Banyak yang dapat dilakukan untuk menurunkan beban kematian dan kecacatan

dari cedera dengan memperkuat layanan perawatan trauma di seluruh spektrum dari

perawatan pra-rumah sakit melalui perawatan rumah sakit untuk rehabilitasi. Rantai

kelangsungan hidup dimulai di tempat kejadian. Menyokong perawatan pra-rumah sakit

berkualitas bisa menyelamatkan banyak nyawa setelah cedera. Di mana layanan medis

darurat formal (biasanya dengan ambulans) ada, kinerja mereka dapat ditingkatkan dengan

standarisasi peralatan, pelatihan, infrastruktur dan operasi. Di mana layanan medis darurat

formal tidak ada, memulai layanan medis darurat formal baru bisa menjadi pilihan yang

masuk akal, terutama di sepanjang jalan sibuk dengan tingkat kecelakaan tinggi. Namun,

pelayanannya mahal. Dalam keadaan apa pun, dan terutama jika tidak ada layanan medis

darurat, perawatan pra-rumah sakit dapat ditingkatkan dengan membangun sistem informal

perawatan dan transportasi pra-rumah sakit yang ada di Indonesia. Dalam banyak kasus,hal

ini melibatkan penarikan sumber daya di masyarakat untuk melatih dan mungkin melengkapi

mereka yang pekerjaannya menjadi pelayanan pertama pada keadaan darurat. Mereka

mungkin anggota dari masyarakat biasa, anggota organisasi seperti Palang Merah dan

Masyarakat merah bulan sabit, atau anggota layanan darurat nasional, seperti polisi dan

layanan darurat.

Contoh pendekatan efektifitas semacam itu merupakan suatu proyek, menciptakan

sistem dua lapis, yang beroperasi di Irak utara dan Kamboja. Ribuan penduduk desa,

membentuk lapisan pertama, dilatih dalam bantuan dasar pertama. Ketika dibutuhkan, tingkat

kedua dari paramedis yang lebih terlatih dipanggil. Sistem ini secara signifikan menurunkan

tingkat kematian di antara para korban ledakan tambang dan trauma lainnya, dan merupakan

contoh yang baik tentang bagaimana perawatan pra-rumah sakit dapat ditingkatkan dengan

biaya rendah tanpa mengembangkan sistem ambulans (113). Contoh serupa dapat ditemukan

dalam sistem perawatan trauma Pra-rumah sakit WHO (114)

 Tindakan yang diterima oleh anak yang terluka saat mencapai rumah sakit adalah

poin lain dalam rantai kelangsungan hidup, dimana kehidupan dapat diselamatkan.

Memperbaiki organisasi dan perencanaan layanan perawatan trauma adalah cara yang dapat

ditegakkan dan berkelanjutan untuk meningkatkan kualitas dan hasil perawatan. Hal Ini

termasuk menetapkan satu set layanan perawatan trauma, dimana setiap anak yang terluka

harus menerima sumber daya yang dibutuhkan, baik manusia maupun fisik, untuk

memastikan layanan tersebut. Melanjutkan kursus pendidikan tentang perawatan trauma

harus diperkenalkan, dengan program peningkatan kualitas, dan sistem untuk rujukan antara

bagian-bagian yang berbeda dari sistem perawatan kesehatan harus diperkuat melalui

perjanjian transfer antar-rumah sakit.

Keegawat daruratan cedera sering kali merupakan pelayanan pertama yang didapatkan anak-

anak di rumah sakit. Pengalaman itu dapat menambah stres fisik kepada anak jika mereka

mendapat informasi yang kurang atau jika mereka merasa kesepian dan ketakutan. Ketika

merawat anak-anak yang terluka, petugas kesehatan harus memberikan informasi,

dikomunikasikan dalam cara yang sesuai dengan usia anak, dan berusaha membuat

lingkungan rumah sakit tidak terlalu mengintimidasi dan tidak seperti lingkungan rumah

sakit. (116). Singkatnya, rumah sakit dan staf layanan kesehatan harus melakukan yang

terbaik untuk anak tersebut.

Akhirnya banyak korban luka yang selamat dari kecacatan. Banyak dari kecacatan

ini dapat dihindari dengan meningkatkan layanan rehabilitasi. Hal ini melibatkan peningkatan

layanan di fasilitas perawatan kesehatan dan juga akses ke rehabilitasi berbasis masyarakat.

Penilaian telah menunjukkan bahwa layanan rehabilitasi semacam itu tidak berkembang

secara global dan pada kenyataannya di antara yang paling kurang berkembang dengan

spektrum pelayanan perawatan trauma yang memperkuat layanan rehabilitasi seperti itu akan

mengurangi perluasan ketidakmampuan tindak lanjut dan cedera dan membantu mereka yang
mengalami ketidaksanggupan untuk mencapai memaksimalkan potensi dan memimpin

kehidupan yang bermakna