oleh:
Rahmat Awaludin (218031)
Restu Widi Pamulya (218032)
Rika Puji Astuti (218033)
Rizka Hadi Lestari (218034)
Salma Haurani (218035)
Prodi / Kelas:
S1 Keperawatan / 1A
Segala puja hanya bagi Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
Berkat limpahan karunia nikmatNya kami dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul Trend Dan Issue Gangguan Respirasi : Pneumonia dengan lancar.
Penyusunan makalah ini dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah KMB 1 yang
diampu oleh Ibu Dian Anggraini, S.Kep., Ners., M.Kep.
Dalam proses penyusunannya tak lepas dari bantuan, arahan dan masukan
dari berbagai pihak. Untuk itu kami ucapkan banyak terima kasih atas segala
partisipasinya dalam menyelesaikan makalah ini.
Demikian apa yang dapat kami sampaikan. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat untuk masyarakat umumnya, dan untuk saya sendiri khususnya.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB 1......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
1.1. Latar Belakang........................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah...................................................................................1
1.3. Tujuan......................................................................................................2
1.4. Manfaat....................................................................................................2
1.5. Metode Penelitian....................................................................................2
BAB 2......................................................................................................................3
PEMBAHASAN......................................................................................................3
2.1. Definisi......................................................................................................3
2.2. Klasifikasi.................................................................................................3
2.3. Etiologi......................................................................................................4
2.4. Epidemiologi............................................................................................4
2.5. Faktor Resiko...........................................................................................5
2.6. Manifestasi Klinis....................................................................................5
2.7. Patofisiologi..............................................................................................5
2.8. Stadium Pneumonia................................................................................6
2.9. Pemeriksaan Diagnostik.........................................................................6
2.10. Penatalaksanaan..................................................................................6
2.11. Pencegahan...........................................................................................7
2.12. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Pneumonia................................8
BAB 3....................................................................................................................23
PENUTUP.............................................................................................................23
3.1. Kesimpulan............................................................................................23
3.2. Saran.......................................................................................................23
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................24
BAB 1
PENDAHULUAN
1
1.3. Tujuan
1. Untuk mengetahui Penyakit Pneumonia.
2. Untuk mengetahui klasifikasi Pneumonia.
3. Untuk mengetahui etiologi Pneumonia.
4. Untuk menganalisis epidemiologi penyakit Pneumonia.
5. Untuk mengetahui factor resiko terjadinya Pneumonia.
6. Untuk mengeanalisis manifestasi klinis dari Pneumonia.
7. Untuk menganalisis patofisiologi Pneumonia.
8. Untuk mengetahui stadium dalam Pneumonia.
9. Untuk mengetahui pemeriksaan diagnostic pada penderita Pneumonia.
10. Untuk mengetahui pentalaksanaan penderita Pneumonia.
11. Untuk mengetahui pencegahan Pneumonia.
12. Untuk menganalisis Asuhan Keperawatan pada klien Pneumonia.
1.4. Manfaat
Hasil penugasan makalah ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan
pada setiap pembaca agar memiliki wawasan mengenai Pnerumonia dan juga
dapat bermanfaat untuk mengembangkan ilmu pengetahuan keperawatan
dalam kasus Trend dan Issue Gangguan Respirasi : Pneumonia
2
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1. Definisi
Pneumonia adalah suatu proses peradangan dimana terdapat konsolidasi
yang disebabkan pengisian rongga alveoli oleh eksudat. Pertukaran gas tidak
dapat berlangsung pada daerah yang mengalami konsolidasi, begitupun
dengan aliran darah disekitar alveoli, menjadi terhambat dan tidak berfungsi
maksimal.
Pneumonia adalah proses peradangan pada parenkim paru-paru, yang
biasanya dihubungkan dengan meningkatnya cairan pada alveoli.
