OLEH:
BUNGA ADITIA
(1901030010)
KELAS B
SEMESTER 1
JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGRI METRO
2019
Kata Pengantar
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang. Penulis menghaturkan rasa syukur atas segala rahmat, taufik, serta
hidayah Nya, sehingga penulis makalah ini dengan judul “Socrates” bisa penulis
selesaikan dengan lancar.
Tentunya dalam penulisan makalah ini tidak lepas dari bantuan beberapa
pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini, terutama Bapak
Wahyudin,S.Ag,.MA,.Mphil. selaku dosen pembimbing dalam mata kuliah
Filsafat Umum.
Dan juga penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih
terdapat banyak kekurangan. Baik dalam segi bahasa, penyusunan kalimat
maupun isi makalah ini. Oleh karena itu, harapan penulis semoga makalah ini
membantu menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, sehingga
penulis dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini sehingga kedepannya
bisa lebih baik lagi.
Penulis
II
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL......................................................................................................
I
KATA PENGANTAR....................................................................................................
......................................................................................................................................II
DAFTAR ISI...................................................................................................................
III
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................................
IV
A. LATAR BELAKANG........................................................................
V
B. RUMUSAN MASALAH...................................................................
V
BAB II PEMBAHASAN................................................................................................
1
III
A. KESIMPULAN..................................................................................
10
B. SARAN..............................................................................................
11
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................
12
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
IV
Maka, lebih mudah untuk mengajukan pertanyaan filosofis daripada
menjawabnya.1
Dengan lahirnya filsafat pasti tidak akan lepas dari para tokoh yang
mengemukakan berbagai pemikiran-pemikirannya. Pemikiran-pemikiran itu
menjadikan seseorang untuk menggunakan akal pikirannya untuk berfikirlebih
dalam untuk menggali ilmu pengetahuan yang bermanfaat bahkan digunakan
hingga kini. Para Filsuf pertama berkompetensi satu sama lain dalam menawarkan
argumen kompleks yang memperjuangkan landasan pendekatan lawan mereka.2
Ajaran bahwa semua kebenaran itu relatif telah menggoyahkan teori-teori
sains yang telah mapan, mengguncahkan keyakinan agama. Ini menyebabkan
kebingungan dan kekacauan dalam kehidupan. Inilah sebabnya Socrates harus
bangkit. Ia harus meyakinkan orang Athena bahwa tidak semua kebenaran itu
relatif.
Sebagian kebenaran memang relatif, tetapi tidak semuanya. Sayangnya,
Socrates tidak meninggalkan tulisan. Ajarannya kita peroleh dari tulisan murid-
muridnya. Untuk lebih jelasnya mengenai Socrates ini akan dibahas penulis dalam
makalah ini.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Awal Mula Pemikiran Socrates ?
2. Apa Pengaruh Pemikirannya Di Masa Kini ?
3. Bagaimana Kehancuraan Orang-Orang Oligarki dan Orang-Orang
Demokratis?
1
Jostein, Garden. Dunia Sophie, cet 3, (Bandung: Mizan,1997) hlm. 28-29
2
Gerrard,Naddaf. 2016. “Science Before Socrates: Paramides, Anaxagoras, and the New
Astronomy”. Mind, Vol. 125, 2016, Edisi 499, Hlm. 945-952
V
VI
BAB II
PEMBAHASAN
1
Ajaran Socrates yang sampai saat ini tidak pernah dituliskan, melainkan dilakukan
dengan perbuatan, yakni dengan cara hidup. Bagai seorang Socrates, filosofi bukan
hasil, bukan ajaran yang berdasarkan dogma, melainkan fungsi yang hidup.
Filosofisnya mencari kebenaran, oleh sebab itu ia pemikir dan ia tidak mengajarkan,
melainkan menolong mengeluarkan apa yang tersimpan dalam jiwa orang. Oleh
karena itu, metodenya disebut maieutik; menguraikan seolah-olah menyerupai
pekerjaan ibunya sebagai dukun beranak. Oleh sebab itu Socrates dalam mencapai
kebenaran yang tetap, dengan cara bertanya kesana-sini, kemudian dibulatkan dengan
pengertian. Maka jalan yang ditempuhnya ialah metode induksi dan mendefinisikan
induksi dengan cara membandingkan secara kritis. Baginya, budi adalah tahu,
merupakan inti sari dari etiknya. Orang yang berpengetahuan dengan sendirinya
berbudi baik. Dengan itu nyatalah ajaran etik Socrates selain intelektual juga rasional.
