Anda di halaman 1dari 3

Sejarah Mpu Kuturan

Dari lontar yang tersimpan dalam berbagai perpustakaan lontar di Bali menyuratkan
bahwa Mpu Kuturan berasal dari Majapahit atau Wilwatikta, datang ke Bali untuk mengajarkan
tata cara membuat bangunan suci sekaligus untuk menghidupkan dan menyucikan bangunan
tersebut.

Mpu Kuturan adalah sebuah nama yang dikenal luas oleh masyarakat umat Hindu di Bali
khususnya dan di seluruh Indonesia pada umumnya. Beliau hadir di Bali pada pemerintahan
Udayana Warmadewa. Dikenal lewat sejumlah prasasti yang dikeluarkan oleh raja tersebut.
Namun disamping itu dalam sejumlah lontar “Mpu Kuturan”, kita mengenal juga seorang Mpu
Kuturan yang berasal dari Majapahit.

Dengan demikian paling tidak kita mengenal “tiga tokoh Mpu Kuturan” yaitu dua dari
jaman Udayana, dan seorang dari jaman Majapahit. Dari jaman Udayana kita mengenal Senapati
Kuturan yaitu seorang pejabat pemerintahan yang berhubungan dengan “tata kemasyarakatan”,
dan Mpu Kuturan yang merupakan saudara kandung dari Mpu Baradah. Sementara itu Mpu
Kuturan dari Majapahit dikenal sebagai seorang yang akhli dalam bidang pembangunan tempat-
tempat suci. Saat ini kita patut memahami lebih jauh tentang siapa Mpu Kuturan dan karya-
karyanya, karena jaman Udayana kurang lebih telah berlalu satu millenium yang silam atau
seribu tahun yang silam.

Sejumlah lontar yang tersimpan dalam berbagai perpustakaan lontar di Bali menyuratkan
bahwa Mpu Kuturan berasal dari Majapahit atau Wilwatikta, datang ke Bali untuk mengajarkan
tata cara membuat bangunan suci sekaligus untuk menghidupkan dan menyucikan bangunan
tersebut.

Lontar Mpu Kuturan bernomor 172, IIIb tersimpan di Gedong Kertya Singaraja
menyuratkan sebagai berikut: Nihan widisastra anugraha de bhatara Jagatnatha ri sira Mpu
Kuturan, ya tika hana aji sastragama katama de sang prabhu ring jagat, sangke pawarah Mpu
Kuturan witeng wilwatikta, duking sira Mpu Kuturan kutus mara ing basukih, ngawangun meru
ring basukih, panembahing ratu Bali, katular meru mas ring giri sumeru, mwang lingganing
parhyangan bumi sami pakandanya, waluya ring mahameru, mwang lingganing pasamuan
agung, matata lingganing meru, hana cendet, aluhur ring basukih,… Artinya: Inilah ajaran yang
merupakan anugrah Sang Hyang Jagatnatha kepada Mpu Kuturan, yaitu ajaran sastra agama
yang menjadi pegangan para raja dalam pemerintahannya, lewat ajaran Mpu Kuturan yang
datang dari Wilwatikta atau Majapahit, ketika Mpu Kuturan diutus datang ke Besakih,
membangun meru di Besakih yang menjadi sungsungan para raja di Bali, dengan mencontoh
meru mas di Gunung Sumeru, serta segala bentuk parhyangan diuraikan tata cara
membangunnya, sehingga seperti yang terdapat di Gunung Mahameru. Hal itu menyebabkan
meru-meru tertata susunannya ada yang pendek namun ada juga yang tinggi, sebagai mana kita
temui di Pura Besakih.

Sementara itu dalam Lontar Mpu Kuturan nomor IIIB. 753 yang juga tersimpan di
Gedong Kertya Singaraja yang berasal dari Desa Pagesangan Lombok Barat ada disuratkan:
Nihan ling nira Mpu Kuturan ring Majapahit, duk angwanguna meru ring Besakih, kramanya yan
meru tumpang 5, tumpang 7, tumpang 9. tumpang 11, ikang mangkana ana padagingannya
inenah mangkana. Nihang patatannya yan matumpang 11, ring dasarnya mesi pinda prabot
manusa mawadah kawali waja, tekaning siap mas mwang selaka, kacang mas, kacang selaka,
tumpeng mas, tumpeng selaka, sampyan mas, sampyan selaka, panjeneng mas, panjeneng selaka,
bebek mas, bebek selaka. Ring dasar pisan badawang mas, badawang selaka, naga mas, naga
selaka, pada mamata mirah, tekeng pripih mas selaka tembaga, jaum 4 katih mas selaka tembaga
wesi, mwah podi mirah weh nya manut wilaning tumpang…… Artinya: Ini adalah ajaran Mpu
Kuturan yang berasal dari Majapahit, ketika beliau membangun meru di Pura Besakih, mencakup
meru bertumpang 5, 7, 9, 11. Ada “Padagingan” yang ditaruh di dalamnya. Tata caranya adalah
sebagai berikut, kalau bertumpang 11, pada dasar meru tersebut berisi berbagai simbol perabotan
manusia dimasukkan didalam cecupu, termasuk simbol ayam, terbuat dari emas dan perak, biji
juga dalam bentuk emas dan perak, simbol gunung dari emas dan perak berbagai hiasan dari
emas dan perak, serta itik juga dari emas dan perak. Di dasar meru ditempatkan simbol penyu
dari emas dan perak serta simbol naga dari emas dan perak bermata mirah, jarum 4 biji dari emas
perak tembaga dan besi serta podi mirah jumlahnya menurut tumpang meru tersebut.

Demikianlah dalam lontar yang terakhir ini diuraikan dengan sangat detail berbagai
bentuk upakara dalam rangka membangun tempat suci dan bangunan suci yang diwariskan dan
dijadikan pedoman dalam membangun tempat suci sampai saat ini. Maka Mpu Kuturan yang
satu ini adalah seorang tokoh agama yang memiliki spesialisasi dalam bidang bangunan suci.
Beliau hadir di Bali datang dari Majapahit selanjutnya membangun meru-meru yang ada di Pura
Agung Besakih.

Diambil dari : http://www.dharmagiriutama.org/mpu-kuturan.html

https://yanartha.wordpress.com/misteri-mpu-kuturan/

Anda mungkin juga menyukai