Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN FISIOLOGI TUMBUHAN

PENGARUH CAHAYA (SUHU) TERHADAP KECEPATAN TRANSPIRASI

Disusun Oleh:

Ardella Ivana Safitri

18030204037

UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

JURUSAN BIOLOGI

2020

A. Rumusan Masalah
Bagaimana pengaruh lingkungan terhadap kecepatan transpirasi dengan
metode penimbangan?
B. Tujuan Percobaan
Mengetahui pengaruh lingkungan terhadap kecepatan transpirasi dengan
metode penimbangan.
C. Hipotesis
Ho : tidak ada pengaruh lingkungan terhadap kecepatan transpirasi dengan
metode penimbangan.
Ha : ada pengaruh lingkungan terhadap kecepatan transpirasi dengan
metode penimbangan.
D. Kajian Pustaka
1. Tanaman Pacar Air
Pacar air merupakan tanaman terna berakar serabut, berbatang basah,
lunak, bulat, bercabang, warna hijau kekuningan. Tanaman pacar air biasanya
dijadikan tanaman hias dengan tinggi 30-80 cm. Arah tumbuhnya tegak
dengan percabangan monopodial. Daun pacar air berwarna hijau muda,
dengan panjang 615 cm dan lebar 2-3 cm, daun tunggal, tersebar, berhadapan
atau dalam karangan, berbentuk lanset memanjang dengan pinggir bergerigi
dan ujung daun meruncing (Wijayakusuma, 2000).
Pacar air (Impatiens balsamina L.) berasal dari Asia Selatan dan Asia
Tenggara, namun ada juga yang menyebutkan dari India. Tanaman ini
diperkenalkan di Amerika pada abad ke-19. Warna bunga dari tanaman pacar
air beragam diantaranya berwarna merah muda, merah, putih, orange, peach,
atau salem. Habitat dari tanaman pacar air yaitu pada daerah beriklim semi
tropikal, namun tidak dapat hidup pada daerah yang kering dan gersang
(Dalimartha, 2005).
2. Transpirasi
Transpirasi adalah proses dimana uap air dibawa melalui tanaman dari
akar ke por-pori kecil di bagian bawah daun, yang berubah menjadi uap dan
dilepaskan ke atmosfer (USGS, 2016). Proses hilangnya air dalam bentuk uap
air dari jaringan hidup tanaman yang terletak di atas permukaan tanah
melewati stomata, lubang kutikula, dan lentisel. 80% air yang ditranspirasikan
berjalan melewati lubang stomata, paling besar peranannya bdalam transpirasi
(Michael, 1964).
Transpirasi ialah suatu proses kehilangan air dari tumbuhan ke
atmosfer dalam bentuk uap air. Air diserap dari rambut akar dan kemudian air
diangkut oleh xilem akar dan diedarkan kesemua bagian terutama daun.
Hanya 1 dari 2% dari seluruh air digunkaan untuk fotosintesis atau dalam
kegiatan metabolik selsel daun. Sedangkan sisanya menguap melalui proses
transpirasi. (Devlin, 1983).
Menurut Koryati (2004), terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi
pengangkutan air pada tumbuhan melalui pembuluh xilem. Faktor tersebut
antara lain:
a. Daya hisap daun (Tarikan transpirasi)
Daya hisap daun adalah timbulnya tarikan terhadap air yang ada pada
aselsel di bawahnya, dan tarikan ini akan diteruskan menuju kebawah
sampai ke seluruh kolom air pada xilem, sehingga menyebabkan air
tertarik ke atas dari akar menuju daun.
b. Kapilaritas Batang
Pengangkutan air melalui pembuluh kayu (xilem), terjadi karena xilem
tersusun seperti rangkaian pipa-pipa kapiler. Pengangkutan air melalui
xilem mengikuti prinsip kapilaritas. Daya kapilaritas disebabkan karena
adanya kohesi dan adhesi yang menimbulkan tarikan terhadap molekul air.
c. Tekanan akar
Akar tumbuhan menyerap air dan garam mineral baik siang ataupun
malam hari. Air akan mengalir dari korteks akar menghasilkan suatu
tekanan positif yang memaksa cairan naik ke xilem. Dorongan getah xilem
ke arah atas ini disebut tekanan akar. Tekanan akr juga mneyebabkan
tumbuhan mengalami gutasi, yaitu keluarnya air yang berlebih pada
malam hari melalui katup pelepasan (hidatoda) pada daun.
d. Pengaruh sel-sel yang hidup
Sel-sel hidup yang menyusun tubuh tumbuhan memerlukan air, sehingga
didalam sel akan selalu kekurangan air dan menyerap dari sekitarnya.
Menurut Lestari (2006), menyatakan bahwa proses transpirasi
dipengaruhi banyak faktor, baik faktor dalam maupun luar. Faktor internal
yang mempengaruhi proses transpirasi antara lain:

