PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Etnografi merupakan cabang antropologi yang digunakan untuk
menggambarkan, menjelaskan dan menganalisis unsur kebudayaan suatu
masyarakat atau suku bangsa. Etnografi dalam kegiatannya memberikan
(mengungkapkan) uraian terperinci mengenai aspek cara berprilaku dan cara
berpikir yang sudah membaku pada orang yang dipelajari dan dituangkan
dalam bentuk tulisan, foto, gambar, atau film.
Kebudayaan meliputi segala sesuatu yang berhubungan dengan
perilaku dan pemikiran serta keyakinan suatu masyarakat. Hal yang bias
dipelajari bias berupa bahasa, mata pencaharian, system teknologi, organisasi
social, kesenian, system pengetahuan, bahasa dan religi. Untuk memahami
unsur-unsur kebudayaan tersebut, peneliti biasanya tinggal bersama
masyarakat yang diteliti dalam waktu yang cukup lama untuk mewawancarai,
mengamati, dan mengumpulkan dokumen-dokumen tentang obyek yang
diteliti.
Teknik etnografi untama pada masa awal ini adalah wawancara
dengan beberapa informan sebagai kunci yaitu orang-orang tua dalam
masyarakat tersebut yang kaya dengan cerita tentang masa lampau, tentang
kehidupan yang nyaman pada masa dahulu.Orientasi teoritis para
penelititerutama berkaitan dengan perubahan social dan kebudayaan.
Berdasarkan uraian diatas, maka penyusun tertarik untuk membuat
makalah tentang penelitian etnografi, untuk mengatahui apa itu penelitian
etnografi dan bagaimana cara melakukan penelitian etnografi.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Apakah pengertian Etnografi dan Naratif itu?
2. Apakah jenis-jenis penelitian etnografi dan Naratif?
3. Apakah karakteristik pokok etnografi dan Naratif?
4. Bagaimana prosedur penelitian etnografi dan Naratif?
5. Apakah Kelebihan dan kekurangan penelitian etnografi dan Naratif?
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Etnografi
Istilah etnografi berasal dari kata Yunani ethnos yang berarti orang dan
graphein yang berarti tulisan. Istilah itu kemudian diartikan sebagai jenis
tulisan yang menggunakan bahan-bahan dari penelitian lapangan untuk
menggambarkan kebudayaan manusia.Menurut Spradley (1980: 6-8)
kebudayaan merupakan seluruh pengetahuan yang dipelajari manusia dan
digunakan untuk menginterpretasi pengalaman dan membentuk tingkah laku,
dan etnografi merupakan penelitian yang membahas kebudayaan, baik yang
eksplisit maupun implisit.
2
Dalam pendidikan matematika etnografi merupakan metode penelitian
yang tepat digunakan untuk menyelidiki apa yang tepat digunakan untuk
menyelidiki apa yang sebenarnya terjadi dalam proses pembelajaran
matematika di kelas. Etnografi mensyaratkan peneliti menjadi “insider
instead of outsider’ dengan menggunakan etnografi, ide-ide perbaikan
pengajaran matematika dimungkinkan muncul sejalan dengan proses
penelitian.
Objek penelitian etnografi adalah kebudayaan yang memiliki unsur
eksplisit dan implisit.Penelitian tentang unsur-unsur kebudayaan yang
eksplisit dapat dilakukan dengan mudah karena unsur-unsur kebudayaan
seperti itu relative terungkap oleh partisipan secara sadar.Sebaliknya,
penelitian berhubungan dengan unsur-unsur kebudayaan yang implisit, yang
tercipta dan dipahami secara tidak sadar oleh pemiliknya, maka data dan
makna harus disimpulkan secara hati-hati berdasarkan penuturan dan tingkah
laku para partisipan.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa etnografi adalah
metode atau riset yang menggunakan observasi secara langsung terhadap
kegiatan manusia dalam konteks social dan budaya sehari-hari. Etnografi
berusaha mengetahui kekuatan-kekuatan apa saja yang membuat manusia
melakukan sesuatu. Objek etnografi adalah manusia dan kebudayaan baik
secara eksplisit maupun implisit.
Pengertian Naratif
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, narasi memiliki arti pengisahan
suatu cerita atau kejadian yang disusun berdasarkan urutan waktu. Sedangkan
naratif memiliki arti bersifat menguraikan atau menjelaskan. Sehingga kata
naratif lebih cocok digunakan untuk menjelaskan suatu metode penelitian.
Penelitian naratif adalah laporan bersifat narasi yang menceritakan urutan
peristiwa secara terperinci. Dalam desain penelitian naratif, peneliti
menggambarkan kehidupan individu, mengumpulkan cerita tentang kehidupan
orang-orang, dan menuliskan cerita pengalaman individu (Clandinin, 2007).
Menurut Webster dan Metrova (2007), narasi (narrative) adalah suatu
metode penelitian di dalam ilmu-ilmu sosial. Inti dari metode ini adalah
kemampuannya untuk memahami identitas dan pandangan dunia seseorang
dengan mengacu pada cerita-cerita (narasi) yang ia dengarkan ataupun
3
tuturkan di dalam aktivitasnya sehari-hari. Dengan demikian penelitian naratif
dapat diartikan sebagai studi tentang cerita yang menceritakan dan
menjelaskan suatu kejadian yang menjadi pusat perhatian peneliti berdasarkan
urutan waktu tertentu secara rinci. Cerita ditulis melalui proses mendengarkan
dari orang lain atau bertemu secara langsung dengan informan melalui
wawancara.
Sebagai suatu bentuk khas dari penelitian kualitatif, penelitian naratif
biasanya berfokus pada studi satu orang atau individu tunggal dan bagaimana
individu itu memberikan makna terhadap pengalamannya melalui cerita-cerita
yang disampaikan, pengumpulan data dengan cara mengumpulkan cerita,
pelaporan pengalaman individu, dan membahas arti pengalaman itu bagi
individu (Cresswell, 2012).
Penelitian naratif biasanya digunakan ketika peneliti ingin membuat
laporan naratif dari cerita individu. Penelitian naratif memiliki hubungan yang
dekat antara peneliti dan partisipan. Hal ini dikarenakan partisipan
memberikan informasi secara mendetail, dan peneliti mendengarkan serta
melaporkan kembali cerita atau informasi tersebut. Sehingga partisipan
merasa bahwa cerita atau informasi yang ia sampaikan penting dan bisa
memiliki manfaat bagi orang lain. Peneliti dalam menuliskan cerita atau
informasi dari partisipan menggunakan pendekatan kualitatif dimana peneliti
dapat menulis dalam bentuk sastra dan persuasif.
B. Jenis-Jenis Etnografi
Menurut Creswell (2008: 475) penelitian etnografi memiliki beragam
bentuk.Akan tetapi, jenis utama yang sering muncul dalam laporan-laporan
penelitian pendidikan adalah etnografi realis, studi kasus, dan etnografi kritis.
