Anda di halaman 1dari 60

Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/

Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional

Jakarta, 10 Oktober 2019


Outline
Era Soekarno Era Soeharto Era Habibie
Bapak Proklamator Bapak Pembangunan Indonesia Bapak Teknologi Indonesia

Era Abdurrahman Era Megawati Era Susilo Bambang


Wahid Presiden Wanita Pertama Yudhoyono
Bapak Kemajemukan Indonesia The Thinking General

Era Joko Penutup


Menteri PPN/Kepala
Widodo Bappenas
Bapak Pembangunan
Infrastruktur

2
Era Soekarno
Bapak Proklamator
1959 – 1966

1950 – 1959

Demokrasi
1945 – 1950 Terpimpin

Demokrasi
Parlementer

Perang
Kemerdekaan
3
Masa Perang Kemerdekaan (1945 – 1949)
Agustus 1945 Oktober 1945 Desember 1945 Januari 1946 Februari 1946 Maret 1946 April 1946 November 1946 Januari 1946 Mei 1947
Insiden Pertempuran • Pertempuran di Pertempuran Peristiwa Merah Bandung Pertempuran Puputan • Pertempuran Pertempuran
Hotel Lima Hari di Jakarta Lengkong Putih Manado Lautan Api Selat Bali Margarana Laut Cirebon Laut Sibolga
Yamato Semarang • Pertempuran • Pertempuran
Bojong Kokosan Lima Hari
Lima Malam
Oktober-November 1945
di Palembang
Peristiwa 10 November KONFLIK MEMPERTAHANKAN KEMERDEKAAN
Desember 1946 - Februari 1947
Oktober-Desember 1945
Palagan Ambarawa Pembantaian Westerling

Desember 1945 - Agustus 1946


Pertempuran Medan Area

27 Desember 1949 Belanda Mengakui Kemerdekaan RI


Agustus 1949 Maret 1949 Desember 1948 Juli - Agustus 1947
Serangan Umum Serangan Umum Agresi Militer Agresi Militer
di Surakarta 1 Maret di Belanda II Belanda I
Yogyakarta
Dampak Masa Perang
Kemerdekaan:
• Kerusakan aset produktif – PDB Indonesia di Masa Perang Perang Kemerdekaan Menyebabkan Turunnya Kapasitas Produksi
turunnya kapasitas produksi Kemerdekaan Mengalami Kontraksi (Kapasitas Produksi 1947 dibandingkan masa sebelum perang)
• Terganggunya kegiatan rutin PDB ↓ 500
393 378 362
400 347
produksi 316
(harga 2000)

Inflasi ↑
Rp Triliun

300
• Terhentinya ekspor-impor 200 70-75
karena blokade Belanda 100 30-35
50
20-25 20
• Pembiayaan kebutuhan perang -
Tanaman Perekonomian Perkebunan Perikanan Pertambangan
dengan mencetak uang baru 1945 1946 1947 1948 1949 Pangan Rakyat Besar
Sumber: World Bank, Booth (1996) 4
Akhir Masa Perang Kemerdekaan: Antisipasi Krisis Ekonomi (1950)
Dihadapkan pada ancaman krisis: utang dan inflasi yang tinggi, pada Maret 1950 Menteri Keuangan Syafrudin mengeluarkan dua kebijakan
penting: gunting uang dan sertifikat devisa

Gunting Syafrudin 1 Mengurangi varian uang yang beredar


Nilai mata uang dipotong menjadi setengahnya!! 2 Membatasi dan sekaligus menekan laju inflasi
3 Menurunkan harga komoditas pokok
4 Serta menambah pemasukan pemerintah
c
64,7%
LAJU UANG
BEREDAR 19,8%
DAMPAK DESEMBER
1950 Tanpa Dengan
Sertifikat Devisa pengguntingan pengguntingan
Tujuan: Mendorong Ekspor – Menekan Impor
Rp 6,990 M
Mekanisme: PEMERINTAH
• Eksportir mendapat sertifikat devisa 50% dari harga MEMPEROLEH Rp 1,871 M
ekspor PEMASUKAN YANG
• Importir wajib membeli sertifikat devisa dengan SIGNIFIKAN
nilai sebesar harga barang yang diimpor (HASIL DARI PENJUALAN
SERTIFIKAT DEVISA)
Sumber: Kemenko Ekon (2017), Boediono (2016) 5
Pasca Perang Kemerdekaan (1950 -1958)
Pada periode ini pembayaran utang KMB dan pembiayaan program nasionalisasi menjadi beban pengeluaran negara
KONFERENSI MEJA BUNDAR NASIONALISASI EKONOMI
1. Kebijakan ekonomi atas izin PERKEBUNAN Pelatihan pengusaha Bumiputra oleh
Sistem Alibaba
Belanda pengusaha etnis Tionghoa
2. Perusahaan Belanda kembali PT Perkebunan
beroperasi Nusantara I-XVI Keberpihakan perbankan terhadap
Program Benteng importir Bumiputera
3. Menanggung utang Hindia
Belanda USD 1,13 Miliar
4. Menanggung biaya 17.000 PERDAGANGAN
PERBANKAN
karyawan eks Belanda dan
PT Negara Bank Indonesia
26.000 tentara eks KNIL
Bank Umum Negara (BUNEG)
Defisit APBN yang meningkat dibiayai dengan mencetak PERINDUSTRIAN
Bank Dagang Negara
uang baru sehingga inflasi meningkat DAN TAMBANG
Bank Koperasi Tani dan Nelayan (BKTN)
7900 Badan Penguasaan Industri
(Rp Juta) dan Tambang (BAPPIT)
2900
TRANSPORTASI
PERUSAHAAN LISTRIK Pelayaran Pelni
-2100
Perusahaan Listrik Negara Penerbangan Garuda Indonesia Airways
(PLN)
-7100 Defisit APBN Perkeretaapian Perusahaan Negara Kereta Api
Uang Beredar
-12100 Meski terbilang sukses, program nasionalisasi menyebabkan turunnya produktivitas dan
1950 1951 1952 1953 1954 1955 1956 1957 1958 profitabilitas BUMN terbentuk, sehingga membutuhkan subsidi dari APBN.
Sumber: Kemenko Ekon (2017), Boediono (2016)
6
Era Demokrasi dan Ekonomi Terpimpin (1959-1965)
Pengeluaran Prioritas Politik Dukungan Dana untuk BUMN
3000 dibandingkan APBN 50 (Rp Miliar)
Negara “memimpin” 2500 40 900