i. Penutupan stomata
ii. Jumlah dan ukuran stomata
iii. Jumlah dan kondisi morfologis daun
iv. Penggulungan atau pelipatan daun
v. Kedalaman dan proliferasi akar

Menurut Lestari (2006), beberapa faktor eksternal yang mempengaruhi


proses transpirasi antara lain:

i. Kelembaban, semakin tinggi kelembaban udara maka trasnpirasi


semakin lambat. Pada saat udara lembab transpirasi akan terganggu,
sehingga tumbuhan akan melakukan gutasi.
ii. Suhu udara, semakin tinggi suhu maka transpirasi semakin cepat
iii. Intensitas cahaya, semakin banyak intensitas cahaya maka transpirasi
semakin cepat
iv. Kecepatan angin, semakin kencang angin, semakin cepat
transpirasinya
v. Kandungan air tanah, semakin rendah kandungan air tanah, maka
kecepatan transpirasi menjadi lambat
3. Intensitas Cahaya
Intensitas cahaya adalah banyaknya energi yang diterima oleh suatu
tanaman per satuan luas dan per satuan waktu (kal/cm/hari). Pada dasarnya
intensitas cahaya matahari akan berpengaruh nyata terhadap sifat morfologi
tanaman. Hal ini dikarenakan intensitas cahaya matahari dibutuhkan untuk
berlangsungnya penyatuan CO2 dan air untuk membentuk karbohidrat (Asadi
et.al, 1997).
Transpirasi pada tanaman dipengaruhi oleh intensitas cahaya.
Intensitas cahaya yang tinggi akan mengakibatkan kadar air dalam jaringan
dan kadar air dalam tanah menurun karena tingginya transpirasi. Kondisi
intensitas cahaya rendah menyebabkan kadar air tanah dan jaringan memadai,
sehingga proses transpirasi dalam tanaman tidak meningkat (Pallas et.al,
1967).
Laju fotosintesis dipengaruhi oleh intensitas cahaya. Peningkatan laju
fotosintesis terjadi ketika intensitas cahaya meningkat. Saat intensitas cahaya
rendah, laju fotosintesis menurun. Fotosintesis tidak hanya dipengaruhi oleh
kualitas cahaya yang diterima tanaman, namun juga dipengaruhi oleh pigmen
klorofil.
Kandungan klorofil a, klorofil b, dan klorofil total untuk optimalnya
laju fotosintesis tidak hanya dipengaruhi oleh intensitas cahaya saja. Selain itu
faktor genetik juga berpengaruh dalam optimalnya laju fotosintesis tanaman.
Setiap jenis tanaman memberi tanggapan yang tidak sama terhadap intensitas
cahaya yang diterima dengan kisaran laju fotosintesis yang berbeda (Surpin
et.al, 2002).
Menurut Soekotjo (1977), intensitas cahaya berpengaruh terhadap
pembesaran dan differensiasi sel. Sehubungan dengan laju fotosisntesis,
intensitas cahaya yang semakin tinggi (naik) mengakibatkan kecepatan
fotosisntesis semakin tidak bertambah lagi walaupun intensitas cahaya terus
bertambah. Batas ini disebut titik saturasi cahaya atau titik jenuh cahaya (ligh
saturation point). Pada keadaan ini cahaya bukan sebagai sumber energi
maupun sebagai bentuk, tetapi sebagai perusak (fotodestruktif). Intensitas
cahaya yang tinggi mengakibatkan temperatur daun meningkat, sebagai akibat
