SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KARYA HUSADA SEMARANG 2020 A. Defenisi Kolik abdomen adalah gangguan pada aliran normal isi usus sepanjang traktus intestinal, obstruksi terjadi ketika ada gangguan yang menyebabkan terhambatnya aliran isi usus ke depan tetapi peristaltik normal (Reeves, 2014) Nyeri kolik abdomen merupakan nyeri yang dapat terlokalisasi dan dirasakanseperti perasaan tajam. Mekanisme terjadinya nyeri ini adalah karena sumbatan baik parsial ataupun total dari organ tubuh berongga atau organ yang terlibattersebut dipengaruhi peristaltik. Beberapa yang menjadi penyebab kolik abdomenadalah kolik bilier, kolik renal dan kolik karena sumbatan usus halus (Gilroy,2009). Kolik Abdomen adalah gangguan pada aliran normal isi usus sepanjang traktus intestinal (Nettina, 2001). Obstruksi terjadi ketika ada gangguan yang menyebabkan terhambatnya aliran isi usus ke depan tetapi peristaltiknya normal (Reeves, 2011). Collic abdomen adalah nyeri perut yang kadang timbul secara tiba- tiba dan kadang hilang dan merupakan variasi kondisi dari yang sangat ringan sampai yang bersifat fatal (Ilmu Penyait Dalam, 2011 : 92) B. Etiologi Adapun yang menjadi penyebab dari kolik abdomen yaitu : a. Secara mekanis : 1. Adhesi (pertumbuhan bersatu bagian-bagian tubuh yang berdekatan karena radang) 2. Karsinoma 3. Volvulus (penyumbatan isi usus karena terbelitnya sebagian usus di dalam usus) 4. Obstipasi (konstipasi yang tidak terobati) 5. Polip (perubahan pada mukosa hidung) 6. Striktur (penyumbatan yang abnormal pada duktus atau saluran) b. Fungsional (non mekanik) 1. Ileus paralitik (Keadaan abdomen akut berupa kembung distensi usus tidak dapat bergerak) 2. Lesi medula spinalis (Suatu kerusakan fungsi neurologis yang disebabkan oleh kecelakaan lalu lintas) 3. Enteritis regional 4. Ketidak seimbangan elektrolit 5. Uremia (Kondisi yang terkait dengan penumpukan urea dalam darah karena ginjal tidak bekerja secara efektif) (Reeves, 2011). C. Manifestasi Klinis 1. Mekanika sederhana – usus halus atas Kolik (kram) pada abdomen pertengahan sampai ke atas, distensi, muntah empedu awal, peningkatan bising usus (bunyi gemerincing bernada tinggi terdengar pada interval singkat), nyeri tekan difus minimal. 2. Mekanika sederhana – usus halus bawah Kolik (kram) signifikan midabdomen, distensi berat,muntah – sedikit atau tidak ada – kemudian mempunyai ampas, bising usus dan bunyi “hush” meningkat, nyeri tekan difus minimal. 3. Mekanika sederhana – kolon Kram (abdomen tengah sampai bawah), distensi yang muncul terakhir, kemudian terjadi muntah (fekulen), peningkatan bising usus, nyeri tekan difus minimal. 4. Obstruksi mekanik parsial Dapat terjadi bersama granulomatosa usus pada penyakit Crohn. Gejalanya kram, nyeri abdomen, distensi ringan dan diare. 5. Strangulasi Gejala berkembang dengan cepat; nyeri parah, terus menerus dan terlokalisir; distensi sedang; muntah persisten; biasanya bising usus menurun dn nyeri tekan terlokalisir hebat. Feses atau vomitus menjadi berwarna gelap atau berdarah atau mengandung darah samar (Reeves, 2011). D. Patofisiologi Akut abdomen terjadi karena nyeri abdomen yang timbul tiba – tiba atau sudah berlangsung lama. Nyeri yang dirasakan dapat ditentukan atau tidak oleh pasien tergantung pada nyeri itu sendiri. Nyeri abdomen dapat berasal dari organ dalam abdomen termasuk nyeri viseral, dari otot, lapisan dari dinding perut (nyeri somatic). Nyeri viseral biasanya nyeri yang ditimbulkan terlokalisasi dan berbentuk khas, sehingga nyeri yang berasal dari viseral dan berlangsung akut biasanya menyebabkan tekanan