Anda di halaman 1dari 9

PSIKOANALISIS KLASIK

Makalah

Di susun guna memenuhi

Mata kuliah : Psikologi Kepribadian

\
Dosen :

Disusun oleh :

Alfina Usria Sani (1801016122)

Sri Umami (1801016)

M.Maula Safrian Syah Asror (1901016085)

BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO

SEMARANG

2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat allah yang maha esa, karena dengan rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayahnya lah kami dapat menyelesaikan makalah dengan judul
“psikoanalisis klasik”. Kami berterima kasih kepada Ibu Wike selaku dosen mata kuliah
Psikologi Kepribadian yang telah memberikan bimbingan kepada kami. Kami sangat
berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan
kita. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam tugas ini terdapat kekurangan-
keurangan dan jauh dari apa yang di harapkan.

Untuk itu, kami berharap adaya kritik, saran, dan usulan demi perbaikan di masa yang
akan datang. Semoga makalah ini dapat di pahami bagi siapapun yang membacanya.
Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan
dan kami mohon kritik dan saran yang membangun. Terima kasih.

Semarang, 22 Febuari 2020

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

A.Latar Belakang
Psikologi kepribadian (Psychologi of Personality) termasuk kajian klasik dalam
bidang psikologi. Bahkan semua pembahasan psikologi selalu diawali dari konsep
kepribadian. Baik berupa teori kepribadian,maupun yang lebih dini yaitu filsafat kepribadian.
Mencoba memahami sistem kepribadian manusia, Freud membangun model
kepribadian yang saling berhubungan dan menimbulkan ketegangan satu sama lain. Konflik
dasar dari tiga sistemkepribadian tersebut menciptakan energi psikis individu. Energi dasarini
menjadi kebutuhan instink individu yang menuntut pemuasan. Tiga sistem tersebut adalah id,
ego, dan super ego. Meskipun memiliki ciri ciri, prinsip kerja, fungsi dan sifat yang berbeda,
ketiga sistem inimerupakan satu tim yang saling bekerja sama dalam mempengaruhi perilaku
manusia.
Id bekerja menggunakan prinsip kesenangan, mencari pemuasan segera, impuls
biologis' ego mematuhi prinsip realita, menunda pemuasan sampai bisa dicapai dengan cara
yang diterima oleh masyarakat, dan super ego (hati nurani' suara hati) memiliki standar moral
pada individu. Jadi jelas bahwa dalam psikoanalisis Freud, ego iniharus menghadapi kon!ik
antara id (yang berisi naluri seksual dan agresif yang selalu minta disalurkan) dan super ego
( yang berisi larangan yang menghambat naluri naluri itu). Dan juga ego masih harus
mempertimbangkan realitas di dunia luar sebelum menampilkan perilaku tertentu.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana biografi mengenai Sigmund Freud?
2. Apa saja struktur kepribadian menurut Sigmund Freud?
3. Bagaimana Dinamika menurut Sigmund Freud?
4. Apa saja tahap-tahap perkembangan kepribadian?
5. Apa saja teknik yang dipakai dalam teori psikoanalisis klasik?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui sekilas mengenai Sigmund Freud.
2. Untuk mengetahui struktur kepribadian menurut Sigmund Freud.
3 untuk mengetahui dinamika menurut Sigmund Freud.
4. Untuk mengetahui tahap-tahap perkembangan kepribadian.
5. Untuk mengetahui teknik yang dipakai dalam teori psikoanalisis klasik.
BAB II
PEMBAHASAN
1. Sekilas mengenai Sigmund Freud
teori psikoanalisis klasik dikembangkan oleh seorang neurology dari wina,
Sigmund freud, pada awal tahun 1890-an. freud lahir di Freiberg, Moravia pada tanggal 6
mei 1856. pada awal karirnya, Freud adalah seorang dokter yang memiliki minat kuat
pada bidang neurologi. pada tahun 1880 ia mulai belajar psikiatri pada Josef Breurer.
dengan kolaborasi tersebut, Freud mulai tertartik untuk belajar mengenai gangguan
neurotic beserta cara menanganinya.
pada awal abad 20 psikoanalisis mengalami perkembangan yang pesat. beberapa
ahli yang berpegang pada konsep afareud kemudian melakukan modifikasi sesuai dengan
perkembangan ilmu psikologi yang disebut dengan istilah Neo-Freudians, antara lain Carl
Jung, Otto Rank, Wilhelm Reich, Karen Horney, Theodore Reih dan Harry Stack
Sullivan.1
1. Struktur kepribadian menurut Sigmund Freud
Menurut pandangan psikoanalisis, kepribadian terdiri dari tiga sistem yaitu id,
ego, dan superego.
a. Id: merupakan komponen kepribadian yang berisi impuls agresif dan orisinal, di mana
psinsip kerjanya ‘PLEASURE PRINCIPLE’. Id dikendalikan oleh prinsip kesenangan
yang tujuannya untuk mengurangi ketegangan, menghindari penderitaan, dan
mendapatkan kesenangan, maka id adalah tidak rasional, tidak bermoral, dan
didorong oleh satu pertimbangan demi terpenuhinya kepuasan kebutuhan yang
bersifat insting sesuai dengan prinsip kesenangan.
b. Ego: merupakan bagian kepribadian yg bertugas sebagai pelaksana, system kerjanya
pada dunia luar untuk menilai realita dan berhubungan dengan dunia. Ego berperan
sebagai eksekutif yang memerintah, mengendalikan, dan mengatur kepribadian.
Dibawah perintah prinsip realitas, ego berpikir secara logis dan realitas serta
memformulasikan rencana tindakan demi pemuasan kebutuhan.
c. Superego: Superego adalah moral dari kepribadian manusia, merupakan filter dari
sensor baik-buruk, salah-benar, blh-tdk sst dilakukan oleh dorogan ego. Fungsinya
adalah sebagai wadah impuls id, untuk menghimbau ego agar menggantikan tujuan
yang moralistik dengan yang realistik, serta memperjuangkan kesempurnaan.

