PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
pasien di rumah sakit menjadi lebih aman (Kemenkes, 2017). Kesalahan yang
terjadi dalam proses asuhan medis ini akan mengakibatkan atau berpotensi
tahun 2000 mengatakan bahwa di rumah sakit New York ditemukan 3,7 %
akibat KTD pada pasien rawat inap di Amerika Serikat berjumlah 33,6 juta
46,2% pada tahun 2007 menjadi 63%. Dampak KTD ini diantaranya adalah
menyalahkan, konflik antara petugas dan pasien, tuntutan dan proses hukum,
(AHRQ, 2013).
1
2
bertujuan untuk membuat asuhan pasien di rumah sakit menjadi lebih aman,
adalah nilai, keyakinan, perilaku yang dianut oleh individu dalam suatu
reliabilitas dan keamanan pasien (IOM, 2000). Hal ini senada dengan
peningkatan luka jarum suntik dan kejadian nyaris cidera (near miss) antara
menyatakan bahwa rumah sakit dengan skor budaya keselamatan pasien lebih
4
positif memiliki tingkat lebih rendah dalam komplikasi atau adverse (Duarte
et al, 2017).
safety. Demikian juga penelitian Nivalinda, dkk (2013) di salah satu Rumah
sakit dapat dilihat dari sikap dan persepsi Professional Pemberi Asuhan
(PPA) di rumah sakit dalam memberikan pelayanan yang aman untuk pasien
dan petugas.
terhadap error, respon tidak menyalahkan, staf yang adekuat, persepsi staf
kerjasama tim antar unit, penyerahan dan pemindahan pasien dan frekuensi
pelaporan kejadian.
Budaya terbuka dan adil akan memotivasi staf membuat pelaporan mengenai
kejadian yang terjadi dan menjadikan insiden sebagai informasi yang dapat
terlepas dari peran seluruh sumber daya manusia di rumah sakit dalam
determinan dengan nilai p 0.000 < α 0.05, unsur pimpinan memiliki pengaruh
Hal ini di perkuat oleh PMK No. 11 tahun 2017 yang mengatakan
budaya keselamatan pasien yang kuat dan menurunkan angka kejadian tidak
melakukan sesuatu guna mencapai tujuan (Potter & Perry, 2010). Agar
ruang rawat atau lower manager, memegang peran penting terhadap proses
7
yang diberikan kepada pasien atau yang biasa disebut dengan asuhan
pasien oleh profesional pemberi asuhan (PPA) di ruangan rawat inap Rumah
Sakit Islam Sultan Agung Semarang. Dari hasil penelitian Anwar &
pasien.
8
Kesehatan, 2017).
Hasil survey dan wawancara pada bulan Agustus 2019 dengan Tim
telah dibentuk pada tanggal 15 Agustus 2017 sesuai dengan Surat Keputusan
tentang keselamatan pasien sudah ada. Hal ini menunjukkan bahwa Pimpinan
Barat belum optimal. Ini ditandai dari hasil penilaian akreditasi program
khusus untuk program Sasaran Keselamatan Pasien (SKP) oleh KARS tahun
Desember 2018, diperoleh hasil skor 80%. Namun setelah itu pencapaian
standar kembali menurun terlihat dari temuan dalam audit internal dengan
phelebitis 5,7 % dari 13207 jumlah pemasangan infus dan angka infeksi
daerah operasi 3,5 % dari 1904 operasi. Data yang didapat sejak Januari –
% dari 12134 jumlah pemasangan infus dan kejadian infeksi daerah operasi
sebanyak 3,9 % dari 2260 operasi (PPIRS RSUD Pasaman Barat, 2019).
(Kemenkes, 2008).
Pemberi Asuhan di Ruang Rawat Inap RSUD Pasaman Barat didapatkan hasil
10
memahami manfaat dari pelaporan tersebut, tidak tahu cara melaporkan dan
KTD yang terjadi tetapi tidak di laporkan seperti kesalahan dalam pemberian
pesan via telpon, kesalahan dalam pemberian obat, tidak dilakukan penandaan
melalui Hand Hygiene yang masih dibawah standart dan masih kurang nya
pasien terjadi kesalahan pemberian obat dan ada 2 kejadian pasien jatuh.
segera di tindak lanjuti (KKPRS, 2015). Dari semua kejadian tersebut, sudah
11
Cause Analysis (RCA) atau analisis lebih lanjut dari kasus satu persatu.
bisa bertambah karena IKP di RSUD Pasaman Barat masih belum dilaporkan
kebetulan saja.
ruang rawat inap didapatkan dari 3 orang perawat mengatakan tidak tahu
pasien sehingga perawat sering merasa lelah, pembagian tugas tidak sesuai
belum optimal.