Apabila budi adalah tahu, berdasarkan timbangan yang benar, maka jahat hanya
datang dari orang yang tidak mengetahui, orang yang tidak mempunyai pertimbangan
atau penglihatan yang benar.
Bagi Socrates pandangannya mengenai kebajikan dasar dari sebuah ideal.
Socrates menjadikan kita untuk berdialog, berdialog dengan diri kita, berdialog
dengan apa yang dilahirkan dari pandangan oran lain, dan berdialog dengan apa
dilihat dan temukan dalam fenomena kehidupan. Etika yang dikemukakannya adalah
etika yang ditampilkan dalam kehidupannya, dalam membangun komunikasi pada
tataran kehidupan sosialnya. Impilkasinya tentu terhadap cara pandangnya dalam
berpolitik, semua itu pada akhirnya merefleksikan kejujurannya untuk mengatakan
”tidak” dalam bersinggungan dengan kekuasaan dan politis, walaupun harus menelan
risiko terdalam ”sebuah kematian” sekaligus sebagai ”martir” membela
keyakinannya.4
2
menanyakan definisi umum tentang sesuatu, misalnya apakah keadilan itu? Apakah
kedermawanan itu? Metode ini adalah metode kebidanan dimana Socrates hanya
membantu membidani kelahiran gagasan murid-muridnya saja. Metode ini memakai
gaya ironi di mana sengaja ia menanyakan hal-hal yang membingungkan sehingga
penjawabnya menjawab hal yang bertentangan. Inilah dialektikanya.Jawaban mereka
pertama-tama dianalisis dan disimpulkan dalam bentuk hipotesa, hipotesa itu
dipertanyakan lagi dan dianalisis lagi oleh penjawab. Demikian seterusnya.
Bagi Socrates, jiwa manusia adalah karena inti sari manusia, hakekat manusia sebagai
pribadi yang bertanggungjawab. Oleh karena itulah manusia wajib mengutamakan
kebahagiaan jiwanya (eaudaimonia, memiliki jiwa yang baik), lebih dari kebahagiaan
lahiriah seperti kesehatan dan kekayaan. Jadi, hidup saja tidak cukup, tetapi hidup
yang baik adalah bagi jiwa. Jika tujuan hidup baginya adalah bagaimana orang dapat
mencapai kebahagiaan.
Socrates membuktikan adanya kebenaran objektif itu dengan menggunakan
metode yang bersifat praktis dan dijalani melalui percakapan-percakapan, sehingga
metode yang digunakannya biasanya disebut metode dialog karena dialog mempunyai
peranan penting dalam menggali kebenaran yang objektif. Contohnya, ketika dia ingin
menemukan makna adil, dia bertanya kepada pedagang, prajurit, penguasa, dan guru.
Dari semua penjelasan yang diberikan oleh semua lapisan masyarakat itu dapat ditarik
sebuah benang merah yang bersifat universal tentang keadilan. Dari sinilah menurut
Socrates bahwa kebenaran universal dapat ditemukan. Socrates berpendapat bahwa
ajaran dan kehidupan adalah satu dan tak dapat dipisahkan satu dengan yang lain.
Oleh karena itu, dasar dari segala penelitian dan pembahasan adalah pengujian diri
sendiri. Bagi Socrates, pengetahuan yang sangat berharga adalah pengetahuan tentang
diri sendiri.
Socrates mencetuskan istilah-istilah sofis, sofisme, dialetika cara berfikir
induksi. Pemikirannya mementingkan eudaimonia (keluhuran budi) pandangannya
berbunyi” keutamaan adalah pengetahuan ”. Menurut Socrates, istilah filsafat berasal
dari philos (teman) dan sophia (wisdom). Ini benar-benar peristiwa traumatik dalam
sejarah filsafat. Pada saat Socrates dihukum mati karena ”merusak pikiran generasi
muda”, Athena merupakan negara kota (atau polis) yang paling demokratis adalah
Yunani, dan Socrates telah mencapai reputasi sebagai salah satu filsuf terbesar. Sejak
saat itu, Socrates menjadi contoh bagi pemikir yang membela ideal, tinggi dan
sekaligus mejadi tealadan cita-cita itu. Di antara berbagai hal lain Socrates
mengajarkan bahwa kebajikan adalah hal yang paling berharga diantara semua yang
dimilik seseorang, bahwa kebenaran terletak di luar ” bayang-bayang” pengalaman
kita sehari-hari, dan bahwa kebenaran adalah tugas yang tepat bagi filsuf untuk
menunjukkan betapa sedikitnya hal yang benar-benar kita ketahui. Sering dikatakan
bahwa dia mati untuk memberikan contoh bagi kebajikan-kebajikan itu sehingga
Socrates tidak menghianati ide-ide yang telah diajarkan sebegitu lama dan sebegitu
bagus.