Ekonomi Nasional 2000


1500
30 800
20
1000 700
 Sasaran dan kebijakan ekonomi 500 10
600
mengacu dan tunduk pada
0 0
tujuan besar politik negara 1958 1959 1960 1961 1962 1963 1964 1965 500

Total APBN (Rp Miliar)


400
 BUMN menjadi pelaku sentral Pengeluaran Prioritas Politik (Rp Miliar)
300
ekonomi nasional – mendapat Proporsi Pengeluaran Prioritas Politik terhadap APBN (Persen)

dukungan penuh dari APBN 200

dan perbankan Pos-pos Pengeluaran Prioritas Politik 1965


100
(Rp Miliar)
Operasi Keamanan
5,6 0
 Bank sentral menjadi bagian 388,0
Irian Barat dan Malaysia
1958 1959 1960 1961 1962 1963 1964 1965
tidak terpisahkan dari Kredit Bank-bank Pemerintah
Subsidi BUMN dan
pemerintahan Swasta Kredit Bank Indonesia
15,8 Lain-lain APBN
567,1
Sumber: Boediono (2016), Tim Penulis LP3ES (1995), Van Zanden dan Marks (2012) 7
Akhir Era Soekarno
Hiperinflasi (1965) Upaya Penanganan Hiperinflasi
Sejak 1958 batas pinjaman BI dihapus sama sekali. Defisit yang Pemerintah mengeluarkan kebijakan sanering, devaluasi mata
besar dibiayai dengan mencetak uang baru sebanyak-banyaknya. uang, dan penerbitan mata uang baru untuk mengatasi
Inflasi meroket hingga mencapai 592%. hiperinflasi. Namun kebijakan ini gagal (inflasi 1966 mencapai
635%) karena tidak mengatasi sumber utama kenaikan inflasi –
defisit APBN
Defisit Pengeluaran, Uang Beredar (Rp Miliar) TAHAP 1
dan Inflasi (Persen)
SANERING
2400
592
700

600
Rp 1.000 Penurunan nilai mata uang
Berlaku pada uang kertas
1900
1400 500
TAHAP 2
900 400
Penerbitan uang baru Rp 1
400
300
-100
-600
200 Rp 1.000 Rp 1
-1100 100

-1600 0
1959 1960 1961 1962 1963 1964 1965 Semua jenis uang Rp 10.000,
Rp 5.000, Rp 2.500, dan Rp
Defisit Uang Beredar Inflasi - RHS 1.000 tidak berlaku lagi
Sumber: Kemenko Ekon (2017), Boediono (2016), Van Zanden dan Marks (2012) 8
Perencanaan Pembangunan di Awal Kemerdekaan

Perencanaan pembangunan telah dimulai sejak zaman awal kemerdekaan. Namun situasi politik yang tidak stabil dan kondisi perang
menyebabkan perencanaan pembangunan masih belum berjalan optimal.

Panitia Pemikir Siasat Ekonomi yang terbentuk melalui


Badan Perancang Ekonomi
Penetapan Presiden No. 3/1947 menghasilkan dokumen
Dibentuk pada Kabinet Sjahrir III oleh
perencanaan pertama “Dasar-Dasar Pokok Daripada Plan
Menteri Kemakmuran AK Gani
Mengatur Ekonomi Indonesia”

Tindak Lanjut Dekrit Presiden 5 Juli


1948: Kasimo Plan – Plan Produksi Tiga
1959: Terbentuknya Dewan Perancang
Tahun RI, disusun oleh Menteri Urusan
Nasional (Depernas) yang dipimpin
Bahan Makanan I.J. Kasimo
oleh Mr. Muhammad Yamin

Depernas menyusun Rancangan Pembangunan Nasional


Penetapan Presiden No. 12/1963: Depernas
Sementara Berencana Tahapan Pertama 1961-1969 yang
diubah menjadi Badan Perencanaan
merupakan turunan dari Manifesto Politik dari Presiden
Pembangunan Nasional (Bappenas)
Soekarno

Sumber: Subkhan (2014) 9


Era Soeharto 1994 – 1998 Repelita VI
Bapak Pembangunan Indonesia

1989 – 1994 Repelita V

1984 – 1989 Repelita IV

1979 – 1984 Repelita III

1974 – 1979
Repelita II

1969 – 1974 Repelita I

1966 – 1969 Stabilisasi dan Rehabilitasi Ekonomi


10
Stabilisasi dan Rehabilitasi Ekonomi Pasca (1965-1969)
Mengurangi defisit anggaran
(Anggaran Belanja Berimbang)
Mengubah sistem komando menjadi sistem pasar
• Kenaikan harga barang dikontrol
• Penghapusan bertahap perlakuan khusus bagi BUMN pemerintah (BBM & listrik)
• Penyederhanaan prosedur perdagangan luar negeri 1 • Peningkatan penerimaan pajak
• Pembakuan peran modal asing dan dalam negeri
Pengendalian Inflasi Memperlambat kredit perbankan –
melalui UU PMA (1967) dan PMDN (1968)
kenaikan suku bunga
• Pengurangan subsidi-subsidi
2
Pencukupan Kebutuhan Meningkatkan produksi dan
Pangan dan Sandang menjaga kelancara impor
Prioritas Program
Stabilisasi dan 3
Rehabilitasi Prasarana Seluruh anggaran pembangunan
Rehabilitasi
Ekonomi untuk rehabilitasi

