4999 2babii
4999 2babii
TINJAUAN PUSTAKA
perubahan dan pembesaran. Bagian ini dilindungi oleh tiga selaput pelindung
sebagai proteksi bagi otak saat terjadi benturan. Selaput otak akan menahan dan
mencegah kontak antara otak dengan tulang. Selaput otak terdiri dari 3 lapisan
Otak menjadi inti dari sistem saraf dengan beberapa komponen bagian
a. Cerebrum
Merupakan bagian otak yang paling besar dan paling menonjol. Di sini
terletak pusat saraf yang mengatur semua kegiatan sensorik dan motorik,
dextra dan sinistra oleh suatu lekuk atau celah dalam yang disebut fisura
longitudinalis mayor. Bagian luar hemispher cerebri terdiri dari substansia grisea
yang disebut sebagai cortex cerebri, terletak diatas substansia alba yang
7
8
merupakan bagian dalam (inti) hemispher dan dinamakan pusat medulla. Kedua
hemispher saling dihubungkan oleh suatu pita serabut lebar yang disebut korpus
yang disebut ganglia basalis. Hemispher cerebri dextra mengatur bagian tubuh
sebelah sinistra dan hemispher cerebri sinistra mengatur bagian tubuh dextra,
1) Cortex cerebri
dikenal sebagai lobus frontalis, parietalis, okspital, dan temporal (Wilson, 1995).
a) Lobus frontalis
gerakan terlatih, Area 8 mengatur pergerakan mata dan perubahan pupil, area 44
b) Lobus parientalis
dan 7 menduduki lobus parientalis atas dan meluas sampai permukaan medial
9
c) Lobus temporalis
d) Lobus oksipital
penglihatan dan menyadari sensasi warna, Area 18, 19 mengatur daerah asosiasi
b. Cerebellum
susunan saraf pusat secara tidak sadar mengendalikan kontraksi otot volunter
c. Brainsteam
bawah ke atas adalah: (1) medulla oblngata, merupakan struktur batang otak yang
paling bawah dan akan melanjutkan ke kaudal sebagai medulla spinalis, (2) pons,
fungsinya membantu dalam regulasi pernafasan dan rasa raba, rasa nyeri dan rasa
suhu dan (3) mesenchefalon (otak tengah), merupakan penghubung antara pons
sebagai berikut:
a. Sistem piramidal
Kebanyakan serat traktus piramidalis berasal dari sel piramida kecil atau
sel fusiformis dalam area motorik 4 dan 6. Motorneuron area 4 mengatur gerakan
volunter yang halus dari otot otot rangka separuh tubuh contralateral, karena
medulla oblongata yang lebih rendah (lihat gambar 2.1) (Duus, 1996).
dalam dua jaras yang terletak pada bagian rostral traktus piramidalis yaitu berkas
cortikonuklear yang berakhir pada nukleus saraf cranialis motorik dalam pusat
otak dan berkas cortikospinalis yang berakhir pada cornu anterior medulla
yang dikehendaki. Lesi pada traktus ini berakibat hilangnya gerakan volunter
yang paling halus. Hilangnya gerakan volunter ini paling baik diamati pada
yang halus, jitu, dan tangkas. Agar gerakan tangkas it dapat berlangsung maka
diperlukan tonus otot yang memadai (bukan hipotonus atau hipertonus), hal ini
hanya dapat terlaksana bila penghantaran impuls umpan balik berlangsung dengan
sempurna. Hal ini dapat terwujud bila susunan saraf ekstrapiramidalis berfungsi
pada garis tengah di dalam decussatio pyramidium, dimana 80% bagian serabut-
serabut piramidalis sebelah kanan dari otak menuju atau menyilang ke sebelah kiri
dan menuju ke anterior horn cell (AHC) dari medulla spinalis dan sebaliknya,
Disamping itu juga 20% bagian dari serabut-serabut piramidalis yang tidak
menyilang tapi langsung menuju ke medulla spinalis pada AHC disebut dengan
Gambar 2.1
Perjalanan traktus piramidalis (Duss, 1996)
13
b. Sistem ekstrapiramidal
jaras motorik yang tidak berjalan melewati piramida medula (lihat gambar 2.2)
dan penting karena mempengaruhi sirkuit umpan balik motorik reguator dalam
medulla spinalis, pusat otak, cerebellum dan cortex cerebri (Duus, 1996).
