Anda di halaman 1dari 9

KERANGKA ACUAN KERJA

MASTER PLAN PELAYANAN DAN PENGELOLAAN PERSAMPAHAN


KABUPATEN NAGAN RAYA

I. LATAR BELAKANG

Tingkat kepadatan penduduk suatu wilayah yang sedang berkembang


umumnya terus menunjukkan peningkatan yang berbanding lurus dengan laju
pembangunan. Peningkatan jumlah penduduk yang menempati suatu wilayah ini
dapat diakibatkan oleh pertumbuhan penduduk secara alami atau migrasi dari
daerah lain. Peningkatan jumlah penduduk ini menimbulkan banyak
konsekuensi yang harus ditanggapi oleh pemerintah setempat secara bijak guna
mewujudkan tatanan masyarakat madani. Salah satu akibat dari peningkatan
laju pembangunan, pertambahan penduduk, serta aktivitas dan tingkat sosial
ekonomi masyarakat ini telah memicu terjadinya peningkatan jumlah timbunan
sampah. Hal ini menjadi semakin kompleks dengan hanya dijalankannya
paradigma lama, di mana pengelolaan yang mengandalkan kegiatan
pengumpulan, pengangkutan, dan pembuangan, yang kesemuanya
membutuhkan anggaran yang semakin besar dari waktu ke waktu, yang bila
tidak tersedia akan menimbulkan banyak masalah operasional seperti sampah
yang tidak terangkut, fasilitas yang tidak memenuhi syarat, cara pengoperasian
fasilitas yang tidak mengikuti ketentuan teknis, dan semakin habisnya lahan
pembuangan.
Kabupaten Nagan Raya adalah sebuah kabupaten di Provinsi Aceh yang
beribukotakan Kota Suka Makmue, yang berjarak sekitar 287 km atau 8 jam
perjalanan dari Banda Aceh. Kabupaten ini berdiri berdasarkan UU Nomor 4
Tahun 2002 tanggal 2 Juli 2002 sebagai hasil pemekaran Kabupaten Aceh Barat.
Wilayah Kabupaten Nagan Raya meliputi areal seluas 3.928 Km2, yang terdiri
atas 5 kecamatan dan 213 desa/kelurahan. Penduduk Kabupaten Nagan Raya
pada awal terbentuknya tahun 2002 berjumlah 142.519 jiwa. Angka tersebut
naik drastis hingga mencapai 145.108 jiwa pada tahun 2004, atau rata – rata
naik 0.60 persen/tahun. Namun, pasca tsunami penduduk Nagan Raya menurun
yaitu hanya tinggal 124.340 jiwa. Penurunan ini diyakini akibat bencana

1
tsunami, di samping disinyalir sebagian kecil penduduk telah berpindah ke
tempat lain, sedangkan pada tahun 2010 penduduk Nagan Raya tercatat
berjumlah 139.663 jiwa dan pada tahun 2011 penduduk Nagan Raya berjumlah
142.861 jiwa, dan terus meningkat selama tahun-tahun berikutnya seiring
dengan semakin banyaknya lapangan usaha yang tersedia. Peningkatan jumlah
penduduk ini harus diimbangi dengan tingkat pelayanan umum yang memadai.
Selama ini, pengelolaan sampah wilayah ini umumnya dilakukan dengan
menggunakan sistem open dumping (penimbunan secara terbuka) serta tidak
memenuhi standar yang memadai. Apabila hal ini tidak tertangani dan dikelola
dengan baik, peningkatan sampah yang terjadi itu bisa membawa dampak pada
pencemaran lingkungan, baik air, tanah, maupun udara, yang secara tidak
langsung dapat mengganggu kesehatan masyarakat karena banyak penyakit
yang disebabkan dari lingkungan yang kotor. Di samping itu, sampah berpotensi
menurunkan kualitas sumber daya alam, menyebabkan banjir dan konflik sosial.
Untuk mengendalikan dampak buruk yang dapat ditimbulkan oleh sampah
tersebut, perlu disusun suatu rencana induk penanganan persampahan yang
detail dan menyeluruh.Oleh karena itu, Pemerintah Daerah Kabupaten Nagan
Raya, dalam hal ini melalui instansi terkait, yaitu BAPPEDA Kabupaten Nagan
Raya, mengadakan pekerjaan Penyusunan Master Plan Pelayanan dan
Pengelolaan Persampahan ini.

II. TUJUAN

Tujuan dari pekerjaan ini adalah tersedianya rencana tindak dan


rencana strategi pengelolaan persampahan Kabupaten Nagan Raya untuk jangka
pendek, menengah, dan jangka panjang yang bisa dipertanggung jawabkan baik
secara teknis maupun secara praktis, sehingga terbentuk program peningkatan
kinerja sistem persampahan yang dapat diandalkan.

