Anda di halaman 1dari 5

Pajak

PPh Pasal 17: Penjelasan, Tarif, dan


Perhitungannya
Sejak pertama kali diundang-undangkan tahun 1983, Undang-Undang (UU) No. 7
Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan (PPh) telah mengalami beberapa kali
perubahan/amandemen. Dari dimunculkannya UU No. 7 Tahun 1991, No. 10 Tahun
1994, No. 17 Tahun 2000 sampai No. 36 Tahun 2008. Kemunculan UU tersebut
merupakan revisi atas UU No. 7 Tahun 1983. Dan UU yang diterbitkan terakhir sebagai
revisi atas UU sebelumnya.

Menurut Direktorat Jenderal Pajak (Dirjen Pajak) yang bertanggung jawab atas
kebijakan perpajakan, pajak penghasilan (PPh) didefinisikan sebagai pajak yang
dikenakan kepada orang pribadi atau badan (subjek pajak/Wajib Pajak) atas
penghasilan yang diterima atau diperoleh (objek pajak) dalam Tahun Pajak. Ketentuan
PPh telah diatur dalam sejumlah pasal dalam UU PPh. Salah satunya adalah Pasal 17.
Dalam UU No. 36 Tahun 2008 (revisi) tentang PPh, Pasal 17 berfungsi dalam mengatur
tarif yang diberlakukan Pemerintah terhadap Subjek Pajak.

Penjelasan Mengenai PPh Pasal 17 


Sebagaimana yang termaktub dalam UU No. 36 Tahun 2008,  PPh Pasal 17
menjelaskan secara terperinci tentang tarif yang digunakan untuk menghitung
penghasilan kena pajak. Subjek pajak/Wajib Pajak yang dimasukkan dalam UU ini
meliputi Wajib Pajak (WP) orang pribadi dalam negeri dan WP badan dalam
negeri/bentuk usaha tetap.

Berikut ini adalah uraian mengenai PPh Pasal 17, penjelasannya, dan
penghitungannya.

(1) Tarif pajak yang diterapkan atas PKP bagi:

a) WP Orang Pribadi Dalam Negeri

Lapisan Penghasilan Kena Pajak (PKP) Tarif Pajak


Sampai dengan Rp50.000.000 5%
Di atas Rp50.000.000-Rp250.000.000 15%
Di atas Rp250.000.000-Rp 500.000.000 25%
Di atas Rp 500.000.000 30%
Contoh penghitungan pajak yang terutang untuk Wajib Pajak orang pribadi:

Jumlah PKP Rp600.000.000


PPh yang terutang :

 5% x Rp.50.000.000 = Rp2.500.000
 15% x Rp200.000.000 = Rp30.000.000
 25% x Rp250.000.000 = Rp62.500.000
 30% x Rp100.000.000 = Rp30.000.000

_______________________________________

      Total   = Rp125.000.000    

b) WP Badan Dalam Negeri dan Bentuk Usaha Tetap BUT) sebesar 28%.

Contoh penghitungan pajak yang terutang untuk WP badan dalam negeri dan BUT:

 Jumlah PKP Rp1.250.000.000


 PPh yang terutang:
28% x Rp1.250.000.000 = Rp350.000.000 

(2) Tarif tertinggi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dapat
diturunkan menjadi paling rendah 25% yang diatur dengan Peraturan
Pemerintah (PP).

a) Tarif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b menjadi 25% yang mulai
berlaku sejak tahun pajak 2010.

b) WP badan dalam negeri yang berbentuk perseroan terbuka yang paling sedikit
40% dari jumlah keseluruhan saham yang disetor diperdagangkan di bursa efek
di Indonesia dan memenuhi persyaratan tertentu lainnya dapat memperoleh tarif
sebesar 5% lebih rendah daripada tarif sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf b dan ayat (2a) yang diatur dengan atau berdasarkan Peraturan
Pemerintah.
c) Tarif yang dikenakan atas penghasilan berupa dividen yang dibagikan kepada
Wajib Pajak orang pribadi dalam negeri adalah paling tinggi sebesar 10% dan
bersifat final.
d) Ketentuan lebih lanjut mengenai besarnya tarif sebagaimana dimaksud pada
ayat (2c) diatur dengan Peraturan Pemerintah.
(3) Besarnya lapisan Penghasilan Kena Pajak sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf a dapat diubah dengan Keputusan Menteri Keuangan.

(4) Untuk keperluan penerapan tarif pajak sebagaimana dimaksud pada ayat
(1), jumlah Penghasilan Kena Pajak dibulatkan ke bawah dalam ribuan
rupiah penuh.

Contoh: Penghasilan Kena Pajak sebesar Rp5.050.900 untuk penerapan tarif


dibulatkan ke bawah menjadi Rp5.050.000.
(5) Besarnya pajak yang terutang bagi Wajib Pajak orang pribadi dalam negeri yang
terutang pajak dalam bagian tahun pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ayat
(4) dihitung sebanyak jumlah hari dalam bagian tahun pajak tersebut dibagi 360
dikalikan dengan pajak yang terutang untuk 1 tahun pajak.