Kurs devisa ganda diubah menjadi


Inflasi Pertumbuhan Ekonomi
kurs tunggal
594,3 4
6,86 Peningkatan Kegiatan
Penyederhanaan prosedur
Ekspor
perdagangan luar negari
9,89 1,08
Negosiasi Utang
1965 1969 1965 1969 (Pembentukan IGGI)
Sumber: Nitisastro (2010), Boediono (2016) 11
Perencanaan Pembangunan: Rencana Pembangunan Lima Tahun (REPELITA)
Repelita merupakan turunan dari Garis-Garis Besar Halauan Negara yang ditetapkan oleh MPR. Dari Repelita akan diturunkan menjadi
Sasaran Repelita Tahunan (SARLITA)
TRILOGI PEMBANGUNAN REPELITA I REPELITA II REPELITA III
1969 -1974 1974 - 1979 1979 - 1984
Stabilitas
Nasional yang
Dinamis

Memenuhi kebutuhan dasar Meningkatkan pembangunan di Meningkatkan bidang industri


dan infrastruktur dengan pulau-pulau selain Jawa, Bali dan padat karya untuk
penekanan pada bidang Madura, di antaranya melalui meningkatkan ekspor
Pemerataan pertanian. transmigrasi.
Pembangunan Pertumbuhan
dan Hasil- Ekonomi Tinggi
hasilnya

REPELITA IV REPELITA V REPELITA VI


1984 - 1989 1989 - 1994 1994 - 1998

Meningkatkan industri yang Menitikberatkan sektor pertanian Memacu pembangunan


dapat menghasilkan mesin- dan industri untuk memantapkan dengan kekuatan sendiri demi
mesin industri sendiri, baik swasembada pangan dan menuju terwujudnya
industri berat maupun meningkatkan produksi pertanian masyarakat yang adil dan
ringan lainnya serta menghasilkan makmur berdasarkan Pancasila
barang ekspor
Widjojo Nitisastro Sumber: Bappenas 12
Pencapaian Ekonomi Era Soeharto (1966 – 1997)

Pertumbuhan Ekonomi (Persen) PDB Per Kapita (USD Harga Berlaku)


12 Rata-rata 1200
10 6,5% 1000
8 800
1997;
6 600
1.064
400 1967; 54
4
1966; 2,8 1997; 4,7 200
2
0
0
1966
1967
1968
1969
1970
1971
1972
1973
1974
1975
1976
1977
1978
1979
1980
1981
1982
1983
1984
1985
1986
1987
1988
1989
1990
1991
1992
1993
1994
1995
1996
1997
Tingkat Kemiskinan (Persen) Inflasi (Persen)
70 35
1969; 9,9
60 1970; 60,00 30
50 25
40 20
1997; 17,47 1997; 10,3
30 15
20 10
10 5
0 0

1969
1970
1971
1972
1973
1974
1975
1976
1977
1978
1979
1980
1981
1982
1983
1984
1985
1986
1987
1988
1989
1990
1991
1992
1993
1994
1995
1996
1997
1970 1976 1978 1980 1981 1984 1987 1990 1993 1996 1997
13
Sumber: BPS, World Bank
Pembangunan Pertanian: Menuju Swasembada Beras
Swasembada Beras
45 3000
Fokus Pembangunan Pertanian 40
2500
35
Peningkatan Produktivitas
30 2000
(Intensifikasi) 25
1500
20
15 1000
10
500
5
0 0

1970

1975

1976

1977

1978

1979

1980

1981

1982

1983

1984

1985

1986

1987
Produksi (juta/ton) Impor (ribu ton) - RHS

Jaringan Irigasi Penggilingan (ribu unit) Kapasitas Gudang Beras (juta Pasokan Pupuk (juta ton)
• Penyebaran teknologi baru Pemerintah (juta ha) Lain-lain (juta ha)
ton)

(bibit unggul, pupuk) 16,3 28,3 4 0,5 5,1 29,4


2,45 3,23 2,2 1,11 0,86 -1,9 1,5 5,7 10
kepada petani 1969 1985 Pertumbuhan 1969 1985 Pertumbuhan
1969 1985 Pertumbuhan 1969 1985 Pertumbuhan 1969 1985 Pertumbuhan
• Pembangunan infrastruktur
fisik dan kelembagaan yang Kios Pupuk (ribu unit) Kelompok Tani (ribu) Penyuluh Lapangan (ribu) Bank Desa (ribu unit) Koperasi (ribu unit)

diperlukan
1,9 20,3 19,8 40 225 11,6 1,6 22,2 19,2 0,5 3,7 12,6 0,1 6,9 32,6

1969 1985 Pertumbuhan 1969 1985 Pertumbuhan 1969 1985 Pertumbuhan 1969 1985 Pertumbuhan 1969 1985 Pertumbuhan

14
Sumber: Boediono (2016), Tabor (1992)
Masa Oil Boom I dan II: Membangun Industri Strategis dan Substitusi Impor
Produksi Minyak Indonesia dan
Berkah harga minyak membantu meningkatkan
Perkembangan Harga Minyak Dunia
2000 40 investasi pemerintah di sektor industri
1500 30 Investasi BUMN di industri
Oil Boom II (1979)
1000 20
Industri Dasar: baja, semen, pupuk, kertas
500 10
Oil Boom I (1974)
0 0
Industri Strategis: IPTN, galangan kapal,
telekomunikasi, dll
1965

1967

1969

1971

1973

1975

1977

1979

1981

1983

1985

1987

1989
Produksi Minyak Indonesia (Bph) Harga Minyak (USD/Barel)

Penerimaan Negara dan Pengeluaran Pembangunan Substitusi Impor


(Rp Miliar)
25000
Kebijakan proteksi dalam negeri
20000
15000
10000
5000
0
1970

1971

1972

1973

1974

1975

1976

1977

1978

1979

1980

1981

1982

1983

1984

1985

Migas Lainnya Pengeluaran Pembangunan


15
Sumber: Boediono (2016), BP Statistical Review (2017)
Melepas Ketergantungan Minyak: Mendorong Ekspor Non Migas
melalui Devaluasi Nilai Tukar
Kebijakan ini bertujuan untuk menahan pelebaran
defisit transaksi berjalan: meningkatkan ekspor non
Rupiah vs USD
migas dan menahan impor
2500
September 1986: Kenaikan
Komoditi 1986 1996
(kali)
Devaluasi Rupiah sebesar 31 persen + perubahan
Peralatan Listrik 65 3.563 54.8
2000 sistem kurs dari kurs tetap menjadi mengambang
Kayu Lapis 1004 3.504 3.5
terkendali (2-4 persen depresiasi tiap tahunnya) Pakaian Jadi 527 3.086 5.9
Tekstil 279 2.626 9.4
Karet 720 1.875 2.6
1500
Tembaga 158 1.387 8.8
Pulp dan Kertas 33 1.353 41
Minyak Sawit dan Biji
103 1.004 9.7
1000 Sawit
Udang, Lobster, dan Tuna 284 1.045 3.7