Pneumonia ialah suatu radang paru yang disebabkan oleh bermacam-
macam etiologi seperti bakteri, virus, jamur, dan benda asing yang mengensi
jaringan paru (alveoli). (Depkes, 2006)
2.2. Klasifikasi
a) Pneumonia yang didapat dari komunitas (community acquired
pneumonia, CAP): pneumonia yang didapatkan di masyarakat yaitu
terjadinya infeksi di luar lingkungan rumah sakit. Infeksi LRT yang
terjadi dalam 48 jam setelah dirawat di rumah sakit pada pasien yang
belum pernah dirawat di rumah sakit selama > 14 hari. (Buke, 2009)
b) Pneumonia yang didapat dari rumah sakit (nosokomial): pneumonia yang
terjadi selama atau lebih dari 48 jam setelah masuk rumah sakit. jenis ini
didapat selama penderita dirawat di rumah sakit (Farmacia, 2006).
Hampir 1% dari penderita yang dirawat di rumah sakit mendapatkan
pneumonia selama dalam perawatannya. Demikian pula halnya dengan
penderita yang dirawat di ICU, lebih dari 60% akan menderita pneumonia
(Supandi, 1992)
c) Pneumonia aspirasi/anaerob: infeksi oleh bakteroid dan organisme
anaerob lain setelah aspirasi orofaringeal dan cairan lambung. Pneumonia
jenis ini biasa didapat pada pasien dengan status mental terdepresi,
maupun pasien dengan gangguan refleks menelan (Buke, 2009)
d) Pneumonia oportunistik: pasien dengan penekanan sistem imun (misalnya
steroid, kemoterapi, HIV) mudah mengalami infeksi oleh virus, jamur,
dan mikobakteri, selain organisme bakteria lain (Buke, 2009)
3
e) Pneumonia rekuren: disebabkan organisme aerob dan aneorob yang
terjadi pada fibrosis kistik dan bronkietaksis (Buke, 2009)
2.3. Etiologi
Penyebab pneumonia adalah bakteri, virus, mikoplasma, jamur, dan
protozoa.
Bakteri : bakteri gram positif (streptococcus pneumonia,
staphylococcus aureus) dan bakteri gram negatif (haemophilus
influenza, pseudomonas aeruginosa, kleibsiella pneumonia, dan
anaerobic bakteria)
Atipikal bakteria : legionella pneumophila dan mycoplasma
pneumonia.
Virus : influenza, parainfluenza, dan adenovirus.
Jamur : kandidiasis, histoplasmosis, dan kriptokokkis.
Protozoa : pneumokistis carinii pneumonia.
2.4. Epidemiologi
Insidensi tahunan: 5-11 kasus per 1.000 orang dewasa; 15-45% perlu di
rawat dirumah sakit (1-4 kasus), dan 5-10% diobati di ICU. Insidensi paling
tinggi pada pasien yang sangat muda dan usia lanjut. Mortalitas: 5-12% pada
pasien yang dirawat di rumah sakit; 25-50% pada pasien ICU (Buke, 2009).
Di United States, insidensi untuk penyakit ini mencapai 12 kasus tiap 1.000
orang dewasa. Kematian untuk pasien rawat jalan kurang dari 1%, tetapi
kematian pada pasien yang dirawat di rumah sakit cukup tinggi yaitu sekitar
14% (Alberta Medical Association, 2002). Di negara berkembang sekitar 10-
20% pasien yang memerlukan perawatan di rumah sakit dan angka kematian
diantara pasien tersebut lebih tinggi, yaitu sekitar 30-40% (Sajinadiyasa,
2011). Di Indonesia sendiri, insidensi penyakit ini cukup tinggi sekitar 5-35%
dengan kematian mencapai 20-50% (Farmacia, 2006).
Di Indonesia, prevalensi kejadian pneumonia pada tahun 2013 sebesar
4,5% (Kementerian Kesehatan RI, 2013). Selain itu, pneumonia merupakan
salah satu dari 10 besar penyakit rawat inap di rumah sakit, dengan proporsi
kasus 53,95% laki-laki dan 46,05% perempuan. Pneumonia memiliki tingkat
crude fatality rate (CFR) yang tinggi, yaitu 7,6% (PDPI, 2014). Berdasarkan
data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013, prevalensi pneumonia pada
usia lanjut mencapai 15,5% (Kementerian Kesehatan RI, 2013).