menutupnya stomata, sehingga sebagaian klorofil menjadi pecah dan rusak
(fotodestruktif).
Kecepatan fotosintesis diakibatkan oleh meningkatnya temperatur
daun yang mengakibatkan penutupan stomata dan rusaknya klorofil, sehingga
konsentrasi klorofil berkurang.Sedangkan pada intensitas cahaya yang
semakin menurun sampai batas tertentu, jumlah O2 yang dikeluarkan oleh
proses fotosintesis sama dengan jumlah O2 yang diperlukan oleh proses
respirasi. Batas ini disebut titik kompensasi cahaya (light compensation
point). Oleh karena itu setiap jenis tanaman mempunyai batas titik
kompensasi cahaya dan titik saturasi cahaya yang tidak sama (Kramerdan
Kozlowski, 1979)
E. Variabel Penelitian
a. Variabel manipulasi : Intensitas cahaya.
b. Variabel control : Tanaman jenis pacar air, volume air, panjang
tanaman, waktu, dan jumlah daun.
c. Variable respon : Kecepatan Transpirasi Tumbuhan.
F. Definisi Operasional Variabel
Praktikum ini menggunakan variabel manipulasi berupa intensitas
cahaya pada dua tempat yang berbada. Pertama, berupa tempat dengan tingkat
intensitas cahaya yang tinggi dengan menggunakan bohlam lampu 100 watt
dan lampu duduk. Tanaman diletakkan dengan jarak 20 cm dari lampu pijar.
Kedua, berupa tempat dengan intensitas cahaya yang rendah, tanaman
diletakkan di dalam inkubator.
Variabel kontrol pada praktikum ini meliputi (1) tanaman jenis pacar
air yang diletakkan dalam polybag, yang jumlah cabang, daun, dan tinggi
tanaman disamakan. Hal tersebut bertujuan untuk mendapatkan hasil yang
berbeda saat diberi perlakuan. Cara mengontrol tanaman pacar air dengan
membuang bunga, kuncup, daun yang rusak dan mengolesi luka dengan
vaselin, panjang tanaman diukur sebesar 20 cm menggunakan penggaris. (2)
volume air yang digunakan adalah sebesar 150 ml yang dimasukkan masing-
masing kedalam 2 buah tabung erlenmeyer.
Variabel respon pada praktikum ini adalah kecepatan transpirasi, yang
dapat dilihat dari segi lebar daun, serta berat erlenmeyer yang berisi tanaman
pacar air. Hal tersebut dilakukan dengan memberi perlakuan setiap 30 menit
sekali dan menimbang berat tiap erlenmeyer dan mencatat hasilnya, yang
mana dilakukan sebanyak 3 kali pengulangan.
G. Alat dan Bahan
1. Alat
a. Erlenmeyer 250ml 2 buah
b. Sumbat Erlenmeyer dengan lubang ditengahnya 2 buah
c. Timbangan 2 buah
d. Thermometer 1 buah
e. Hygrometer 1 buah
f. Lux meter 1 buah
g. Bohlam lampu 100 watt dan lampu duduk 1 buah
h. Pisau tajam 1 buah
i. Penggaris 1 buah
j. Kertas millimeter 1 buah
2. Bahan
a. Air 150 ml x 2
b. Vaselin secukupnya
c. Tanaman Pacar Air (Impatien balsemia) yang 2 tanaman
yang memiliki kondisi hamper sama sepanjang
20cm
H. Rancangan Percobaan
Tanaman pacar air
2 buah Erlenmeyer
-Mengisi dengan air volume 150ml -Memotong miring pangkal
pucuk dalam air

