Anda di halaman 1dari 7

Nama: Dhianing Shalatin

Kelas: XII MIPA 3


No. : 8
Story Of My Life

Aku berasal dari keluarga berkecukupan. Ayahku bernama Badrudin dia adalah sosok
orang yang telah banyak memberiku inspirasi, begitu juga dengan ibu. Ibuku bernama Titin
Kartini, bagiku ia sosok yang istimewa dan tak tergantikan. Perkenalkan namaku Dhianing
Shalatin, nama ini pemberian dari ayahku. Dian yang artinya cahaya, Shalat yang berarti sholat.
Aku diberi nama itu karena aku lahir ketika ayahku sedang sholat isya, dari situlah ayah
memberiku nama Dhianing.

Aku merupakan anak terakhir dari 3 bersaudara. Kakak pertamaku bernama Cincin Madu
Mahartani namanya unik sekali bukan?, dan kakak yang kedua bernama Anggun Novi Berlianti.
Aku dibesarkan dari keluarga yang berpendidikan, karena orang tua ku semuanya adalah guru.
Masih teringat sangat jelas ketika aku kecil berusia 4 tahun, aku sering ditinggal di rumah sendiri
karena keluarga ini tidak menyewa pembantu, yang kulakukan ketika di rumah hanya makan,
nonton tv, dan tidur, namun orang tua ku melarang sangat keras ketika aku di rumah sendirian
aku tidak diperbolehkan untuk bermain air atau di area kamar mandi, tidak boleh bermain listrik
dan api. Ya karena mereka takut kalo terjadi sesuatu kepadaku saat mereka tidak disampingku.
Sekolah pertamaku yaitu TK IT Ulul Albab. Aku tiba di sekolah pukul 06.00 WIB. Selalu aku
yang datang paling pertama, dan pulang paling terakhir. Beda dengan anak-anak lainnya yang
selalu ditemani ibunya ketika berada di sekolah, karena ketika aku diantar ke sekolah, orangtua
ku harus cepat-cepat pergi untuk bekerja. Yang aku lakukan setelah tiba di sekolah dan
menunggu teman-teman yang lain datang, aku sendirian bermain ayunan, itulah kebiasaan dipagi
hariku. Di TK IT banyak ayat al-quran yang aku hafal, tapi sekarang sudah hilang dimemoriku
otakku:’). Di TK ku pada pukul 12.00 melaksanakan sholat dhuhur berjmaah, kemudian
dilanjutkan dengan makan siang bersama. Tiba saatnya jam sekolah sudah berakhir, aku
menunggu jemputan yang sangat lama yang tersisa hanya aku dan beberapa guru. Hal yang
membuatku jenuh dan ingin menangis ketika sedang menunggu sendirian, terkadang guruku
menemani dan mengirimkan pesan atau menelfon orangtua ku menggunakan handphone pada
jamannya, karena orangtuaku pulang bekerja pada pukul 14.00 WIB. Aku mempunyai banyak
teman di tk, namun hanya satu yang menjadi sahabatku, namanya Inayah. Dia sangat mungil,
pendiam, dan pemalu. Kemanapun selalu mengikutiku. Kadang aku membuatnya menangis,
karena dia meminum air minumku hingga habis dan aku memarahinya. Entah dimana Inayah
berada, aku sempat mencari informasi tentangnya, namun tidak kudapatkan juga.
Umur 6 tahun, aku bersekolah di SD N Keputran 06, tempatnya di jalan Kartini. Disana
satu kelas berisi 54 siswa. Ketika 1 SD aku mendapatkan rangking 9. Itu semua berkat
orangtuaku yang setiap malam selalu menemani ketika aku sedang belajar, dan jika aku tidak
bisa atau mengerti, aku selalu menanyakannya. Begitu juga dengan kelas 2 aku masih
mendapatkan rangking yang sama. Semester kedua di kelas 3, tiba-tiba ayah memindahkan ku ke
sd sebelah, yaitu SD N Noyontaan 03, karena alasan wali kelasku yang marah karena aku tidak
mengikuti kursus computer dan tidak mendapatkan nilai. Memang aku tidak mengikutnya karena
ayah bilang kalau computer di rumah sudah ada, jadi bisa belajar sendiri. Akhirnya keputusan
ayah sudah bulat, dan aku benar-benar dipindahkan ke SD N Noyontaan 03, hanya karena
masalah itu. Di SD tersebut, aku benar-benar merasa tidak suka, dan tidak nyaman. Disana aku
hanya mempunyai teman yang bernama Alisha, dia sama sepertiku anak pindahan yang juga
tidak mempunyai teman. Mengerikan sekali membayangkan sebelum tidur bahwa esok akan
sekolah. SD saja sudah ada bullying. Temanku yang bernama Fani, Rahma, Indah, dan Daryati
membuli temann lainnya yang bernama Fitri. Kerudung si Fitri diambil oleh si Rahma, kemudian
