Anda di halaman 1dari 11

HUBUNGAN KEMANDIRIAN BELAJAR DAN HASIL BELAJAR

PADA PENDIDIKAN JARAK JAUH

Irzan Tahar (irsan@mail.ut.ac.id)


Enceng (enceng@mail.ut.ac.id)
Universitas Terbuka

ABSTRACT

This research aims to know the relationship between independent learning and achievement
in Financial Management Course. The hypothesis of this research is there was a positive
relationship between independent learning and achievement in Financial Management
Course. The population of this research was all Universitas Terbuka students registered in
Financial Management Course in 2003.2 in the area of Jakarta Regional Centre. The
numbers of population were 516 students and the samples were 130 students (25%)
selected by using random sampling technique. Data were collected by using questionnaires.
The results show that there is a positive relationship between independent learning and
achievement in Financial Management Course. Based on the results, it is concluded that the
higher students independent learning, the higher students’ achievement in the course.

Keywords: achievement, distance learning system, independent learning

Pembelajaran pada sistem belajar jarak jauh yang merupakan prinsip dasar pendidikan di
Universitas Terbuka (UT) mengharuskan peserta ajar melakukan aktivitas belajar secara mandiri.
Aktivitas tersebut mempersyaratkan kemandirian belajar pada peserta ajar. Menurut Long (1989),
kemandirian belajar hanya ditujukan kepada orang dewasa (andragogi). Sehubungan dengan hal
tersebut, Atmodiwirio (1993) menjelaskan bahwa ada empat konsep dasar terkait dengan pendidikan
andragogi, yaitu:
1. Konsep diri. Orang dewasa diasumsikan sebagai orang yang telah cukup matang untuk dapat
mengambil keputusan sendiri. Ia merupakan orang yang telah mandiri dan karena
kemandiriannya itu maka proses pembelajaran lebih dititikberatkan kepada segi menggali
pengetahuan melalui pengalaman dan membangkitkan aktivitas berdasarkan pengalamannya.
2. Pengalaman. Pengalaman merupakan bagian terpenting dari kegiatan belajar bagi orang
dewasa. Pengalaman merupakan kumpulan berbagai peristiwa dan kejadian yang dialami.
Pengalaman inilah yang membedakan antara anak-anak dan orang dewasa. Pengalaman turut
menentukan nilai hidup dan pengalaman itu menentukan seseorang dalam proses pengambilan
keputusan.
3. Kesiapan belajar. Andragogi lebih menitikberatkan kepada belajar sambil bekerja. Belajar
bukanlah sesuatu hal yang dipompakan sedemikian rupa, melainkan tumbuh secara sadar dari
diri seseorang serta berkaitan dengan pengalamannya.
4. Perspektif terhadap waktu dan orientasi kepada belajar. Pada andragogi, proses pembelajaran
lebih dipusatkan kepada bagaimana memecahkan masalah dan berorientasi kepada usaha
peningkatan kehidupan serta tujuan yang diinginkan. Dengan demikian andragogi merupakan
Jurnal Pendidikan Terbuka dan Jarak Jauh, Volume. 7, Nomor 2, September 2006, 91-101