Gebrakan Sumarlin I (Juni 1987):


500 Perubahan sistem kurs baru mendorong capital outflow. Untuk mengatasi
Maret 1983:
Devaluasi Rupiah sebesar kondisi tersebut, Sumarlin melakukan pengetatan moneter dengan cara
menaikkan suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) dan menginstruksikan
28 persen deposito BUMN dikonversi menjadi SBI
0
1980

1981

1982

1983

1984

1985

1986

1987

1988

1989

1990

1991

1992
16
Sumber: Bank Indonesia, Boediono (2016), World Bank (1997)
Dalam juta USD
Melepas Ketergantungan Minyak: Reformasi Perpajakan 1980-an
Berakhirnya oil boom pada pertengahan 1980-an menuntut pemerintah mencari sumber penerimaan yang baru

Reformasi Perpajakan Rasio Pajak


(Persen PDB)
Penyederhanaan sistem dan prosedur perpajakan
• Penghasilan (PPh) mulai berlaku 1984. 10,3
9,6 9,9 9,7
• Pajak Pertambahan Nilai (PPN) – menggantikan 8,7
8,3 8,0
pajak penjualan mulai berlaku April 1985.
7,1
6,4 6,3 6,5
• Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) mulai 5,9 5,8
diterapkan pada 1986. 5,3

Pembenahan tata kerja dan pelatihan staf di Direktorat


Jenderal Pajak

Reformasi Kepabeanan

1979/80
1980/81
1981/82
1982/83
1983/84
1984/85
1985/86
1986/87
1987/88
1988/89
1989/90
1990/91
1991/92
1992/93
Mengalihkan fungsi kepabeanan kepada perusahaan
internasional, SGS
Sumber: Boediono (2016), Bappenas 17
Melepas Ketergantungan Minyak: Deregulasi Perbankan

Deregulasi perbankan bertujuan untuk mendorong Pertumbuhan Kredit dan Inflasi (Persen)
intermediasi keuangan. Memobilisasi tabungan masyarakat, 50 12,00
menggantikan peran APBN Pertumbuhan Kredit (Rupiah) Inflasi - RHS
45
Paket Kebijakan Juni 1983: 10,00
40
• Bank pemerintah bebas menentukan suku bunga dan
menghapus batas atas kredit yang diberikan oleh semua 35
bank. 8,00
30
Paket Kebijakan Oktober 1988 (Pakto 1988):
• Pelonggaran syarat pembukaan bank. 25 6,00
• Ruang gerak bank nasional diperluas dan bebas
berkompetisi 20
• Bank asing diperbolehkan membuka cabang di ibu kota
4,00
provinsi 15

10
2,00
Gebrakan Sumarlin II (Maret 1991):
Sumarlin kembali melakukan kebijakan pengetatan. Namun kali ini bertujuan 5
untuk menekan tingkat inflasi sebagai akibat kredit perbankan yang berlebihan
pasca terbitnya Pakto 1988 0 0,00
1985 1986 1987 1988 1989 1990 1991 1992
Sumber: Boediono (2016), Kemenko Ekon (2017) 18
Transformasi Struktural Era Soeharto
Berbagai reformasi kebijakan yang dilakukan mampu mendorong pertumbuhan industri manufaktur.

25 60
Pertumbuhan (Persen) Share terhadap PDB
20 Era Soeharto Era Soeharto (Persen)
Pertumbuhan Industri 50
15 Manufaktur
40
10

5 30

0 20
-5 Pertumbuhan PDB
10
-10

0
-15

1983
1986
1989
1992
1995
1998
2001
2004
2007
2010
2013
2016
1984
1986
1988
1990
1992
1994
1996
1998
2000
2002
2004
2006
2008
2010
2012
2014
2016
2018

Sumber: Bappenas, World Bank, BPS


Pertanian Manufaktur Jasa 19
Melepas Ketergantungan Minyak: Deregulasi Peraturan Investasi

Pertengahan tahun 1980an berhasil menarik investasi asing melalui proses perbaikan iklim investasi besar-besaran.
Prosedur izin investasi dipotong, sementara regulasi yang bersifat restriktif terutama untuk investor asing dicabut atau
dipermudah. Perubahan juga dilakukan terhadap rezim perdagangan yang proteksionis untuk meningkatkan daya saing
dan mendorong ekspor, melakukan transisi kebijakan dari import-substituting ke export-promoting.

Kebijakan-kebijakan yang dilakukan a.l:


Investasi Asing yang Disetujui di Indonesia
500 10000 • Promosi investasi yang targeted: BKPM memprioritaskan FDI baru dari negara Asia yang memiliki
Jumlah Proyek potensi ekspor.
450 9000
• Kebijakan FDI dideregulasi 1986-94, terutama export oriented FDI, termasuk mengijinkan 95%
Nilai (Juta USD)
400 8000 foreign ownership dan distribusi domestik untuk export oriented FDI.
350 Perbaikan iklim investasi 7000 • Pemerintah merelaksasi nilai minimum investasi dari 1 juta USD menjadi 250 ribu USD.
melalui penyederhanaan • Relaksasi proteksi perdagangan melalui Paket kebijakan (Pakem) yang dikeluarkan pada tanggal 6
300 6000
regulasi besar-besaran Mei 1986. Pakem tersebut memberikan kesempatan bagi eksportir untuk dapat membeli barang
250 5000 input dari luar maupun dalam negeri sesuai dengan harga internasional.
200 4000 • Penyederhanaan proses dan administrasi bea cukai terkait ekspor impor serta insentif yang jelas
untuk industri berorientasi ekspor. Peran bea cukai digantikan oleh swasta asing, sehingga
150 3000 menyederhanakan birokrasi. Ada institusi Bapeksta yang menjalankan restitusi pajak untuk
eksportir dengan sangat profesional
100 2000
• Pemerintah menandatangani kesepakatan bilateral seperti "investment guarantee agreement"
50 1000 dengan Taiwan, Korea dan Singapura dan bilateral tax treaty agreements dengan Taiwan dan
0 0 Singapura.
• Memfasilitasi tenaga kerja asing berkeahlian tinggi: Dihapuskannya larangan sekolah pendidikan
bahasa Tionghoa untuk memudahkan pendidikan bagi anak-anak ekspatriat tenaga ahli dari
Sumber: Thee Kian Wie (2006)
Taiwan.
Program Pengentasan Kemiskinan