dilempar sana-sini, saling dioper dengan geng nya, herannya anak laki-laki di kelasku juga ikut,
lebih mirisnya si Fitri menangis di depan dan dibawah lantai sambil tiduran, kemudian
ditendangin oleh teman-teman yang membulinya. Aku hanya diam, karena aku juga merasa takut
jika aku ikut campur. Di SD N Noyontaan waktu itu belum menggunakan lks, karena aku
mempunyai lks yang dari SD ku sebelumnya lalu aku gunakan saat pembelajaran, ketika
istirahat, lks ku disobek oleh si Rahma, aku hanya diam saja.
Kenaikan kelas, di kelas 4, temanku si Alisha pindah sekolah, di kelas benar-benar aku
merasa sendiri. Suatu saat ketika mata pelajaran batik sedang ulangan, teman-teman lainnya
menyontek aku lewat belakang, Karena memang anak-anak nya nakal dan rebut, sebenernya aku
tahu bahwa mereka melihat jawabanku lewat belakang, tapi aku biasa saja. Dari situlah Rahma
mulai baik kepadaku, karena ada maunya. Kami kemana-mana hamper bareng, ya walaupun
kadang-kadang diantara kami masih sering ngomongin satu sama lain. Ini kejadian yang masih
aku inget karena bagiku ini sangat keterlaluan. Pada waktu istirahat, kami makan bersama, lalu 5
menit sebelum bel masuk, kami ke kamar mandi bersama. Pada waktu itu kami buang air kecil
bersama. Ketika aku sedang di kamar mandi, karena yang lain sudah selesai, mereka
menungguku, tapi yang dilakukan mereka adalah mengunci ku di kamar mandi dan mereka
menuju kelas, karena kelas sudah masuk. Jarak kamar mandi dengan kelasku tidak begitu jauh,
jadi masih bias terdengar suara guru yang sedang mengajar. Selesai buang air kecil, aku
membuka pintu kamar mandi, namun pintunya tidak bisa dibuka, karena dikunci dari luar. Aku
menangis dan menggedor-gedor pintu kamar mandi. Sekitar 5 menit, pak bon di sekolah
mendegar suaraku, kemudian membukakan kuncinya. Aku masuk kelas dengan sangat marah, si
Rahma tiba-tiba sangat baik, rupanya dia takut. Dari situ aku merasa kalau aku tidak boleh
seperti ini terus, yang selalu takut dan menurut apa kata si Rahma.
Akhirnya aku berani mengeluarkan pendapat ketika si Rahma berbuat jahat. Fani, Indah,
dan Daryati kemudian berpihak kepadaku, aku sempat membuli Rahma sekali, supaya dia tau
bagaimana rasanya seperti itu, aku tau caraku salah, tapi aku ingin dia merasakannya dengan
cara, tidak ada teman yang mau dengan nya. Tiba-tiba setelah pelajaran olahraga, nenek nya si
Rahma datang, dan mengadu ke wali kelasku. Nenek si Rahma memarahiku dan menyalahkanku,
namun aku menjelas semua perbuatan cucunya ke wali kelas, dan pada akhirnya wali kelasku
membelaku di pihak ku. Dari kejadian itu, Rahma tidak lagi berani macam-macam. Ketika
bersekolah di SD Noyontaan 03, disana aku selalu mendapat rangking pertama, ya karena
saingan teman-teman yang sangat jauh dari SD ku sebelumnya. Di SD Noyontaan, aku banyak
mengikuti lomba, seperti dokter kecil, OSN IPA,dll tetapi tidak mendapatkan juara, karena
persiapan dari sekolah saja sangat mendadak yaitu H-1 lomba. Selain itu aku juga mengikuti
lomba tartil tingkat Kecamatan Timur Kota Pekalongan, lomba itu aku benar-benar berlatih,
alhasil aku mendapat juara 2. Lomba terakhirku di SD kelas 6 yaitu, aku mengikuti lomba
fashion show tingkat Kota Pekalongan dan mendapat juara 3. Makin lama aku merasa betah
berada di sekolah tersebut karena sudah membaur dengan teman-teman yang lain.
Beralih ke masa SMP. Aku masuk di SMP N 6, sebenarnya aku ingin masuk ke SMP N
2, tetapi orangtua ku tidak memperbolehkan, karena terlalu jauh. Di masa SMP banyak sekali
teman-teman. Dari kelas 7 hingga kelas 9, aku selalu sekelas dengan sahabat kecilku, namanya
Safa Khairunnisa, waktu kecil kami selalu bersama, karena jarak rumahku dengannya sangat
dekat, banyak kenangan bersamanya, mulai dari main sampai tersesat, masak-masakan, membuat
gunung berapi dari tanah liat, hujan-hujanan, tidur bersama, serta makan bersama. Di SMP, aku
berharap tidak diajar oleh ayahku sendiri, karena ayahku adalah guru pkn. Aku rasa semua anak