1. Etnografi Realis
Etnografi realis merupakan pendekatan yang popular dikalangan
antropolog.Pendekatan ini berupaya menggambarkan situasi budaya para
partisipan secara obyektif berdasarkan informasi yang diperoleh
langsung dari para partisipan di lapangan penelitian dan dipaparkan
dengan menggunkan sudut pandang orang ketiga (third person point of
view).
Tiga ciri khas etnografi realis menurut Creswell (2008: 457) yaitu:
1) Peneliti mengungkapkan laporan penelitiannya melalui pandangan
orang ketiga berdasarkan data yang diperoleh melalui pengamatan atas
pertisipan dan pandangan-pandangan mereka.peneliti tidak melihat
4
refleksi pribadinya dan berupaya bertindak hanya sebagai peliput fakta-
fakta. 2) peneliti memaparkan data-data obyektif dalam bentuk informasi
yang terukur dan bebas dari afiliasi politik dan penilaian personal.
Peneliti boleh mengikutsertakan data-data tentang kehidupan sehari-hari
para partisipan yang disusun dalam kategori standar penggambaran
kultural, seperti keluarga, system status, jaringan social, dan lain-lain. 3)
peneliti mengungkapkan pandangan para partisipan melalui kutipan
penuturan mereka yang diedit tanpa merubah makna. Peneliti
menyatakan interpretasinya tentang gambaran kedua budaya yang diteliti
pada bagian akhir laporan.
2. Studi Kasus
Sebagai bentuk etnografi, studi kasus didefinisikan sebagai “an in-
depth exploration of a bounded system (e.g. an activity, even process or
individuals) based on extensive collection” (creswell: 2008: 476). Istilah
“bounded” atau “identitas” dalam definisi ini berarti bahwa kasus yang
diteliti terpisah dari hal-hal lain dalam dimensi waktu, tempat, dan batas-
batas fisik tertentu. Artinya, hasil penelitian yang diperoleh hanya berlalu
bagi objek yang diteliti dan tidak dapat digeneralisasikan sebagai “an in-
depth study of one person” (Wagner, 2009).Kebanyakan karya terusi
Freud dikembangkan berdasarkan berbagai studi kasus terhadap individu
yang dilakukan dengan menganalisis setiap aspek dan pengalaman hidup
seseorang untuk menemukan pola-pola dan penyebab tingkah laku orang
tersebut.
Objek yang biasanya diteliti dengan prosedur ini memiliki
karakteristik: kasus bias berbentuk individu tunggal, beberapa individu
yang terpisah dalam sebuah kelompok khusus, sebuah program,
peristiwa-peristiwa yang berhubungan erat, atau aktivitas-aktivitas. Jadi,
dalam konteks pendidikan kaus yang diteliti bias berbentuk “Kehidupan
Seorang Guru Teladan Nasional Sebagai Pendidik”.
3. Etnografi Kritis
Etnografi kritis merupakan pendekatan penelitian yang digunakan
untuk membantu dan memberdayakan kelompok masyarakatyang
5
termarjinalisasi.Etnografi kritis biasanya dilakukan oleh individu
berpikiran kritis yang melalui penelitiannya ingin memberikan bantuan
melawan ketidakadilan dan penindasan.
Menurut Creswell (2008: 478) ciri khas etnografi kritis adalah: 1)
mempelajari isu-isu social tentang kekuasaan. 2) penenlitian diarahkan
untuk menghentikan marginalisasi terhadap individu-individu yang
diteliti. 3) etnografer kritis menyadari bahwa interpretasinya dipengaruhi
oleh kebudayaannya sendiri. 4)etnografer menempatkan dirinya sebagai
pemberdaya para partisipan sehingga laporan penelitiannya memuat
orientasi pada nilai-nilai, pemberdayaan partisipan melalui peningkatan
otoritas, dan tantangan kepada status-quo. 5)posisi etnografer yang tidak
netral memungkinkan baginya untuk menyarankan perubahan dalam
masyarakat agar kelompok yang selama ini terpinggirkan tidak lagi
dimarginalkan. 6) laporan penelitian memuat daya yang variatif,
berjenjang, fan kontradiktif yang diperoleh dengan beragam metode.
Jenis-Jenis Narrative
Penelitian naratif merupakan penelitian secara umum atau menyeluruh dari
berbagai praktik penelitian kualitatif. Sehingga untuk melaksanakan penelitian
naratif perlu dipahami karakteristik penting dari jenis-jenis penelitian yang
termasuk dalam kategori penelitian naratif.
Adapun jenis-jenis penelitian naratif menurut Casey (1995/1996) dalam
Cresswell (2012) sebagai berikut:
Autobiografi Autoetnografi
Biografi Etnopsikologi
Riwayat hidup
Cerita pengalaman pribadi
Cerita Pribadi
Interview
Dokumen pribadi
Sejarah hidup
Etnografi
6
Dalam makalah ini, hanya akan dibahas beberapa jenis dari penelitian
naratif. Autobiografi adalah salah satu jenis penelitian naratif dimana individu
yang menjadi subjek penelitian menulis ceritanya. Biografi adalah bentuk
penelitian naratif dimana peneliti menulis dan mencatat pengalaman
kehidupan orang lain (Cresswell, 2012). Persamaan dari autobiografi dan
biografi yaitu keduanya menyampaikan kisah yang menarik mengenai
kehidupan dan pengalaman-pengalaman pribadi seseorang.
1
Etnografer umumnya meneliti suatu unsur budaya yang secara
bersama-sama dimiliki sekelompok individu pada sebuah lapangan
penelitian (seperti guru-guru matematika SD di sebuah kecamatan, siswa
sebuah kelas, sekelompok mahasiswa yang sedang melaksanakan PPL).
Dengan demikian, partisipan yang diteliti biasanya terdiri dari beberapa
ndividu yang terikat oleh satu atau lebih unsur kebudayaan. Meskipun
demikian, etnografkhususnya studi kasusbisa juga diterapkan kepada
seorang individu (seperti seorang kepala sekolah, seorang penerjemah
profesional, dan lain-lain).
3. Kepemilikan Bersama Atas Pola Tingkah Laku, keyakinan dan
Bahasa
Etnografer bertujuan menemukan pola-pola tingkah laku,
keyakinan, dan bahasa yang dimiliki atau diadopsi secara bersama-sama
oleh sekelompok individu dalam kurun waktu tertentu. Yang dimaksud
dengan tingkah laku dalam etnografi adalah tindakanyang dilakukan oleh
individu dalam sebuah latar kultural. Sedangkan keyakinan berhubungan
dengan bagaimana individu berpikir atau memahami sesuatu dalam
sebuah latar kultural. Bahasa dalam etnogafi merujuk pada bagaimana
individu berbicara dengan individu lain dalam sebuah latar kultural.
Tujuan untuk menemukan pola-pola tingkah laku, keyakinan, dan bahasa
yang dimiliki bersama ini mengimplikasikan dua poin penting. Pertama,
kelompok yang diteliti harus memiliki/menganut pola-pola bersama yang
dapat dideteksi oleh peneliti. Kedua, setiap anggota kelompok yang
diteliti sama-sama mengadopsi setiap tingkah laku, keyakinan, dan
bahasa maupun kombinasi ketiga unsur itu.