Kemiskinan
75 75

Program Bantuan Program Keluarga Muda 65 65


Inpres Desa Tertingal Kesejahteraan Fakir Miskin Mandiri
55 55

45 45

Pembinaan Karang Taruna dan Peningkatan Intensifikasi Pertanian


Asistensi Keluarga Miskin Tanaman Pangan 35 35

25 25

Program Pendidikan dan Pembinaan Usaha Kecil 15 15


Program Transmigrasi Kesehatan Kredit Candak Kulak
5 5

1970 1976 1978 1980 1981 1984 1987 1990 1993 1996 1998
-5 -5
Jumlah Penduduk Miskin (Juta Orang)
Program Peningkatan Tabungan Kesejahteraan Keluarga (Takestra) dan
Peran Wanita Kredit Usaha Kesejahteraan Keluarga (Kukesra) Presentase Penduduk Miskin (Persen)
21
Sumber: Boediono (2016), BPS
Program Keluarga Berencana

1970 8 Juni 1989 Jumlah Penduduk dan Tingkat Fertilitas

200 6
Pemerintah mendirikan Meluncurkan 180
Badan Koordinasi Program KB 5
Keluarga Berencana Mandiri 160

Nasional (BKKBN) 140


4
120

100 3

80
2
60

40
1
20

0 0

Presiden Soeharto meresmikan pabrik kondom pertama Indonesia. Populasi (Juta Jiwa) Tk. Fertilitas - RHS
Penggunaan alat kontrasepsi berperan besar dalam kesuksesan program KB
22
Sumber: Boediono (2016), BPS, Repelita
Masa Menjelang Krisis 1998
“Masa Tenang Sebelum Badai” “Tanda-Tanda Kerawanan”
Periode 1990-1996, pertumbuhan ekonomi tinggi di atas 6 persen,
Pengawasan perbankan lemah. Kredit perbankan membiayai proyek sendiri (moral hazard)
inflasi meski tinggi tetapi menurun di tahun 1996, dan defisit
transaksi berjalan terjaga Pertumbuhan Kredit Persen PDB NPL
1981-1989 1990-1997 1997
1994 1995 1996
Indonesia 22 19 57
Korea Selatan 13 12 95 Indonesia 12.0 10.4 8.8
Indikator Makro Sebelum Krisis Malaysia 11 16 64 Korea 1.0 0.9 0.8
Filipina -5 18 52
12 Singapura 10 12 97
Malaysia 8.1 5.5 3.9

Thailand 15 18 105 Thailand 7.5 7.7 N/A


10
Nilai tukar overvalued dengan defisit transaksi berjalan yang cukup besar
8
Apresiasi REER (%) Defisit Transaksi Berjalan (Persen PDB)
1990-1997 1990-1995 1996 1997
6
Indonesia 25 -2.5 -3.7 -2.9
Korea Selatan 12 -1.2 -4.8 -1.9
4
Malaysia 28 -5.9 -4.9 -5.1
Filipina 47 -3.8 -4.7 -5.2
2
Thailand 25 -6.7 -7.9 -2.0

0 Utang jangka pendek lebih besar dari cadangan devisa

-2 Utang Jangka Pendek Cadev Rasio


Miliar USD (Persen Cadev)
-4 Indonesia 34.25 20.34 168
Korea Selatan 67.51 34.07 198
1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996
Malaysia 11.18 26.59 42
CAD Inflasi Pertumbuhan Ekonomi Filipina 7.74 9.78 79
Singapura 175.23 80.66 217
Thailand 45.57 31.36 145 23
Sumber: Oxford Economics, BI, BPS
Pemicu Krisis Asia 1998
Kebijakan pemerintah terhadap
Kerentanan Pemicu Krisis
sistem keuangan
Makroekonomi • Deplesi cadangan devisa
• Sistem keuangan yang berpusat
• Inflasi relatif tinggi • Kerentanan ekonomi terungkap
pada bank
• Apresiasi nilai tukar • Kurs tetap kehilangan kredibilitas
• Pengawasan bank yang lemah
riil
• Moral hazard (Bank digunakan
• Defisit transaksi
untuk membiayai proyek-proyek
berjalan melebar Kerentanan Sektor
sendiri)
keuangan
• Potensi krisis
Struktur Jatuh Tempo Utang perbankan
Penyebab aliran masuk modal asing
• Akumulasi utang jangka • Potensi krisis utang
• Kebijakan moneter ekspansioner
Capital Inflow ke negara pendek dalam mata uang publik
negara maju
• Kelebihan likuiditas dunia berkembang asing
Deregulasi sektor keuangan
• Suku bunga yang lebih tinggi Krisis
dibandingkan dengan negara maju Kebijakan pemerintah • Serangan spekulasi terhadap mata
• Liberalisasi akun modal (capital terhadap modal asing uang
account) • Liberalisasi akun modal • Aliran modal keluar
bias terhadap modal • Kenaikan utang publik dan swasta
Kerentanan jangka pendek
Kebijakan ekonomi makro Makroekonomi • Modal asing digunakan
• Nilai tukar tetap (Fixed ER) • Inflasi relatif tinggi untuk membiayai utang
• Kebijakan fiskal longgar (defisit • Apresiasi nilai tukar riil publik
anggaran terus-menerus) • Defisit transaksi
berjalan melebar *diadopsi dari R. Bonoan & J. Shapiro 1999
24
Krisis Asia 1998
Krisis moneter yang berujung pada krisis ekonomi dan politik mendorong terpuruknya perekonomian Indonesia.
15,0
Inflasi (%) Rasio Utang (% PDB)
Pertumbuhan
(Persen)
10,0
77,6 57,7
5,0