kedudukan (postur) tubuh dan anggota tubuh. Fungsi sistem ekstrapiramidal yakni
integrasi otonom. Lesi pada setiap tingkat dalam sistem ekstrapiramidal dapat
Gambar 2.2
Perjalanan traktus ekstrapiramidalis (Duss, 1996)
15
2. Vaskularisasi otak
arteri carotis interna dan sepasang arteri vertebralis (lihat gambar 2.4). darah
(Bahrudin, 2012).
a. Arteri
Sepasang arteri carotis interna dan sepasang arteri vertebralis bebas satu
sama lain hingga memasuki kranium dan menjadi saling berhubungan melalui
sistem anastomosis yaitu sirkulus arteri willisi dan arteri basilaris. Di perifer
Pada bagian cirkulus arteri willisi keluar arteria cerebri anterior, arteria
cerebri media dan arteria cerebri posterior untuk menyuplai darah ke otak (lihat
menjamin lancarnya suplai darah ke otak. Kekurangan satu cabang akan segera
diatasi oleh aliran darah yang berasal dari cabang yang lain yang ikut membentuk
keadaan arteri, dapat menyempit oleh karena proses aterosklerosis atau tersumbat
oleh trombus atau emboli, (2) keadaan darah, darah yang bertambah kental,
darah, (3) keadaan jantung, bila denyut jantung tidak teratur dan tidak efesien
(misal pada fibrilasi, blok jantung) maka curahnya akan menurun dan
mengakibatkan aliran darah di otak berkurang. Jantung yang sakit dapat pula
16
Gambar 2.3
Sistem artei otak (Duus, 1996)
17
Gambar 2.4
Arteri willisi (Bahrudin, 2012)
b. Vena
Aliran vena batang otak atau brainstem dan cerebellum berjalan sejajar
ke vena jugularis interna pada dasar tengkorak dan bersatu dengan sirkulasi
umum. Sinus-sinus dura terdiri atas sinus sagitalis superior dan inferior, sinus
sigmoideus transversus (lateral), sinus rectus dan sinus cavernous (lihat gambar
Gambar 2.5
Sistem vena di otak (Wilson, 1995)
3. Plastisitas otak
Beberapa asumsi dasar tentang struktur dan fungsi pada otak terkait
dengan plastisitas diantaranya adalah: (1) Otak memiliki struktur tertentu dan
memiliki fungsi tertentu sesuai dengan penataannya (model hierarki), (2) Otak
sehingga bila ada yang rusak, masih ada yang mengatur fungsi yang rusak, (4)
Daerah yang tak memiliki fungsi khusus pada otak dapat belajar atau mengambil
alih fungsi dari daerah yang mengalami kerusakan (Carr & Shepherd, 1987, 1998;
Cohen 1993).
19
serta adanya penurunan suplai darah dan metabolisme pada area tersebut.
Biasanya pasien menunjukan getala flacid. Pemuliahan terjadi secara dini yaitu 3-
4 minggu setelah lesi disebabkan oleh resolusi dari diaschisis. Hilangnya edema
serebri, perbaikan fungsi sel saraf daerah perumbra serta adanya kolateral
normal, banyak akson dan sinapsis yang tidak aktif (laten). Apabila jalur utama
supersensitivity)
3) Axonalregeneration
4) Collateral sprouting
Merupakan pertunasan dari sel yang utuh atau tidak rusak yang berdekatan
dengan jaringan saraf yang rusak, ke darah denervasi setelah sebagian atau semua
Gambar 2.6
Plastisitas otak (Setiawan, 2007)
21
4. Etiologi
penyempitan arteri atau beberapa arteri yang menuju otak atau emboli yang
arteri intrakrani (Irfan, 2012). Pada orang berusia lanjut lebih dari 65 tahun,
(mengerasnya arteri). Hal inilah yang terjadi hampir 2/3 pasien stroke non
hemoragic. Emboli cenderung terjadi pada orang yang mengidap jantung dan ¼
pasien stroke non hemoragic disebabkan oleh emboli. Penyebab lain seperti
kasus stroke non hemoragic dan menjadi penyebab tersering pada orang muda
(Wahyudin, 2008).