4. Penelitian Lapangan
Penelitan lapangan dalam konteks etnografi berarti peneliti
menjaring data di lokasi tempat partisipan dan pola-pola kultural yang
diteliti berada. Etnografer menjaring data dengan cara tinggal bersama
dengan para partisipan untuk mengamati bagaimana pola-pola yang
mereka gunakan ketika bekerja, bersantai, beribadah, dan lain-lain.
Untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam, peneliti bisa turut
8
serta bekerja, bermain, atau beribadah dengan para partisipan. Bukan
tidak mungkin seorang etnografer yang sedang meneliti sistem
pernikahan di sebuah komunitas juga menikahi salah seorang partisipan
untuk memeroleh pemahaman yang mendalam.
Data-data yang dijaring etnografer dibedakan ke dalam tiga jenis:
data emik, data etik, dan data negosiasi. Datai emik merupakan informasi
yang diberikan langsung oleh para partisipan. Data ini sering disebut
sebagai konsep-konsep tingkat pertama, yang berbentuk bahasa lokal,
pemikiran-pemikiran, cara-cara berekspresi yang dimiliki/digunakan
secara bersama-sama oleh para partisipan. Data etik merupakan
informasi berbentuk interprelasi peneliti yang dibuat sesuai dengan
perspektif para partisipan. Data ini sering disebut sebagai konsep-konsep
tingkat kedua, yaitu ungkapan-ungkapan atau terminologi yang dibuat
peneliti untuk menyatakan fenomena yang sama dengan yang
diungkapkan para partisipan. Data negoisasi merupakan informasi yang
disetujui bersama oleh para partisipan dan peneliti untuk digunakan
dalam penelitian. Negoisasi dapat erjadi dalam tahapan yang berbeda-
beda selama pelaksanaan penelitian. Di awal penelitian, misalnya, para
partisipan dan peneliti meyepakati bidang-bidang apa saja yang akan
digali oleh peneliti, bagaimana memperlakukan setiap individu di
lapangan penelitian, dan lain sebagainya, dan sebagainya. Pada saat
penelitian berlangsung, peneliti dapat mengklaifikasi makna,
penggunaan,dan ruang lingkup sebuah ungkapan.
5. Deskripsi, Tema-Tema, dan Interpretasi
Tujuan penelitian etnografi adalah menggambarkan dan
menganalisis budaya yang dimiliki bersama oleh sekelompok individu
serta membuat interpretasi tentang pola-pola yang terlihat maupun
didengar. Sewaktu mengumpulkan data, etnografer pada hakikatnya
sudah mulai mengerjakan penelitiannya karena pada saat itu dia telah
melakukan analisis data untuk mendeskripsikan para partisipan dan
lapangan tempat budaya yang dimiliki bersama itu berada. Pada saat
yang sama peneliti juga secara simultan menganalisis pola-pola tingkah
9
laku, keyakinan, dan bahasa serta menarik kesimpulan tentang makna
yang diperoleh dari pengamatan terhadap partisipan dan lapangan
penelitian.
Dalam etnografi deskripsi diartikan sebagai uraian terperinci
tentang individu-individu atau lapangan penelitian yang digunakan untuk
menggambarkan fenomena yang terjadi pada kelompok yang diteliti.
Deskripsi tersebut harus terperinci dan menyeluruh. Deskripsi harus
mampu menggugah seluruh indera pembaca sehingga mereka merasa
seolah-olah hadir di lapangan penelitian dan berinteraksi dengan para
partisipan.
Perbedaan antara deskripsi dan tema kadang kadang sulit dibuat.
Yang dapat dijadikan untuk menentukan tema adalah bahwa tema
dihasilkan dari interpretasi atas fakta-fakta tentang orang dan aktivitas.
Fungsi tema adalah untuk membuat informasi atau fakta bermakna.
Dailam etnografi, tema-tema yang dihasilkan selalu mengungkapkan
pola-pola tingkah laku, pikiran, atau bahasa yang dimiliki secara
bersama-sama oleh para partisipan.
6. Konteks atau Latar
Dalam etnografikonteks berarti latar, situasi, atau lingkungan
yang menaungi kelompok individu yang ditelili. Konteks ini dibentuk
oleh berbagai unsur yang saling berhubungan, sepeiti sejarah, agama,
politik, ekonomi, dan lingkungan sekitar. Konteks bisa berbentuk sebuah
lokasi fisik (seperti wilayah sebuah desa, gedung-gedung sebuah sekolah,
warna tembok sebuah ruangan kelas, dan sebagainya), konteks historis
para individu dalam kelompok dimaksud (seperti pengalaman
sekelompok prajurit selama menjalani latihan perang di sebuah hutan),
kondisi sosial (seperti mobilitas perpindahan antar provinsi stalus
profesonalisme, dan lain sebagainya, atau kondisi ekonomi (seperti
tingkatan penghasilan atau sistem distribusi penghasilan yang tidak dapat
merubah nasib kaum miskin.
7. Refleksivitas Peneliti
10
Dalam etnografi, refleksivitas merujuk pada kesadaran dan
keterbukaan peneliti utuk membahas bagaimana dia dapat menjalankan
perannya sambil tetap menghargai dan menghormati lapangan dan para
partisipan. Karena penelitian etnografi menuntut peneliti tinggal dalam
jangka waktu yang relatif lama di lapangan, peneliti harus memikirkan
dampaknya terhadap lapangan dan para partisipan. Itulah sebabnya
mengapa peneliti harus bernegoisasi dengan orang-orang penting di
lapangan ketika akan memasuki lapangan itu Dalam penulisan laporan,
peneliti juga menyadari bahwa interpretasi yang dibuatnya dipengaruhi
oleh latar belakang budayanya sendiri sehingga interpretasi dan
kesimpulannya bersifat tentatif sehingga tetap terbuka untuk
didiskusikan kembali. Oleh karena itu, dalam laporan itu peneliti perlu
menunjukkan posisi dan sudut pandang yang digunakannya dalam
menginterpretasi. Sebagai contoh, seorang etnografer yang meneliti
majalah-majalah remaja untuk mempelajari perkembagan identitas
remaja-remaja wanita menyatakan posisinya sebagai berikut: "Saya tidak
mau dipandang sebagai guru atau orang yang memiliki otoritas, …”
Mereka mempercayai saya dan kami menegoisasikan sejenis hubungan
yang menunjukkan kesenjangan antara pola identitas mereka dengan
wanita dewasa (Creswell, 2008:480).
11
Peneliti sering kali menuliskan ke dalam cerita yang disusun kembali
kronologi kejadian yang mendeskripsikan pengalaman individu di masa lalu,
sekarang, dan yang akan datang dalam ranah atau konteks tertentu. Sepanjang
proses mengumpulkan dan menganalisis data ini, peneliti berkolaborasi
dengan partisipan dengan memeriksa ceritanya dan menegosiasikan makna
basis datanya. Di samping itu, peneliti dapat menjalinkan cerita
pribadinya ke dalam laporan final.