proses pendekatan yang berusaha memecahkan persoalan di mana sekarang kita berada dan ke
mana tujuan kita arahkan.
Sementara itu, Knowles (1975) menjelaskan elemen disain proses andragogi, sebagai
berikut.
1. Climate setting. Pada elemen ini, pertanyaan yang perlu diajukan bagi peserta ajar adalah
“bagaimana aku bisa mendapatkan sumber belajar dengan cepat atau orang-orang yang dapat
membantu dalam belajar?”
2. Planning. Dalam bagian ini, pertanyaan yang perlu dijawab adalah ”Bagaimana menentukan
prosedur yang digunakan dalam proses pembelajaran, bagaimana menentukan pilihan di antara
prosedur yang ada dan apa dasar menentukan pilihan itu?”
3. Diagnosis needs for learning. Pada unsur ini, peserta ajar perlu bertanya ”Bagaimana
mengkonstruksi sebuah model kompetensi atau tujuan yang diharapkan untuk dicapai dalam
kegiatan belajar?”
4. Setting goals. Yang dimaksudkan di sini adalah ”Bagaimana menterjemahkan kebutuhan dalam
bentuk tujuan belajar secara jelas dan feasible baik secara spesifik maupun bersifat umum dan
terukur.”
5. Designing a learning plan. Pada butir ini, maksudnya adalah ”Bagaimana peserta ajar mendisain
rencana pembelajarannya sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai, dan menentukan model
perencanaan yang digunakan? Bagaimana strategi yang digunakan dalam memanfaatkan
sumber-sumber belajar?”
6. Engaging in learning activities. Aktivitas belajar “Bagaimana yang akan digunakan untuk
mencapai tujuan-tujuan umum atau tujuan spesifik dari apa yang telah direncanakan
sebelumnya?
7. Evaluating learning outcomes. Dalam hal ini dibahas, “Bagaimana menilai hasil belajar yang
telah dicapai dibandingkan dengan tujuan yang telah ditetapkan atau yang telah direncanakan
sebelumnya. Bagaimana membuat keputusan dalam melihat kesesuaian antara hasil yang
dicapai dengan hasil evaluasi yang telah dilakukan?”
Kemandirian belajar merupakan kesiapan dari individu yang mau dan mampu untuk belajar
dengan inisiatif sendiri, dengan atau tanpa bantuan pihak lain dalam hal penentuan tujuan belajar,
metoda belajar, dan evaluasi hasil belajar. Berkaitan dengan hal tersebut, Sugilar (2000) merangkum
pendapat Guglielmino, West & Bentley menyatakan bahwa karakteristik individu yang memiliki
kesiapan belajar mandiri dicirikan oleh: (1) kecintaan terhadap belajar, (2) kepercayaan diri sebagai
mahasiswa, (3) keterbukaan terhadap tantangan belajar, (4) sifat ingin tahu, (5) pemahaman diri
dalam hal belajar, dan (6) menerima tanggung jawab untuk kegiatan belajarnya.
Dalam kemandirian belajar, inisiatif merupakan indikator yang sangat mendasar (Knowles).
Dalam pengertiannya yang lebih luas, kemandirian belajar mendeskripsikan sebuah proses di mana
individu mengambil inisiatif sendiri, dengan atau tanpa bantuan orang lain, untuk mendiagnosis
kebutuhan belajar, memformulasikan tujuan belajar, mengidentifikasi sumber belajar, memilih dan
menentukan pendekatan strategi belajar, dan melakukan evaluasi hasil belajar yang dicapai.
Kemandirian belajar menuntut tanggung jawab yang besar pada diri peserta ajar sehingga
peserta ajar berusaha melakukan berbagai kegiatan untuk tercapainya tujuan belajar. Hiemstra yang
dikutip Darmayanti, Samsul Islam, & Asandhimitra (2004) menyatakan tentang kemandirian belajar
sebagai bentuk belajar yang memiliki tanggung jawab utama untuk merencanakan, melaksanakan,
dan mengevaluasi usahanya. Hal yang senada juga dikemukakan Haryono (2001) bahwa
kemandirian belajar perlu diberikan kepada peserta ajar supaya mereka mempunyai tanggung jawab

