Dasar Penyusunan Pakan Unggas PDF
Dasar Penyusunan Pakan Unggas PDF
Oleh: Surisdiarto
Fakultas Peternakan UB
PENDAHULUAN
Dalam setiap usaha peternakan, termasuk usaha peternakan unggas, maka
tujuan utamanya adalah mencari keuntungan material. Jika output lebih besar
dari input yang diberikan maka usaha peternakan tersebut dapat dikatakan
untung. Output dalam usaha peternakan dapat berupa material seperti daging
dan telur misalnya pada peternakan ayam pedaging dan petelur, tetapi dapat
juga berupa imaterial seperti suara (kicau) misalnya pada peternakan burung
berkicau. Output juga bisa berupa output biologis misalnya pertambahan bobot
badan dan tingkat produksi telur, tetapi juga dapat berupa output ekonomis
yaitu berupa uang/keuntungan. Pencapaian target biologis yang maksimal tidak
selalu diikuti dengan pencapaian target ekonomis, karena dipengaruhi oleh
harga output dan harga input. Salah satu input dalam usaha peternakan yang
sangat berpengaruh pada pencapaian target biologis adalah makanan. Telah
umum diketahui dalam bidang nutrisi ternak bahwa output (produksi) adalah
fungsi dari input (makanan), secara sederhana artinya produksi akan
bertambah sampai batas tertentu sesuai dengan penambahan makanan. Oleh
karena itu untuk mencapai target biologis yang maksimal, sesuai dengan
potensi genetis, maka faktor makanan baik kualitas maupun kuantitas harus
benar-benar mendapat perhatian. Makalah ini secara singkat akan
menguraikan tentang dasar penyusunan pakan untuk ternak ayam yang
meliputi bahan pakan, cara menentukan kebutuhan zat makanan, dan dasar
penyusunan pakan.
1. BAHAN PAKAN
Seorang nutrisionis, Philip Crosby, menyatakan bahwa pakan yang berkualitas
baik tidak dapat dibuat dari bahan pakan yang berkualitas jelek tetapi bahan
pakan yang berkualitas baik tidak menjamin bahwa pakan yang dibuat
mempunyai kualitas yang baik. Berdasarkan pernyataan tersebut maka
pengetahuan tentang bahan pakan harus benar-benar dipahami oleh setiap
individu yang akan membuat formulasi pakan. Dari sisi bahan pakan maka
kualitas ditentukan oleh beberapa faktor antara lain: faktor kimiawi, faktor
biologis, dan faktor organoleptik. Faktor kimiawi antara lain kandungan
proksimat (yaitu kandungan protein, kandungan lemak, kandungan serat
kasar, kandungan abu, kandungan bahan ekstrak tanpa nitrogen, dan
kandungan bahan kering), kandungan asam amino, kandungan mineral, dan
kandungan vitamin. Faktor biologis meliputi digestibility dan availability zat
makanan (protein, asam amino dll.) dan kandungan energi metabolis.
Sedangkan faktor organoleptik meliputi bentuk, bau, warna dan rasa. Dari
uraian tersebut sangat mudah dipahami bahwa mengetahui salah satu
kandungan zat makanan saja, misalnya hanya tahu kandungan proteinnya saja,
maka mustahil untuk dapat menyusun pakan yang berkualitas baik. Demikian
juga perlu diketahui bahwa bahan pakan yang secara kimiawi mengandung
protein tinggi, misalnya tepung darah (80%), belum tentu baik kalau tidak
diketahui digestibilitynya (daya cernanya). Lebih dalam lagi perlu diketahui
bahwa bahan pakan yang mempunyai daya cerna tinggi juga belum tentu baik
kalau availabilitynya (ketersediaan zat makanannya) tidak baik.
Sebagaimana diketahui bahan pakan digolongkan menjadi bahan sumber
protein, bahan sumber energi, bahan sumber mineral (dan vitamin), dan bahan
pakan tambahan (feed additive). Dalam pakan ayam maka porsi bahan tersebut
dalam suatu formula pakan kira-kira sbb.: bahan sumber protein 10-30%, bahan
sumber energi 60-75%, bahan sumber mineral (dan vitamin) 1-7%, dan feed
additive 0-3%. Porsi tersebut masih tergantung dari jenis bahan pakan yang
digunakan. Karena sifat kiwiawi dan sifat fisik yang dimiliki oleh masing-masing
jenis bahan pakan maka dalam formula pakan tidak semua jenis bahan pakan
dapat digunakan sampai 100%. Hal ini misalnya disebabkan karena adanya
kandungan zat anti nutrisi seperti pada biji kedele yang mengandung protease
inhibitor yaitu zat yang menghambat kerja ensim protease dalam pencernaan
protein. Oleh karena itu untuk kepentingan penyusunan formula pakan maka
batasan-batasan penggunaan bahan pakan dalam pakan juga perlu untuk
diketahui, terlebih jika penyusunan formula pakan menggunakan alat bantu
2
program komputer. Dalam tabel berikut disajikan batasan penggunaan dari
bahan pakan yang umumnya digunakan untuk menyusun pakan di Indonesia.