Pada tahun 2013, pneumonia ditemukan dengan prevalensi 3,1% di
Sumatera Barat (Kementerian Kesehatan RI, 2013). Di Kota Padang jumlah
kunjungan pengobatan pneumonia mengalami kenaikan dari tahun 2008
4
hingga 2013, dengan 5878 kasus pada 2008 dan 8970 kasus pada 2013 (Dinas
Kesehatan Kota Padang, 2014). Prevalensi pasien pneumonia komunitas di
rawat inap Rumah Sakit Dr. M. Djamil Padang pada 2012 adalah 16,6%,
sedangkan pasien rawat jalan 1,3% (PDPI, 2014).
2.7. Patofisiologi
Hepatisasi merah diakibatkan perembesan eritrosit dan beberapa leukosit
dari kapiler paru. Perembesan tersebut membuat aliran darah menurun,
alveoli dipenuhi dengan leukosit dan eritrosit (jumlah eritrosit relative
sedikit). Leukosit lalu melakukan fagositosis pneumococcus dan sewaktu
resolusi berlangsung makrofag masuk ke dalam alveoli dan menelan leukosit
beserta pneumococcus. Paru-paru masuk ke dalam tahap hepatisasi abu-abu
dan tampak berwarna abu-abu kekuningan. Secara perlahan sel darah merah
yang mati dan eksudat fibrin dibuang dari alveoli sehingga terjadi pemulihan
5
sempurna. Paru-paru kembali menjadi normal tanpa kehilangan kemampuan
dalam pertukaran gas.
2.10. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan untuk pneumonia bergantung pada penyebab, sesuai
yang ditentukan oleh pemeriksaan sputum mencakup :
• Oksigen 1-2 L/menit
• IVFD dekstrose 10%: NaCl 0,9% = 3:1, +KCl 10 mEq/500 ml cairan
6
• Jumlah cairan sesuai berat badan,kenaikan suhu, status hidrasi
• Jika sesak tidak selalu berat dapat dimulai makanan enteral bertahap
melalui selang nasogastrik dengan feeding drip
• Jika sekresi lender berlebihan dapat diberikan inhalasi dengan salin
normal dan beta agonis untuk memperbaiki transport mukosilier
• Koreksi gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit
2.11. Pencegahan
Berikut adalah upaya untuk mencegah terjadinya penyakit pneumonia:
a. Perawatan selama masa kehamilan
Untuk mencegah risiko bayi dengan berat badan lahir rendah, perlu
gizi ibu selama kehamilan dengan mengkonsumsi zat-zat bergizi yang
cukup bagi kesehatan ibu dan pertumbuhan janin dalam kandungan serta
pencegahan terhadap hal-hal yang memungkinkan terkenanya infeksi
selama kehamilan.
b. Perbaikan gizi balita
Untuk mencegah risiko pneumonia pada balita yang disebabkan
karena malnutrisi, sebaiknya dilakukan dengan pemberian ASI pada bayi
neonatal sampai umur 2 tahun. Karena ASI terjamin kebersihannya, tidak
terkontaminasi serta mengandung faktor-faktor antibodi sehingga dapat
memberikan perlindungan dan ketahanan terhadap infeksi virus dan
bakteri. Oleh karena itu, balita yang mendapat ASI secara ekslusif lebih
tahan infeksi dibanding balita yang tidak mendapatkannya.
7
e. Menjauhkan balita dari penderita batuk
Balita sangat rentan terserang penyakit terutama penyakit pada
saluran pernapasan, karena itu jauhkanlah balita dari orang yang terserang
penyakit batuk. Udara napas seperti batuk dan bersin-bersin dapat
menularkan pneumonia pada orang lain. Karena bentuk penyakit ini
menyebar dengan droplet, infeksi akan menyebar dengan mudah.
Perbaikan rumah akan menyebabkan berkurangnya penyakit saluran
napas yang berat. Semua anak yang sehat sesekali akan menderita
salesma (radang selaput lendir pada hidung), tetapi sebagian besar mereka
menjadi pneumonia karena malnutrisi.
g. Latihan Nafas
Untuk orang-orang yang rentan terhadap pneumonia, latihan
bernafas dalam dan terapi untuk membuang dahak, bisa membantu
mencegah terjadinya pneumonia. (Jeremy, 2005)
2. Riwayat Kesehatan
8
Keluhan Utama dan Riwayat Kesehatan Sekarang
Keluhan utama yang sering timbul pada klien pneumonia
adalah adanya awitan yang ditandai dengan keluhan menggigil,
demam lebih dari 40 oC, nyeri pleuritik, batuk, sputum
berwarna seperti karat, takipnea terutama setelah adanya
konsolidasi paru.