92
Tahar, Hubungan Kemandirian Belajar dan Hasil Belajar pada Pendidikan Jarak Jauh

dalam mengatur dan mendisiplinkan dirinya dalam mengembangkan kemampuan belajar atas
kemauan sendiri. Di samping tanggung jawab, motivasi yang tinggi dari peserta ajar sangat
diperlukan dalam kemandirian belajar. Lebih jauh dikemukakan Julaeha (1999), dalam sistem belajar
jarak jauh, motivasi memegang peranan sangat penting karena peserta ajar dituntut untuk belajar
mandiri. Peserta ajar yang memiliki motivasi belajar yang tinggi akan berusaha untuk mengatur
waktu dan jadual belajar secara optimal sehingga mereka dapat menguasai materi mata kuliah yang
dipelajarinya. Dikemukakan oleh Wlodkowski (1985) bahwa motivasi yang dimiliki dan dibawa
individu ke dalam lingkungan belajar berpengaruh kuat terhadap apa dan bagaimana mereka belajar.
Sementara itu, Slavin (1991) menyatakan bahwa motivasi merupakan salah satu prasyarat yang
paling penting dalam belajar dan motivasi dapat mempengaruhi proses hasil belajar.
Uraian tersebut memberikan indikasi bahwa individu yang menerapkan kemandirian belajar
akan mengalami perubahan dalam kebiasaan belajar, yaitu dengan cara mengatur dan
mengorganisasikan dirinya sedemikian rupa sehingga dapat menentukan tujuan belajar, kebutuhan
belajar, dan strategi yang digunakan dalam belajar yang mengarah kepada tercapainya tujuan yang
telah dirumuskan. Kemandirian belajar adalah aktivitas belajar yang dilakukan oleh individu dengan
kebebasannya dalam menentukan dan mengelola sendiri bahan ajar, waktu, tempat, dan
memanfaatkan berbagai sumber belajar yang diperlukan. Dengan kebebasan tersebut, individu
memiliki kemampuan dalam mengelola cara belajar, memiliki rasa tanggung jawab yang tinggi, dan
terampil memanfaatkan sumber belajar.
Sumber belajar adalah suatu sistem yang terdiri dari sekumpulan bahan atau situasi yang
diciptakan dengan sengaja dan dibuat agar memungkinkan seseorang dapat belajar secara
individual. Dikatakan oleh Percival & Elington (1984) bahwa sumber belajar dapat berasal dari
berbagai bentuk, misalnya orang, yakni ketika menyediakan diri mereka sebagai manusia sumber
yang tersedia setiap saat sehingga dapat memecahkan kesulitan peserta ajar secara individual.
Sumber belajar lain adalah laboratorium yang dapat digunakan setiap saat dari berbagai bentuk
media instruksional seperti buku, catatan berstruktur, kaset video, berbagai program slide-tape, dan
komputer. Eraut yang dikutip Seels & Richey (1994) menyatakan bahwa konsep sumber lebih
mengacu pada pengertian sumber belajar yang lebih luas dan bukan diartikan sebagai sarana
audiovisual. Oleh karena itu, sumber belajar dapat mencakup barang cetak, lingkungan, dan nara
sumber.
Pemanfaatan sumber belajar ditandai dengan kemampuan memilih sumber belajar yang
sesuai dengan kebutuhan, pengadaan bahan ajar, dan bentuk interaksi dengan bahan ajar yang
digunakan. Dengan pemilihan dan pemanfaatan sumber belajar tersebut, kegiatan pembelajaran
menjadi lebih bermakna. Miarso (2004) mengemukakan bahwa adanya pengelolaan kegiatan belajar
yang memanfaatkan berbagai sumber belajar maka kegiatan menghasilkan dan/atau memilih sumber
belajar, serta orang, lembaga yang terlibat langsung dalam kegiatan-kegiatan tersebut. Hal ini
dilakukan agar kegiatan pembelajaran lebih berdaya guna, berhasil guna, dan produktif.
Selain terampil memanfaatkan sumber belajar, peserta ajar harus memiliki kemampuan
dalam hal mengelola pembelajarannya. Pengelolaan pembelajaran mencakup strategi belajar,
pengaturan waktu belajar dan tempat belajar. Di samping ke tiga hal tersebut, unsur penting lainnya
yang dapat mendukung keberhasilan belajar dalam konteks kemandirian belajar adalah rasa
tanggung jawab. Tanggung jawab ini terkait dengan penilaian diri dalam melakukan aktivitas belajar,
upaya untuk mengatasi kesulitan yang dihadapi, dan upaya untuk menilai hasil belajar yang telah
dicapai.

93
Jurnal Pendidikan Terbuka dan Jarak Jauh, Volume. 7, Nomor 2, September 2006, 91-101

Dalam sintesis kemandirian belajar terdapat dimensi pengelolaan belajar, tanggung jawab,
dan pemanfaatan berbagai sumber belajar, sebagai berikut.
1. Dimensi pengelolaan belajar berarti peserta ajar harus mampu mengatur strategi, waktu, dan
tempat untuk melakukan aktivitas belajarnya seperti membaca, meringkas, membuat catatan
dan mendengarkan materi dari audio. Pengelolaan belajar itu sangat penting. Peserta ajarlah
yang secara otonom menentukan strategi belajar yang digunakan, kapan ia menggunakan waktu
belajarnya, dan di mana ia melakukan proses pembelajarannya tanpa diperintah oleh orang lain.
Kemampuan mengelola proses pembelajaran dapat membantu peserta ajar untuk berhasil dalam
belajar.
2. Dimensi tanggung jawab berarti peserta ajar mampu menilai aktivitas, mengatasi kesulitan, dan
mengukur kemampuan yang diperoleh dari belajar. Dalam belajar mandiri peserta ajar dituntut
untuk memiliki kesiapan, keuletan, dan daya tahan. Sehingga diperlukan motivasi belajar yang
tinggi. Kesulitan yang dialami dalam belajar harus mereka atasi sendiri dengan mendiskusikan
sesama peserta ajar dengan memanfaatkan sumber belajar yang terkait dengan bahan ajar dan
memperbanyak latihan soal yang dapat meningkatkan pemahaman peserta ajar. Disamping itu,
peserta ajar harus mengukur kemampuan yang diperoleh dari hasil belajar bila hasil belajarnya
tidak memuaskan dengan memperbaiki cara belajar dan secara rutin mengerjakan latihan soal.
3. Dimensi pemanfaatan berbagai sumber belajar berarti peserta ajar dapat menggunakan berbagai
sumber belajar seperti modul, majalah, kaset audio, VCD, Computer Assested Instructional
(CAI), internet, dan tutor. Peserta ajar secara leluasa menentukan pilihan sumber belajar yang
diinginkan. Kebebasan peserta ajar dalam memilih berbagai sumber belajar diharapkan dapat
memperkaya pemahaman terhadap bahan ajar.
Dengan belajar seseorang akan mengalami perubahan perilaku dalam bentuk pengetahuan,
keterampilan nilai, dan sikap tertentu. Perubahan perilaku yang terjadi merupakan akibat dari proses
pembelajaran pada diri seseorang. Proses yang dimaksud adalah aktivitas yang dilakukan individu
dalam mencapai tujuan pembelajaran. Pencapaian tujuan pembelajaran itu kemudian dapat
dinyatakan sebagai hasil belajar. Hasil belajar menurut Sudjana (1995) adalah kemampuan yang
dimiliki siswa setelah ia mengalami pengalaman belajarnya. Sementara itu, menurut Soedijarto
(1993), hasil belajar merupakan tingkat penguasaan suatu pengetahuan yang dicapai oleh siswa
dalam mengikuti program belajar mengajar sesuai dengan tujuan yang ditetapkan.
Artikel ini menyajikan hasil penelitian tentang hubungan kemandirian belajar dengan hasil
belajar mahasiswa pada sistem pendidikan jarak jauh (PJJ) dalam matakuliah manajemen keuangan.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara kemandirian belajar dengan hasil
belajar.
Data Pusat Pengujian UT menunjukkan bahwa sebagian besar mahasiswa Unit Program
Belajar Jarak Jauh (UPBJJ-UT) Jakarta yang meregistrasi mata kuliah Manajemen Keuangan (EKMA
4213) pada masa registrasi 2001.1 memperoleh nilai rendah (lihat Tabel 1).