Tabel 1. Batasan penggunaan bahan pakan dalam ransum
3
untuk diketahui agar dapat menyusun pakan sesuai dengan kebutuhan ternak
pada berbagai fase produksi. Pada ternak ayam kebutuhan zat makanan
dipergunakan untuk hidup pokok dan kebutuhan untuk produksi. Kalau zat
makanan yang diberikan hanya cukup untuk hidup pokok, maka ternak hanya
bertahan untuk hidup tanpa ada perkembangan. Tetapi jika zat makanan yang
diberikan cukup untuk hidup pokok dan produksi maka ternak akan tumbuh dan
menghasilkan produk. Oleh karena itu perlu diketahui cara menentukan
kebutuhan zat makanan untuk ternak.
Kebutuhan zat makanan dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain: faktor
ternak dan faktor lingkungan. Faktor ternak meliputi jenis ternak, jenis kelamin,
umur, fase pertumbuhan dan produksi, berat badan, dan juga perkembangan
bulu. Sedangkan faktor lingkungan mencakup suhu udara, kelembaban udara,
dan kecepatan angin. Kebutuhan zat makanan untuk galur ayam yang satu
berbeda dengan galur ayam yang lain, hal ini disebabkan karena faktor
keturunan (genetis). Ayam jantan kebutuhan zat makanannya lebih tinggi dari
ayam betina. Ayam yang lebih tua kebutuhan zat makanannya per satuan bobot
badan lebih rendah daripada ayam muda, tetapi karena berat badannya lebih
tinggi maka total kebutuhan zat makanannya lebih besar. Ayam betina yang
sedang berproduksi kebutuhan zat makanannya lebih tinggi daripada ayam
yang tidak sedang berproduksi. Bulu ayam merupakan isolasi tubuh, ayam
yang bulunya tumbuh tidak sempurna maka kehilangan panas tubuh akan lebih
besar sehingga kebutuhan energinya lebih tinggi daripada ayam yang
pertumbuhan bulunya sempurna. Suhu udara yang sangat tinggi atau rendah
akan mengurangi kebutuhan energi karena ayam meningkatkan laju
metabolismenya untuk menjaga stabilitas panas tubuhnya. Kelembaban udara
yang tinggi disertai suhu udara yang tinggi akan menyebabkan ayam kesulitan
untuk membuang panas secara evaporasi sehingga kebutuhan energinya
menurun. Kecepatan angin yang tinggi akan membantu membuang panas
tubuh sehingga ayam memerlukan energi yang lebih tinggi. Dari uraian tersebut
terlihat bahwa kebutuhan zat makanan bagi ayam akan berubah-ubah sesuai
dengan tingkat produksi maupun keadaan lingkungan. Dalam makalah ini
hanya dikemukakan cara menentukan kebutuhan energi dan protein, karena
keduanya sangat penting dalam menentukan produktivitas ayam.
4
2.1. Kebutuhan zat makanan untuk broiler
2.1.1. Kebutuhan energi metabolis
Untuk ayam pedaging maka produk yang dihasilkan adalah daging atau dengan
kata lain pertumbuhan. Diatas telah disampaikan faktor-faktor yang
mempengaruhi kebutuhan energi untuk ayam. Pada ayam pedaging maka
kebutuhan energi dipengaruhi oleh:
Berat badan
Pertambahan bobot badan
Suhu lingkungan
Sampai saat ini ada beberapa rumus untuk menghitung kebutuhan energi pada
ayam pedaging. Pengalaman penulis menunjukkan bahwa rumus dibawah ini
paling sesuai untuk menentukan kebutuhan energi pada ayam pedaging di
beberapa tempat di Indonesia.
5
2.1.2. Kebutuhan protein untuk broiler
Untuk ayam pedaging maka protein dibutuhkan untuk 3 hal pokok yaitu: untuk
hidup pokok, untuk pertumbuhan bulu, dan untuk pertumbuhan (daging).