Ungkapan Socrates yang sangat terkenal adalah "kenalilah dirimu sendiri". Manusia
adalah makhluk yang terus-menerus mencari dirinya sendiri dan yang setiap saat
harus menguji dan mengkaji secara cermat kondisi-kondisi eksistensinya. Socrates
berkata dalam Apologia, "Hidup yang tidak dikaji" adalah hidup yang tidak layak
untuk dihidupi. Bagi Socrates, manusia adalah makhluk yang bila disoroti pertanyaan
yang rasional dapat menjawab secara rasional pula. Menurut Socrates, hakekat
manusia tidak ditentukan oleh tambahan-tambahan dari luar, ia semata-mata
tergantung pada penilaian diri atau pada nilai yang diberikan kepada dirinya sendiri.
3
Semua hal yang ditambahkan dari luar kepada manusia adalah kosong dan hampa.
Kekayaan, pangkat, kemasyhuran dan bahkan kesehatan atau kepandaian semuanya
tidak pokok (adiaphoron). Satu-satunya persoalan adalah kecendrungan sikap
terdalam pada hati manusia. Hati nurani merupakan "hal yang tidak dapat
memperburuk diri manusia, tidak dapat juga melukainya baik dari luar maupun dari
dalam".6
Socrates menyumbangkan teknik kebidanan (maieutika tekhne) dalam
berfilsafat. Bertolak dari pengalaman konkrit, melalui dialog seseorang diajak
Socrates (sebagai sang bidan) untuk "melahirkan" pengetahuan akan kebenaran yang
dikandung dalam batin orang itu. Dengan demikian Socrates meletakkan dasar bagi
pendekatan deduktif. -- Pemikiran Socrates dibukukan oleh Plato, muridnya. Hidup
pada masa yang sama dengan mereka yang menamakan diri sebagai "sophis" ("yang
bijaksana dan berapengetahuan"), Socrates lebih berminat pada masalah manusia dan
tempatnya dalam masyarakat, dan bukan pada kekuatan-kekuatan yang ada dibalik
alam raya ini (para dewa-dewi mitologi Yunani). Seperti diungkapkan oleh Cicero
kemudian, Socrates "menurunkan filsafat dari langit, mengantarkannya ke kota-kota,
memperkenalkannya ke rumah-rumah". Karena itu dia didakwa "memperkenalkan
dewa-dewi baru, dan merusak kaum muda" dan dibawa ke pengadilan kota Athena.
Dengan mayoritas tipis, juri 500 orang menyatakan ia bersalah. Ia sesungguhnya
dapat menyelamatkan nyawanya dengan meninggalkan kota Athena, namun setia
pada hati nuraninya ia memilih meminum racun cemara di hadapan banyak orang
untuk mengakhiri hidupnya.
Socrates menjadi persoalan yang begitu pelik bagi para Sejarawan. Banyak
tokoh yang mengungkapkan sesuatu mengenai Socrates, namun dapat dipastikan
hanya sedikit yang bisa diketahuinya. Perihal Socrates ini kita tidak bisa memastikan
apakah mengetahui sedikit ataupun banyak tentang dia.Socrates lahir sekitar tahun
(469-399 SM) dia adalah seorang filosof Yunani dari Athena. Dia bukan orang yang
tampan dan keadaan hidupnya sedang-sedang saja dan dia juga banyak menghabiskan
waktunya untuk mengajar filsafat kepada anak-anak muda, tetapi bukan untuk
mencari uang seperti kaum sofis. Dia mengajar agar para anak-anak muda mengetahui
pentingnya kebenaran.