Riwayat Kesehatan Masa Lalu
Pneumonia sering kali timbul setelah infeksi saluran napas
atas (infeksi pada hidung dan tenggorokan). Risiko tinggi
timbul pada klien dengan riwayat alkoholik, post-operasi,
infeksi pernapasan, dank lien dengan imunosupresi. Hampir
60% dari klien kritis di ICU dapat menderita pneumonia dan
50% akan meninggal.
3. Pemeriksaan Fisik
Presentasi bervariasi bergantung pada etiologi, usia dan
keadaan klinis (Sudoyo, 2006).
Awitan akut biasanya oleh kuman patogen seperti S.
Pneumoniae, Streptococcus spp, dan Staphylococcus.
Pneumonia virus ditandai dengan mialgia, Malaise, batuk
kering yang non produktif.
Awitan yang tidak terlihat dan ringan pada orang tua atau
orang dengan penurunan imunitas akibat kuman yang kurang
patogen atau oportunistik
Tanda-tanda fisik pada pneumonia klasik yang biasa dijumpai
adalah demam, sesak nafas, tanda-tanda konsolidasi paru
(perkusi paru yang dullness, rochi nyaring, serta suara
pernapasan bronchial)
Ronchi basah dan gesekan pleura dapat terdengar di atas
jringan yang terserang karena eksudat dan firbin dalma
elveolus.
4. Pemeriksaan Diagnostik
Sinar X dada : mengidentifikyanasi distribusi struktural; dapat
juga menyatakan abses luas/infiltrasi baik menyebar ataupun
terlokalisasi, atau penyebaran/perluasan infiltrate nodul. Selain
itu juga dapat menunjukkan efusi pleura, kista udara-cairan,
sampai konsolidasi.
9
Analisis gas darah : untuk mendiagnosis gagal napas,serta
menunjukkan hipoksemia dan hiperkarbia, pada stadium lanjut
dapat terjadi asidosis respiratorik.
LED meningkat
Hitung darah lengkap/CBC : Biasanya terjadi peningkatan
leukosit lebih dari 10.000/µl kadang-kadang mencapai
30.000/µl
Pemeriksaan fungsi paru : volume turun, tekanan jalan napas
meningkat, dan komplain menurun.
Pemeriksaan elektrolit : Na dan Cl meningkat.
Pemeriksaan bilirubin : terjadi peningkatan bilirubin.
Aspirasi/biopsi jaringan paru
Kultur sputum : penting untuk koreksi terapi antibiotik.
(Misnadiarly, 2008)
5. Prioritas Keperawatan
Memelihara/mengembalikan fungsi respirasi.
Mencegah komplikasi.
Mendudung proses penyembuhan.
Berikan informasi tentang proses penyakit/prognosis dan
penatalaksanaan.
10
B. Diagnosa dan Intervensi
Perencanaan
No. Diagnosis Keperawatan
Tujuan Intervensi Rasional
1 Bersihan jalan nafas tidak Jalan nafas bersih dan Mandiri : Melakukan evaluasi awal
efektif berhubungan dengan : efektif setelah… hari a. Mengkaji jumlah / untuk melihat kemajuan dari
1. Inflamasi Perawatan, dengan kriteria kedalaman pernafasan dan hasil intervensi yang telah
trakheobronkhial, : pergerakan dada. dilakukan.
pembentukan udema, Secara verbal tidak ada
peningkatan produksi keluhan sesak. b. Auskultasi daerah paru- Penurunan udara timbul
sputum. Suara napas normal. paru, mencatat area yang pada area yang konsolidasi
2. Nyeri pleureutis. Cyanosis (-). menurun / tidak adanya dengan cairan.
3. Fatigue. Batuk. (-) aliran udara serta mencatat Suara napas bronchial
Jumlah pernafasan adanya suara napas (normal diatas bronkus)
Yang ditandai : dalam batas normal tambahan seperti crackles dapat juga. Crackles, ronkhi,
1. Perubahan jumlah dan sesuai usia. dan wheezez. dan wheezez terdengar pada
kedalaman nafas. saat inspirasi dan/ ekspirasi
2. Suara nafas abnormal, sebagai respon dari
penggunaan otot nafas akumulasi cairan, sekresi
tambahan. kental, dan spasme /
3. Dyspnea dan abstruksi saluran nafas.
cyanosis.