darah dan denyut jantung berubah, pucat dan berkeringat dan disertai fenomena viseral yaitu muntah dan diare. Lokasi dari nyeri abdomen bisa mengarah pada lokasi organ yang menjadi penyebab nyeri tersebut. Walaupun sebagian nyeri yang dirasakan merupakan penjalaran dari tempat lain. Oleh karena itu nyeri yang dirasakan bisa merupakan lokasi dari nyeri tersebut atau sekunder dari tempat lain. Pathway E. Pemeriksaan Penunjang a. Pemeriksaan fisik : Tanda - tanda vital b. Pemeriksaan abdomen : lokasi nyeri c. Pemeriksaan rectal d. Laboratorium : leokosit, HB e. Sinar X abdomen menunjukkan gas atau cairan di dalam usus. f. Barium enema menunjukkan kolon yang terdistensi, berisi udara atau lipatan sigmoid yang tertutup. g. Penurunan kadar serium natrium, kalium dan klorida akibat muntah, peningkatan hitung SDP dengan nekrosis, strangulasi atau peritonitis dan peningkatan kadar serum amilase karena iritasi pannkreas oleh lipatan khusus. h. Arteri gas darah dapat mengindikasikan asidosis atau alkalosis metabolik F. Komplikasi 1. Kolik ureter ( tersumbatnya aliran-aliran dari ginjal ke usus ) 2. Kolik biliaris 3. Kolik intestinal ( obstruksi usus, lewatnya isi usus yang terhalang ) G. Penatalaksanaan a. Penatalaksanaan kolik abdomen secara Non farmakologi yaitu : b. Koreksi ketidak seimbangan cairan dan elektrolit c. implementasikan pengobatannya untuk syok dan peritonitis d. Hiperalimentasi untuk mengoreksi defesiensi protein karena obstruksi kronik, ileus paralitik atau infeksi e. Reseksi dengan anastomosis dari ujung ke ujung f. Ostomi barrel ganda jika anastomisis dari ujung ke ujung terlalu beresiko g. Kolostomi lingkaran untuk mengalihkan aliran feses dan mendekompresi usus yang di lakukan sebagai prosedur kedua. Sedangkan penatalaksanaan secara farmakologi yaitu : a. Terapi Na + K + komponen darah b. Ringer laktat untuk mengoreksi kekurangan cairan c. Dekstrose dan air untuk memperbaiki kekurangan cairan intraseluler d. Dekompresi selang nasoenternal yamg panjang dari proksimal usus ke area penyumbatan selang dapat dimasukkan sengan lenih efektif dengan pasien berbaring miring ke kanan e. Antasid ( obat yang melawan keasaman ) H. Fokus Pengkajian a. Aktivitas/istirahat Gejala : kelemahan, kelelahan, malaise, cepat lelah, insomnia, tidak tidur semalaman karena diare, merasa gelisah dan ansietas,pembatasan aktivitas/kerja sehubungan dengan efek proses penyakit. Tanda : Diam, malas, mudah capek. b. Sirkulasi Gejala : Tachikardi ( respons terhadp demam, dehidrasi, proses inflamasi, dan nyeri ) Tanda : TD : hipotermi, termasuk postural. c. Kulit/membran mukosa : Turgor buruk, kering, lidah pecah-pecah (dehidrasi /maal nutrisi) d. Integritas ego Gejala : Ansietas, ketakutan, emosi, kesal, misal : merasa tidak berdaya/tak ada harapan. Faktor stress akut/kronik, misal : hubungan dengan keluarga/ pekerjaan, pengobatan yang mahal. Faktor budaya meningkatkan prevalensi pada populasi yahudi. Tanda : Menolak, perhatian menyempit, depresi e. Eliminasi Gejala : Tekstur feses bervariasi dari bentuk sampai bau dan berair. Episode diare berdarah tak dapat diperkirakan, hilang timbul, sering tak dapat dikontrol ( sebanyak 20-30 kali defekasi/hari ); perasaan dorong/kram ( tenesmus ); defekasi berperdarahan per rektal. Tanda : Menurunnya bising usus, tidak adanya peristaltik ataw adanya peristaltuk yang dapat dilihat. Hemoroid, fisura anal (25%); fistula ferienal f. Makanan/cairan Gejala : Anoreksia, mual/muntah. Penurunan berat badan.Tidak toleran terhadap diet/sensitif misalnya buah/sayut, prroduk susu, makanan berlemak. Tanda : Penurunan lemak