-Memasukkan potongan tanaman pacar air pada tabung Erlenmeyer


melalui lubang pada sumbat sampai bagian bawah terendam air.

-Membuang bunga, kuncup, daun yang rusak dan mengolesi luka


dengan Vaseline

-Menimbang kedua Erlenmeyer lengkap dengan tanaman dan air,


lalu catat.

Erlenmeyer 2
Erlenmeyer 1
-Meletakkan didalam ruangan -Meletakkan pada tempat
dengan jarak 20cm dari
lampu pijar 100 watt

-Mengukur kondisi lingkungan kedua tempat meliputi suhu, intensitas


cahaya dan kelembapan.

-Menimbang dan mencatat Erlenmeyer beserta perlengkapannya setiap


30 menit sekali. Mengulangi pengukuran sebanyak 3 kali.

-Setelah penimbangan terakhir, diambil daun-daun pada kedua


tanaman.

-Mengukur luas total daun tersebur denngan kertas millimeter.

Data hasil praktikum


I. Langkah Kerja
1. Siapkan bahan dan alat yang diperlukan.
2. Sediakan 2 buah erlenmeyer dan isilah dengan air bervolume 150 mL.
3. Potong miring pangkal pucuk batang tanaman pacar air dalam air,
kemudian segera masukkan potongan tanaman tersebut pada tabung
erlenmeyer melalui lubang pada sumbat sampai bagian bawahnya
terendam air. Buanglah bunga, kuncup, daun yang rusak dan olesi luka
dengan vaselin. Dimikian pula olesi celah-celah yang ada dengan vaselin,
misalnya di sekitar sumbat.

4. Timbang kedua erlenmeyer tersebut lengkap dengan tanaman dan air yang
ada di dalamnya, dan catat hasilnya

5. Letakkan erlenmeyer pertama pada tempat dengan jarak 20 cm dari lampu


pijar 100 watt dan erlenmeyer kedua di dalam ruangan. Ukur kondisi
lingkungan kedua tempat tersebut meliputi suhu, intensitas cahaya, dan
kelembaban.

6. Timbang erlenmeyer beserta kelengkapannya setiap 30 menit dan catat


hasilnya dalam tabel pengamatan.

7. Ulangi pengukuran sebanyak 3 kali.


8. Setelah penimbangan terakhir, ambil daun-daun pada tanaman tersebut,
kemudian ukur luas total daun tersebut dengan kertas milimeter atau
kertas grafik. Hal ini dilakukan dengan cara buat pola masing-masing
daun pada kertas grafik, kemudian hitung luas daun dengan ketentuan:
apabila kurang dari ½ kotak dianggap nol, dan bila lebih dari ½ dianggap
satu.
J. Rancangan Tabel Pengamatan

 Rata-
Berat 30' 30'' 30''' Rata
Kondisi
Awal Selisih
Lingkungan 
(g)   Berat  Selisi  Berat  Selisi  Berat  Selisi
Akhir h Akhir h Akhir h
 A
258,8 253,6 5,2 252,3 1,3 251,7 0,6 2,36
(Gelap)
 B
262,5 260,5 2 256,3 4,2 252,7 3,6 3,26
(Terang)
Tabel 1. Selisih berat proses Transpirasi pada tanaman Pacar Air (Impatien
balsemia)

Tabel 2. Luas daun tanaman Pacar Air (Impatien balsemia) setelah transpirasi

Rata-Rata
Kondisi Luas Daun (cm²) 
Luas Daun 
Lingkungan  
 1 2  3  4  5  6  7  8  9  10 
 A
 23 34  25  17  14  20  16  10  6  5   17
(Gelap) 
 B
 26 20  20  19  17  17  14  18  15  13   17,9
(Terang)

Dari tabel tersebut dapat diketahui kecepatan transpirasi tanaman


dengan menggunakan perhitungan sebagai berikut:

a. Kecepatan transpirasi (Gelap)


= X́ selisih berat : t : X́ luas daun
= 2,36 : 30 : 17
= 0,004 gr / menit / cm²
b. Kecepatan transpirasi (Terang)
= X́ selisih berat : t : X́ luas daun
= 3,26 : 30 : 17,9
= 0,006 gr / menit / cm²

Grafik 1. Kecepatan transpirasi tanaman Pacar Air (Impatien balsemia)