4. Batuk dengan atau c. Elevasi kepala, sering ubah Diafragma yang lebih rendah
11
tanpa produksi posisi akan membantu dalam
sputum. meningkatkan ekspansi
dada, pengisian udara,
mobilisasi dan ekspektorasi
dari sekresi.
12
secara mekanis pada klien
yang tidak dapat
melakukannya dikarenakan
ketidak efektifan batuk /
penurunan kesadaran.
Kolaborasi :
g. Kaji efek dari pemberian Memfasilitasi pencairan dan
nebulizer dan fisioterapi pengeluaran secret. Postural
pernafasan lainnya, drainase mungkin tidak
misalnya insentive efektif pada pneumonia
spirometer, IPPB, perkusi, interstisial / yang disebabkan
postural drainase. Lakukan eksudat / destruksi dari
tindakan selang diantara alveolar.
makan dan batasi cairan Koordinasi
jika cairan sudah penatalaksanaan / jadwal dan
mencukupi. oral intake akan mengurangi
kemungkinan muntah
dengan batuk, ekspektorasi.
13
h. Berikan pengobatan atas Membantu mengurangi
indikasi, misalnya bronchospasme dengan
mukolitik, ekspektoran, mobilisasi dari secret.
bronkodilator, dan Analgesic diberikan untuk
analgesic. mengurangi rasa tidak
nyaman ketika klien
melakukan usaha batuk,
tetapi harus digunakan
sesuai penyebabnya.
14
torasentesis, jika sumbatan mucus, secret yang
diindikasikan. purulent, dan atau mencegah
atelectasis.
15
dapat juga sebagairespons
terhadap hipoksemia.
16
g. Kaji tingkat kecemasan. Kecemasan merupakan
Anjurkan untuk manifestasi dari psikologis
menceritakan secara sebagai respons fisiologis
verbal. Jawab pertanyaan terhadap hipoksia.
secara bijaksana. Memberikan ketentraman
Monitor keadaan klien dan meningkatkan perasaan
sesering mungkin, atur aman akan mengurangi
pengunjung untuk masalah psikologis. Oleh
tinggal bersama klien karena itu, akan menurunkan
atas indikasi. kebutuhan oksigen dan
respons psikologis yang
merugikan.
17
berat.
Kolaborasi
j. Berikan terapi oksigen Pemberian terapi oksigen
sesuai kebutuhan, misal untuk memelihara PaO2
nasal prong, masker. diatas 60 mmHg, oksigen
yang yang diberikan sesuai
dengan toleransi dari klien.
18
imunosupresi),
penyakit kronis, d. Batasi pengunjung atas Mengurangi paparan dengan
malnutrisi. indikasi. organism pathogen lain.
19
erythromycin, digunakan ketika pneumonia
tetracycline, amikacien, diakibatkan oleg organism
cephalosporins. campuran.
4. Intoleransi aktivitas Aktivitas dapat terpenuhi Mandiri
berhubungan dengan : selama perawatan dengan a. Evaluasi respons klien Memberikan
1. Tidak seimbangnya criteria hasil : terhadap aktivitas. Catat kemampuan/kebutuhan klien
oksigen supply dan Laporan secara verbal, serta laporkan adanya dan memfasilitasi dalam
demand; kekuatan otot dispnea, peningkatan pemilihan intervensi.
2. Kelemahan umum; meningkat dan tidak kelemahan/fatigue dan
3. Kelelahan karena ada perasaan perubahan dalam TTV, baik
gangguan pola tidur kelelahan. selama maupun setelah
akibat Tidak ada sesak; aktivitas.
ketidaknyamanan, Denyut nadi dalam
batuk produktif, batas normal; b. Berikan lingkungan yang Mengurangi stress dan
dispnea. Tidak muncul nyaman dan batasi stimulasi yang berlebihan,
sianosis. pengunjung selama fase meningkatkan istirahat.