Berdasarkan Creswell (2012) Salah satu kunci karakteristik yang menonjol
dalam penelitian naratif adalah terdapat pada tujuh karakteristik utama
penelitian naratif yaitu:
a) Pengalaman individu
Peneliti naratif berfokus pada pengalaman satu individu atau lebih. Peneliti
mengeksplorasi pengalaman-pengalaman individu. Pengalaman yang
dimaksud pengalaman pribadi dan pengalaman sosial. Clandinin dan
Connelly (2000), pengalaman dalam penelitian naratif ini bersifat
personal, yaitu apa yang dialami individu, dan sosial individu yang
berinteraksi dengan orang lain. Jadi, peneliti naratif memfokuskan pada
memahami riwayat atau pengalaman masa lalu individu dan bagaimana
pengalaman itu memberikan kontribusi pada pengalaman saat ini dan
yang akan datang.
b) Kronologi pengalaman.
Memahami masa lalu individu seperti juga masa sekarang dan masa depan
adalah salah satu unsur kunci dalam penelitian naratif. Peneliti naratif
menganalisis suatu kronologi dan melaporkan pengalaman individu.
Ketika peneliti berfokus pada pemahaman pengalaman ini, peneliti
memperoleh informasi tentang masa lalu, masa sekarang dan masa depan
partisipan. Kronologi yang dimaksud dalam penelitian naratif adalah
peneliti menganalisis dan menulis tentang kehidupan individu
menggunakan urutan waktu menurut kronologi kejadian.
c) Pengumpulan cerita.
Peneliti memberi tekanan pada pengumpulan cerita yang diceritakan oleh
individu kepadanya atau dikumpulkan dari beragam field texts. Cerita
dalam penelitian naratif adalah orang pertama langsung secara lisan yang
mengatakan atau menceritakan. Cerita biasanya memiliki awal, tengah dan
akhir. Cerita secara umum harus terdiri dari unsur waktu, tempat, plot dan
adegan. Peneliti naratif mengumpulkan cerita dari beberapa sumber data.
Field texts dapat diwakili oleh informasi dari sumber lain yang
dikumpulkan oleh peneliti dalam desain naratif. Cerita dikumpulkan
dengan cara diskusi, percakapan atau wawancara. Akan tetapi, cerita juga
bisa bersifat autobiografis, di mana peneliti merefleksikan tentang
ceritanya dan menjalinkan cerita itu dengan cerita orang lain. Cerita, foto,
12
dan kotak kenangan keluarga-kumpulan benda yang memicu ingatan
adalah bentuk lain yang digunakan untuk mengumpulkan cerita dalam
penelitian naratif.
d) Restorying
Cerita pengalaman individu yang diceritakan kepada peneliti diceritakan
kembali dengan kata-kata sendiri oleh peneliti. Peneliti melakukan ini
untuk menghubungkan dan mengurutkannya. Restorying adalah proses
dimana peneliti mengumpulkan cerita, menganalisisnya dengan unsur
kunci cerita (waktu, tempat, plot dan adegan) dan kemudian menulis
kembali cerita itu untuk menempatkannya dalam urutan kronologis.
Ada beberapa tahap untuk melakukan restory :
1. Peneliti melakukan wawancara dan mencatat percakapan dari rekaman
suara.
2. Peneliti mencatat data kasar/mentah dengan mengidentifikasi unsur
kunci cerita.
3. Peneliti menceritakan kembali dengan mengorganisir kode kunci
menjadi suatu rangkaian atau urutan. Rangkaian yang dimaksud adalah
latar (setting), tokoh atau karakter, tindakan, masalah dan resolusi.
e) Coding tema.
Peneliti naratif dapat memberi kode dari cerita atau data menjadi tema-
tema atau kategori-kategori. Identifikasi tema-tema memberikan
kompleksitas sebuah cerita dan menambah kedalaman untuk menjelaskan
tentang pemahaman pengalaman individu. Peneliti menggabungkan tema-
tema menjadi kalimat mengenai cerita individu atau memasukannya
sebagai bagian terpisah dalam suatu penelitian. Peneliti naratif secara
khusus memberi tema utama setelah menceritakan kembali kisahnya.
f) Konteks atau latar.
Peneliti mendeskripsikan secara terperinci latar atau konteks dimana
pengalaman individu menjadi pusat fenomenanya. Ketika melakukan
restory cerita partisipan dan menentukan tema, peneliti memasukkan
rincian latar atau konteks pengalaman partisipan. Latar atau setting dalam
penelitian naratif boleh jadi teman-teman, keluarga, tempat kerja, rumah
dan organisasi sosial atau sekolah.
g) Kolaborasi.
Peneliti dan partisipan berkolaborasi sepanjang proses penelitian.
Kolaborasi dalam penelitian naratif yaitu peneliti secara aktif meliput
partisipannya dalam memeriksa cerita yang dibukakan atau
dikembangkan. Kolaborasi bisa meliputi beberapa tahap dalam proses
penelitian dari merumuskan pusat fenomena sampai menentukan jenis
13
field texts yang akan menghasilkan informasi yang berguna untuk menulis
laporan cerita pengalaman individu. Kolaborasi meliputi negoisasi
hubungan antara peneliti dan partisipan untuk mengurangi potensi gap
atau celah antara penyampai naratif dan pelapor naratif. Kolaborasi juga
termasuk menjelaskan tujuan dari penelitian kepada partisipan, negoisasi
transisi dari mengumpulkan data sampai menulis cerita dan menyusun
langkah-langkah untuk berbaur dengan partisipan dalam penelitian.
Collecting ethnographic
data
Analyzing ethnographic
data
Selecting an
ethnographic project
Writing an ethnography
14
1. Pemilihan Proyek Etnografi
Menurut Creswell (2C08: 486), langkah-langkah utama
pelaksanaan penelitian adalah mengidentifikasi tujuan penelitian, desain
apa yang akan digunakan, dan bagaimana tujuan itu dihubungkan dengan
masalah penelitian. Ketiga hal ini akan menentukan apakah proyek
penelitian yang akan dilaksanakan merupakan desain etnografi realis,
studi kasus, atau etnografi kritis. Setelah itu, apapun desain yang dipilih,
peneliti perlu meminta izin dari otoritas lembaga atau kelompok yang
akan diteliti.
2. Pengajuan Pertanyaan
Pekerjaan lapangan etnografi dimulai dengan pengajuan
pertanyaan etnografi. Walaupun pengajuan dilaksanakan secara intensif
pada saat wawancara, aktivitas ini pada dasarnya sudah dilakukan pada
saat observasi. Tiga pertanyaan utama yang diajukan pada saat observasi
adalah: "Siapa yang ada di latar penelitian?", "Apa yang mereka
lakukan?" dan "Apa latar fisik situasi sosial tersebut?". Setelah itu,
peneliti melanjutkan observasinya dengan mengajukan pertanyaan-
pertanyaan yang lebih terfokus.
3. Pengumpulan Data
Tugas utama kedua seorang etnografer adalah mengumpulkan data
etnografi. Dalam etnografi, pengumpulan data dilakukan dengan
prosedur beragam (multiple procedures), dan intensitas prosedur-
prosedur itu bervariasi sesuai tipe etnografi yang dilakukan.