Grafik kecepatan Transpirasi tanaman


Pacar Air
0.01
0.01
Kecepatan Transpirasi

0.01
0
0
0
0
0
gelap terang

K. Rencana Analisis Data


Berdasarkan data yang telah diperoleh, terjadi perbedaan kecepatan
transpirasi antara tanaman pacar air yang diletakkan pada intensitas cahaya
tinggi menggunakan lampu 100 watt, nilai intesnitas cahaya sebesar 1740
(𝑐𝑑/𝑚2). Sedangkan tanaman pacar air yang diletakkan di dalam inkubator
nilai intensitas cahaya sebesar 0 (𝑐𝑑/𝑚2).
Pada awal pengamatan, berat keseluruhan erlenmeyer A (gelap) adalah
258,8 gram, sedangkan berat keseluruhan erlenmeyer B (terang) adalah 262,5
gram. Erlenmeyer A diletakkan pada tempat gelap dengan intensitas cahaya
0(𝑐𝑑/𝑚2), suhu 290C, dan kelembaban 89%, sedangkan erlenmeyer B
diletakkan pada tempat terang dengan intensitas cahaya 1740(𝑐𝑑/𝑚2), suhu
370C, dan kelembaban 75%.
Penimbangan tiap 30 menit dengan pengulangan sebanyak 3 kali
membuktikan adanya perubahan berat pada kedua perlakukan. Berat awal
erlenmeyer A (gelap) 258,8 gram mengalami penurunan berat menjadi 253,6
gram pada 30 menit pertama, 252,3 gram pada 30 menit kedua, dan 251,7
gram pada 30 menit ketiga. Dengan rata-rata selisih berat sebesar 2,36 gram.
Selanjutnya pada erlenmeyer B (terang), berat awal sebesar 262,5 gram
mengalami penurunan berat menjadi 260,5 gram pada 30 menit pertama,
256,3 gram pada 30 menit kedua, dan 252,7 gram pada 30 menit ketiga.
Dengan rata-rata selisih berat sebesar 3,26 gram.
Pada pengamatan selanjutnya, dilakukan pengukuran terhadap rata-rata
total luas daun pada masing-masing tanaman pacar air yang berada di dalam
tabung erlenmeyer. Pada tanaman pacar air perlakuan gelap dan terang
terdapat 10 helai daun. Rata-rata luas daun erlenmeyer A (gelap) sebesar 17
cm2, sedangkan pada erlenmeyer B (terang) rata-rata luas daun sebesar 17,9
cm2.
Didapatkan perhitungan kecepatan transpirasi tanaman pacar air pada
kondisi gelap (A) sebesar 0,004 g/menit/cm 2. Sedangkan kecepatan transpirasi
tanaman pacar air pada kondisi terang (B) sebesar 0,006 g/menit/cm2.
L. Hasil Analisis Data
Berdasarkan hasil analisis data, pada perlakuan tanaman pacar air
(Impatien balsemia) yang ditempatkan di tempat terang dan gelap mengalami
perbedaaan kecepatan transpirasi. Hal ini dipengaruhi oleh faktor keadaan
lingkungan yang meliputi, suhu, kelembaban, dan intensitas cahaya.
Kondisi tersebut sesuai dengan teori yang ada yaitu, intensitas cahaya
dapat mempengaruhi kecepatan transpirasi karena berhubungan dengan proses
membuka dan menutupnya stomata, yang mana pori-pori pada daun sebagai
tempat keluarnya air dipengaruhi oleh adanya cahaya.
Berdasarkan teori fotosintesis, sel penutup pada stomata memiliki
kloroplas yang mengandung klorofil, dengan adanya klorofil dan bantuan
cahaya, maka pada sel penutup terjadi proses fotosintesis yang menghasilkan
glukosa yan menyebabkan potensial air (PA) cairan sel penutup turun dan
potensial osmotik (PO) cairan sel penutup turun, maka sel penutup mengalami
turgor mengakibatkan stomata membuka dan terjadilah proses transpirasi.
Fotosintesis tidak hanya dipengaruhi oleh kualitas cahaya yang diterima
tanaman, namun juga dipengaruhi oleh pigmen klorofil.
Kandungan klorofil a, klorofil b, dan klorofil total untuk optimalnya
laju fotosintesis tidak hanya dipengaruhi oleh intensitas cahaya saja. Selain itu
faktor genetik juga berpengaruh dalam optimalnya laju fotosintesis tanaman.
Setiap jenis tanaman memberi tanggapan yang tidak sama terhadap intensitas
cahaya yang diterima dengan kisaran laju fotosintesis yang berbeda (Surpin
et.al, 2002). Maka dari itu, terjadi perbedaan nilai kecepatan transpirasi pada
tanaman pacar air yang ditempatkan di tempat gelap dan terang.
Pada teori fotosintesis, apabila tanaman pacar air ditempatkan pada
tempat terang, stomata akan membuka lebar, sehingga proses transpirasi
berlangsung dengan cepat karena disaat stomata membuka akan ada
penghubung antara rongga antar sel dengan atmosfer sehingga uap air akan
keluar melalui stomata, yang mengakibatkan potensial air (PA) di stomata
lebih rendah daripada PA di rongga antar sel, mengakibatkan uap air yang ada
di rongga sel masuk ke stomata. Maka lama kelamaan sel-sel yang
menguapkan airnya ke rongga antar sel akan mengalami kekurangan air yang
menyebabkan potensial air sel menurun. Kekurangan air ini akan diisi oleh air
dan berdifusi ke dalam xylem batang yang kemudian berjalan ke batang.
