
3. Resiko tinggi penyebaran Infeksi tidak terjadi selama Mandiri
infeski berhubungan dengan : perawatan dengan criteria a. Menotior vital sign, Selama periode ini, potensial
1. Tidak adekuatnya hasil : terutama selama proses berkembang menjadi
mekanisme  Tidak munculnya terapi komplikais yang lebih fatal
pertahanan tubuh tanda-tanda infeksi (hipotensi/syok)
primer (penurunan sekunder.
aktivitas silia, secret,  Klien dapat b. Demonstrasikan teknik Sangat efektik untuk
statis di saluran mendemonstrasujan mencuci tangan yang mebgurangi penyebaran
napas); kegiatan untuk benar. infeksi.
2. Tidak adekuatnya menghindarkan
mekanisme infeksi c. Ubah posisi dan berikan Meningkatkan eksprektorasi,
pertahanan tubuh pulmonary toilet yang membersihkan dari infeksi.
sekunder (infeksi, baik.

18
imunosupresi),
penyakit kronis, d. Batasi pengunjung atas Mengurangi paparan dengan
malnutrisi. indikasi. organism pathogen lain.

e. Lakukan isolasi sesuai Isolasi mungkin dapat


dengan kebutuhan mencegah
individual. penyebaran/memproteksi
klien dari proses infeksi
lainnya.

f. Anjurkan untuk istirahat Memfasilitasi proses


secara adekuat sebanding penyembuhan dan
dengan aktivitas. meningkatkan pertahanan
Tingkatkan intake nutrisi tubuh alami.
secara adekuat.

g. Monitor keefektifan Tanda daari perbaikan


terapi antomikrobial. kondisi seharusnya timbul
antara 24-48 jam.
Kolaborasi
h. Berikan obat antimikroba Obat-obat ini digunakan
atas indikasi sebagai untuk membunuh mikroba
hasil dari pemeriksaan penyebab pneumonia.
kultur sputum/darah, Kombinasia dari antiviral
misalnya Penicillin, dan antifungal mungkin

19
erythromycin, digunakan ketika pneumonia
tetracycline, amikacien, diakibatkan oleg organism
cephalosporins. campuran.
4. Intoleransi aktivitas Aktivitas dapat terpenuhi Mandiri
berhubungan dengan : selama perawatan dengan a. Evaluasi respons klien Memberikan
1. Tidak seimbangnya criteria hasil : terhadap aktivitas. Catat kemampuan/kebutuhan klien
oksigen supply dan  Laporan secara verbal, serta laporkan adanya dan memfasilitasi dalam
demand; kekuatan otot dispnea, peningkatan pemilihan intervensi.
2. Kelemahan umum; meningkat dan tidak kelemahan/fatigue dan
3. Kelelahan karena ada perasaan perubahan dalam TTV, baik
gangguan pola tidur kelelahan. selama maupun setelah
akibat  Tidak ada sesak; aktivitas.
ketidaknyamanan,  Denyut nadi dalam
batuk produktif, batas normal; b. Berikan lingkungan yang Mengurangi stress dan
dispnea.  Tidak muncul nyaman dan batasi stimulasi yang berlebihan,
sianosis. pengunjung selama fase meningkatkan istirahat.
Ditandai dengan: akut atas indikasi. Anjurkan
1. Melaporkan secara unutk mneggunakan
verbal kelemahan, mnajemen stress dan
fatigue, kelelahan aktivitas diversional.
(ekshaustion);
2. Dispnea, takinpea;
3. Takikardia sebagai
respons terhadap
aktivitas;