Dalam penelitian etnografi realis, peneliti akan tinggal bersama
dengan para partisipan dalam waktu yang relatif lama. Dia akan membuat
catatan-catatan lapangan berdasarkan data yang diperoleh dari
wawancara, pengamatan langsung terhadap kegiatan-kegiatan
kebudayaan para partsisipan, dan pengamatan atas artefak, dan simbol-
simbol.
Dalam penelitian studi kasus, sesuai dengan tujuan untuk
memeroleh pemahaman mendalam tentang suatu fenomena atau kasus,
15
peneliti dapat mengumpulkan data melalui wawancara, pengamatan,
dokumen, dan rekaman-rekaman audiovisual.
Dalam perelitian etnografi kritis, pengumpulan data lebih terfokus
pada kolaborasi antara peneliti dan partisipan dengan agenda
meningkatkan pemahaman para partisipan tentang situasi tertentu dalam
hidup mereka dan langkah-langkah apa yang perlu diambil untuk
memperbaiki situasi itu. Kerjasama ini bisa berbentuk penglihatan
partisipan dalam membuat desain penelitian, perumusan pertanyaan-
pertanyaan penelitian, pengumpulan data, dan analisis data. Bahkan
partisipan mungkin saja dilibatkan secara aktif dalam penulisan laporan
akhir.
4. Perekaman Data
Data etnografi yang diperoleh melalui berbagai prosedur tersebut
direkam dan diorganisasikan sebaik mungkin sesuai dengan jenis dan
bentuknya. Sebagian data dapat direkam dalam bentuk catatan lapangan.
Sebagian lagi direkam dalam bentuk foto, peta, video, dan cara-cara lain.
Yang penting rekaman-rekaman data tersebut dapat dipahami dengan
mudah ketika mengadakan analisis.
5. Analisis Data
Dalan penelitian etnografi, analisis data dilakukan secara simultan
dengan pengumpulan data, karena salah satu tujuan analisis data adalah
untuk menemukan dan merumuskan pertanyaan-pertanyaan spesifik yang
jawabannya dicari dalam rekaman-rekaman data yang sudah ada atau
dalam pengumpulan data berikutnya. Seiring dengan diperolehnya
jawaban atas pertanyaan tersebut maka pengembangan deskripsi, analisis
tema-tema, dan penginterpretasian makna informasi juga telah
berlangsung.
Dilihat dari tahapannya, data dianalisis melalui empat bentuk:
analisis domain, analisis taksonomi, analisis komponensial, dan analisis
tema kultural. Analisis domain digunakan untuk memeroleh gambaran
umum atau pengertian menyeluruh tentang objek penelitan atau situasi
sosial. Hasil yang diharapkan adalah pengertian di tingkat permukaan
16
mengenai domain atau kategori-kategori konseptual tertentu. Analisis ini
dilakukan dalam enam tahap: (1) memilih salah satu dari sembilan
hubungan semantis yang bersifat universal jenis, spasial, sebab-akibat,
rasional/alasan, lokasi, fungsi, cara mencapai tujuan, urutan/tahap, dan
karakteristik/pelabelan/pemberian nama; (2) menyiapkan lembar analisis
domain; (3) memilih salah satu sampel catatan lapangan terakhir untuk
memulai analisis; (4) memberi istilah acuan dan istilah bagian yang
cocok dengan hubungan semantis dari catatan lapangan; (5) mengulangi
usaha pencarian domain hingga semua hubungan semantis habis; dan (6)
membuat daftar domain yang telah teridentiukasi. (Moleong, 2004: 149-
150).
Analisis taksonomi digunakan untuk menjabarkan domain-domain
yang dipilih menjadi lebih rinci untuk mengetahui struktur internalnya.
Hal ini dilakukan melalui pengamatan yang lebih terfokus. Analisis ini
dilakukan dalam tujuh tahap: (1) memilih satu domain untuk dianalisis;
(2) mencari kesamaan atas dasar hubungan semantis yang sama yang
digunakan untuk domain itu; (3) mencari tambahan istilah bagian; (4)
mencari domain yang lebih besar dan lebih inklusif yang dapat
dimasukkan sebagai sub bagian dari domain yang sedang dianalisis; (5)
membentuk taksonomi sementara; (6) mengadakan wawancara terfokus
untuk mencek analisis yang telah dilakukan; dan (7) membangun
taksonomi secara lengkap (Moleong, 2004: 149-150).
Setelah analisis taksonomi, dilakukan wawancara atau pengamatan
terpilih untuk memperdalam data (mencari ciri spesifik setiap struktur
internal) yang telah ditemukan melalui pengajuan sejumlah pertanyaan
kontras atau mengontraskan antar elemen dalam suatu domain. Analisis
inilah yang disebuat sebagai analisis komponensial.
Analisis tema kultural dilakukan dengan cara mencari benang
merah di antara domain untuk memeroleh tema-tema seperti nilai-nilai,
premis, etos, pandangan dunia, atau orientasi kognitif (Sarwono, 2006:
243). Analisis ini berpangkal pada pandangan bahwa segala sesuatu yang
diteliti pada dasarnya merupakan sesuatu yang utuh atau tidak terpecah-
17
pecah. Analisis ini dilakukan dalam tujuh tahap: (1) melebur diri; (2)
melakukan analisis komponen terhadap istilah acuan; (3) menemukan
perspektif yang lebih luas melalui pencarian domain dalam pandangan
budaya; (4) menguji dimensi kontras seluruh domain yang telah
dianalisis; (5) mengidentifikasi domain terorganisir; (6) membuat
gambar untu memvisualisasikan hubungan antar domain; dan (7) mencari
tema universal, yang biasanya dipilih satu dari enam topik berikut:
konflik sosial, kontradiksi budaya, teknik kontrol sosial, hubungan sosial
pribadi, pemerolehan dan pemeliharaan status, dan pemecahan masalah
(Moleong, 2004: 149-150).
6. Penulisan Laporan
Penuisan laporan merupakan tugas utama terakhir seorang peneliti
etnografi. Karena penelitian etnografi melibatkan suatu open-ended
enquiry, mungkin saja peneliti diharuskan mengadakan analisis yang lebih
intensif jika pada saat menulis laporan dia menemukan pertanyaan-
pertanyaan baru yang membutuhkan observasi lebih lanjut.
Laporan penelitian haus disesuaikan dengan tipe penelitian yang
dilakukan. Etnografi realis ditulis sebagai laporan yang objektif tentang
kelompok sosial yang dieliti. Pandangan-pandangan biasanya harus
diletakkan hanya pada bagian latar belakang. Diskusi yang dipaparkan
pada bagian akhir laporan harus mengindikasikan bahwa peneliti
membantu mensistematiskan pengetahuan tentang kebudayaan yang
diteliti. Pengetahuan itu sendiri benar-benar didasarkan pada sikap,
pemikiran, atau bahasa yang dimiliki bersama oleh para partisipan.
Sebuah studi kasus mungkin saja lebih terfokus pada
penggambaran terperinci tentang kasus yang diteliti, bukan pada
pengembangan tema kultural. Sedangkan studi kasus lain mungkin saja
menyeimbangkan laporan pada deskripsi dan tema kasus yang diteliti.
