Menurut Direktorat Jenderal Pajak (Dirjen Pajak) yang bertanggung jawab atas
kebijakan perpajakan, pajak penghasilan (PPh) didefinisikan sebagai pajak yang
dikenakan kepada orang pribadi atau badan (subjek pajak/Wajib Pajak) atas
penghasilan yang diterima atau diperoleh (objek pajak) dalam Tahun Pajak. Ketentuan
PPh telah diatur dalam sejumlah pasal dalam UU PPh. Salah satunya adalah Pasal 17.
Dalam UU No. 36 Tahun 2008 (revisi) tentang PPh, Pasal 17 berfungsi dalam mengatur
tarif yang diberlakukan Pemerintah terhadap Subjek Pajak.
Berikut ini adalah uraian mengenai PPh Pasal 17, penjelasannya, dan
penghitungannya.
5% x Rp.50.000.000 = Rp2.500.000
15% x Rp200.000.000 = Rp30.000.000
25% x Rp250.000.000 = Rp62.500.000
30% x Rp100.000.000 = Rp30.000.000
_______________________________________
b) WP Badan Dalam Negeri dan Bentuk Usaha Tetap BUT) sebesar 28%.
Contoh penghitungan pajak yang terutang untuk WP badan dalam negeri dan BUT:
(2) Tarif tertinggi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dapat
diturunkan menjadi paling rendah 25% yang diatur dengan Peraturan
Pemerintah (PP).
a) Tarif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b menjadi 25% yang mulai
berlaku sejak tahun pajak 2010.
b) WP badan dalam negeri yang berbentuk perseroan terbuka yang paling sedikit
40% dari jumlah keseluruhan saham yang disetor diperdagangkan di bursa efek
di Indonesia dan memenuhi persyaratan tertentu lainnya dapat memperoleh tarif
sebesar 5% lebih rendah daripada tarif sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf b dan ayat (2a) yang diatur dengan atau berdasarkan Peraturan
Pemerintah.
c) Tarif yang dikenakan atas penghasilan berupa dividen yang dibagikan kepada
Wajib Pajak orang pribadi dalam negeri adalah paling tinggi sebesar 10% dan
bersifat final.
d) Ketentuan lebih lanjut mengenai besarnya tarif sebagaimana dimaksud pada
ayat (2c) diatur dengan Peraturan Pemerintah.
(3) Besarnya lapisan Penghasilan Kena Pajak sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf a dapat diubah dengan Keputusan Menteri Keuangan.
(4) Untuk keperluan penerapan tarif pajak sebagaimana dimaksud pada ayat
(1), jumlah Penghasilan Kena Pajak dibulatkan ke bawah dalam ribuan
rupiah penuh.
= Rp2.500.000 5% x Rp50.000.000
= Rp30.000.000 15% x Rp200.000.000
= Rp62.500.000 25% x Rp250.000.000
= Rp25.248.000 30% x Rp84.160.000
______________________________________________
TOTAL =
Rp120.248.000
(6) Untuk keperluan penghitungan pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (5), tiap
bulan yang penuh dihitung 30 hari.
(7) Dengan Peraturan Pemerintah, dapat ditetapkan tarif pajak tersendiri atas
penghasilan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (2), sepanjang tidak melebihi
tarif pajak tertinggi sebagaimana tersebut pada ayat (1).
Tuan Ahmad adalah seorang Konsultan Perumahan yang memiliki PKP sebesar
Rp600.000.000 setahun. Perhitungan PPh terutangnya dan cara perhitungannya adalah
sebagai berikut:
Terhadap penghasilan yang diterima WP orang pribadi yang memiliki kegiatan usaha
sebagai konsultan perumahan dikenakan PPh berdasarkan Pasal 17 UU No. 36 Tahun
2008 tentang PPh. Pajak Penghasilan (PPh) yang dikenakan atas penghasilan yang
diterima WP orang pribadi sebagai konsultan perumahan tidak bersifat final. Pajak
Penghasilan dihitung berdasarkan besarnya PKP dikalikan besarnya Tarif Pajak
berdasarkan Pasal 17 UU No. 36 Tahun 2008 tentang PPh.
PPh Terutang:
5% x Rp50.000.000 = Rp2.500.000
15% x 200.000.000 = Rp30.000.000
25% x 250.000.000 = Rp62.500.000
30% x 100.000.000 = Rp30.000.000
__________________________________
Jadi, Pajak Penghasilan (PPh) yang dikenakan kepada Tuan Ahmad sebesar
Rp125.000.000.
Ilustrasi Kedua
Tuan Bakrie adalah wajib pajak orang pribadi dengan status menikah dan memiliki 2
orang anak. Rincian dari pembukuan Tuan Bakrie selama tahun 2015 adalah:
Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) dari Tuan Bakrie tahun 2015 selama setahun,
yaitu:
Jadi, total pajak Tuan Bakrie yang harus di bayar sebesar Rp44.031.250 kepada
Pemerintah melalui bank yang sudah ditunjuk Direktorat Jenderal Pajak.