Selanjutnya batang akan meneruskan air tersebut ke tulang daun, dimana pada
tulang daun terjadi proses transpirasi. Proses ini akan berjalan terus menerus
hingga sampai ke stomata dan terjadi proses transpirasi.
Sebaliknya, saat intensitas cahaya rendah, celah stomata akan
mengecil dan menutup, sehingga kecepatan transpirasi rendah dan
mengakibatkan tidak terjadi proses transpirasi. Selain faktor intensitas cahaya,
suhu dan kelembaban juga mempengaruhi kecepatan transpirasi, semakin
tinggi suhu lingkungan, semakin tinggi kecepatan transpirasi. Semakin rendah
kelembaban lingkungan, semakin tinggi kecepatan transpirasi.
Menurut (Lakitan, 2000), kecepatan transpirasi tersebut dapat dilihat
dari perubahan berat pada kedua tanaman yang ada pada masing-masing
tabung erlenmeyer yang diberi perlakuan berbeda. Perubahan berat ini dapat
dianggap akibat adanya proses transpirasi, yaitu proses kehilangan air dalam
bentuk uap dari jaringan tumbuhan melalui stomata. Berdasarkan hasil
percobaan, didapatkan hasil yang sesuai dengan teori.
Penggunaan vaseline dalam percobaan ini berfungsi sebagai lapisan
yang dapat memperlambat proses transpirasi, dikarenakan semakin
menebalnya permukaan maka uap air akan sulit keluar. Menurut Salisbury dan
Ross (1992), menyatakan bahwa adanya lapisan lilin akan memperlambat laju
transpirasi akibat tebalnya permukaan sehingga uap air akan sulit berdifusi
keluar. Terhambatnya proses transpirasi mengakibatkan lambatnya proses
fotosintesis sehingga berat tanaman mengalami penurunan.
Menurut Feryanto (2011), transpirasi berperan penting bagi tumbuhan
karena berperan dalam membantu meningkatkan laju angkutan air dan garam
mineral, mengatur suhu tubuh dan mengatur turgor optimum di dalam sel.
Mineral atau unsur hara yang diserap oleh akar dalam bentuk terlarut. Mineral
masuk ke dalam tubuh tanaman bersama air. Semakin tinggi laju transpirasi
maka semakin banyak air yang masuk dalam tubuh tanaman dengan
membawa mineral lebih banyak, begitu sebaliknya.
Tanaman dengan laju transpirasi yang tinggi rentan mengalami
dehidrasi ketika ketersediaan air dalam tanah berkurang, maka akan
mengakibatkan terjadinya tekanan negatif dalam tubuh tanaman sehingga air
akan tertarik dari dalam tanah ke akar menuju ke bagian atas tanaman.
Ketika transpirasi berlangsung, stomata akan terbuka dan
menyebabkan terjadinya pertukaran gas antara daun dengan atmosfer. Uap air
(H2O) akan keluar dan karbondioksida (CO 2) akan masuk. Ketika stomata
membuka, lebih banyak molekul air yang akan keluar dari daun melalui
stomata dibandingkan jumlah molekul karbondioksida yang masuk per satuan
waktu, dengan demikian tumbuhan akan kehilangan air (Lakitan, 1993).
Menurut Dwijoseputro (1989), meskipun tumbuhan kehilangan air,
transpirasi tetap bermanfaat bagi tumbuhan karena dapat menyebabkan
terjadinya daya isap daun sehingga terjadi transport air di batang, membantu
penyerapan air dan zat hara oleh akar, mengurangi air yang terserap berlbihan,
mempertahankan temperatur yang sesuai untuk daun, dan mengatur
fotosintesis dengan mekanisme membuka dan menutupnya stomata.
Semakin besar pembukaan stomata maka semakin mudah CO2 masuk,
namun hal ini dapat berdampak pada semakin besarnya jumlah H2O yang
ditranspirasikan menyebabkan tanaman mengalami dehidrasi. Tanaman yang
mampu menyeimbangkan pembukaan stomata akan kehilangan sedikit H2O
untuk tiap molekul CO2 yang masuk sehingga tanaman tersebut efisiensi
pemakaian airnya lebih besar, maka tanaman akan mampu bertahan pada
kondisi tanah yang kekurangan air. Oleh karena itu, beberapa tanaman
beradaptasi terhadap kondisi kekeringan dengan mengurangi ukuran stomata
dan jumlah stomata (Loveless, 1991).
M. Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, dapat disimpulkan
bahwa kondisi lingkungan yang meliputi intensitas cahaya, suhu, dan
kelembaban berpengaruh terhadap kecepatan transpirasi dengan metode
penimbangan. Semakin tinggi intensitas cahaya, maka semakin cepat
kecepatan transpirasinya. Sebaliknya, semakin rendah intensitas cahaya maka
semakin lambat pula kecepatan transpirasinya. Selain faktor intensitas cahaya,
suhu dan kelembaban juga mempengaruhi kecepatan transpirasi, semakin
tinggi suhu lingkungan, semakin tinggi kecepatan transpirasi. Semakin rendah
kelembaban lingkungan, semakin tinggi kecepatan transpirasi.
N. Daftar Pustaka