Depresiasi Rupiah Defisit Transaksi


Negara 1998 Berjalan (%)
0,0
Indonesia -13,1 2.765 16.650

-5,0
Japan
Malaysia
-1,2
-7,4
(14 Agt 1997)1 (17 Jun 1998)2
4,1
Filipina -0,6
Singapura -2,2 Suku Bunga Acuan Tingkat Kemiskinan
-10,0 Korea Selatan -5,5 BI (%) (%)

-15,0 -13,1
Thailand -7,6
70 24,2
(Agustus 1998)
1990
1991
1992
1993
1994
1995
1996
1997
1998
1999
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
2014
2015
2016
2017
1 Perubahan rezim nilai tukar menjadi mengambang bebas 25
2 Titik terrendah rupiah
Letter of Intent dengan IMF
Kebijakan pemerintah untuk menanggulangi krisis tertuang dalam dokumen kesepakatan dengan IMF yang disebut Letter of Intent (LOI).

BANTUAN DANA LOI 1 (Oktober 1997)


• Pengetatan fiskal dan moneter.
• Penyehatan sektor perbankan.
USD 10 Miliar Tidak dapat mengatasi masalah dan situasi justru memburuk.
Dana pinjaman IMF untuk
memperkuat cadangan devisa.
LOI 2 (Januari 1998)

USD 8 Miliar • Kebijakan fiskal lebih longgar.


• Penghentian injeksi likuiditas kepada perbankan secara bertahap.
• Penjaminan penuh simpanan dana nasabah.
Pinjaman dari Bank Dunia dan ADB
• Pembentukan BPPN.
untuk mendukung APBN. Suasana pengambilan keputusan tidak mendukung, situasi memburuk.

LOI 3 (April 1998)


• Strategi penyelesaian uang swasta.
Situasi politik dalam negeri tidak mendukung sehingga pelaksanaan minimal.

26
Sumber: Boediono (2016)
Era Habibie
Bapak Teknologi Indonesia

PEMULIHAN PASCA KRISIS EKONOMI


21 Mei 1998 – 20 Oktober 1999

27
Program Reformasi Ekonomi dan Politik
Restrukturisasi Perbankan Penyehatan Korporasi Capaian Pembangunan Ekonomi
• Pembentukan Badan Penyehatan Perbankan • Restrukturisasi utang swasta melalui
Nasional (BPPN) Indonesia Debt Restructuring Agency Inflasi
• Bantuan BLBI Rp144,5 T untuk 48 bank (INDRA) (Persen) 77,6
• Obligasi rekap Rp650 T untuk menalangi • Larangan praktik monopoli terhadap Bulog
utang perbankan dan Pertamina
• Penutupan 38 bank dan pengambilalihan 7 2,0
bank
1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999

Konsolidasi Fiskal Penetapan Desentralisasi Fiskal Pertumbuhan Ekonomi


• Membiayai Jaring Pengaman Sosial • UU otonomi daerah dan desentralisasi fiskal (Persen)
• Membatalkan proyek infrastruktur ditetapkan 10,00 0,8

0,00

-10,00
Independensi Kebijakan Moneter Kebijakan Lainnya -20,00
• Menaikkan suku bunga SBI hingga mencapai • Mengesahkan UU No. 5 tahun 1999 tentang 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999
70 persen. Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan
• Status independen diberikan kepada BI yang Tidak Sehat Nilai Tukar Rupiah
dengan fokus menjaga stabilitas harga (nilai • Mengesahkan UU No. 8 tahun 1999 tentang
20000
tukar dan inflasi) Perlindungan Konsumen 16650
15000
• Mengendalikan uang beredar • Mengesahkan UU Pers
• Mengakhiri dwifungsi ABRI 10000

• Melaksanakan pemilu pertama pasca 5000 6575


reformasi 0
• Referendum Timor Timur 01/01/1997 01/01/1998 01/01/1999

Sumber: Kemenko Ekon, BPS, Bloomberg, Boediono (2016), BI 28


Era Abdurrahman Wahid
Bapak Kemajemukan

PENERAPAN DESENTRALISASI FISKAL


20 Oktober 1999 – 23 Juli 2001

29
Penerapan Desentralisasi Fiskal dan Ekonomi Keberpihakan
Mencakup pembagian dana perimbangan, peningkatan kewenangan daerah memungut pajak, dan memungkinkan
daerah melakukan pinjaman termasuk ke LN
Gardu Taskin
Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1999 (Gerakan Terpadu
tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah Pengentasan Kemiskinan)

Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Pembagian Jatah Daerah Penerimaan SDA
Bangunan (BPHTB)
Pusat Pusat
Restrukturisasi utang UMKM
10%
Pusat
20% yang terbelit macet
20%

Provinsi
16%
Restrukturisasi utang
Pemerintah
Kab/Kota
pengembang properti,
Daerah
Daerah
80%
64% terutama pengembang rumah
90%
sederhana

Sumber Daya Alam Sektor Kehutanan, Sektor Pertambangan Minyak Bumi Sektor Pertambangan Gas Alam
Sektor Pertambangan Umum dan Sektor 17.000 proyek perdesaan
Perikanan Pembangunan sarana prasarana
Pusat Kabupaten/kota
85%
lainnya di provinsi dan kredit usaha mikro
penghasil
Pusat 12%
20% Kabupaten/Kota Pusat
lainnya di Provinsi Kabupaten/kota 70%
penghasil penghasil
6%
12%
Kabupaten/Ko
Kenaikan gaji PNS sepanjang
Daerah
ta penghasil
Provinsi
sejarah
6%
80% Provinsi 6%
3%
30
Sumber: Kemenko Ekon (2017), dari berbagai sumber
2,0

1999

Sumber: Bloomberg, BPS


300
350
400
450
500
550
600
650
700
750
22/10/1999
22/11/1999
9,4

2000
Inflasi

22/12/1999
(Persen)