2. Dinamika Kepribadian menurut Sigmund


Freud memandang manusia sebagai system yang kompleks yang menggunakan
energy yang berasal dari makanan untuk berbagai macam tujuan seperti bernapas,
gerakan badan, mempersepsi, dan mengingat. Freud berpendapat bahwa energy fisiologis
1
WS. Winkel & M.M Sri Hastuti. 2005. Bimbingan Konseling di Instansi Pendidikan. Yogyakarta : Media Abdi,
hal 450
dan energy psikis masing-masing dapat berubah, energy fisiologis ke psikis begitu juga
sebaiknya. Id adalah titik temu antara energi jasmaniah dengan energy kepribadian.
a) Insting sebagai Energi Psikis
Insting adalah perwakilan psikologis dari kebutuhan jasmani. Hasrat untuk
memenuhi kebutuhan fisiologis. Insting merupakan jumlah dari energy psikis dan seluruh
insting merupakan jumlah total dari energy tersedia untuk kepribadian.
 Karakteristik Insting
Insting memiliki empat karakteristik, yaitu: a) sumber (source), b) tujuan (aim), c)
objek (object), dan d) penggerak atau pendorong (impetus). Sumber (source) -kondisi
rangsangan jasmaniah- dari sebuah insting tetap konstan, kecuali jika sumber (source)
diubah atau dihilangkan oleh kematangan fisik. Seperti halnya sumber (source), tujuan
(aim) -pemenuhan kebutuhan- selamanya konstan. Objek (object) dari sebuah insting
meliputi semua hal yang dilakukan s eseorang untuk mendapatkan objek tersebut.
Maka dari itu objek dari insting lapar juga meliputi belanja makanan, memasaknya, dan
menyiapkannya. Impetus merupakan refleksi dari paksaan atau intensitas kebutuhan.
Semakin lapar orang, maka penggerak insting semakin besar pula.
 Pengelompokan Insting
Freud mengelompokan insting kedalam dua kategori, yaitu a) insting
kehidupan (life instinct) dan insting kematian (death instinct).
I. Insting Kehidupan (life instinct) melayani tujuan manusia untuk tetap hidup dan
mengembangkan rasnya; mereka melestarikan keduanya baik individu ataupun rasn
ya. Energi dari insting kehidupan disebut libido. Freud memfokuskan
perhatiannya pada pembahasan mengenai insting sex (sex instinct).
II. Insting kematian (death instinct) disebut juga insting destruktif (destructive istinct),
cara kerjanya tidak sejelas insting kehidupan. Freud berpendapat bahwa semua
manusia mempunyai keinginan –tentu saja secara tidak sadar- untuk mati. Tujuan dari
hidup adalah kematian. Freud tidak mengidentifikasi sumber jasmaniah insting
kematian (death instinct) dan tidak memberi nama dari energinya.
Turunan yang penting dari insting kematian adalah perilaku aggresif. Dan ada juga
energi yang diekspresikan dalam bentuk hukuman pada diri sendiri (self punishment),
seperti tindakan dari superego.
b. Mekanisme Pertahanan Ego
Sigmund Freud dalam psikoanalisisnya menjelaskan, bahwa mekanisme pertahanan
ego adalah strategi psikologis yang dilakukan seseorang, sekelompok orang, atau bahkan
suatu bangsa untuk berhadapan dengan kenyataan dan mempertahankan citra-diri. Orang
yang sehat biasa menggunakan berbagai mekanisme pertahanan selama hidupnya.
Mekanisme tersebut menjadi patologis bila penggunaannya secara terus menerus
membuat seseorang berperilaku maladaptif sehingga kesehatan fisik dan/atau mental
orang itu turut terpengaruhi. Kegunaan mekanisme pertahan ego adalah untuk melindungi
pikiran/diri/ego dari kecemasan, sanksi sosial atau untuk menjadi tempat "mengungsi"
dari situasi yang tidak sanggup untuk dihadapi.
Ego melakukan mekanisme pertahanan sebagai salah satu bagian dalam struktur
kepribadian selain id, dan super ego saat impuls-impuls dari id mengalami konflik satu
sama lain, atau impuls itu mengalami konflik dengan nilai dan kepercayaan dalam super
ego, atau bila ada ancaman dari luar yang dihadapi ego.
