Kerangka Acuan Kerja Persampahan
Kerangka Acuan Kerja Persampahan
I. LATAR BELAKANG
1
tsunami, di samping disinyalir sebagian kecil penduduk telah berpindah ke
tempat lain, sedangkan pada tahun 2010 penduduk Nagan Raya tercatat
berjumlah 139.663 jiwa dan pada tahun 2011 penduduk Nagan Raya berjumlah
142.861 jiwa, dan terus meningkat selama tahun-tahun berikutnya seiring
dengan semakin banyaknya lapangan usaha yang tersedia. Peningkatan jumlah
penduduk ini harus diimbangi dengan tingkat pelayanan umum yang memadai.
Selama ini, pengelolaan sampah wilayah ini umumnya dilakukan dengan
menggunakan sistem open dumping (penimbunan secara terbuka) serta tidak
memenuhi standar yang memadai. Apabila hal ini tidak tertangani dan dikelola
dengan baik, peningkatan sampah yang terjadi itu bisa membawa dampak pada
pencemaran lingkungan, baik air, tanah, maupun udara, yang secara tidak
langsung dapat mengganggu kesehatan masyarakat karena banyak penyakit
yang disebabkan dari lingkungan yang kotor. Di samping itu, sampah berpotensi
menurunkan kualitas sumber daya alam, menyebabkan banjir dan konflik sosial.
Untuk mengendalikan dampak buruk yang dapat ditimbulkan oleh sampah
tersebut, perlu disusun suatu rencana induk penanganan persampahan yang
detail dan menyeluruh.Oleh karena itu, Pemerintah Daerah Kabupaten Nagan
Raya, dalam hal ini melalui instansi terkait, yaitu BAPPEDA Kabupaten Nagan
Raya, mengadakan pekerjaan Penyusunan Master Plan Pelayanan dan
Pengelolaan Persampahan ini.
II. TUJUAN
2
Tempat-tempat penampungan sampah yang ada dapat diperbaharui
dengan tepat, sehingga tidak terlihat timbulan sampah menggunung,
Terciptanya sistem pengelolaan sampah yang menerapkan konsep
minimasi sampah tertimbun di TPA dengan mengembangkan teknologi
tepat guna dan ramah lingkungan.
V. SUMBER PEMBIAYAAN
3
Nagan Raya adalah seperti tercantum dalam lampiran Surat Keputusan
350.000.000,- (tiga ratus lima puluh delapan juta rupiah) dan dibebankan
1. Tahap Persiapan
Tahap persiapan meliputi kegiatan penyusunan rencana kerja dan
metode pendekatan kajian. Di samping hal tersebut, konsultan akan
mengumpulkan dan mengevaluasi data sekunder/informasi yang ada dari
semua stakeholder/pemangku kepentingan dan SKPD–SKPD yang terkait.
2. Survei Lapangan
Untuk mempertajam pemahaman permasalahan yang terjadi, maka
konsultan harus melakukan survei yang terdiri dari survei primer,
pengambilan foto yang dapat menggambarkan situasi di lapangan. Survei
didasarkan terhadap kebutuhan-kebutuhan utama untuk keperluan
analisa kajian studi, selain itu konsultan harus merencanakan kegiatan
pelaksanaan survei di lapangan yang meliputi lokasi survei, waktu
pelaksanaan dan metodologi yang digunakan.
3. Kebutuhan Data
Beberapa hal yang perlu dilakukan dalam pengidentifikasian kondisi
persampahan eksisting, antara lain identifikasi terhadap kondisi
eksisting persampahan yang meliputi:
4
Lokasi/tapak wilayah yang diamati
Jumlah timbulan sampah
Komposisi dari timbulan sampah
Pengumpulan dan pewadahan sampah
Lokasi pembuangan sementara (TPS)
Kegiatan pemilahan yang dilakukan di sumber
Kegiatan pengolahan yang dilakukan di TPS
Frekuensi pengumpulan dan pengangkutan sampah
Institusi internal yang bertanggung jawab terhadap persampahan.
Data yang diperlukan untuk menunjang kegiatan ini antara lain :
Kondisi fisik kawasan, meliputi foto dan peta, lokasi dan batas
wilayah
Kondisi masyarakat setempat, meliputi data kependudukan dan
kondisi sosial ekonomi
Kondisi persampahan eksisting, meliputi :
Data timbulan sampah
Data komposisi sampah
Data sistem pewadahan sampah eksisting
Data sistem pengumpulan sampah eksisting
Data sistem pengangkutan sampah eksisting
Data pelaksanaan 3R eksisting
Data dan gambar eksisting sistem persampahan pada daerah
perencanaan.
5
daerah mensubsidi anggaran kebersihan dan penentuan tarif
retribusi, dan lain-lain.
Analisa rencana pengembangan kota, yaitu berkaitan dengan
rencana pengembangan daerah pelayanan persampahan, penentuan
lokasi TPA, rencana peruntukan lahan pasca TPA dan lain-lain.