Dia tersohor dengan pendapatnya tentang filsafat sebagai suatu usaha
pencarian yang perlu bagi para Intelektual.7 Bapaknya adalah tukang batu dan
pengukir di batu, ibunya katanyana seorang bidan. Awalnya Socrates ingin mengikuti
jejak Bapaknya sebagai tukang patung. Namun, dia merubahnya dari membuat patung
menjadi pembentuk watak manusia. Socrates bergaul dengan semua kalangan
manusia baik tua muda, kaya ataupun miskin. Ia seorang filosof yang mempunyai
corak ajaran tersendiri. Menjadikan ia sebagai tokoh yang terkenal di Athena,
sebagimana digambarkan Aristophanes dalam The Clouds. Ajaran-ajarannya tak
pernah ia tuliskan, melainkan langsung dengan perbuatannya dalam menjalani
kehidupan. Jika diamati secara detail ia malah tidak mengajarkan filosofi, melainkan
hidup untuk berfilosofi. Socrates adalah seorang sarjana Yunani klasik yang memiliki
reputasi mengajar dengan mengajukan pertanyaan namun tidak harus memberikan
jawaban.8
Socrates bangga dilahirkan di Athena. Dia menjalani seluruh hidupnya di kota dan
tidak pernah meninggalkannya kecuali dalam pelayanannya sebagai seorang tentara.
6
Harold H. Titus, Persoalan-Persoalan Filsafat, (P.T Bulan Bintang, Jakarta: 1984), hal. 15
7
Harold H. Titus, Persoalan-Persoalan Filsafat, (P.T Bulan Bintang, Jakarta: 1984), hal. 16
8
John, GF Cleland, dan Christian, Mueller. “What Can We Learn From SOCRATES: More Questions
Than Answer?”.European Heart Journal, Vol. 38, 2017, Edisi 15, Hlm. 1128-1131.
4
Dia sering kritis berpendapat dan sangatlah kritis terhadap cara dan pemimpin athena
namun tidak pernah ragu dalam keyakinannya bahwa kota ini adalah yang
terbaik.Menurut perkataan teman-temannya, Socrates demikian adil, sehingga ia tidak
pernah berlaku zalim. Ia begitu pandai menguasai dirinya, sehingga dia tidak pernah
memuaskan hawa nafsu dengan merugikan kepentingan umum.
Di dalam komedi “Awan”, Aristophanes memandang socrates sebagai seorang sofis,
dan tentu yang demikian ini tidak begitu aneh seperti yang dianggap orang kemudian.
Namun tetap terdapat perbedaan-perbedaan yang khas antara Socrates dengan kaum
Sofis.9Dan Socrates merupakan penentang utama ajaran kaum Sophis tentang manusia
sebagai ukuran segala-galanya. Tema manusia tetap menjadi perhatian Socrates,
hanya saja dia tidak menjadikan manusia sebagai ukuran segala-galanya, sebab
kebenaran tidak bersifat relative tetapi pasti dan tetap.10
2. Masa Sokrates
Kemunculan Sokrates terlebih dulu di dahului oleh kemunculan kaum
sofis. Sokrates hadir dalam rangka menjawab apa yang telah mapan dalam konstruksi
pemikiran kaum Sofis. Kaum Sofis sejak zaman Yunani Kuno sudah tidak
baik. Dengan kehebatan mereka dalam berargumentasi, kaum Sofis
dianggap sering menghalalkan segala cara untuk memenangkan perkara agar
mendapatkan simpati masa-tujuannya akhirnya uang. Keberadaan kaum sofis dalam
sejarah filsafat memiliki arti penting. kaum Sofis menjadikan manusia sebagai
pusat pemikiran ilsafatnya.11
Pandangan relativisme kaum Sofis mengatakan bahwa tidak ada pengenalan pun
yang bersifat absolut atau objektif. 12Akibat dari paham yang demikian, maka
ukuran kebenaran menjadi relatif dan subjektif. Maka dari itu sangat tidak
mungkin kemunculan Sokrates dipisahkan dari kehadiran kaum Sofis.Sokrates
adalah orang yang juga menguasai seni berargumentasi seperti kaum Sofis, ia
mempertanyakan pandangan-pandangan tradisional mengenai moralitas.13Sokrates
tampil sebagai upaya untuk memberikan sebuah jawaban atas pandangan kaum
Sofis.
Dalam kaitannya dengan kaum Sofis, sebenarnya kalau kita melihatnya secara
sepintas antara Sokrates dengan kaum Sofis tidak memiliki banyak perbedaan.