Pertumbuhan bulu ayam, menurut penelitian, adalah rata-rata sebesar 4-7%
dari berat badan. Protein yang terdapat dalam pakan tidak semuanya dapat
digunakan untuk proses metabolisme tubuh dan dari penelitian maka rata-rata
efisiensi penggunaan protein pada ayam pedaging hanya sebesar 61%. Maka
ada beberapa rumus yang dapat digunakan untuk menghitung kebutuhan
protein pada ayam pedaging. Salah satu rumus adalah sebagai berikut:
Dengan rumus tersebut maka pada contoh diatas kebutuhan proteinnya adalah
sebagai berikut: {(39 x 0,0016) + (0,04 x 13 x 0,80) + (13 x 0,18)} : 0,61 sama
dengan 4,62 gram/ekor/hari. Jadi jika konsumsi pakannya sebesar 18,37 gram
per ekor per hari maka kandungan protein dalam pakan adalah (4,62:18,7) x
100% = 24,7%. Angka ini cukup besar jika dibandingkan dengan kandungan
protein yang umum terdapat dalam pakan yang diperjual belikan secara
komersial, namun demikian penelitian menunjukkan bahwa ayam masih
memberikan respon biologis yang positip terhadap kandungan protein tinggi
meskipun mungkin tidak ekonomis.
6
2.2. Kebutuhan zat makanan untuk layer
2.2.1. Kebutuhan energi metabolis
Zat makanan pada ayam petelur diperlukan untuk hidup pokok, pertambahan
bobot badan, dan untuk produksi telur. Dari ketiga keperluan tersebut maka
kebutuhan untuk produksi jumlahnya paling besar. Dengan demikian jika ayam
tidak sedang berproduksi maka kebutuhan zat makanan sebenarnya sangat
sedikit. Secara praktis kebutuhan energi untuk hidup pokok dipengaruhi oleh
tiga faktor yaitu:
Sistim kandang
Bobot badan
Produksi telur
Sistim kandang. Ayam yang dipelihara dalam kandang sistim litter maka
kebutuhan energinya lebih tinggi dibandingkan ayam yang dipelihara pada
kandang batere. Bobot badan. Ayam yang bobot badannya lebih besar
memerlukan energi lebih banyak meskipun kebutuhan per unit berat badannya
lebih kecil. Ayam yang bobot badannya lebih ringan lebih efisien dalam
menggunakan energi daripada ayam yang bobot badannya lebih berat.
Produksi telur. Ayam yang berproduksi tinggi relatif memerlukan energi lebih
sedikit daripada ayam yang produksinya rendah. Kebutuhan energi untuk hidup
pokok kira-kira sebesar 83 kkal per kilogram bobot badan metabolis. Untuk
produksi telur diperlukan energi sebesar 86 kkal per butir telur dengan berat
rata-rata 55-60 gram. Pada kandang batere dan litter ayam memerlukan energi
masing-masing sebesar 137% dan 150% dibandingkan ayam pada kandang
metabolis. Berdasarkan kebutuhan tersebut maka rumus kebutuhan energi
untuk ayam pada masa produksi adalah:
E = (83 x BB0,75 x 137% atau 150%) + (86 x HD), dimana:
E = kebutuhan energi dalam satuan kkal/ekor/hari
BB = bobot badan metabolis dalam satuan kg
HD = Hen-day production
Contoh. Seekor ayam petelur dengan bobot badan 1,8 kg dipelihara pada
kandang batere dan produksinya (HD) 80%. Maka kebutuhan energinya adalah:
E = (83 x 1,80,75 x 1,37) + (86 x 0,8)
= 245,50 kkal/hari
7
Tetapi karena efisiensi penggunaan energi dalam pakan pada ayam petelur
hanya 82% maka kebutuhan energinya menjadi 245,50 x 100/82 = 299,39 kkal
per hari. Jadi jika pakan yang diberikan mengandung energi metabolis sebesar
2700 kkal/kg, maka ayam tersebut akan mengkonsumsi pakan sebanyak
299,39/2700 kg atau sama dengan 0,11 kg (110 gram) per ekor per hari. Dari
rumus tersebut maka ayam yang bobot badannya tinggi akan membutuhkan
energi yang lebih banyak, demikian pula halnya ayam yang produksinya
telurnya tinggi.