Dalam etnografi realis, peneliti biasanya menyimpulkan laporannya
dengan mengutarakar isu-isu kritis yang menjadi titik-tolak pelaksanaan
penelitian, yang kemudian diikuti oleh saran untuk tindak lanjut (call for
18
action) dan pemaparan tentang perubahan atau keuntungan yang telah
diperoleh peneliti dan para partisipan.
19
Mengumpulkan dokumen, seperti memo atau korespondensi resmi
tentang individu
Mendapatkan foto, kotak kenangan, dan artefak pribadi / keluarga /
sosial lain
Mencatat pengalaman hidup individu (misalnya: menari, teater,
musik, film, seni dan sastra; Clandinin & Connelly, 2000)
20
atau sentral dalam laopran naratif. Disamping itu, penulis harus
memasukkan suatu analisis tentang tema tertentu yang muncul selama
proses cerita.
7. Menvalidasi keakuratan laporan
Jika ada kolaborasi dengan partisipan, validasi ini bisa terjadi di sepanjang
proyek. Beberapa praktik validasi, seperti member checking,
mentriangulasi diantara sumber data, dan mencari bukti-bukti yang
mendiskonfirmasi, berguna untuk menentukan keakuratan dan kredibilitas
suatu cerita naratif.
21
interview (wawancara), kuesioner (angket), dokumentasi, dan gabungan
keempatnya.
22
Seorang etnografer mencari orang awam dengan pengetahuan
awam dan membangun di atas pengalaman umum mereka. Perlahan-
lahan, melalui serangkaian wawancara, dengan berbagai penjelasan yang
diulang-ulang, serta dengan menggunakan berbagai pertanyaan yang
spesifik, orang awam dapat menjadi in forman yang baik.
Keberhasilan sebuah penelitian etnografi bergantung banyak fakor.
Salah satunya adalah informan. Pemilihan seorang informan sangat
penting karena ia yang akan diajak bekerja sama untuk mengumpulkan
data. Banyak peneliti yang tidak berhasil karena kegagalannya dalam
menemukan informan yang baik, yaitu seorang yang membantu
etnografer dalam mempelajari budaya informan pada waktu yang sama
juga belajar mengenai keterampilan mewawancarai.
Untuk menghasilkan data yang baik, informan yang dipilih harus
memenuhi syarat. Spredly (1997: 11) mengemukakan, persyaratan
minimal untuk memilih informan yang baik antara lain:
a. Enkulturasi penuh
b. Keterlibatan langsung
c. Suasana budaya yang tidak dikenal
d. Cukup waktu
e. Nonanalitis
Besarnya variasi dan kompleksitasa situasi penelitian lapangan,
menyulitkan etnografer untuk mengadopsi suatu standar tertentu. Oleh
karena itu, terdapat prinsip-prinsip etika. Salah satu prinsip-prinsip etika
menurut The American Anthropological Association adalah sebagai
berikut:
a. Mempertimbangkan informan terlebih dahulu. Seorang informan
harus memperhatikan kesejahteraan fisik, sosisl, psikologi, dan
menghormati informantersebut.
b. Mengamankan hak-hak, kepe ntingan, dan Sensivisitas In forman
c. Menyampaikan Tujuan Penelitian
d. Melindungi Pivasi Informan
e. Jangan Mengeksploitasi Informan
23
f. Memberikan Laporan kepada Informan
4. Pelaku/Subjek
Seorang pelakui adalah seseorang yang menjadi objek pengamatan
dalam suatu setting alam. Etnografer seringkali menggunakan
pengamatan terlibat sebagai suatu strategi untuk mendengarkan
masyarakat dan menyaksikan mereka dalam setting yang wajar. Dengan
demikian, orang-orang yang mempelajari menjadi pelaku dan pada saat
yang sama menjadi informan. Wawancara informan dapat dilakukan
ambil melakukan pengamatan. Subjek merupakan pelaku utama, dan dari
data ini peneliti menguji hipotesisnya, dia merupakan pelaku utama dan
biasanya digunakan untuk menguji.
5. Enkulturasi Penuh
Enkulturasi merupakan proses alami dalam mempelajari suatu
budaya tertentu . Informan yang potensial tingkat enkulturasi mereka
bervariasi. Informan yang baik mengetahui budayanya yang baik.
Semakin terenkulturasi secara penuh, maka semakin baik informan itu
Misalnya, seseorang yang bekerja sebagai masinis selama dua puluh lima
tahun merupakan pilihan terbaik dibandingkan dengan seorang yang
bekerja selama dua tahun.
6. Mewawancarai Seorang Informan
Wawancara etnografis merupakan jenis peristiwa percakapan
(speech even) yang khusus. Setiap kebudayaan mempunyai banyak
kesempatan sosial yang terutama diidentifikasikan dengan jenis
percakapan yang terjadi. Menurut Spredly (1997: 71) terdapat perbedaan
wawancara persahabatan dengan wawancara etnografi.
1. Wawancara Persahabatan :
a. Sapaan
b. Tidak ada sapaan yang eksplisit
c. Menghindari pengulangan
d. Mengajukan pertanyaan
e. Menunjukkan minat
f. Menunjukkan ketidaktahuan
24
g. Bergiliran
h. Penyingkatan
i. Waktu sela
j . Penutupan
2. Wawancara Etnografis
a. Tujuan yang efektif
b. Penjelasan etnografis
1) Penjelasan proyek
2) Penjelasan perekaman
3) Penjelasan bahasa asli
4) Penjelasan wawancara
5) Penjelasan pertanyaan
3. Penjelasan Etnografis
a. Pertanyaan deskriptif
b. Pertanyaan structural
c. Pertanyaan kontras
7. Membuat Catatan Etnografis
Dalam melakukan penelitian etnografi dengan pendekatan "Alur
Penelitian Maju Bertahap" adalah mulai mengumpulkan catatan
penelitian. Bahkan sebelum melakukan kontak dengan informan,
etnografer akan mempunyai berbagai kesan, pengamatan, dan keputusan
untuk dicatat. Ketika melakukan penelitian pada suatu komunitas asing,
maka dibutuhkan waktu beminggu-minggu atau berbulan-bulan sebelum
melakukan wawancara sistematis dengan seorang informan. Ketika
mempelajari suatu suasana budaya dalam masyarakat kita sendiri,
etnografer paling tidak sudah mempunyai suatu pilihan dan kemungkinan
sudah menyaksikan suatu budaya itu dan pencatatan kesan-kesan pertama
ini akan terbukti mempunyai makna penting nantinya. Yang pasti, kontak
pertama dengan seorang informan pantas untuk didokumentasikan.
8. Bahasa dan catatan Etnografis
Sebuah catatan etnografis meliputi catatan lapangan, alat perekam,
gambar, artefak, dan benda lain yang mendokumentasikan suasana
25
budaya yang dipelajari. Sebagaimanan diungkapkan oleh Frake (1964:1
11) Sebuah deskripsi suatu kebudayaan etnografi dihasilkan oleh sebuah
catatan etnografis dari berbagai peristiwa yang terjadi dalam suatu
masyarakat dalam suatu periode.