III. SASARAN PEKERJAAN


Target yang ingin dicapai dengan pelaksnaan perencanaan ini adalah :
Meningkatkan pelayanan dan pengelolaan sampah oleh Pemerintah
Kabupaten Nagan Raya,
Sampah dari berbagai aktifitas masyarakat dapat dikelola dengan tepat,

2
Tempat-tempat penampungan sampah yang ada dapat diperbaharui
dengan tepat, sehingga tidak terlihat timbulan sampah menggunung,
Terciptanya sistem pengelolaan sampah yang menerapkan konsep
minimasi sampah tertimbun di TPA dengan mengembangkan teknologi
tepat guna dan ramah lingkungan.

Manfaat yang diharapkan diperoleh dengan dilaksanakannya kegiatan ini


adalah terciptanya sebuah sistem pengelolaan sampah terpadu (Integrated
Solid Waste Management) yang mampu menjadi pedoman bagi semua
pemangku kepentingan dalam melakukan pengelolaan sampah di Kabupaten
Nagan Raya. Adapun dampak dari kegiatan ini adalah meningkatkan kualitas
lingkungan sebagai akibat dari pengelolaan persampahan dengan paradigma
baru yang sistematis dan terintegrasi.

IV. RUANG LINGKUP DAN LOKASI PEKERJAAN

Lingkup pekerjaan dari kegiatan Penyusunan Master Plan Pelayanan dan


Pengelolaan PersampahanKabupaten Nagan Raya ini meliputi kegiatan
pengumpulan data dan informasi sebagai bahan kajian terhadap kondisi wilayah
perencanaan dan kondisi eksisting pengelolaan sampah Kabupaten Nagan Raya.
Evaluasi terhadap kondisi eksisting dilakukan sebagai langkah indentifikasi
masalah yang menjadi landasan dalam pengembangan perencanaan kebijakan
dan strategi yang dikembangkan untuk diturunkan ke dalam rencana aksi
pengelolaan sampah sampai dengan 20 tahun mendatang.
Lokasi perencanaan kegiatan perencanaan ini adalah meliputi seluruh
wilayah administratif Kabupaten Nagan Raya.

V. SUMBER PEMBIAYAAN

Besarnya dana yang dianggarkan untuk pelaksanaan kegiatan

Penyusunan Master Plan Pelayanan dan Pengelolaan Persampahan Kabupaten

3
Nagan Raya adalah seperti tercantum dalam lampiran Surat Keputusan

Gubernur Aceh Nomor : ......... tanggal ............., yaitu sebesar Rp.

350.000.000,- (tiga ratus lima puluh delapan juta rupiah) dan dibebankan

pada Kegiatan ............, tahun anggaran 2015.

VI. METODOLOGI PERENCANAAN

Pelaksanaan pekerjaan perencanaan ini terdiri dari kegiatan persiapan


perencanaan, survey pengumpulan data, kompilasi dan analisis data, serta
pemilihan alternatif rencana tindakan. Altematif tersebut berupa tindakan
penyusunan program perencanaan pengelolaan persampahan yang sesuai
kondisi lapangan dan kebutuhan masyarakat. Secara rinci tahap-tahap dari
pelaksanaan pekerjaan perencanaan tersebut adalah sebagai berikut :

1. Tahap Persiapan
Tahap persiapan meliputi kegiatan penyusunan rencana kerja dan
metode pendekatan kajian. Di samping hal tersebut, konsultan akan
mengumpulkan dan mengevaluasi data sekunder/informasi yang ada dari
semua stakeholder/pemangku kepentingan dan SKPD–SKPD yang terkait.

2. Survei Lapangan
Untuk mempertajam pemahaman permasalahan yang terjadi, maka
konsultan harus melakukan survei yang terdiri dari survei primer,
pengambilan foto yang dapat menggambarkan situasi di lapangan. Survei
didasarkan terhadap kebutuhan-kebutuhan utama untuk keperluan
analisa kajian studi, selain itu konsultan harus merencanakan kegiatan
pelaksanaan survei di lapangan yang meliputi lokasi survei, waktu
pelaksanaan dan metodologi yang digunakan.