Faktor resiko stroke dibagi menjadi dua yaitu faktor yang tidak dapat
dikontrol dan faktor yang dapat dikontrol. Adapun faktor yang tidak dapat
5. Patofisiologi
plak) pada pembuluh darah besar (arteri carotis) atau pembuluh darah sedang
22
(arteri cerebri) atau pembuluh darah kecil (Alam, Sustrani dan Hardibroto, 2004).
Akibat adanya sumbatan pada pembuluh darah, maka terjadi serangkaian proses
patologik pada daerah ischemic. Perubahan ini dimulai di tingkat seluler berupa
perubahan fungsi dan struktural sel yang diikuti kerusakan pada fungsi utama
serta integritasfisik dari susunan sel, selanjutnya akan berakhir kematian neuron.
Ischemic di otak dapat bersifat fokal atau global, pada ischemic global aliran otak
terjadi akibat menurunnya tekanan perfusi otak regional. Tekanan perfusi otak
(Misbach, 2011).
Proses patologi stroke terbagi menjadi tiga zona yaitu: (1) zona
minggu- 6-8 bulan), disebut juga zona penumbra dan bersifat riversibel, (3) zona
nekrotik (>8 bulan), disebut juga area umbra dan bersifat iriversibel (Kuntono,
2014). Proporsi luas zona umbra dan penumbra bisa sangat bervariasi tergantung
tipe lesi pada otak. kejadian mendadak, terlokalisi (misal stroke) proporsi hampir
sama antara keduanya, tetapi pada kejadian yang lambat (misal tumor) mungkin
hanya ada area umbra tanpa ada penumbra. sedangkan suatu trauma (misal
stroke sementara yang berlangsung kurang dari 24 jam, (2) Reversible Iscemic
23
Neurological Deficit (RIND) yaitu gejala neurologis akan menghilang antara > 24
jam sampai 21 hari, (3) Progressing stroke atau stroke in evolution yaitu kelainan
atau deficit neurologis berlangsung secara bertahap dari yang ringan sampai yang
berat, (4) stroke complete yaitu kelainan neurologis sudah menetap dan tidak
kegiatan AHC dikenal sebagai Upper Motor Neuron (UMN). Apabila serabut
saraf ini rusak maka Lower Motor Neuron (LMN) tidak dapat menerima dan
keadaan ini disebut Paresis. Sebaliknya pengaruh neuron yang bersifat inhibisi
juga akan melepaskan impuls dari AHC ke otot yang lebih dari biasanya,
Tanda dan gejala stroke yang muncul sangat komplek dan bervariasi,
tergantung derajat lesi dan penyakit penyerta. Namun secara umum tanda dan
gejala dapat digambarkan secara umum meliputi: (1) aspek sensomotorik, pada
aspek motorik yang timbul adalah tonus abnormal baik hipotonus maupun
motivasi, (3) aspek psikiatrik emosi, gangguan yang timbul adalah emosional
yang labil, mudah putus asa dan kurang bekerja sama (Feigin, 2007).