Tabel 1. Nilai Manajemen Keuangan Mahasiswa UPBJJ-UT Jakarta


Jml tidak Jml
Masa Jml Jumlah Lulus
No Lulus Kosong
Regist Mhs
Nil A % Nil B % Nil C % Nil D % Nil E % Nil 0 %
1 2001.1 2183 2 (0,09%) 27 (1,2%) 508(23%) 1113 (51%) 492 (23%) 41 (1,9%)
2 2001.2 2470 1 (0,04%) 9 (0,36%) 421(17%) 1337 (54%) 652 (26%) 50 (2,0%)

94
Tahar, Hubungan Kemandirian Belajar dan Hasil Belajar pada Pendidikan Jarak Jauh

Dari Tabel 1 dapat dilihat bahwa mahasiswa UT yang mendapatkan nilai A dan B lebih
sedikit bila dibandingkan dengan mahasiswa UT yang mendapatkan nilai C, D, dan E. Begitu pula
nilai mata kuliah Manajemen Keuangan pada masa regsitrasi 2001.2.
Penelitian ini dilaksanakan di lingkungan UPBJJ-UT, dimana subyek penelitiannya adalah
mahasiswa yang terdaftar pada UPBJJ-UT Jakarta yang meregistrasi matakuliah Manajemen
Keuangan pada masa registrasi 2003.2.

Tabel 2. Kisi-kisi Instrumen Variabel Kemandirian Belajar


Indikator Sub indikator Nomor Butir
Mampu mengelola Metode belajar yang digunakan 1,3,9,12,13,15 6
strategi belajar Media belajar yang digunakan 10,23,49 3
Alokasi waktu belajar 2,11 2
Mampu mengatur Kebiasaan manfaatkan wkt belajar 5,24 2
waktu belajar Penggunaan waktu belajar 16 1
Pembagian waktu belajar 7,21 2
Mampu mengatur Di rumah 18,37 2
tempat belajar Di Kantor 4,6 2
Di Perpustakaan 22,28 2
Mampu menilai Kesiapan dalam belajar 14,50 2
aktivitas belajar Keuletan dalam belajar 19 1
Daya tahan belajar 31,43 2
Mampu mengatasi Diskusi sesame peserta ajar 8 1
kesulitan memahami Memanfaatkan sumber belajar 17 1
bahan ajar Mengerjakan latihan TM 20,34 2
Mampu mengukur Hasil belajar dari TM 45,48 2
kemamp. dari belajar Hasil belajar dari UAS 26,41 2
Dapat memilih Modul, majalah, literaratur lain 25 1
sumber belajar yang Kaset audio, VCD 39 1
sesuai termasuk tutor Mengakses internet/website 52 1
Kemampuan pengetahuan tutor 33 1
Memiliki bahan ajar Membeli modul, kaset, VCD 36 1
Literatur lain yang mendukung 47 1
Print out internet 30 1
Interaksi peserta ajar Lama belajar 32,42,46 3
dengan bahan ajar Ketekunan/konsentrasi belajar 27,38 2
Membaca pendahuluan modul 35,40 2
Membaca Uraian dan Contoh 44 1
Mengerjakan latihan 29,51 2
Melaksanakan tindak lanjut 53 1
Jumlah 53