Ditandai dengan: akut atas indikasi. Anjurkan
1. Melaporkan secara unutk mneggunakan
verbal kelemahan, mnajemen stress dan
fatigue, kelelahan aktivitas diversional.
(ekshaustion);
2. Dispnea, takinpea;
3. Takikardia sebagai
respons terhadap
aktivitas;
20
4. Perkembangan/memb
uruknya
pallor/sianosis.
5. Nyeri akut berhubungan Nyeri teratasi setelah … Mandiri
dengan : hari perawatan dengan a. Tentukan karakterisitk Nyeri dada (chest pain)
1. Inflamasi pada criteria hasil : nyeri, misal ketajaman, biasanya timbul dalam
parenkim paru Laporan secara terus-menerus (frekuensi). beberapa tingkatan dapat
2. Reaksi selular untuk verbal, nyeri dada Cari perubahan dalam juga menunjukkan adanya
mengeluarkan toksin. berkurang; karakteristik/lokasi/intensita komplikasi dari pneumonia
3. Batuk persisten. Skala nyeri menurun s nyeri. seperti perikarditis dan
Wajah rileks; endokarditis.
Ditandai dengan: Klien dapat
1. Pleuritic chest pain; berisitrahat tanpa b. Berikan tindakan untuk Nonanalgesik tindakan
2. Sakit kepala, nyeri terganggu rasa nyeri. kenyamanan, misal back dengan sentuhan akan
otot/sendi; rubs, perubahan posisi, meringankan
3. Menahan area yang music lembuh, latihan ketidaknyamanan dan
nyeri; relaksasi/napas. memberikan efek terapi
4. Perilaku distraksi, analgesic.
kelemahan.
c. Tawarkan untuk oral Nafas dengan mulut dan
hygiene. terapi oksigen dapat
mengiritasi dan membuat
kering membran mukosa
yang berpotensial
menyebabkan
21
ketidaknyamanan umum.
Kolaboratif
e. Berikan analgesik dan Obat-obat ini digunakan
antitusif atas indikasi. untuk menekan batuk non
produktif atau paroksimal
atau mereduksi mukus yang
berlebihan, meningkatkan
kenyamanan secara umum.
22
BAB 3
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Pneumonia ialah suatu radang paru yang disebabkan oleh
bermacam-macam etiologi seperti bakteri, virus, jamur, dan benda asing
yang mengensi jaringan paru (alveoli) (Depkes, 2006). Penyebab
pneumonia adalah bakteri, virus, mikoplasma, jamur, dan protozoa.
Menurut survey kesehatan rumah tangga tahun 2002, penyakit
saluran nafas merupakan penyebab kematian no 2 di Indonesia. Data dari
SEAMIC Health Statistic 2001 menunjukkan bahwa pneumonia
merupakan penyebab kematian nomor 6 di Indonesia, nomor 9 di Brunei,
nomor 7 di Malaysia, nomor 3 di Singapura, nomor 6 di Thailand dan
nomor 3 di Vietnam. Laporan dari WHO tahun 1999 menyebutkan bahwa
penyebab kematian akibat infeksi saluran nafas akut termasuk pneumonia
(Anonim, 2003).
3.2. Saran
Penyakit pneumonia sebenarnya merupakan manifestasi dari
rendahnya daya tahan tubuhseseorang akibat adanya peningkatan kuman
patogen seperti bakteri yang menyerang saluran pernapasan.Dalam
keadaan sehat pada paru tidak akan terjadi pertumbuhan mikroorganisme,
keadaan inidisebabkan oleh adanya mekanisme pertahanan paru.
Terdapatnya bakteri di dalam parumerupakan ketidak seimbangan antara
daya tahan tubuh, sehingga mikroorganisme dapat berkembang biak dan
berakibat timbulnya infeksi penyakit.Oleh karena itu sangat di perlukan
menjaga daya tahan tubuh dengan memperhatikan nutrisidan kesehatan
tubuh.
23
DAFTAR PUSTAKA
24