Asadi D, Arsyad M, Zahara H, Darmajati. 1997. Pemuliaan Kedelai untuk


Toleran
Naungan dan Tumpangsari. Jurnal Agrobio Balai Penelitian
Bioteknologi Tanaman Pangan Bogor 1(2): 15-20
Dalimartha, S. 2003. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia. Jilid III. Jakarta:
Puspa Swara
Devlin. 1983. Plant Phisiology. Boston: Williard Grant Press
Dwijoseputro. 1989. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta: PT. Gramedia
Feryanto, Indra. 2011. Panduan Praktikum Fisiologi Tumbuhan. Fakultas
Pertanian dan Perikanan dan Biologi. Universitas Bangka Belitung
Koryati, Try. 2004. Pemanfaatan Zat Pengatur Tumbuh Untuk
Memperpendek
Masa Non Produktif Pada Tanaman Karet. Jurnal Penelitian Bidang
Ilmu Pertanian. Vol 2. No 2. Hal: 2. Medan: UNHAM Press
Kramer, P. J., and T. T. Kozlowski. 1979. Physiology of Woody Plant. New
York, Academic Press
Lakitan, Benjamin. 1993. Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta:
Rajawali Press
Lakitan, B., 2000. Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta : PT Raja
Grafindo.
Lestari, Endang Gati. 2006. Hubungan antara Kerapatan Stomata dengan
Ketahanan Kekeringan pada Somaklon Padi Gajahmungkur, Towuti,
dan IR 64. BIODI VERSITAS ISSN: 1412-033x.Vol (7) : (44-48)
Loveless, A. R. 1991. Prinsip-Prinsip Biologi Tumbuhan untuk Daerah
Tropik. Jakarta: PT. Gramedia
Michael, P.H. 1964. General Phisiology. Kogasuma. Company: Tokyo
Pallas, J.E., Michel, B.E., dan Harris, D.G. 1967. Photosynthesis,
Transpiration,
Leaf Temperature, and Stomatal Activity of Cotton Plants under
Varying Water Potentials. Plant Physiol 42: 76-88
Rahayu, Yuni Sri. 2016. Petunjuk Praktikum Fisiologi Tumbuhan. Surabaya:
Jurusan Biologi FMIPA UNESA
Salisbury, F. B. & Ross, C. W. 1992. Plant Growth and Development The
Dynamic of Growth Sec. Ed. pp. 75-105

Soekotjo, W. 1977 Silvikultur Khusus. Bandung: Akademi Ilmu Kehutanan


(AIK)

Surpin, M., Larkin, R.M., dan Chory, J. 2002. Signal Transduction between
the Chloroplast and the Nucleus. The Plant Cell, S327-S338

USGS. 2016. Transpiration – The Water Cycle. [Online].


(https://water.usgs.gov/edu/watercycletranspiration.html.) diakses
tanggal 4 September 2019
Wijayakusuma. 2002. Tumbuhan Berkhasiat Obat Indonesia, Rempah,
Rimpang dan Umbi. Jakarta: Prestasi Insan Indonesia
LAMPIRAN

Memotong miring pangkal pucuk Memasukkan potongan miring tanaman


batang tanaman pacar air dalam air. pacar air pada tabung Erlenmeyer
melalui lubang pada sumbat.

Penimbangan berat awal tanaman di Penimbangan berat awal tanaman di


tempat terang. tempat gelap.
Perlakuan pada intensitas cahaya terang Perlakuan di dalam ruangan
dengan jarak 20 cm dari lampu.

Penimbangan tanaman di tempat terang Penimbangan tanaman di tempat gelap


30 menit 30 menit
Pengambilan daun-daun pada tanaman
pacar air

Anda mungkin juga menyukai