Faktor penyebab perlunya dilakukan mekanisme pertahanan adalah kecemasan. Bila
kecemasan sudah membuat seseorang merasa sangat terganggu, maka ego perlu
menerapkan mekanisme pertahanan untuk melindungi individu. Rasa bersalah dan malu
sering menyertai perasaan cemas. Kecemasan dirasakan sebagai peningkatan ketegangan
fisik dan mental. Perasaan demikian akan terdorong untuk bertindak defensif terhadap apa
yang dianggap membahayakannya. Penggunaan mekanisme pertahanan dilakukan dengan
membelokan impuls id ke dalam bentuk yang bisa diterima, atau dengan tanpa disadari
menghambat impuls tersebut.
Bentuk-bentuk mekanisme pertahanan ego:
a. Represi: yang paling dasar di antara mekanisme pertahanan lainnya, yakni suatu
cara pertahanan untuk menyingkirkan dari kesadaran pikiran dan perasaan yang
mengancam. Represi terjadi secara tidak disadari.
b. Denial /pengingkaran: memainkan peran defensif, sama seperti represi. Orang
menyangkal untuk melihat atau menerima masalah atau aspek hidup yang
menyulitkan. Denial beroperasi pada taraf preconscius atau conscious
c. Reaction Formation/pembentukan reaksi adalah penggantian sikap dan tingkah laku
dengan sikap dan tingkah laku yang berlawanan. Salah satu pertahanan terhadap
impuls yang mengancam adalah secara aktif mengekspresikan impuls yang
bertentangan dengan keinginan yang mengganggu, orang tidak usah harus
menghadapi anxietas yang muncul seandainya ia menemukan dimensi yang ini (yang
tidak dikehendaki) dari dirinya. individu mungkin menyembunyikan kebencian
dengan kepura-puraan cinta, atau menutupi kekejaman dengan keramahan yang
berlebihan.
d. Proyeksi: mengatribusikan pikiran, perasaan, atau motif yang tidak dapat diterima
kepada orang lain. mengatakan bahwa impuls-impuls ini dimiliki oleh “orang lain
diluar sana, tidak oleh saya”. Misalnya seorang laki-laki yang tertarik secara seksual
kepada anaknya perempuan, mengatakan bahwa anaknyalah yang bertingkah laku
seduktif. dengan demikian ia tidak usah harus menghadapi keinginannya sendiri.
e. Displacement/pemindahan; salah satu cara menghadapi anxietas adalah dengan
memindahkannya dari objek yang mengancam kepada objek “yang lebih aman”.
misalnya orang penakut yang tidak kuasa melawan atasannya melampiaskan
hostilitasnya di rumah kepada anak-anaknya
f. Rasionalisasi: Kadang-kadang orang memproduksi alasan-alasan “baik” untuk
menjelaskan egonya yang terhantam. Rasionalisasi membantu untuk membenarkan
berbagai tingkah laku spesifik dan membantu untuk melemahkan pukulan yang
berkaitan dengan kekecewaaan. misalnya bila orang tidak mendapatkan posisi yang
diinginkannya dalam pekerjaan, mereka memikirkan alasan-alasan logis mengapa
mereka tidak mendapatkannya, dan kadang-kadang mereka berusaha membujuk dan
meyakinkan dirinya sendiri bahwa sebenarnya dia tidak menghendaki posisi tersebut.
g. Sublimasi: dari pandangan Freud, banyak kontribusi artistik yang besar merupakan
hasil dari penyaluran energi sosial atau agresif kedalam tingkah laku kreatif yang
diterima secara sosial dan bahkan dikagumi. misalnya impuls agresif dapat disalurkan
menjadi prestasi olahraga.
h. Regresi: beberapa orang kembali kepada bentuk tingkah laku yang sudah
ditinggalkan. menghadapi stress atau tantangan besar, individu mungkin sudah
berusaha untuk menanggulangi kecemasan dengan bertingkah laku tidak dewasa atau
tak pantas.
i. Introyeksi: mekanisme introyeksi terdiri dari mengambil alih dan “menelan” nilai-
nilai standar orang lain. misalnya seorang anak yang mengalami penganiayaan,
mengambil alih cara orangtuanya menanggulangi stress, dan dengan demikian
mengabadikan siklus penganiayaan anak. introyeksi dapat pula positif, bila yang
diambil alih adalah nilai-nilai positif dari orang-orang lain.