20
4. Perkembangan/memb
uruknya
pallor/sianosis.
5. Nyeri akut berhubungan Nyeri teratasi setelah … Mandiri
dengan : hari perawatan dengan a. Tentukan karakterisitk Nyeri dada (chest pain)
1. Inflamasi pada criteria hasil : nyeri, misal ketajaman, biasanya timbul dalam
parenkim paru  Laporan secara terus-menerus (frekuensi). beberapa tingkatan dapat
2. Reaksi selular untuk verbal, nyeri dada Cari perubahan dalam juga menunjukkan adanya
mengeluarkan toksin. berkurang; karakteristik/lokasi/intensita komplikasi dari pneumonia
3. Batuk persisten.  Skala nyeri menurun s nyeri. seperti perikarditis dan
 Wajah rileks; endokarditis.
Ditandai dengan:  Klien dapat
1. Pleuritic chest pain; berisitrahat tanpa b. Berikan tindakan untuk Nonanalgesik tindakan
2. Sakit kepala, nyeri terganggu rasa nyeri. kenyamanan, misal back dengan sentuhan akan
otot/sendi; rubs, perubahan posisi, meringankan
3. Menahan area yang music lembuh, latihan ketidaknyamanan dan
nyeri; relaksasi/napas. memberikan efek terapi
4. Perilaku distraksi, analgesic.
kelemahan.
c. Tawarkan untuk oral Nafas dengan mulut dan
hygiene. terapi oksigen dapat
mengiritasi dan membuat
kering membran mukosa
yang berpotensial
menyebabkan

21
ketidaknyamanan umum.

d. Instruksikan dan bantu klien Membantu mengontrol


untuk melakukan teknik ketidaknyamanan pada dada
menahan dada selama dengan meningkatkan
batuk. pelaksanaan batuk efektif.

Kolaboratif
e. Berikan analgesik dan Obat-obat ini digunakan
antitusif atas indikasi. untuk menekan batuk non
produktif atau paroksimal
atau mereduksi mukus yang
berlebihan, meningkatkan
kenyamanan secara umum.

22
BAB 3
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Pneumonia ialah suatu radang paru yang disebabkan oleh
bermacam-macam etiologi seperti bakteri, virus, jamur, dan benda asing
yang mengensi jaringan paru (alveoli) (Depkes, 2006). Penyebab
pneumonia adalah bakteri, virus, mikoplasma, jamur, dan protozoa.
Menurut survey kesehatan rumah tangga tahun 2002, penyakit
saluran nafas merupakan penyebab kematian no 2 di Indonesia. Data dari
SEAMIC Health Statistic 2001 menunjukkan bahwa pneumonia
merupakan penyebab kematian nomor 6 di Indonesia, nomor 9 di Brunei,
nomor 7 di Malaysia, nomor 3 di Singapura, nomor 6 di Thailand dan
nomor 3 di Vietnam. Laporan dari WHO tahun 1999 menyebutkan bahwa
penyebab kematian akibat infeksi saluran nafas akut termasuk pneumonia
(Anonim, 2003).

3.2. Saran
Penyakit pneumonia sebenarnya merupakan manifestasi dari
rendahnya daya tahan tubuhseseorang akibat adanya peningkatan kuman
patogen seperti bakteri yang menyerang saluran pernapasan.Dalam
keadaan sehat pada paru tidak akan terjadi pertumbuhan mikroorganisme,
keadaan inidisebabkan oleh adanya mekanisme pertahanan paru.
Terdapatnya bakteri di dalam parumerupakan ketidak seimbangan antara
daya tahan tubuh, sehingga mikroorganisme dapat berkembang biak dan
berakibat timbulnya infeksi penyakit.Oleh karena itu sangat di perlukan
menjaga daya tahan tubuh dengan memperhatikan nutrisidan kesehatan
tubuh.

23
DAFTAR PUSTAKA

Manurung, Santa, dkk. (2009). Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem


Pernafasan Akibat Infeksi. Jakarta Timur : CV. Trans Info Media
Smeltzer, Suzane dan Bare, Brenda G. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal
Bedah ; Brunner and Suddarth. Cetakan I. Volume 1. Edisi 8. Jakarta : EGC.

Somantri, Irman. (2012). Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan


Sistem Pernapasan, Edisi 2. Jakarta: Salemba Medika.

24

Anda mungkin juga menyukai