Contoh: Penghasilan Kena Pajak setahun (dihitung sesuai dengan ketentuan dalam


Pasal 16 ayat (4): Rp584.160.000

Pajak Penghasilan setahun:

 = Rp2.500.000     5% x Rp50.000.000
  = Rp30.000.000    15% x Rp200.000.000
  = Rp62.500.000    25% x Rp250.000.000
 = Rp25.248.000    30% x Rp84.160.000

       
______________________________________________       

TOTAL =
Rp120.248.000                    

Pajak Penghasilan yang terutang dalam bagian tahun pajak (3 bulan)

((3 x 30 hari) : 360) x Rp120.248.000= Rp30.062.000

(6) Untuk keperluan penghitungan pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (5), tiap
bulan yang penuh dihitung 30 hari.

(7) Dengan Peraturan Pemerintah, dapat ditetapkan tarif pajak tersendiri atas
penghasilan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (2), sepanjang tidak melebihi
tarif pajak tertinggi sebagaimana tersebut pada ayat (1).

Ilustrasi Perhitungan PPh Terutang Wajib Pajak (WP)


Orang Pribadi
Ilustrasi Pertama

Tuan Ahmad adalah seorang Konsultan Perumahan yang memiliki PKP sebesar
Rp600.000.000 setahun. Perhitungan PPh terutangnya dan cara perhitungannya adalah
sebagai berikut:

Terhadap penghasilan yang diterima WP orang pribadi yang memiliki kegiatan usaha
sebagai konsultan perumahan dikenakan PPh berdasarkan Pasal 17 UU No. 36 Tahun
2008 tentang PPh. Pajak Penghasilan (PPh) yang dikenakan atas penghasilan yang
diterima WP orang pribadi sebagai konsultan perumahan tidak bersifat final. Pajak
Penghasilan dihitung berdasarkan besarnya PKP dikalikan besarnya Tarif Pajak
berdasarkan Pasal 17 UU No. 36 Tahun 2008 tentang PPh.

Penghasilan Kena Pajak (PKP): Rp600.000.000

PPh Terutang:

 5% x Rp50.000.000 = Rp2.500.000
 15% x 200.000.000 = Rp30.000.000
 25% x 250.000.000 = Rp62.500.000
 30% x 100.000.000 = Rp30.000.000

__________________________________     

Total PPh Terutang   = Rp125.000.000

Jadi, Pajak Penghasilan (PPh) yang dikenakan kepada Tuan Ahmad sebesar
Rp125.000.000.

Ilustrasi Kedua

Tuan Bakrie adalah wajib pajak orang pribadi dengan status menikah dan memiliki 2
orang anak. Rincian dari pembukuan Tuan Bakrie selama tahun 2015 adalah:

 Pendapatan bruto Rp494.000.000


 Biaya yang dapat dikurangkan (deductible) Rp167.500.000
 Penghasilan netto: Rp494.000.000-Rp167.500.000 =
Rp326.500.000

Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)

Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) dari Tuan Bakrie tahun 2015 selama setahun,
yaitu:

(12 bulan x Rp2.025.000) + (Rp2.025.000 tambahan WP Kawin) + (2 anak x


Rp2.025.000) = Rp30.375.000

Penghasilan Kena Pajak (PKP)


Penghasilan kena pajak Mr. X, yaitu: Rp326.500.000 - Rp30.375.000 = Rp296.125.000

Tarif pajak pasal 17:


 = Rp2.500.000    5% x Rp50.000.000
 = Rp30.000.000  15% x Rp200.000.000
  = Rp11.531.250  25% x Rp46.125.000
____________________________________        
Total                      = Rp44.031.250                     

Jadi, total pajak Tuan Bakrie yang harus di bayar sebesar Rp44.031.250 kepada
Pemerintah melalui bank yang sudah ditunjuk Direktorat Jenderal Pajak.

Cermati dan Pahami agar Tidak Keliru dalam


Penghitungannya
Banyaknya ketentuan pajak yang diberlakukan Pemerintah mengharuskan subjek
pajak/Wajib Pajak untuk memahami secara jelas aturan-aturannya. Sebagai contoh
Pajak Penghasilan (PPh) yang diatur dalam sejumlah pasal dalam UU No. 36 Tahun
2008. Beberapa ketentuan yang termuat dalam pasal-pasal tersebut mesti diketahui
Wajib Pajak. Salah satunya adalah Pasal 17 yang sudah diterangkan di atas. Dengan
memahami uraian dari Pasal 17 dan ilustrasi penghitungan tarif di atas, akan
memudahkan Wajib Pajak untuk membayar pajak sesuai dengan ketentuan yang
berlaku.

Anda mungkin juga menyukai