Sama dengan kaum Sofis, Sokrates memulai filsafatnya dengan bertolak dari
pengalaman sehari-hari.
9
Bernard, Delfgaauw. Sejarah Ringkas Filsafat Barat, (Jogjakarta: Tiara Wacana, 1992) Hlm. 13
10
Syukur, Abdul.“EraBaruHistoriografiYunaniKuno”.JurnalSejarahLontar.Vol. 7. 2007, No. 2, Hlm.57
11
Simon, Petualangan Intelektual., 38
12
Harun Hadiwijono, Sari Sejarah Filsafat Barat 1 (Yogyakarta: Kanisius, 1980), 21.
13
Ibid., 38
5
Menurut Sokrates di duniaini ada kebenaran yang bersifat objektif, di mana
kebenaran itu tidak bergantung pada saya atau kita. Dan untuk membuktikan
adanya kebenaran yang objektif, Sokrates menggunakan metode tertentu. Metode
tersebut kita kenal dengan metode dialektika dari katakerja Yunani yang berarti
bercakap-cakap atau berdialog. Metode Sokrates ini dikatakan sebagai metode
dialektika karena memiliki peranan penting di dalamnya. Di dalam metode itu
terdapat dua penemuan, kedua-duanya menyangkut berkenaan dengan dasar
pengetahuan. Yang pertama ia menemukan induksi dan yang keduaia menemukan
definisi.14
Dengan definisi Sokrates dapat membuktikan kepada kaum Sofis bahwa
pengetahuan yang umum ada, yaitu definisi itu. Dalam hal ini kaum Sofis
tidak seluruhnya benar: yang benar ialah sebagian pengetahuan bersifat
umum dan sebagian bersifat khusus; yang khusus itulah pengetahuan yang
kebenarannya relatif.15 Sebagai contoh: apakah kursi itu? Sekarang coba kita
analisis atu kita lihat secara keseluruhan kursi yang ada di dunia ini. Kita menemukan
kursi hakim, ada tempat duduk dan sandaran, kakinya ada empat.
Walaupun terdapat perbedaan pada jumlah kaki di setiap masing-masing kursi.
Namun pada setiap kursi ada tempat duduk dan sandarannya. Kedua ciri ini akan
ada pada setiap kursi yang ada di seluruh dunia. Dari sini semua orang akan
bersepakat bahwa kursi ada tempat duduk yang memiliki sandaran, ketika semua
orang bersepakat tentang ciri dari kursi maka inilah yang dikatakan kebenaran
objektif.16Sokrates juga memiliki ajaran tentang Etika dan Negara.17Atas ajarannya
tersebut kemudian Socrates yangharus rela minum racun sebagai konsekuensi
atas ajaran filsafatnya.18
14
Tafsir, FilsafatUmum., 54-55.
15
Tafsir, FilsafatUmum., 54-55.
16
Ibid., 55-56
17
Untuk lebih jelasnya paparan tentang ajaran etika dan negara sebagai bagian dari pemikiran Sokrates
lihat dalam bukunya Simon Petrus L. Tjahjadi pada halaman 40-43.
18
Tafsir, Filsafat Umum., 8.
6
Masalah yang berada dalam masyarakat yang berkaitan dengan socrates:
1. Bicara kasar dan tidak sesuai dengan fakta yang ada
Kebanyakan masyarakat berbicara kasar dan tidak sesuai dengan fakta
mengenai tetangganya sendiri. hal ini akan selalu menimbulkan serta menyebabkan
persilisihan antara warga suatu dengan warga lainnya. tentulah permasalahan yang
saya ambil dimasyarakat saya sangat berhubungan dengan pemikiran socrates , yang
menganggap bahwa manusia hidup dengan etika yang baik dan sekarang sekarang
anak-anak yang dibawah umur sudah berbicara kasar kepada teman, orang tua,
bahkan kepada orang yang lebih tuadarinya.
Solusinya yaitu dengan memberikan sosialisasi kepada para orang tua untuk mendidik
anaknya dengan etika yang benar dan memiberikan contoh yang baik kepada anak-
anaknya.menurut socrates solusinya dengan berdialog.
2. Pergaulan bebas
Seperti kebanyakan orang tua pada zaman sekarang sudah membebaskan putra
putrinya untuk pergaulan bebas. Solusinya yaitu kewajiban dan peran orang tua harus
tetap dilaksanakan sebagaimana mestinya. serta peran anak dalam menyikapi
keputusan juga perlu ditingkatkan , tugas keluarga yang harus menanamkan etika dan
moral yang baik kepada para anak seperti halnya metode yang dilakukan oleh
socrates.