3. Kebutuhan Data
Beberapa hal yang perlu dilakukan dalam pengidentifikasian kondisi
persampahan eksisting, antara lain identifikasi terhadap kondisi
eksisting persampahan yang meliputi:

4
Lokasi/tapak wilayah yang diamati
Jumlah timbulan sampah
Komposisi dari timbulan sampah
Pengumpulan dan pewadahan sampah
Lokasi pembuangan sementara (TPS)
Kegiatan pemilahan yang dilakukan di sumber
Kegiatan pengolahan yang dilakukan di TPS
Frekuensi pengumpulan dan pengangkutan sampah
Institusi internal yang bertanggung jawab terhadap persampahan.
Data yang diperlukan untuk menunjang kegiatan ini antara lain :
Kondisi fisik kawasan, meliputi foto dan peta, lokasi dan batas
wilayah
Kondisi masyarakat setempat, meliputi data kependudukan dan
kondisi sosial ekonomi
Kondisi persampahan eksisting, meliputi :
Data timbulan sampah
Data komposisi sampah
Data sistem pewadahan sampah eksisting
Data sistem pengumpulan sampah eksisting
Data sistem pengangkutan sampah eksisting
Data pelaksanaan 3R eksisting
Data dan gambar eksisting sistem persampahan pada daerah
perencanaan.

4. Pengolahan Data dan Analisa


Analisa terhadap permasalahan yang dihadapi dalam pengelolaan
persampahan meliputi :
Analisa kondisi kota, yaitu tinjauan terhadap aspek topografi kota
dalam hal penentuan metode pengumpulan dan pembuangan akhir
sampah, jaringan jalan dalam hal penentuan rute pengangkutan
dan penentuan lokasi TPA, fasilitas kota dalam hal penentuan
urgensi daerah pelayanan dan besarnya timbulan sampah, demografi
dalam hal penentuan tingkat pelayanan dan timbulan sampah,
pendapatan per kapita dalam hal penentuan kemampuan
masyarakat membayar retribusi, APBD dalam hal kemampuan

5
daerah mensubsidi anggaran kebersihan dan penentuan tarif
retribusi, dan lain-lain.
Analisa rencana pengembangan kota, yaitu berkaitan dengan
rencana pengembangan daerah pelayanan persampahan, penentuan
lokasi TPA, rencana peruntukan lahan pasca TPA dan lain-lain.
Analisa kondisi pengelolaan sampah yang ada saat ini, yaitu
berkaitan dengan kemungkinan peningkatan institusi pengelola
sampah minimal dalam hal operasionalisasi struktur organisasi,
peningkatan profesionalisasi SDM, peningkatan pelayanan yang
aplikatif dalam periode perencanaan, peningkatan metode operasi
penanganan sampah dari sumber sampai TPA yang terjangkau dan
tidak mencemari lingkungan, peningkatan retribusi agar dapat
mencapai cost recovery, peningkatan Peran Serta Masyarakat (PSM)
agar secara bertahap dapat melaksanakan minimalisasi sampah/3R,
kemungkinan peningkatan peran swasta dalam pengelolaan sampah
dan lain-lain. Analisa dapat dilakukan dengan berbagai metode
seperti pendekatan sistem input/output, analisa hubungan sebab
akibat, analisa SWOT, analisa deskripsi dan metode lain yang
disesuaikan dengan kebutuhan. Dalam analisa tersebut juga
diproyeksikan jumlah penduduk yang akan mendapatkan pelayanan
termasuk proyeksi timbulan sampah selama masa perencanaan.

5. Perencanaan Teknis
Program peningkatan pengelolaan persampahan ke depan akan
mengadopsi paradigma baru, yaitu menerapkan metode pembatasan,
pengurangan dan pemanfaatan sampah semaksimal mungkin sehingga
diharapkan jumlah sampah yang dibuang akan berkurang dan tidak
membutuhkan lahan TPA yang terlalu luas. Perencanaan teknis tersebut
meliputi :
Pengembangan daerah pelayanan, dengan memperhatikan daerah
yang saat ini sudah mendapatkan pelayanan, daerah dengan tingkat
kepadatan tinggi, daerah kumuh dan rawan sanitasi, daerah
komersial/pusat kota dan lain-lain sesuai kriteria. Pola
pengembangan mengikuti pola rumah tumbuh dengan perkiraan
timbulan sampah yang akan dikelola untuk jangka waktu