c. Kesadaran dan Ketidaksadaran


Pemahaman tentang kesadaran dan ketidaksadaran manusia merupakan salah satu
sumbangan terbesar dari pemikiran Freud. Menurutnya, Kunci untuk memahami
perilaku dan problema kepribadian bermula dari hal tersebut. Kesadaran merupakan
suatu bagian terkecil atau tipis dari keseluruhan pikiran manusia. Hal ini dapat
diibaratkan seperti gunung es yang ada di bawah permukaan laut, dimana bongkahan
es itu lebih besar di dalam ketimbang yang terlihat di permukaan. Demikianlah juga
halnya dengan kepribadian manusia, semua pengalaman dan memori yang tertekan
akan dihimpun dalam alam ketidaksadaran
d. Kecemasan
Kecemasn keadaan tegang yang memaksa kita berbuat sesuatu. Kecemasan
berkembnag karena konflik ego dan superego mengenani kontrol akan energi psikis
yang ada (Corey, 1995: 143).
Kecemasan itu ada tiga: kecemasan realita, neurotik dan moral.
a) kecemasan realita adalah rasa takut akan bahaya yang datang dari dunia luar dan
derajat kecemasan semacam itu sangat tergantung kepada ancaman nyata.
b) kecemasan neurotik adalah rasa takut kalau-kalau instink akan keluar jalur dan
menyebabkan sesorang berbuat sesuatu yang dapat mebuatnya terhukum.
c) kecemasan moral adalah rasa takut terhadap hati nuraninya sendiri.

3. Tahap-Tahap Perkembangan Kepribadian


Dalam teori Freud setiap manusia harus melewati serangkaian tahap
perkembangan dalam proses menjadi dewasa. Tahap-tahap ini sangat penting bagi
pembentukan sifat-sifat kepribadian yang bersifat menetap.
Kepribadian orang terbentuk pada usia sekitar 5-6 tahun
a. tahap oral, bayi perlu medapatkan kebutuhan pangan dari ibunya. Fiksasi oral
adalah ketidak puasan masa oral pada waktu bayi, yaitu akan berakibat menjadi
individu yang tidak mudah percaya pada orang lain, penolakan terhadapcinta kasih,
rasa takut dan ketidak mampuan menciptakan hubungan yang akrab dengan orang
lain.
b. tahap anal: 1-3 tahun, sona anal menjadi bagian signifikan dalam perkembangan
kepribadian, fase ini mencangkup tugas perkembangan kebebbasan belajar,
penerimaan terhadap kekuatan personal, belajar untuk melampiskan ungkapan negatif
seperti amarah dan agresi.
c. tahap palus: 3-6 tahun, konflik dasar pada nafsu seks antar keluarga terdekat.
Tahap palus pria yang dikenal dengan oedipus kompleks, pada wanita disebut elektra
kompleks.
d. tahap laten: 6-12 tahun, konflik dasar pada nafsu seks antar keluarga terdekat.
Tahap palus pria yang dikenal dengan oedipus kompleks, pada wanita disebut elektra
kompleks.
e. tahap genital: 12-18 tahun, tahap ini adalah tahap puberitas, dan terus berlangsung
sampai pada tahap senital.
f. tahap dewasa, yang terbagi dewasa awal, usia setengah baya dan usia senja.