Terdapat dua prinsip yang yang harus diperhatikan dalam membuat
sebuah catatan etnografis: a. prinsip identifikasi bahasa, 2. prinsip harfiah.
Prinsip ini mempunyai tujuan tunggal yaitu, untuk mengurangi pengaruh
kepandaian etnografer untuk menerjemahkan ketika membuat catatan
etnografer.
Prinsip Identifikasi bahasa, prinsip ini dapat ditegaskan secara
sederhana untuk mengidentifikasikan bahasa yang digunakan pada
masing-masing judul catatan lapangan. Karena pentingnya memilih
bahasa, maka bila etnografer menuliskan sesuatu dalam catatan lapangan,
ada beberapa metode identifikasi yang harus digunakan. Metode ini
meliputi penulisan beberapa hal dalam kurung, tanda kutip, tanda kurung
besar, Metode ini harus meliputi identifikasi bahasa. Tujuannya adalah
agar didapatkan catatan etnografi yang menggambarkan berbagai
perbedaan yang sama dalam penggunaan bahasa sebagaimana situasi
lapangan yang actual.
Prinsip Harfiah, yaitu mencatat kata-kata/kalimat-kalimat yang
diucapkan oleh masyarakat. Kata-kata yang dikatakan oleh masyarakat
dalam konteks alami ataupun wawancara harus dipahami oleh etnografer
mengenai makna kata tersebut. Etnografer harus berusaha
menerjemahkan kata-kata tersebut. Agar etnografer mendapatkan kata
/kalimat secara lengkap yang diucapkan oleh masyarakat, ia perlu
membawa alat perekam. Agar alat perekam tidak mengganngu aktivitas
informan, pemakaiannya harus dengan persetujuan informan. Beberapa
aturan penggunaan perekam antara lain: a) Gunakan sebuah alat perekam
berukuran kecil bila ada kesempatan untuk menggunakannya; b)
Lakukanlah secara perlahan jika Anda ingin segera menggunakan alat
perekam. Hal ini dilakukan untuk menjaga perasaan dan hubungan baik
26
dengan informan; c) Perhatikan kesempatan untuk merekam walaupun
hanya wawancara pendek.
9. Jenis-Jenis Catatan Etnografi
Ada beberapa catatan lapangan yang berbeda yang akan menjadi
sebuah catatan etnografis. Masing-masing peneliti akan mengembangkan
suatu cara yang unik untuk menyusun sebuah arsip dan sebuah catatan
lapangan.
a. Laporan Ringkas
Semua catatan yang dilakukan selama wawancara aktual atau
observasi lapangan menunjukkan sebuah versi ringkas yang
sesungguhnya terjadi. Misalnya peneliti mengamati informan yang
sedang melakukan pekerjaannya, peneliti mencatat hal-hal yang
dilakuakn oleh seorang informan. Tentu saja catatan peneliti ini
merupakan pokok-pokoknya saja yang akan diperluas nanti setelah
melakukan pengamatan.
b. Laporan yang Diperluas
Setelah etnografer melakukan catatan lapangan ringkas,
secepat mungkin ia harus menuliskan secarai detail dan mengingat
kembali berbagai hal yang tidak tercatat secara cepat. Kata-kata
dalam kalimat kunci yang tercatat dapat berperan sebagai pengingat
yang sangat bermanfaat untuk membuat suatu laporan yang
diperluas. Ketika memperluas laporan, pembicara yang berbeda
harus diidentifikasikan dan statemen harfiah harus dimasukkan.
Wawancara yang telah direkam dengan alat perekam perlu
dijabarkan secara penuh. Penjabaran dan uraian dari catatan
lapangan dan wawancara tersebut itulah yang disebut laporan yang
diperluas.
c. Jurnal Penelitian Lapangan
Etnografer perlu membuat jurna, jurnal tersebut berisi tentang
suatu catatan mengenai pengalaman, kekuatan-kekuatan, kesalahan,
kebingungan, terobosan-terobosan, dan berbagai pemasalahan yang
muncul selama penelitian lapangan. Jurnal ini meliputi berbagai
27
reaksi terhadap informan dan perasaan yang dirasakan peneliti
terhadap orang lain. Tiap jurnal sebaiknya diberi tanggal. Jurnal akan
menjadi sumber ketika etnografer mulai menuliskan studi itu, jurnal
akan menjadi sumber data yang sangat penting.
d. Analisis dan Irterpretasi
Data-data yang diperoleh malalui wawancara, catatan lapangan
dan telah dimasukkan dalam jurnal, dianalisis dan dan dijadikan
dasar untuk menginterpretasikan mengenai pandangan budaya yang
dipelajari.
28
tipikal atau seseorang yang kritis bagi penelitian karena telah mengalami masalah
atau situasi tertentu. Disamping itu juga ada opsi-opsi lain untuk pengambilan
sampel. Meskipun banyak penelitian naratif hanya menelaah seorang individu
saja, Anda juga dapat meneliti beberapa individu dalam suatu proyek, masing-
masing dengan cerita yang berbeda, yang mungkin bertentangan atau saling
mendukung satu sama lain.
3. Mengumpulkan Cerita dari Individu Tersebut
Cara terbaik untuk mendapatkan cerita adalah dengan meminta kepada
individu tersebut untuk menceritakan pengalamannya melalui percakapan pribadi
atau wawancara. Anda juga dapat mengumpulkan field text, dengan cara :
Meminta individu untuk mencatat ceritanya dalam catatan harian atau buku
harian
Mengamati individu dan membuat catatan lapangan
Mengumpulkan surat yang dikirim oleh individu
Merangkai cerita tentang individu dari para anggota keluarga
Mengumpulkan dokumen, seperti memo atau korespondensi resmi tentang
individu
Mendapatkan foto, kotak kenangan, dan artefak pribadi/keluarga/sosial lain
Mencatat pengalaman hidup individu (misalnya: menari, teater, musik, film, seni
dan sastra; Clandinin & Connelly, 2000)
4. Menceritakan Kembali Kisah Individu
Setelah itu, meninjau data yang berisi cerita lalu menceritakan kembali.
Proses ini melibatkan pemeriksaan data kasar, mengidentifikasi elemen-elemen
suatu cerita di dalamnya, mengurutkan atau mengorganisasikan elemen-elemen
cerita, dan kemudian menyuguhkan kisah yang diceritakan kembali, yang
menyampaikan pengalaman individu. Anda dapat menggunakan restorying karena
pendengar dan pembaca akan lebih memahami cerita yang diceritakan oleh
partisipan jika Anda menatanya dalam urutan yang logis.