B. Rumusan Masalah
keselamatan pasien
keselamatan pasien
keselamatan pasien
keselamatan pasien
keselamatan pasien
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
keselamatan pasien
keselamatan pasien
keselamatan pasien
15
keselamatan
keselamatan pasien
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Perawat
pasien.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Patient Safety
16
17
sebagai suatu sistem agar asuhan yang diberikan pada pasien lebih
seharusnya diambil.
kesalahan transfusi.
terima pasien.
antikoagulan.
pasien:
sebagai berikut :
mengurangi insiden.
keselamatan pasien.
Keselamatan Pasien;
22
meminimalkan Insiden;
Pasien;
analisis;
mulai dilaksanakan;
sentinel;
sakit harus merancang proses baru atau memperbaiki proses yang ada,
24
RI, 2017) :
Dengan budaya adil dan terbuka ini pasien, staf dan Fasilitan
anda.
kembali.
klinis dan non klinis, dan pastikan hal ini sudah terintegrasi
27
pimpinan.
dilakukan tindakan
meminimalisasinya.
(KNKP).
mendengarkan pasien.
akibatnya.
dan simpatik.
insiden itu terjadi. Salah satu hal yang terpenting yang harus kita
insiden.
masalahnya.
Analysis (RCA).
eksternal.
sebagai berikut :
morning report.
Staf dan pasien diperlakukan secara adil saat terjadi insiden dan
keselamatan pasien.
near miss, sehingga dapat dinilai jenis error dan dapat diketahui
keputusan.
tersebut yaitu :
a. Kepemimpinan
Huston, 2015).
2017).
sakit dan kepala unit kerja, unit pelayanan. Direktur rumah sakit
c. Evidence based
d. Komunikasi
kepentingan pasien
39
f. Keadilan
Pembelajaran organisasi
jawab.
a. Strategy 1
5) Menyederhanakan tahapan-tahapan
b. Edukasi
membingungkan
c. Akuntabilitas
2) Meminta maaf
waktu,
pasien,
keselamtan pasien.
Dalam dunia kesehatan, tim kerja dan kerja sama tim bergantung
tim.
b. Kepemimpinan
c. Pembelajaran organisasi
terulang kembali.
g. Komunikasi Terbuka
sebesar 62%.
h. Pelaporan Kejadian
j. Staffing
yang lain dapat berupa perpindahan pasien dari IGD ke unit dalam
Huston (2015) menyatakan fungsi kepala ruang sebagai first line manager
unit kerja wajib memimpin gerakan patient safety. Sebagai lower manager
pasien daripada tenaga lainnya yang ada di rumah sakit, dimana pelayanan
kesehatan yang diberikan kepada pasien atau yang biasa disebut dengan
Rumah Sakit Islam Sultan Agung Semarang. Dari hasil penelitian Anwar
& Yuswardi, (2016) juga diketahui bahwa ada hubungan bermakna antara
pasien.
49
bahwa kepala ruang memiliki peran yang kritis dalam mendukung budaya
1. Perencanaan
tentang patient safety dan perencanaan sumber daya yang ada (SDM
2. Pengorganisasian
3. Pengaturan Staf
4. Pengarahan
sebelumnya.
2016).
insiden dan insiden yang telah dicehah tetapi tetap terjadi juga,
berkala pada area yang berbeda di rumah sakit terkait pada masalah
keselamatan.