8
pakannya akan meningkat. Ayam dapat mentolerir rentangan kandungan energi
dalam pakan sebesar plus minus 5% dengan catatan kerapatan makanan
terendah tidak kurang dari 630 gram/liter.
9
pertumbuhan. Atau penggunaan ketela pohon/gaplek yang mengandung
sianida kalau terlalu banyak dapat menyebabkan kematian. Kebutuhan zat
makanan juga harus dihitung dengan cermat sehingga pakan yang disusun
benar-benar dapat memenuhi kebutuhannya. Kekurangan zat makanan dapat
menghambat pertumbuhan dan mengurangi produksi, tetapi kelebihan zat
makananpun juga berefek negatip pada ternak.
Tabel berikut adalah kandungan zat makanan hasil analisis penulis yang
berhasil dihimpun selama beberapa tahun.
Dari Tabel 2. dapat dilihat bahwa rentangan kandungan zat makanan dari
beberapa jenis bahan pakan sangat tinggi, oleh karena itu mengandalkan data
kandungan zat makanan dari buku-buku yang ada sangat berisiko terjadinya
kekeliruan. Untuk menghindari hal tersebut, sekali lagi, disarankan untuk
10
melakukan analisis terhadap bahan pakan yang akan digunakan dalam
penyusunan pakan.
Sampai saat ini ada beberapa cara/metoda dalam menyusun formula pakan
diantaranya adalah:
1. Metoda Pearson Square
2. Metoda coba-coba (trial and error)
3. Metoda simplek
4. Metoda persamaan aljabar
5. Metoda linear programming (misal LP 88)
6. Metoda program komputer (UFFF, UFDA, MIXIT-2 dll)
Kelima metoda tersebut, mulai dari yang paling sederhana yaitu METODA
COBA-COBA sampai kepada metoda yang paling rumit, akan terasa sulit kalau
tidak sering dipraktekkan. Jadi dalam hal penyusunan pakan pengetahuan
tentang bahan pakan dengan segala seluk beluknya, kepandaian menghitung
kebutuhan zat makanan dengan akurasi yang tinggipun tidak cukup jika tidak
dibarengi dengan praktek formulasi penyusunan pakan. Pada saat penulis
melakukan praktek disebuah pabrik pakan besar di Jawa Barat, seorang
karyawan bagian pencampuran mengatakan: “Saya yakin bapak BISA
menyusun pakan, tetapi percaya atau tidak saya BiASA melakukannya” dan
penulis hanya bisa merenungi perbedaan arti dua kata tersebut yang hanya
berbeda satu huruf, tetapi besar maknanya.
PENUTUP
Penulis berharap makalah ini dapat memberi pengetahuan bagi para peternak
ayam di desa Junrejo-Batu, sehingga saja dapat menyusun atau membuat
formulasi pakan tetapi menghantarkan para peternak menjadi BIASA dalam
menyusun formula pakan atau menjadi seorang FORMULATOR PAKAN yang
handal, minimal bagi perkembangan usaha ayam miliknya. SEMOGA.
11
MENYUSUN PAKAN
PENGETAHUAN TENTANG BAHAN PAKAN
KEBUTUHAN ZAT MAKANAN
2. BATASAN PENGGUNAAN
3. HARGA
12
1. FAKTOR TERNAK
JENIS TERNAK
JENIS KELAMIN
UMUR
FASE PERTUMBUHAN
PRODUKSI
2. FAKTOR LINGKUNGAN
SUHU UDARA
KELEMBABAN UDARA
KECEPATAN ANGIN
3. TIPE KANDANG
Suhu Lingkungan
Kebutuhan Protein:
Untuk Hidup Pokok
Untuk PertambahanBadan
13
Batasan penggunaan (%)
No Jenis bahan
Broiler Layer
1 Jagung 100,00 100,00
2 Sorghum 40,00 40,00
3 Molasses 1,00 2,00
4 Bekatul 10,00 10,00
5 Bungkil kacang 10,00 10,00
6 Corn gluten 8,00 5,00
7 Bungkil kedele 100,00 100,00
8 Tepung darah 2,00 2,00
9 Tepung daging tulang 5,00 5,00
10 Tepung ikan 10,00 8,00
11 Tallow 7,00 5,00
12 Kalsium karbonat (kapur mati) 100,00 100,00
13 Tepung tulang 100,00 100,00
14
Tersedianya bahan pakan
Kandungan zat makanan dari bahan pakan
Harga bahan pakan
Batasan penggunaan bahan pakan dalam pakan
Kebutuhan zat makanan bagi ternak
15