subkutan/massa otot Kelemahan tonus otot dan turgor kulit buruk. Membran mukosa; luka, inflamasi rongga mulut g. Higien Gejala : Ketidak mampuan mempertahankan keperawatan diri. Stomatitis menunjukkan kurangnya vitamin Tanda : Bau badan. h. Nyeri/kenyamanan Gejala : Nyeri tekan pada kuadran kiri bawah ( mungkin hilang dengan defekasi ). Titik nyeri berpindah, nyeri tekan ( atritis ). Nyeri mata, fotofobia (iritis). i. Keamanan Gejala : Riwayat lupus eritematosus, anemia hemolitik, vaskulitis. Artritis ( memperburuk gejala dengan eksarbasi penyakt usus ). Tanda : Lesi kulit mungkin ada misalnya : eritema nudusum ( meningkat, nyeri tekan, kemerahan dan membengkak. I. Diagnosa Keperawatan 1. Nyeri Akut berhubungan b.d agent cedera biologis 2. Ansietas berhubungan dengan ancaman konsep diri dan perubahan status kesehatan ditandai dengan wajah tampak tegang, dan ketakutan. J. Intervensi DX 1 Nyeri Akut b.d agent cedera biologis ditandai dengan nyeri perut, ekspresi wajah penderita, postur tubuh, berhati - hati dengan abdomen, respon autonomik. - Tujuan : Nyeri berkurang - Kriteria hasil : - Klien menyatakan nyeri mulai berkurang - Ekspresi wajah klien tidak menyeringai - Rencana tindakan : a. Catat keluhan nyeri, termasuk lokasi lamanya. b. Observasi TTV klien. c. Berikan makan sedikit tapi sering sesuai indikasi untuk pasien. d. Identifikasi dan batasi makanan yang menimbulkan ketidaknyamanan. e. Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian terapi. - Rasional : a. Nyeri tidak selalu ada tetapi bila ada harus dibandingkan dengan gejala nyeri pasien sebelumnya dimana dapat membantu siagnosa. b. Untuk mengetahui perkembangan klien. c. Membantu dalam membuat diagnosa dan kebutuhan terapi. d. Makanan mempunyai efek penetralisir asam, juga menghancurkan kandungan gaster. Makan sedikit mencegah distensi dan haluaran gastrin e. Makanan khusus yang menyebabkan distress bermacam-macam antara individu. Penelitian menunjukkan merica dan kopi berbahaya dapat menimbulkan dispepsia. f. Untuk mempercepat proses penyembuhan DX 2 : Ansietas berhubungan dengan ancaman konsep diri dan perubahan status kesehatan ditandai dengan wajah tampak tegang, dan ketakutan. - Tujuan : Cemas berkurang - Kriteria hasil : a. Menunjukkan rileks b. Klien tidak terlihat gelisah c. Menunjukkan pemecahan masalah - Intervensi a. Awasi respon fisiologis seperti takipnea, palpitasi. b. Catat petunjuk prilaku seperti gelisah, mudah terangsang, kurang kontak mata. c. Dorong pernyataan takut dan ansietas : berikan umpan balik. d. Dorong orang terdekat tinggal dengan pasien. e. Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian terapi - Rasional a. Dapat menjadi indikatif derajat takut yang dialami pasien tetapi dapat juga berhubungan dengan kondisi fisik. b. Indikator derajat takut yang dialami pasien,misal : pasien akan merasa tak terkontrol terhaap situasi atau mencapai status panik c. Membantu pasien menerima perasaan dan memberikan kesempatan untuk memperjelas kesalahan konsep. d. Membantu menurunkan takut melalui pengalaman menakutkan menjadi seorang diri. e. Untuk mempercepat proses penyembuhan dan memberikan rasa tenang pada klien Referensi H. Slamet Suyono. Prof. Dr. SpPD. KE., Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II, FKUI Jakarta, 2015. H. Syaifuddin Drs. B.Ac, Anatomi Fisiologi, EGC Jakarta, Marllyn E. Doenges dkk, Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3, Jakarta, 2016. Mudjiastuti, Diktat Asuhan Keperawatan Pasien Dengan Masalah Pencernaan Makanan, Surabaya, R. Sjamsuhidajat, Wim dc Jong, Buku Ajar Ilmu Bedah, EGC, Jakarta, 2014