siapa yang harus disalahkan tetapi bagaimana dan mengapa insiden itu
5. Pengendalian
D. Kerangka Teori
Penerapan Budaya Keselamatan
Pasien :
Faktor-Faktor yang mempengaruhi
1. Kerja Sama Tim Dalam Unit
Budaya Keselamatan Pasien : 2. Harapan dan tindakan
1. Faktor Personal supervisor/manajer dalam
2. Faktor perilaku organisasi promosi keselamatan
- Kepemimpinan 3. Pembelajaran Organisasi dan
- Kewaspadaan situasi perbaikan berkelanjutan
- Komunikas 4. Dukungan Manajemen untuk
Keselamatan Pasien
- Kerja tim
5. Persepsi tentang Keselamatan
- Stress Pasien
- Kelelahan 6. Umpan Balik Terhadap
- Kepemimpinan tim Kesalahan
- Pengambilan keputusan 7. Keterbukaan Komunikasi
3. Faktor lingkungan 8. Frekuensi Kejadian Dilaporkan
9. Kerja Sama Tim Antar Unit
10. Staffing
Geller (1994) dalam Vierendeels 11. Handoff & Transisi
(2018) 12. Respon Nonpunitif terhadap
Kesalahan
(AHRQ, 2016)
57
Fungsi Manajemen
Keperawatan :
1. Perencanaan
2. Pengorganisasian
3. Pengaturan staf
4. Pengarahan
5. Pengendalian
(Marquis, B. L., & Huston,
2015)
BAB III
A. Kerangka Konsep
Perencanaan
Pengorganisasian
Penerapan Budaya
Pengaturan Staf Keselamatan Pasien
Pengarahan
Pengendalian
B. Hipotesis Penelitian
C. Defenisi Operasional
Adapun definisi operasional pada penelitian ini dapat dilihat pada tabel
dibawah ini :
Tabel 3.1
Definisi Operasional
Cara
Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Hasil Ukur Skala
Ukur
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
Variabel Independen
A. Fungsi Adalah Persepsi Angket Kuesioner a. Baik: jika Ordinal
60
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Barat.
1. Populasi
2. Sampel
40
63
Keterangan:
Z21-α/2 = skor z kepercayaan 95% (1,96)
p = proporsi sampel (0,5)
N = jumlah populasi
d2 = derajat ketepatan yang digunakan 95% (0,05)
108.48
Jumlah Sampel (n) =
0,28 + 0,96
ni = Ni x n
N
Keterangan :
N = Jumlah populasi
65
Tabel 4.1
Jumlah Sampel Pada Masing-Masing Area
Jumlah Jumlah
No Ruangan Rumus
Perawat Sampel
10 OK 8 =8/ 113 x 87 6
Jumlah 113 87
66
sampel yaitu:
a. Kriteria inklusi :
inform concent
b. Kriteri eksklusi :
C. Tempat Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan di Ruang Rawat Rumah Sakit Umum Daerah
Pasaman Barat.
D. Waktu Penelitian
E. Etika Penelitian
1. Informed consent
2. Anonymity
responden yang terlibat dalam penelitian ini. Nama dan data pribadi lain
3. Confidentiality
1. Data Primer.
68
rumah sakit.
a. Kuesioner A
b. Kuesioner B
(K) diberi skor 3, jarang (J) diberi skor 2, dan tidak pernah (TP)
c. Kuesioner C
(nomor 1-4).
(nomor 5-8).
(nomor 15-18).
(22-24).
(nomor 25-27).
(nomor 28-31).
36-39).
yaitu: selalu (SL) diberi skor 5, sering (SR) diberi skor 4, kadang-
kadang (K) diberi skor 3, jarang (J) diberi skor 2, dan tidak pernah
2. Data Sekunder.
Pengumpulan data sekunder diperoleh dari buku arsip atau profil rumah
sakit, jadwal dinas perawat, jurnal online, media baca dan studi
rumah sakit, fungsi manajemen kepala ruang serta peran dan fungsi
dilakukan di RSUD Lubuk Sikaping, Uji coba ini dilakukan dengan cara:
1. Uji Validitas
suatu alat ukur dalam pengukuran suatu data ( dalam hal ini adalah
masing skor item dengan skor total. Skor total adalah penjumlahan
Valid. Jika r hitung ≥ r tabel (uji 2 sisi dengan sig. 0,05) maka
2. Uji Reliabilitas
1. Tahap Persiapan
masalah.
proposal.
menemui responden.
3. Pelaksanaan
perawatan pelaksana
disediakan
masing responden
berdinas pagi.
4. Tahap Akhir
75
berikut :
kemungkinan kesalahan.
(Arikunto, 2009).
1. Analisis Univariat
2. Analisis Bivariat
3. Analisis Multivariat