Peneliti naratif berbeda-beda tentang elemen-elemen yang akan dipilih,
meskipun secara umum Anda dapat menyebutkan elemen-elemen naratif seperti
yang ditemukan dalam analisis sastra terhadap suatu novel. Contohnya : waktu,
tempat, plot dan adegan menrupakan elemen-elemen utama yang dicari dalam
29
cerita oleh peneliti (Conelly & Clandinin, 1990). Dengan memfokuskan pada plot,
Anda akan dapat mengidentifikasi suatu abstrak kejadian atau tindakan,
mengorientasikan pendengar, menyampaikan tindakan yang memperumit,
mengevaluasi maknanya, dan mengatasi tindakan itu (Cortazzi, 1993). Peneliti
lain mungkin menelaah cerita untuk menemukan ranah (setting), tokoh, tindakan,
permasalahan, resolusi (Ollerenshaw & Creswell, 2000). Meskipun ada beberapa
strategi analitik untuk menemukan dan mengurutkan suatu cerita, semua prosedur
mengurutkan cerita untuk pembaca dan pendengar dengan menggunakan elemen-
elemen sastra.
5. Berkolaborasi dengan Partisipan yang Menceritakan Kisahnya
Langkah ini berinteraksi dengan semua langkah lain dalam proses.
Anda berkolaborasi secara aktif dengan partisipan selama proses penelitian.
Kolaborasi ini bisa mengambil beberapa bentuk. Misalnya, menegosiasikan entry
ke tempat dan partisipan penelitian, bekerja dekat dengan partisipan untuk
mendapatkan field texts untuk menangkap pengalaman individu, dan menulis serta
menceritakan kisah individu dengan kata-kata peneliti.
6. Menulis Cerita tentang Pengalaman Partisipan
Langkah utama dalam proses penelitian adalah penulis menulis dan
menyajikan cerita tentang pengalaman individu. Meskipun tidak ada cara tunggal
untuk menulis laporan naratif, akan membantu untuk memasukkan beberapa fitur
narasi. Kisah yang Anda ceritakan kembali tentu menduduki tempat sentral dalam
laporan naratif. Di samping itu, Anda dapat memasukkkan suatu analisis untuk
menyoroti tema tertentu yang muncul selama cerita itu.
Biasanya, Anda tidak memasukkan bagian kepustkaan; alih-alih, Anda
memasukkan kepustakaan dan penelitian tentang permasalahan ke dalam bagian-
bagian akhir penelitian. Oleh karena pembaca sering kali tidak familier dengan
narasi, Anda dapat menulis suatu bagian tentang pentingnya penelitian naratif dan
prosedur yang terlibat di dalamnya sehingga Anda dapat memberi tahu pembaca
tentang penelitian naratif Anda. Seperti semua penelitian kualitatif, Anda hadir
dalam laporan naratif itu, dan Anda menggunakan kata ganti orang pertama untuk
menyebut diri Anda.
30
7. Memvalidasi Kekakuratan Laporan
Anda juga perlu memvalidasi keakuratan cerita naratif Anda. Jika ada
kolaborasi dengan partisipan, validasi ini bisa terjadi di sepanjang proyek.
Beberapa praktik validasi, seperti member checking, mentriangulasi diantara
sumber data, dan mencari bukti-bukti yang mendiskonfirmasi, berguna untuk
menentukan keakuratan dan kredibilitas suatu cerita naratif.
31
d. Peneliti berinteraksi langsung dengan masyarakat sosial yang
akan diteliti.
e. Membantu kemampuan beinteraksi karena menuntut kemampuan
bersosialisasi dalam budaya yang ia coba untuk dijelaskan.
2. Kelemahan
Salah satu kelemahan utama penelitian etnografi adalah bahwa
dibutuhkan lebih lama waktu daripada bentuk penelitian lainnya.
Tidak hanya membutuhkan waktu lama untuk melakukan kerja
lapangan, tetapi juga memakan waktu lama untuk menganalisis materi
yang diperoleh dari penelitian. Bagi kebanyakan orang, ini berarti
tambahan waktu. Kelemahan lain dari penelitian etnografi adalah
bahwa lingkup penelitiannya tidak luas. Etnografi sebuah studi
biasanya hanya satu organisasi budaya. Bahkan keterbatasan ini
adalah kritik umum dari penelitian etnografi, penelitian ini hanya
mengarah ke pengetahuan yang mendalam konteks dan situasi
tertentu. Secara singkat kelemahan pengunaan penelitian etnografi
dijelaskan di bawah ini, sebagai berikut:
a. Perspektif pengkajian kemungkinan dipengaruhi oleh
kecenderungan budaya peneliti.
b. Membutuhkan jangka waktu yang panjang untuk mengumpulkan
data dan mengelola data.
c. Pengaruh budaya yang diteliti dapat mepengaruhi psikologis
peneliti, ketika peneliti kembali kebudaya asalnya.
d. Peneliti yang tidak memiliki kemampuan sosialisasi, terdapat
kemungkinan penolakan, dari masyarakat yang akan diteliti.
32
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Etnografi merupakan jenis penelitian yang bersifat kualitatif yang
bertolak dari ilmu antropologi yang berkembang pada awal abad 20.
Penelitian ini menggunakan pendekatan dalam perspektif budaya sebagai way
of life dalam mengkaji suatu permasalahan. Penelitian ini bersifat mendalam
dan peneliti langsung bersinggungan dengan permasalahan yang diteliti
dengan mencari informan dari lingkungan yang terlibat dengan masalah yang
ada.
Penelitian etnografi memiliki karakteristik pokok yaitu: tema-tema
cultural, sebuah kelompok cultural, kepemilikan bersama atas pola-pola
tingkah laku, keyakinan dan bahasa, penelitian lapangan, deskripsi, tema-
tema dan interpretasi, konteks atau latar, dan yang terakhir refleksivitas
peneliti. Selain memiliki karakteristik pokok etnografi jugja memiliki
beragam jenis antara lain: Etnografi Realis, Studi Kasus, dan Etnografi Kritis,
Prosedur penelitian etnografi adalah pemilihan proyek etnografi,
pengajuan pertanyaan, pengumpulan data, perekaman data, analisis data, dan
penulisan laporan.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penelitian etnografi antara lain:
mempersiapkan instrument, menetapkan seorang informan, pelaku/subjek,
enkulturasi penuh, mewawancarai seorang informan,membuat catatan, bahasa
dan catatan etnografi, dan jenis-jenis catatan lapangan.
33
Karakteristik penelitian naratif yaitu pengalaman individu, kronologi
pengalaman, pengumpulan cerita, restroying, coding tema, konteks atau latar,
kolaborasi. Prosedur penelitian naratif : Mengidentifikasi suatu fenomena
yang menjawab permasalahan penelitian untuk dieksplorasi, Pilih satu atau
lebih individu yang dapat memberikan pemahaman tentang fenomena yang
dimaksud, Mengumpulkan informasi berupa cerita dari partisipan,
Menceritakan kembali kisah individu, Berkolaborasi dengan partisipan yang
menceritakan kisahnya, menulis cerita tentang pengalaman partisipan dan
Menvalidasi keakuratan laporan.
Penelitian naratif yang baik melaporkan cerita tentang pengalaman
hidup individu, mengorganisasikan ke dalam kronologi, menempatkannya
dalam ranah atau konteks, menarik beberapa tema dari cerita itu, dan
mendemonstrasikan kolaborasi yang dekat antara peneliti dan partisipan
dalam proyek naratif.
34