Metode penelitian yang digunakan adalah metode survai dalam bentuk korelasional. Analisis
Korelasi mencakup korelasi sederhana dan regresi sederhana. Analisis tersebut dimaksudkan untuk
menguji hubungan antara kemandirian belajar (variabel X) dan hasil belajar mata kuliah Manajemen
Keuangan (variabel Y). Populasi dalam penelitian ini adalah semua mahasiswa UT pada Program
Studi S1 Manajemen dan terdaftar di UPBJJ Jakarta pada masa registrasi 2003.2 yang berjumlah
516 orang. Sampel dalam penelitian ini adalah mahasiswa yang meregistrasi mata kuliah Manajemen
Keuangan pada masa registrasi 2003.2. Jumlah sampel penelitian sebesar 25% dari jumlah populasi

95
Jurnal Pendidikan Terbuka dan Jarak Jauh, Volume. 7, Nomor 2, September 2006, 91-101

yaitu 130 orang. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara acak sederhana dengan menggunakan
bantuan program Minitab11 for Windows.
Variabel Kemandirian Belajar (X) didefinisikan sebagai kebebasan seseorang dalam
mengelola proses belajar dengan memanfaatkan berbagai sumber belajar. Variabel ini diukur dari
kemampuan responden dalam : (1) mengelola strategi belajar; (2) mengatur waktu belajar; (3)
mengatur tempat belajar; (4) menilai aktivitas belajar; (5) mengatasi kesulitan memahami bahan ajar;
(6) mengukur kemampuan dari belajar; (7) memilih sumber belajar yang sesuai termasuk tutor; (8)
memiliki bahan ajar; (9) interaksi mahasiswa dengan bahan ajar. Instrumen yang digunakan untuk
mengukur variabel kemandirian belajar terdiri dari 53 butir pernyataan, dengan kisi-kisi seperti pada
Tabel 2.
Pengujian reliabilitas instrumen dilakukan menggunakan rumus Alpha Cronbach dengan
hasil koefisien reliabilitas sebesar 0,982. Dengan nilai tersebut dapat disimpulkan bahwa instrumen
memiliki reliabilitas yang sangat tinggi sehingga instrumen tersebut dapat dinyatakan memiliki tingkat
kehandalan yang tinggi.
Hasil pembelajaran mata kuliah Manajemen Keuangan (variabel Y) pada penelitian ini
didefinisikan sebagai penguasaan terhadap kompetensi dalam kawasan kognitif yang dicapai
mahasiswa sebagai hasil dari aktivitas belajar yang ditempuh dalam kurun waktu tertentu terhadap
mata kuliah Manajemen Keuangan yang mencakup pokok bahasan/sub pokok bahasan yang
tertuang dalam tujuan pembelajaran khusus (TPK). Hasil belajar matakuliah Manajemen Keuangan
(variabel Y) diukur dari penguasaan terhadap kompetensi yang diharapkan dicapai mahasiswa
sebagai hasil dari pembelajaran yang ditempuh dalam kurun waktu tertentu atau skor yang dihasilkan
oleh mahasiswa (responden) terhadap tes mata kuliah Manajemen Keuangan yang mengukur
keputusan pendanaan, keputusan investasi, dan keputusan devident. Untuk pengumpulan data hasil
belajar mahasiswa, data primer diperoleh dari Pusat Pengujian UT. Analisis data penelitian
menggunakan metoda statistika deskriptif dan statistika inferensial. Untuk pengujian hubungan
antara kemandirian belajar dan hasil belajar digunakan regresi linier sederhana.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Kemandirian Belajar (X)


Untuk mengukur variabel kemandirian belajar digunakan instrumen yang teridiri dari 53 butir
dalam bentuk skala empat dengan skor teoretik terendah 53, skor tertinggi 212, dan skor rata-rata
132,5. Dari hasil penelitian dan pengolahan data diperoleh skor empirik terendah 111, dan skor
tertinggi 184. Berdasarkan hasil analisis deskriptif diperoleh skor rata-rata empirik 154,86, skor
modus 145,06, skor median 154,88, standar deviasi 16,29, dan variansi 265,36.
Jika skor responden dikelompokkan ke dalam distribusi frekuensi, diperoleh 26 orang
(20,00%) berada dalam kelompok rata-rata, 51 orang (39,24%) berada di bawah kelompok rata-rata,
dan 53 orang (40,77%) berada di atas kelompok rata-rata. Data ini mengindikasikan bahwa 40,77 %
responden yang menjadi subjek dalam penelitian ini memiliki hasil belajar mata kuliah Manajemen
Keuangan lebih tinggi dari skor rata-rata.
Histogram skor variabel kemandirian belajar peserta ajar di lingkungan UPBJJ-UT Jakarta
yang terdaftar pada masa registrasi 2003.2 dapat dilihat pada Gambar 1.