guru sama sepertiku yang tidak ingin diajar oleh orangtua nya sendiri. Realita nya berbeda dari
ekspetasiku, malahan 2 tahun aku diajar oleh ayahku sendiri. Aku mengikuti OSIS pada waktu
kelas 8. Ya, aku pernah menjadi kakak OSIS teramah. Yang paling mengesankan menurutku
pada saat kelas 9. Di kelas 9B sahabat ku yaitu Kamila,Dina, Safa, Savit, Fadia, dan Trisnia.
Kami selalu bermain setiap hari libur. Intinya kemana-mana harus bersama.
Ujian Nasioanal sudah selesai, saatnya menunggu hasil pengumuman. Pada hari
pengumuman Ujian Nasional, rasanya sangat deg-degan, ketika sudah tau berapa nilai Ujian
Nasional, aku merasa lega, tetapi tidak sepenuhnya lega, karena apakah bisa aku masuk ke
sekolah impianku yaitu di SMA N 1 Pekalongan. Pada saat pendaftaran sekolah, rasanya tidak
karuan, karena takut harapanku pupus masuk ke sekolah favorit itu. Yang dinanti natikan sudah
tiba, aku menangis… menangis kebahagiaan, karena aku masuk ke sekolah favorit. Pada saat
penjurusan, aku masuk di jurusan IPA. Aku mendapat kelas 10 MIPA 3. Kelas dengan suasana
yang cukup rahat. Di kelas 10, aku bingung, organisasi apa yang akan aku ikuti. Akhirnya aku
masuk ke organisasi PASSUS. Jujur ketika aku sudah masuk ke organisasi itu, aku ingin keluar.
Tapi dengar-dengar katanya, susah untuk keluar dari organisasi itu. Aku merasa mengikuti
organisasi tersebut penuh dengan tekanan, ya benar, tekanan dari senior. Namun, ada satu hal
yang membuatku bertahan, yaitu teman-teman di PASSUS. Mereka benar-benar merangkul satu
sama lain, kekeluargaanya disana sangat erat. Suatu hari aku masuk ke tim lomba, rasanya ingin
keluar, karena latihan yang terlalu diforsir, banyangkan saja latihan pukul 06.00-06.45. Saat
pelajaran sangat tidak konsen karena badan terasa sangat capek. Latihan dilanjut sepulang
sekolah pada pukul 15.45-17.45, malamnya pun badan sangat capek, belajar malah sering
ketiduran,nhujan pun tetap latihan, liburan juga latihan, telat satu menit pun dapet sanksi 1 seri=
5 push up. Aku benci sekali dengan danton nya yang tidak memahami kondisi pasukan. Tapi
setelah dinikmati ada asiknya juga, indah untuk dikenang, tidak untuk diulang. 3 kali aku
mengikuti lomba, yang pertama lomba kota mendapat juara 2, karena persiapan yang hanya 2
minggu saja. Satu pleton isinya junior semua, tidak dengan senior. Pada waktu itu kalah karena
pada saat lomba tata upacara bendera, pada saat mengibarkan bendera, benderanya putus,
rasanya sangat sakit, namun tida berdarah. Lomba yang kedua, yaitu lomba kota, kami latihan 6
bulan lebih, tetapi masih tetap saja meraih juara 2 yang kedua kalinya. Kesalahan terbesar ada di
danton, karena kami kehilangan 400 point. Ada dua aba-aba yang tidak terlaksanakan, dan
masing masing point nya 200, sedangkan dengan SMA lain selisih kami hanya 4 point, andai
saja satu aba-aba terlaksana, kami sudah menang telak, bukan rejekinya kami untuk menang,
Kejadian yang makin membuatku benci dengan dantonnya. Lomba ketiga, kami mengikuti
lomba provinsi, di Semarang, yaitu lomba Ajang Kreativitas Paskibra, di SMA 5 Semarang.
Ternyata semua pembalasan dari Tuhan ada di lomba ini. Lomba AKP ini kami merebut
beberapa piala,diantaranya juara 1 tata upacara bendera, juara 1 putra-putri AKP, dan juara
danton terbaik. Danton yang sempat dicaci maki oleh pasukan, telah membuktinya menjadi
seorang danton terbaik, luar biasa.
Aku berfikir untuk apa aku mengikuti PASSUS jika tidak mencoba menjadi seorang
PASKIBRAKA. Akhirnya aku mendaftarkan diri, dan syukur Alhamdulillah aku masuk dan
menjadi bagian dari CAPASKA. Pada saat latihan aku dipilih sebagai seorang pengibar, namun
bagian penurunan pada sore hari. Rasanya deg degan ketika menurunkan bendera dihadapan para
pejabat, dan dintonton banyak orang. Pada waktu itu, kondisi badanku sedang sakit, memang
kurang beruntung sakit disaat waktu yang tidak tepat, tapi aku berusaha menjalankan tugas.
Rasanya senang, karena pengibaran berjalan dengan lancar,tanpa kendala apapun.