22/01/2000
22/02/2000
22/03/2000
22/04/2000
22/05/2000
12,6

2001
22/06/2000
22/07/2000
22/08/2000

IHSG
22/09/2000
22/10/2000
22/11/2000
22/12/2000
22/01/2001
22/02/2001
0,8

1999

22/03/2001
22/04/2001
22/05/2001
22/06/2001
4,9

2000
(Persen)

5000
6000
7000
8000
9000
10000
11000
12000
13000

22/10/1999
Pertumbuhan Ekonomi

22/11/1999
22/12/1999
22/01/2000
3,6

22/02/2000
2001

22/03/2000
22/04/2000
22/05/2000
22/06/2000
22/07/2000
22/08/2000
Capaian Pembangunan Era Gus Dur

22/09/2000
23,4

1999

22/10/2000
Nilai Tukar Rupiah

22/11/2000
22/12/2000
22/01/2001
22/02/2001
22/03/2001
19,1

22/04/2001
2000
(Persen)

22/05/2001
Capaian pembangunan era Gus Dur mendapatkan gangguan stabilitas politik dan tidak harmonisnya hubungan dengan IMF.

22/06/2001
Tingkat Kemiskinan

31
18,4

2001
Era Megawati
Presiden Wanita Pertama Indonesia

PENGUATAN KETAHANAN FISKAL


23 Juli 2001 – 20 Oktober 2004

32
Pencapaian Pembangunan Ekonomi Era Megawati (2001 – 2004)

Pertumbuhan Ekonomi (Persen) PDB Per Kapita (USD Harga Berlaku)


6 Rata-rata 1200
4,5%
2004; 1.150
5 1000
2004; 5,0 2001; 748
4 800

2001; 3,6

3 600
2001 2002 2003 2004 2001 2002 2003 2004

Tingkat Kemiskinan (Persen) Inflasi (Persen)


19 14 2001; 12,6
12
18 2001; 18,41
10

17 8
2004; 16,66 6 2004; 6,4

16 4
2001 2002 2003 2004 2001 2002 2003 2004
33
Sumber: BPS, World Bank
Penguatan Ketahanan Fiskal dan Program Pasca-Program IMF
Dihadapkan pada tingkat utang yang tinggi, pemerintah fokus untuk memperkuat ketahanan fiskal

Rasio Utang Share Alokasi Belanja terhadap Belanja Untuk pengelolaan fiskal yang lebih
(Persen PDB) Pemerintah Pusat hati-hati, UU No. 17/2003 tentang
(Persen, Rata-Rata 2001-2004)
85
89 Keuangan Negara keluar pada masa ini
77
67
Defisit anggaran tidak boleh lebih dari

3,0
61
58 57 29,6
47 Persen PDB
36
70,4
Rasio utang tidak boleh lebih dari

1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 Lainnya Bunga Utang
60 Persen PDB

KONSOLIDASI FISKAL RESTRUKTURISASI KEUANGAN PENINGKATAN INVESTASI


• Reformasi kebijakan perpajakan. • Merancang Jaring Pengaman Sektor Keuangan. • Meninjau Daftar Negatif Investasi.
• Efisiensi belanja negara. • Dibentuknya LPS • Menyederhanakan perizinan lewat
• Privatisasi BUMN • Divestasi bank-bank di BPPN. layanan satu atap.
• Memperkuat struktur governance bank negara. • Restrukturisasi sektor telekomunikasi
• Restrukturisasi sektor pasar modal, asuransi & & energi.
Reformasi Pasca Program IMF dana pensiun. • Pemberantasan korupsi.
Sumber: Oxford Economics, Boediono (2016), Kemenko Ekon (2017 ) 34
Perubahan Format APBN
Sejalan dengan UU 17/2003, sejak tahun 2005, format APBN berubah dari T-Account menjadi I-Account.

Format Lama Format Baru

Anggaran Rutin dan Anggaran


Anggaran Terpadu
Pembangunan

Pendekatan Sektor:
Pendekatan Fungsi: Fungsi/Sub
Sektor/Subsektor/Program (berbeda
Fungsi, Program, Kegiatan
antara Rutin dan Proyek)

Klasifikasi Ekonomi: Belanja Rutin


Klasifikasi Ekonomi: Menurut Jenis
menurut Jenis dan Belanja Pembangunan
Belanja
menurut Sektor

Pengelola Anggaran: Instansi untuk Pengelola Anggaran: Kementerian


Belanja Rutin dan Proyek/Bagian Proyek sebagai Pengguna Anggaran, Satuan
untuk Belanja Pembangunan Kerja sebagai KPA

Dokumen Anggaran: DUK/DUP/LK dan


Satuan 3, DIK/SKOR/DIKS untuk Belanja Dokumen Anggaran: RKA-KL, Satuan
Rutin, DIP/SKOP/DIPP untuk Belanja Anggaran DIPA
Pembangunan

35
Sumber: Kemenkeu
Perencanaan Pembangunan Pasca Reformasi

Program Pembangunan Nasional Lima Agenda Pembangunan Nasional Propenas


(Propenas) merupakan rencana 1. Upaya untuk mempertahankan kesatuan dan persatuan serta
program pembangunan nasional di era meningkatkan kehidupan demokrasi.
1999 - 2004
2. Mewujudkan supremasi hukum dan pemerintahan yang bersih.
Mempercepat pemulihan ekonomi dan memperkuat landasan
pembangunan ekonomi berkelanjutan.
Merupakan turunan dari GBHN 1999- 3. Membangun kesejahteraan rakyat dan ketahanan budaya
2004 berdasarkan TAP MPR No.
4. Meningkatkan kapasitas daerah dan memberdayakan masyarakat.
IV/MPR/1999

Perbedaan paradigma dengan Repelita. PASCA PROPENAS


• Repelita  komprehensif
• Propenas  skala prioritas Amandemen ketiga UUD 1945 tahun 2001
meniadakan GBHN

Propenas diturunkan menjadi Rencana Untuk mengisi kekosongan GBHN, UU No. 5 tahun
Pembangunan Tahunan (Repeta) yang 2004 tentang SPPN dibentuk, melahirkan RPJPN dan
memuat APBN RPJMN