96
Tahar, Hubungan Kemandirian Belajar dan Hasil Belajar pada Pendidikan Jarak Jauh

Frekuensi

40

30

20

10

0 X1
109,5 119,5 129,5 139,5 149,5 159,5 169,5 179,5 189,5

Gambar 1. Histogram Distribusi Frekuensi Skor Kemandirian Belajar (X)

Hasil Belajar Mata Kuliah Manajemen Keuangan (Y)


Untuk mengukur variabel hasil belajar mata kuliah Manajemen Keuangan di lingkungan
mahasiswa UPBJJ-UT Jakarta yang meregistrasi mata kuliah Manajemen Keuangan pada masa
registrasi 2003.2 digunakan tes objektif sebanyak 45 butir, dengan skor teoretik terendah 0, skor
tertinggi 100, dan skor rata-rata 50. Dari hasil penelitian dan pengolahan data diperoleh skor empirik
terendah 11, skor tertinggi 24, dan skor rata-rata 15,34. Selain itu diperoleh pula skor modus 16,47;
skor median 15,84, standar deviasi 3,12, dan variansi sebesar 9,73. Jika skor responden
dikelompokkan ke dalam distribusi frekuensi, diperoleh 23 orang (17,96%) berada dalam kelompok
rata-rata, 35 orang (26,92%) berada di bawah kelompok rata-rata, dan 72 orang (55,12%) berada di
atas kelompok rata-rata. Data ini mengindikasikan bahwa sebagian besar, 107 orang (82,04%)
responden yang menjadi subjek dalam penelitian ini memiliki hasil belajar mata kuliah Manajemen
Keuangan dalam kelompok rata-rata atau lebih tinggi dari kelompok rata-rata.
Histogram skor hasil belajar mata kuliah Manajemen Keuangan di lingkungan UPBJJ-UT
Jakarta yang terdaftar pada masa registrasi 2003.2 dapat dilihat pada Gambar 2.
Frekuensi

40

30

20

10

0 Y
9,5 11,5 13,5 15,5 17,5 19,5 21,5 23,5 25,5

Gambar 2. Histogram Distribusi Frekuensi Skor Hasil belajar Mata Kuliah Manajemen Keuangan

97
Jurnal Pendidikan Terbuka dan Jarak Jauh, Volume. 7, Nomor 2, September 2006, 91-101

Uji Normalitas Galat Regresi


Uji normalitas data sampel dilakukan terhadap galat taksiran regresi Y atas X dengan
menggunakan uji Lilliefors (L0). Hipotesis statistiknya dinyatakan sebagai berikut.
H0 : populasi galat taksiran berdistribusi normal
H1 : populasi galat taksiran tidak berdistribusi normal
Kriteria pengujiannya adalah terima H0 jika L0 ≤ Ltabel dan tolak H0 jika L0 > Ltabel pada taraf
nyata α yang dipilih. Dalam penelitian ini dipilih α = 0,05, sehingga untuk n = 130 maka nilai Ltabel =
0,078.
1. Uji Normalitas Galat Regresi Y atas X
Dari hasil perhitungan berdasarkan galat regresi Y atas X diperoleh harga maksimum Uji
Lilliefors yaitu L0 = 0,076. Karena nilai Lo = 0,076 < Kritis L = 0,078 maka dapat disimpulkan
bahwa galat regresi Y atas X berdistribusi normal. Dalam hal ini data berasal dari populasi
berdistribusi normal. Hal ini menunjukkan bahwa persyaratan normalitas data untuk regresi linear
sederhana Y atas X dipenuhi dalam penelitian ini.
2. Uji Homogenitas Varians Populasi
Hipotesis yang diuji sehubungan dengan kehomogenan varians populasi adalah:
H0 : Varians data berasal dari populasi yang homogen
H1 : Varians data berasal dari populasi yang tidak homogen
Untuk menguji hipotesis ini digunakan uji Bartlett dengan kriteria pengujian:
Terima H0 jika χ 2hitung < χ 2tabel dan Tolak H0 jika χ 2hitung ≥ χ 2tabel
3. Uji Homogenitas Varians Populasi Regresi Y atas X
Hasil perhitungan berdasarkan regresi Y atas X diperoleh χ 2hitung = 29,96. Nilai χ 2tabel = 43,20
pada taraf nyata α = 0,05 dan derajat bebas (db) = 63. Karena nilai χ 2hitung = 29,96 <
χ 2tabel = 43,20 maka disimpulkan bahwa varians regresi Y atas X berasal dari populasi yang
homogen.