4. Teori Psikoanalisis Klasik Sebagai Teknik Penyembuhan (Terapi)


a. Asosiasi bebas
Klien selama sesi terapi mengatakan apa saya yang terlintas dalam pikirannya, tidak
peduli hal itu remeh, memalukan, tidak logis atau kabur. Dari ungkapan kesadaran tanpa
sensor ini terapis mencoba memahami masalah kliennya. Ada tiga asumsi yang menjadi dasar
free association : (1) apa saja yang dikatakan dan di lakukan seseorang sekarang, mempunyai
makna dan berhubungan dengan perkataan dan perbuatannya di masa lalu, (2) materi tak
sadar berpengaruh penting terhadap tingkah laku, ,dan (3) materi tak sadar dapat dibawa ke
kesadaran dengan mendorong ekspresi bebas setiap kali mereka muncul dalam fikiran.
Asumsi ini menganggap dengan teknik asosiasi bebas, terjadi asosiasi antara even nyata
dengan gambaran mental (ingatan Dan mimpi) yang dapat mengungkap materii yang di
repres. jadi asosiasi bebas tidak benar-benar bebas, tetapi secara khusus membuat hubungan
hubungan, dan alurnya ditentukan oleh proses tak sadar yang aktif saat itu. Menurut Freud,
walaupun pasien menghalangi topik tertentu dan berusaha menyembunyikannya, suatu ketika
terbentuk rantai asosiasi yang membuat terapis dapat memahami konflik mental dan
emosional pasien itu.
b. Analisis mimpi
Ketika tidur, kontrol kesadaran menurun dan mimpi adalah ungkapan isi-isi tak sadar
karena adanya kontrol kesadaran itu. Klien melaporkan apa yang dimimpikan nya dalam
asosiasi bebas, menjadi bahan yang kaya untuk dianalisis terapis.
c. Freudian slip
Meliputi : salah ucap, salah membaca, salah dengar, salah meletakkan obyek, dan
tiba-tiba lupa. Semuanya itu menurut Freud bukan kejadian kebetulan, tetapi kejadian yang
dipengaruhi oleh insting ketidaksadaran. Analisis akan dapat mengungkap gambaran mental
yang ada di balik slip itu.
d. Interpretasi
Mengenalkan kepada klien makna yang tidak disadarinya dari pikiran, perasaan dan
keinginannya.
e. Analisis resistensi
Resistensi adalah mekanisme pertahanan klien, dan analisis akan mengungkapkan
unsur yang penting dari masalah yang ingin disembunyikan klien.
f. Transference
Pengungkapan isi isi ketidaksadaran yang tersimpan sejak anak-anak, dengan
memakai terapis sebagai medianya.
g. Working through
Terus menerus menginterprestasi dan mengidentifikasi masalah klien, mengulang
resistensi dan transferensi, pada seluruh aspek pengalaman kejiwaan.2

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Psikoanalisis klasik yang dikembangkan oleh tokoh Sigmund freud yang yang pada awal
abad 20 mengalami perkembangan yang cukup pesat dan memiliki tiga sistem struktur
kepribadiannya yaitu meliputi id, ego, dan superego.
kemudian dalam Dinamika Kepribadian menurut Sigmund Freud memandang manusia
sebagai system yang kompleks yang menggunakan energy yang berasal dari makanan untuk
berbagai macam tujuan seperti bernapas, gerakan badan, mempersepsi, dan mengingat.
Sigmund freud juga menyebutkan tahap-tahap dalam perkembangan kepribadian yaitu
meliputi tahap oral, tahap anal, tahap palus, tahap laten, tahap genital dan tahap dewasa.
Selain itu juga ada teori psikoanalisis klasis sebagai teknik penyembuhan yaitu meliputi
asosiasi bebas, analisis mimpi, Freudian slip, interpretasi, analisis resistensi, transference, dan
working through

B. Saran

Dalam penyusunan makalah ini, saya menyadari masih terdapat kelemahan-kelemahan.


Untuk itu, saya sangat mengharapkan saran dan masukan dari para pembaca demi
kesempurnaan makalah ini dikemudian hari. Atas saran dan masukannya, saya selaku penulis
makalah mengucapkan terimakasih.
2
Awisol. 2004. Psikologi Kepribadian. Malang : UMM Pres, hal 42-43

Anda mungkin juga menyukai