3. Etika bergaul dengan orang lain yaitu dengan menghormati perasaan orang lain.
4. Etika dijalan
5. Etika bertetangga
6. Sopan santun
7
kenyataanya, oligarki yang berkuasa. Demokrasi hanya menyediakan “panggung”
bagi bertakhtanya oligarki.
Tidak ada yang istimewa dalam perjalanan demokrasi kita. Capaian demokrasi
kita sebatas melaksanakan demokrasi elektoral atau demokrasi prosedural dalam
kontestasi politik kenegaraan. Namun realitas menunjukan, jika substansi demokrasi-
tentang bagaimana kedaulatan rakyat didahulukan-tidak diwujudkan. Yang ada
hanyalah kedaulatan partai yang kemudian melahirkan oligarki dan dinasti.19
Definisi sederhana oligarki adalah pemerintahan yang dipimpin kalangan
berduit dan berpengaruh, yang bekerja dan bertindak atas kepentingan sendiri. Siklus
oligarki dimulai saat mereka tidak dalam posisi memimpin. Dalam posisi ini, oligarki-
yang merupakan kumpulan orang-orang berduit dan berpengaruh secara politik dan
ekonomi- membentuk jaringan partai dan pengusaha untuk menanamkan
pengaruhnya.
Ketika pengaruh itu dirasakan sudah cukup kuat, maka misi selanjutnya adalah
bagaimana bisa menguasai pemerintahan. Misi ini terlihat mudah karena oligarki
memiliki dua modal utama; finansial dan politik sebagai fondasi yang cukup kuat
untuk bisa menguasai pemerintahan.
Di tingkat lokal, oligarki yang muncul adalah oligarki lunak (soft oligarchy),
mereka tidak sekuat oligarki elit di tingkat pusat yang berciri ekstrim (extreme
oligarchy). Namun meskipun demikian, oligarki di tingkat lokal ini juga berbahaya
bagi kelangsungan demokrasi itu sendiri.
Oligarki di tingkat lokal adalah “cermin” dari oligarki di tingkat elit pusat,
dengan skala yang lebih kecil, namun memiliki pengaruh cukup besar bagi
perkembangan demokrasi lokal itu sendiri. Oligarki menutup akses ke sumber-sumber
ekonomi dan politik bagi warga masyarakat yang bukan merupakan bagian
dari rulling oligarchy itu. Akibatnya, akses hanya berputar disekeliling mereka, para
oligarki.
Oligarki menjalankan pemerintahan dengan bersandar pada kepentingan
sekompok orang. Kekuasaan dalam oligarki mengikuti postulat kekuasaan Duverger
(1993) bahwa kekuasan terdiri dari seluruh kerangka institusi sosial yang
berhubungan dengan otoritas, yang berarti ada dominasi beberapa orang terhadap
orang lain. Ada institusi (jabatan), ada otoritas (kewenangan/kekuasaan) dan ada
obyek yang akan dikuasai atau didominasi. Obyek yang dikuasasi itu adalah rakyat,
yang kesadaran politiknya masih “hijau”.
Kekuasaan digunakan untuk mengokohkan kepentingan politik oligarki hingga
selama-lamanya. Keuntungan politik dan ekonomis dikeruk dan digunakan semata-
mata untuk kepentingan mereka sendiri. Oligarki tidak berpijak pada kepentingan
kolektif, tapi kepentingan kelompok atau orang perorang.20
Demokrasi bertentangan dengan oligarki. Jika dalam demokrasi, kekuasaan
tertinggi adalah rakyat, maka dalam oligarki, kekuasaan tertinggi berada ditangan elit.
Rakyat hanya pada posisi sub-ordinat kekuasaan oligarki. Segala tindakan dan
keputusan yang dibuat, semata-mata ditujukan bagi kepentingan mereka, para oligarki
itu.
Oligarki berbahaya bagi kelangsungan demokrasi karena memicu
penyalahgunaan kekuasaan (abuse of power) yang sangat luas, terstruktur dan masif.
Oligarki memicu pemerintahan yang korup karena tidak bersandar pada prinsip
pemerintahan yang baik (good governance).