Hubungan Kemandirian Belajar (X) dengan Hasil Belajar Mata Kuliah Manajemen Keuangan (Y)
Berdasarkan hasil perhitungan melalui regresi linear sederhana, diperoleh adanya hubungan
positif antara kemandirian belajar (X) dengan hasil belajar mata kuliah Manajemen Keuangan (Y)
yang dinyatakan dalam bentuk persamaan regresi Ŷ = - 7,89 + 0,15 X .
Hasil perhitungan mengenai keberartian dan kelinieran regresi dilakukan dengan
menggunakan uji F, dan hasilnya ditunjukkan dalam Tabel 2 .
Tabel 2 menunjukkan bahwa nilai Fhitung = 226,58 > Ftabel = 3,92 pada α = 0,05 sehingga
dapat disimpulkan bahwa persamaan regresi Y atas X adalah signifikan, yang berarti terdapat
hubungan positif dan berarti antara hasil belajar mata kuliah Manajemen Keuangan (Y) dengan
kemandirian belajar (X) melalui persamaan regresi Ŷ = - 7,89 + 0,15 X . Persamaan regresi
tersebut berbentuk linier yang dibuktikan oleh nilai Fhitung (TC) = 0,89 < Ftabel = 1,54 pada taraf nyata
α = 0,05.
Persamaan regresi Ŷ = - 7,89 + 0,15 X mengandung makna bahwa setiap kenaikan
satu satuan skor kemandirian belajar (X) cenderung diikuti oleh kenaikan skor hasil belajar mata

98
Tahar, Hubungan Kemandirian Belajar dan Hasil Belajar pada Pendidikan Jarak Jauh

kuliah Manajemen Keuangan (Y) sebesar 0,15 satuan, makin tinggi skor kemandirian belajar makin
tinggi pula skor hasil belajar mata kuliah Manajemen Keuangan.

Tabel 2. ANAVA Untuk Uji Keberartian dan Kelinieran Regresi Y atas X


F tabel
Sumber Variansi db JK RJK F hitung
0,05 0,01
Total 130 31840
Regresi (a) 1 30584,89 30584,89
Regresi (b|a) 1 802,10 802,10 226,58** 3,92 6,84
Residu (s) 128 453,01 3,54
Tuna Cocok (TC) 62 206,09 3,32
0,89ns 1,54 1,84
Galat 66 246,92 3,74
Keterangan:
** = sangat signifikan
ts = tidak signifikan

Hubungan antara variabel kemandirian belajar dengan hasil belajar mata kuliah
Manajemen Keuangan ditunjukkan oleh persamaan garis linear pada Gambar 3.

Y
25
Y = - 7.89 + 0.15 X1

20

15

10

0 110 120 130 140 150 160 170 180 190 X1

Gambar 3. Hubungan antara Kemandirian Belajar dengan Hasil Belajar Mata Kuliah Manajemen
Keuangan

Kekuatan hubungan antara kemandirian belajar dengan hasil belajar mata kuliah Manajemen
Keuangan dinyatakan dalam bentuk koefisien korelasi product moment ry = 0,80. Nilai statistik t
untuk koefisien korelasi ini ialah thitung = 15,05, sedangkan nilai t tabel pada taraf nyata α = 0,05 dan
db = 128 adalah 1,64.
Karena nilai thitung = 15,05 > ttabel, = 1,64 maka dapat di simpulkan bahwa koefisien korelasi
antara variabel kemandirian belajar dengan hasil belajar mata kuliah Manajemen Keuangan adalah
signifikan. Dengan demikian terdapat hubungan positif antara variabel kemandirian belajar dengan
hasil belajar mata kuliah Manajemen di lingkungan UPBJJ-UT Jakarta yang meregistrasi mata kuliah
Manajemen Keuangan pada masa registrasi 2003.2. Hubungan yang demikian diartikan bahwa

99
Jurnal Pendidikan Terbuka dan Jarak Jauh, Volume. 7, Nomor 2, September 2006, 91-101

semakin tinggi skor kemandirian belajar cenderung makin tinggi pula hasil belajar mata kuliah
Manajemen Keuangan.
Besarnya konstribusi variabel kemandirian belajar terhadap hasil belajar mata kuliah
Manajemen Keuangan di lingkungan UPBJJ-UT Jakarta yang meregistrasi mata kuliah Manajemen
Keuangan pada masa registrasi 2003.2 ditunjukkan oleh nilai koefisien determinasi r2 x 100% =
63,91%. Koefisien determinasi Ini dapat diartikan bahwa sebesar 63,91% kontribusi variabel
kemandirian belajar terhadap hasil belajar mata kuliah Manajemen Keuangan.