Analisa kondisi pengelolaan sampah yang ada saat ini, yaitu
berkaitan dengan kemungkinan peningkatan institusi pengelola
sampah minimal dalam hal operasionalisasi struktur organisasi,
peningkatan profesionalisasi SDM, peningkatan pelayanan yang
aplikatif dalam periode perencanaan, peningkatan metode operasi
penanganan sampah dari sumber sampai TPA yang terjangkau dan
tidak mencemari lingkungan, peningkatan retribusi agar dapat
mencapai cost recovery, peningkatan Peran Serta Masyarakat (PSM)
agar secara bertahap dapat melaksanakan minimalisasi sampah/3R,
kemungkinan peningkatan peran swasta dalam pengelolaan sampah
dan lain-lain. Analisa dapat dilakukan dengan berbagai metode
seperti pendekatan sistem input/output, analisa hubungan sebab
akibat, analisa SWOT, analisa deskripsi dan metode lain yang
disesuaikan dengan kebutuhan. Dalam analisa tersebut juga
diproyeksikan jumlah penduduk yang akan mendapatkan pelayanan
termasuk proyeksi timbulan sampah selama masa perencanaan.
5. Perencanaan Teknis
Program peningkatan pengelolaan persampahan ke depan akan
mengadopsi paradigma baru, yaitu menerapkan metode pembatasan,
pengurangan dan pemanfaatan sampah semaksimal mungkin sehingga
diharapkan jumlah sampah yang dibuang akan berkurang dan tidak
membutuhkan lahan TPA yang terlalu luas. Perencanaan teknis tersebut
meliputi :
Pengembangan daerah pelayanan, dengan memperhatikan daerah
yang saat ini sudah mendapatkan pelayanan, daerah dengan tingkat
kepadatan tinggi, daerah kumuh dan rawan sanitasi, daerah
komersial/pusat kota dan lain-lain sesuai kriteria. Pola
pengembangan mengikuti pola rumah tumbuh dengan perkiraan
timbulan sampah yang akan dikelola untuk jangka waktu
6
perencanaan tertentu (berdasarkan hasil proyeksi). Pengembangan
daerah pelayanan ini harus dilengkapi dengan peta.
Rencana Kebutuhan Sarana/Prasarana, yang disusun dengan
memperkirakan timbulan sampah dan tipikal daerah pelayanan serta
pola operasional penanganan sampah dari sumber sampai TPA
terpilih. Sarana/prasarana tersebut meliputi jumlah dan jenis
pewadahan, pengumpulan, pemindahan, pengolahan, pengangkutan
dan pembuangan akhir.
Rencana Pewadahan, meliputi jenis, jumlah dan lokasi pewadahan
komunal maupun individual.
Rencana Pengumpulan, meliputi pola pengumpulan (pengumpulan
individual langsung/tidak langsung dan komunal) untuk setiap
daerah pelayanan sesuai dengan kriteria perencanaan.
Rencana Pengangkutan, meliputi pola pengangkutan sampah (door
to door truck dan pengangkutan dari TPS ke TPA), jumlah dan
armada pengangkut sampah. Selain itu juga dilengkapi peta rute
pengangkutan sampah dari hasil time motion study.
Rencana Peran Serta Masyarakat dan Kemitraan, untuk mendukung
keberhasilan pengelolaan persampahan tersebut, konsultan juga
perlu menyusun rencana peningkatan peran serta masyarakat sejak
awal (dari perencanaan sampai pelaksanaan) terutama untuk pola
penanganan sampah berbasis masyarakat. Selain itu, peningkatan
aspek kemitraan juga perlu direncanakan untuk meningkatkan
efisiensi pengelolaan sampah terutama yang mempunyai nilai
investasi tinggi dan membutuhkan penanganan yang lebih
profesional meliputi pemilihan kegiatan yang secara teknis dan
ekonomis layak dilakukan oleh swasta dengan metode atau pola
kemitraan yang jelas dan terukur serta bersifat win-win solution.
kegiatan.
7
inventarisasi data primer maupun sekunder, hasil pengamatan
yang ada;
pemberi tugas.
8
Indonesia (SK SNI – S – 04 – 1993 – 03).
Tata Cara Pengelolaan Teknik Sampah Perkotaan (SK SNI – T – 13 –
1990 – F).
Metode Pengambilan dan Pengukuran Contoh Timbulan dan
Komposisi Sampah Perkotaan (SNI 19-3964-1994).
Tata Cara Teknik Operasional Pengelolaan Sampah Perkotaan (SNI
19-2454-2002).
Standar atau peraturan lain yang dianggap perlu.
maka perlu dipersiapkan suatu tim kerja konsultan yang diharapkan dapat
Team Leader
dipertanggungjawabkan.
Ahli Teknik sipil Tenaga ahli tersebut adalah berpendidikan Strata 1(S1)
tahun.