7. Komplikasi
8. Prognosis
Prognosis penderita paska stroke tergantung dari luas dan letak lesi, umur,
motivasi pasien, terapi yang diberikan, peran keluarga dan keadaan lingkungan
sosial penderita. Oleh karena itu sangat dibutuhkan dukungangan pihak keluarga
menjalani terapi.
sempurna atau bisa sembuh dengan cacat ringan, sedang, cacat berat dan memang
stroke merupakan penyakit yang paling banyak menyebabkan cacat terutama pada
kelompok umur diatas 45 tahun. Biasanya pemulihan gangguan saraf pada stroke
terdapat cacat maka perbaikan yang terjadi setelah itu tidak akan mencolok lagi,
walaupun perbaikan ringan masih dapat diharapkan sampai 2 tahun. Kira kira
50% dari penderita stroke masih dapat hidup lebih dari 7 tahun, dan sekitar 50%
dari yang hidup tidak lagi bekerja seperti semua, jadi banyak penderita menjadi
25
penyandang cacat yang cukup berat sedang umurnya masih panjang (Junaidi,
2003).
9. Diagnosis banding
hemorhagik. Secara klinis perbedaan antara stroke non hemoragic dan hemoragic
TABEL 2.1
B. Problematik Fisioterapi
1 Impairment
kelainan sensomotoris.
2 Functional limitation
hal transfer-ambulasi dari terlentang, miring, duduk, berdiri dan berjalan serta
3 Participation restriction
bagaimana pelaksanaan gerak pasif pada penderita stroke non hemoragic stadium
transfer ambulasi.
1. Gerak pasif
seperti tidur terlentang, tidur miring, tidur tengkurap, duduk, berdiri atau posisi
sesuai dengan alat bantu latihan yang digunakan. Latihan dalam gerakan pasif
terapeutik (Kisner 2007). Latihan pasif pada anggota gerak meliputi fleksi-
bahu dan protraksi-retraksi bahu. Sedangkan latihan pasif pada anggota gerak
2. Kontrol tonus
Pada kasus stroke non hemoragic stadium recovery salah satu impairment
yang muncul adalah abnormal tonus otot berupa spastisitas. Inhibisi spastisitas
gerakan lebih mudah dilakukan, hal ini dapat digunakan untuk mengajari pasien
bergerak selektif. Normalisasi tonus merupakan hal yang sulit bagi fisioterapis.
Untuk tahap awal dapat dilakukan inhibisi spastisitas, ketika tonus mendekati
Spastisitas pada lengan dapat di inhibisi dari bawah dan atas. Tujuan
inhibisi spastisitas fleksor lengan adalah agar gerakan pasif yang mengarah
fleksor kaki
fleksor ankle dan memudahkan lutut untuk fleksi hingga tahanan gerak semua
gerak fungsional. Pengulangan gerak pada pola fungsional ini bertujuan untuk
(Wirawan, 2009). Pada fase selanjutnya, persepsi gerak yang telah termemori
dapat digunakan sebagai bentuk stimulasi untuk membentuk sirkuit gerak yang
kedepan dengan siku ekstensi, kemudian meletakkan jarinya pada dahi terapis dan
pasien meletakkan tangannya pada bahu yang sehat, (2) Kontrol tungkai LGS
gerak sendi (LGS) tertentu. hal ini untuk mengontrol tonus yang nantinya
posisi. hal ini dilakukan untuk mengajari pasien gerak selektif fungsional saat
yang sehat. tujuan latihan ini yakni pasien belajar mengontrol tungkai yang
tertentu. tehniknya bisa berupa fasilitasi tegak dalam posisi duduk dan posisi
gerakan aktif dari pasien. latihan aktif dapat melatih keseimbangan dan koordinasi
membutuhkan aksi normal dari komponen fungsi motoris dan fungsi sensoris,
Duduk dari posisi miring pada sisi lesi ditekankan karena efek terapi
karena dapat mengurangi retraksi dari bahu dan memfasilitasi tubuh untuk tegak
(Davies, 1985).
Latihan transfer dari duduk ke berdiri dapat dilakukan dengan cara weight
bearing with selective ekstension. pada latihan ini ekstremitas bawah harus
31
pasien untuk berdiri dengan pola gerak yang normal (Davies, 1985).
Latihan ini berguna untuk menginhibisi plantar fleksi dan efektif untuk
1985).
Latihan ini untuk membantu pasien dalam berjalan serta menumpu berat
badan pada sisi yang lesi pada posisi tertentu (Davies, 1985).
32