KESIMPULAN DAN SARAN


Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan positif antara kemandirian
belajar dengan hasil belajar mata kuliah Manajemen Keuangan (ry=0,80), dengan persamaan garis
regresi Ŷ = - 7,89 + 0,15 X (signifikan pada α = 0,05). Koefisien determinasi yang
mengindikasikan 63,91% variansi yang terjadi pada hasil belajar peserta ajar dapat dijelaskan melalui
kemandirian belajar mereka. Ini berarti bahwa kemandirian belajar merupakan salah satu prediktor
hasil belajar mata kuliah Manajemen Keuangan. Semakin tinggi kemandirian belajar seseorang
peserta ajar, maka akan memungkinkannya untuk mencapai hasil belajar yang tinggi.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan, berikut ini dikemukakan dua saran.
1. Bagi Peserta Ajar
a. Memiliki motivasi yang tinggi dan bertanggung jawab sehingga dapat memperoleh hasil
belajar yang baik.
b. Mengelola strategi, tempat dan waktu secara lebih baik sehingga proses pembelajarannya
menjadi lebih efektif.
c. Pengambilan mata kuliah atau jumlah Satuan Kredit Semester (SKS) hendaknya disesuaikan
dengan kemampuan individu masing-masing.
d. Belajar tidak hanya tergantung pada modul tetapi dapat pula memanfaatkan berbagai
sumber belajar secara optimal.
2. Bagi Lembaga Pendidikan Jarak Jauh
a. Membantu kelancaran peserta ajar dengan memberikan informasi yang akurat dan
memberikan umpan balik secara cepat.
b. Penelitian jenis ini masih dapat dikembangkan menjadi lebih luas, misalnya pada program
studi dan mata kuliah lain.

REFERENSI
Atmodiwirio, S. (1993). Manajemen training. Jakarta: Balai Pustaka.
Darmayanti, T., Islam, S., & Asandhimitra. (2004). Pendidikan tinggi jarak jauh: Kemandirian belajar
pada PTJJ. Jakarta: Pusat Penerbitan Universitas Terbuka.
Haryono, A. (2001). Belajar mandiri konsep dan penerapannya dalam sistem pendidikan dan
pelatihan terbuka/jarak jauh. Jurnal Pendidikan Terbuka dan Jarak Jauh, 2(2 ), hal. 137-
161. Jakarta: Universitas Terbuka.
Julaeha, S. (1999). Menumbuhkan dan memelihara motivasi: Suatu upaya untuk mempertinggi
persistensi mahasiswa. Dalam P. Pannen, dkk. (Eds), Cakrawala Pendidikan, hal. 183-
199. Jakarta: Universitas Terbuka.
Knowles, M.S. (1975). Self directed learning, a guide for leaners and teachers. Englewood Cliffs:
Prentice Hall Regents.

100
Tahar, Hubungan Kemandirian Belajar dan Hasil Belajar pada Pendidikan Jarak Jauh

Miarso, Y. (2004). Menyemai benih teknologi pendidikan: Konsep dasar sistem belajar mandiri.
Jakarta: Pustekom.
Long, H.B. (1989). Self-directed learning: Emerging theory & practice. USA: Oklahoma Research
Center.
Percival, F. & Henry, E. (1984). Teknologi pendidikan. Alih bahasa: Sudjarwo, S. Jakarta: PT. Gelora
Aksara Pratama.
Seels, B.B. & Rita, C.R. (1994).Teknologi pembelajaran. Terjemahan: Prawiradilaga, dkk. Jakarta:
Universitas Negeri Jakarta.
Soedijarto. (1993). Menuju pendidikan nasional yang relevan dan bermutu. Jakarta: Balai Pustaka.
Sudjana, N. (1995). Penilaian hasil belajar. Bandung: PT. Rosda Karya.
Sugilar. (2000). Kesiapan belajar mandiri peserta pendidikan jarak jauh. Jurnal Pendidikan Terbuka
dan Jarak Jauh, 1(2), hal. 13. Jakarta: Universitas Terbuka.
Slavin, R.E.(1991). Educational psychology: Theory into practice (3rd ed.). Needham Heights,M.A.:
Allyn and Bacon.
Woldwoski, R.J. (1985). Enhancing adult motivation to learn: A guide to improving instruction and
increasing learner achievement. San Francisco, California: Jossey-Bass.

101

Anda mungkin juga menyukai