6
perencanaan tertentu (berdasarkan hasil proyeksi). Pengembangan
daerah pelayanan ini harus dilengkapi dengan peta.
Rencana Kebutuhan Sarana/Prasarana, yang disusun dengan
memperkirakan timbulan sampah dan tipikal daerah pelayanan serta
pola operasional penanganan sampah dari sumber sampai TPA
terpilih. Sarana/prasarana tersebut meliputi jumlah dan jenis
pewadahan, pengumpulan, pemindahan, pengolahan, pengangkutan
dan pembuangan akhir.
Rencana Pewadahan, meliputi jenis, jumlah dan lokasi pewadahan
komunal maupun individual.
Rencana Pengumpulan, meliputi pola pengumpulan (pengumpulan
individual langsung/tidak langsung dan komunal) untuk setiap
daerah pelayanan sesuai dengan kriteria perencanaan.
Rencana Pengangkutan, meliputi pola pengangkutan sampah (door
to door truck dan pengangkutan dari TPS ke TPA), jumlah dan
armada pengangkut sampah. Selain itu juga dilengkapi peta rute
pengangkutan sampah dari hasil time motion study.
Rencana Peran Serta Masyarakat dan Kemitraan, untuk mendukung
keberhasilan pengelolaan persampahan tersebut, konsultan juga
perlu menyusun rencana peningkatan peran serta masyarakat sejak
awal (dari perencanaan sampai pelaksanaan) terutama untuk pola
penanganan sampah berbasis masyarakat. Selain itu, peningkatan
aspek kemitraan juga perlu direncanakan untuk meningkatkan
efisiensi pengelolaan sampah terutama yang mempunyai nilai
investasi tinggi dan membutuhkan penanganan yang lebih
profesional meliputi pemilihan kegiatan yang secara teknis dan
ekonomis layak dilakukan oleh swasta dengan metode atau pola
kemitraan yang jelas dan terukur serta bersifat win-win solution.

6. Tahan Penyusunan Laporan Perencanaan


Laporan perencanaan yang harus disiapkan konsultan terdiri dari :
Laporan Pendahuluan, antara lain berisikan metode pelaksanaan

kegiatan.

Laporan Antara, antara lain memuat penyempurnaan hasil

7
inventarisasi data primer maupun sekunder, hasil pengamatan

terhadap prasarana dan sarana persampahan yang telah ada, serta

kemampuan pelayanan dari prasarana dan sarana tersebut. Selain

itu dilengkapi juga dengan peta lokasi sebaran perletakan sarana

dan prasarana tersebut.

Laporan Akhir Sementara (Draft Final Report), antara lain berisi :

- Analisis (proyeksi) pertumbuhan penduduk;

- Analisis kemampuan layanan dari prasarana dan sarana

persampahan yang ada;

- Analisis perkembangan (kompleksitas) layanan perkotaaan/

permukiman dengan mempertimbangkan potensi lingkungan

yang ada;

- Rencana alternatif program penanganan persampahan serta

analisis kebutuhan prasarana dan sarana persampahan.

Laporan Akhir (Final Report), merupakan penyempurnaan dari

Laporan Akhir Sementara berdasarkan koreksi yang dilakukan

dalam forum seminar atau forum lainnya.

Masing-masing laporan dibuat dalam rangkap 6 (enam) yang kemudian

diserahkan pada saat pekerjaan tersebut selesai dilaksanakan kepada

pemberi tugas.

7. Standar dan Peraturan


Pelaksanaan pekerjaan perencanaan ini harus mengacu pada kriteria dan
standar perencanaan yang berlaku di Indonesia, antara lain :
Undang-undang No.18 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan Sampah.
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 21/PRT/M2006 tentang
Kebijakan dan Strategi Nasional Sistem Pengelolaan Persampahan.
Spesifikasi Timbulan Sampah untuk Kota Kecil dan Sedang di

8
Indonesia (SK SNI – S – 04 – 1993 – 03).
Tata Cara Pengelolaan Teknik Sampah Perkotaan (SK SNI – T – 13 –
1990 – F).
Metode Pengambilan dan Pengukuran Contoh Timbulan dan
Komposisi Sampah Perkotaan (SNI 19-3964-1994).
Tata Cara Teknik Operasional Pengelolaan Sampah Perkotaan (SNI
19-2454-2002).
Standar atau peraturan lain yang dianggap perlu.

VII. KUALIFIKASI PERSONIL


Untuk tercapainya tujuan dan sasaran dari pekerjaan perencanaan ini

maka perlu dipersiapkan suatu tim kerja konsultan yang diharapkan dapat

memenuhi kriteria seperti di bawah ini :

 Team Leader

Tenaga ahli tersebut adalah berpendidikan Strata 1(S1) Teknik Sipil

dengan pengalaman kerja di bidangnya minimal 5 (lima) tahun. Team

Leader diharapkan dapat menerjemahkan maksud dari tujuan

pekerjaan perencanaan sesuai dengan Term of Reference (KAK) dan

mengkoordinasikan hasil kerja dari anggota tim yang lainnya sehingga

dapat dihasilkan suatu produk perencanaan yang baik dan dapat

dipertanggungjawabkan.

 Ahli Teknik sipil Tenaga ahli tersebut adalah berpendidikan Strata 1(S1)

Teknik Sipil dengan pengalaman kerja dibidangnya minimal 1 (satu)

tahun.

 Surveyor Tenaga ahli tersebut adalah berpendidikan Diploma 3 atau

Strata 1 Pendidikan Teknik (Akademi Teknik) dengan pengalaman kerja

dibidangnya minimal 4 (empat) tahun.

Anda mungkin juga menyukai