Dan ini foto teman yang selalu bersama ku di PASKIBRAKA, bisa dibilang sahabatku disana
Di kelas 11, aku aktif mengikuti model/catwalk dan mengikuti suatu organisasi yang
berada di bawah dinas pariwisata. Aku merasa bahwa passionku di dunia model, karena pada
waktu latihan passus di sekolah, yang paling sering mendapat teguran itu aku, karena katanya
jalanku yang seperti model. Hal itu yang membuat aku ingin keluar dari tim lomba, karena aku
sering disalah-salah kan.

Di kelas 12, aku juga mengikuti DutaWisata Kota Pekalongan. Sebenarnya aku sudah
ditawari untuk ikut oleh salah satu orang di dinas pariwisata, tetapi aku tidak ingin ikut, karena
sudah kelas 12. Beberapa hari kemudian, guru BK ku memanggilku dan menyuruhku untuk ikut
Duta Wisata, bu Siska bilang kalau Duta Wisata tidak sesibuk itu, dan sebenarnya untuk kelas
11, tapi persyaratan sekarang minimal berumur 17 tahun, kebanyakan umur 17 tahun berada di
kelas 12. Akhirnya aku memutuskan untuk mengikuti Duta Wisata. Tidak disangka aku masuk
finalis Duta Wisata.
Aku bersyukur mempunyai banyak pengalaman. Setidaknya masa mudaku tidak terbuang
Cuma-cuma. Tapi perjuanganku belum berakhir, setelah SMA nanti aku harus melanjutkan ke
perguruan tinggi dan meraih mimpiku. Yang aku inginkan masuk ke Teknik Geologi UGM atau
UNPAD, ingin sekali aku masuk ke teknik geologi, tetapi aku kaget mengetahui bahwa teman
sekelasku ada yang ingin mengambil jurusan itu juga. Berbeda dengan keinginan orangtuaku
yang menyuruh ku untuk masuk ke ikatan dinas, yaitu STTD. Tetapi aku benar-benar tidak ingin
masuk ke hal yang berbau semi militer, cukup PASSUS di SMA saja, Tapi orangtua ku
menyuruh untuk masuk kesitu dengan alasan yang menurutku itu adalah alasan orang pada
umumnya yaitu, kerjanya gampang. Siapa yang tidak ingin membanggaka orangtuanya, begitu
juga dengan aku. Ketika orangtua ku berbicara tentang STTD, aku hanya terdiam“ridho orangtua
adalah ridho Allah’ karena aku takut hal tidak baik akan terjadi kepadaku. Aku tidak akan
berhenti berusaha dan berdoa, aku yakin aku pasti bisa karena “SIPAPUN BISA JADI
APAPUN”, asalakan keinginanya kuat dengan usaha yang sebanding, tetapi ya jika Tuhan
berkehendak lain, insyAllah aku bisa menerimanya. Jangan pernah pesimis sebelum mencoba.

Anda mungkin juga menyukai