19
Wiwin Suwandi, “Oligarki di Atas Panggung Demokrasi” (2013), 1
20
Ibid,.2
8
Tidak terhitung berapa kepala daerah yang ditangkap karena korupsi. Karena
oligarki rentan dengan penyalahgunaan kekuasaan, banyak kepala daerah yang
menjadi “tumbal” dari rakusnya oligarki itu.
Namun walaupun sangat berkuasa, oligarki memiliki “cacat” atau kelemahan.
Oligarki tidak akan tumbuh dan berkembang sangat kuat dalam masyarakat sipil (civil
society) yang kuat. Karena masyarakat sipil paham bahaya oligarki. Oligarki hanya
kuat dalam kondisi masyarakat yang lemah secara ekonomi dan politik. Kemiskinan
dan keawaman politik masyarakat adalah kunci suskesnya oligarki. Maka tidak ada
kata lain, untuk mencegah berkuasanya oligarki, masyarakat sipil harus kuat.21
21
Wiwin Suwandi, “Oligarki di Atas Panggung Demokrasi” (2013), 3
9
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Socrates lahir sekitar tahun (469-399 SM) dia adalah seorang filosof Yunani
dari Athena.Diamenghabiskan waktunya untuk mengajar filsafat kepada anak-anak
muda, tetapi bukan untuk mencari uang seperti kaum sofis. Dia mengajar agar para
anak-anak muda mengetahui pentingnya kebenaran.
Filsafat Socrates mengarahkan kajian-kajian Filsafat yang semula sangat abstrak
dan jauh dari praktis kehidupan sehari-hari, menjadi lebih praktis dan konkret.Filsafat
Socrates banyak membahas masalah-masalah etika.Socrates dengan pemikiran
filsafatnya untuk menyelidiki manusia secara keseluruhan, yaitu dengan menghargai
nilai-nilai jasmaniah dan rohaniah kedua hal tersebut banyak nilai yangdihasilkan.22
3. Untuk mengetahui apa dan bagaimana arate kita itu, harus kita ketahui dengan
pengetahuan (episteme)
22
Achmadi, Asmoro. Filsafat Umum, (Jakarta: Raja Grafindo, 2011) Hlm. 50
10
B. SARAN
Demikianlah makalah yang dapat saya susun. Sebagai mahasiswa kita harus
mengembangkan ilmu yang kita peroleh dan mencari kebenaran ilmu itu semoga
dapat bermanfaat bagi kita semua, akhir kata saya menyadari bahwa makalah ini
bukanlah proses akhir, tetapi merupakan langkah awal yang masih banyak
memerlukan perbaikan. Karena itu saya sangat mengharapkan tanggapan, saran dan
kritik yang membangun demi sempurnanya makalah saya yang selanjutnya atas
perhatiannya saya sampaikan terimakasih.
11
DAFTAR PUSTAKA
Cleland, GF John, dan Mueller, Christian. 2017. What Can We Learn From SOCRATES:
More Questions Than Answer?. European Heart Journal, Vol. 38, Edisi 15.
Delfgaauw, Bernard. 1992. Sejarah Ringkas Filsafat Barat, Jogjakarta: Tiara Wacana,
Lasiyo dan Yuwono. 1986. Permikiran Filsafat Pada Masa PraSokorates, Sokorates,
sesudah Sokorates, Yogyakarta: Liberti.
Lutz, J. Mark. 1998. Socrates’ Education To Virtue: Learning the Love of the Noble, New
York: State University Of New York.
Naddaf, Gerrard. 2016. Science Before Socrates: Paramides, Anaxagoras, and the New
Astronomy. Mind, Vol. 125, Edisi 499, Hlm. 945-952
12
Syukur, Abdul. 2007. Era Baru Historiografi Yunani Kuno, Jurnal Sejarah Lontar. Vol. 7.
No. 2.
Tammam, Mansur, Abbas. 2016. Pengaruh Orientasi terhadap Liberalisasi Pemikiran Islam,
Universitas Indonesia.Vol. 14.No. 1.
Tafsir, Ahmad. Filsafat Umum: Akal dan Hati Sejak Thales Sampai Capra. Bandung:
Remaja Rosdakarya, 2012.
Tjahyadi, Simon Petrus L. Petualangan Intelektual: Konfrontasi Dengan Para Filsuf Dari
Zaman Yunani Hingga Zaman Modern.Yogyakarta: Kanisius, 2004.
13