Sumber: Bappenas, Subkhan (2014) 36


Era Susilo Bambang
Yudhoyono
The Thinking General

MEMPERTAHANKAN MOMENTUM
PERTUMBUHAN EKONOMI
DI TENGAH KRISIS KEUANGAN GLOBAL
20 Oktober 2004 – 20 Oktober 2014

37
Pencapaian Pembangunan Ekonomi Susilo Bambang Yudhoyono
(2005 – 2014)
Pertumbuhan Ekonomi (Persen) PDB Per Kapita (USD Harga Berlaku)
7 Rata-rata
5,7%

6 3000 2014; 3.492

5 2005; 1.263
2005; 5,7
2014; 5,0

4 1000
2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014

Tingkat Kemiskinan (Persen) Inflasi (Persen)


20 20 2005; 17,1
18
15
16 2014; 8,4
14 2005; 15,97 Sep-14; 10,96 10
12
5
10

0
2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014
38
Sumber: BPS, World Bank
Perencanaan Pembangunan: Tahap I dan II RPJMN
Visi Pembangunan 2005-2025
INDONESIA YANG MANDIRI, MAJU,
ADIL DAN MAKMUR
Sasaran Pokok Pembangunan Jangka
Panjang Nasional diupayakan secara
bertahap melalui RPJMN lima tahunan
sebagai berikut: TIGA KATA KUNCI:
a. Struktur Perekonomian
yang Kokoh
b. Keunggulan Kompetitif
Wilayah
c. SDM Berkualitas
IV RPJMN 2020 - 2024
Mewujudkan masyarakat Indonesia yang mandiri, maju,
adil, dan makmur melalui percepatan pembangunan di
berbagai bidang dengan menekankan terbangunnya
III RPJMN 2015 - 2019 struktur perekonomian yang kokoh berlandaskan
keunggulan kompetitif di berbagai wilayah yang
didukung oleh SDM berkualitas dan berdaya saing

Memantapkan pembangunan secara menyeluruh di berbagai bidang


II RPJMN 2010 - 2014 dengan menekankan pencapaian daya saing kompetitif perekonomian
berlandaskan keunggulan sumber daya alam dan sumber daya manusia
berkualitas serta kemampuan IPTEK yang terus meningkat

I RPJMN 2005 - 2009 Memantapkan penataan kembali Indonesia di segala bidang dengan
menekankan upaya peningkatan kualitas SDM termasuk
pengembangan kemampuan ilmu dan teknologi serta penguatan daya
saing perekonomian
Menata kembali dan membangun Indonesia di segala bidang yang
ditujukan untuk menciptakan Indonesia yang aman dan damai, yang adil
dan demokratis dan yang tingkat kesejahteraan rakyatnya meningkat 39
Berkah Commodity Boom dan Quantitative Easing (QE)
Peningkatan pertumbuhan ekonomi di masa SBY didukung oleh tingginya harga komoditas internasional dan kebijakan QE yang mendorong
investasi masuk ke Indonesia.
Harga Komoditas Internasional Net Investasi Portofolio dan Nilai Tukar
140,00 1400,00 30000 13000

120,00 1200,00
25000 12000

100,00 1000,00
20000 11000
80,00 800,00
15000 10000
60,00 600,00

40,00 400,00 10000 9000

20,00 200,00 5000 8000

0,00 0,00
0 7000
1998
1999
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
2014

2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
2014
Crude oil, Brent ($/bbl) CRUDE_BRENT Coal, Australian ($/mt) COAL_AUS
-5000 6000
Palm oil ($/mt) PALM_OIL
Net Investasi Portfolio Nilai Tukar, Rata-Rata 40
Sumber: BI, World Bank
Subsidi Energi dan Kebijakan Harga BBM
Meski di satu sisi memberikan dampak positif, tetapi kenaikan harga minyak meningkatkan beban subsidi energi
PREMIUM
Subsidi Energi
(Rp Triliun) Rp1.850 Rp2.400 Rp4.500
Rp2.400 Rp4.500 Rp6.000
1 Maret 2005 1 Oktober 2005 1 Mei 2008
33% 88% 33%

102 Rp1.650 Rp1.650 Rp4.300


95 100 Rp2.100 Rp4.300 Rp5.500
1 Maret 2005 1 Oktober 2005 1 Mei 2008
27% 105% 28%
90
SOLAR
84

240
Bantuan Langsung Tunai untuk Menjaga Daya Beli
58 212 210
9 33
30 165
139 50 BLT 2005 BLT 2008
96 84 82
64
45 Rp23 T untuk 19,2 juta RT Rp14,1 T untuk 19,1 juta
miskin - Rp 100.000 per RT miskin - Rp 100.000 per
2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014
bulan selama 12 bulan bulan selama 7 bulan
1. Subsidi BBM 2. Subsidi Listrik
Sumber: Kemenkeu, Kemenko Ekon (2017) 41
Krisis Keuangan Global 2008

Perekonomian Indonesia mampu bertahan, salah satu


Kolapsnya sektor
Kolapsnya bank
Berdampak pada yang tertinggi di dunia, salah satunya karena paket
besar AS dan negara Kolapsnya sektor
perumahan AS
maju (investment keuangan, terutama
kondisi ekonomi kebijakan stimulus fiskal 2009
(Subprime global termasuk
bank besar seperti pasar modal
Mortgage) negara berkembang
Lehman Brothers).

15,0 Pertumbuhan
(Persen)
10,0 4,6
5,0
Negara 2009
0,0 Indonesia 4.6
Japan -5.4
-5,0 Malaysia -1.5 Daya Beli Terjaga, Tingkat Kemiskinan Tetap Menurun
Filipina 1.1
17,75
-10,0 Singapura -0.6 16,58 15,42 14,15
Korea Selatan 0.7
Thailand -0.7
-15,0
1990

1992

1994

1996

1998

2000

2002

2004

2006

2008

2010

2012

2014

2016
42
2006 2007 2008 2009
Sumber: Kemenkeu, BPS, Bloomberg
Another Mini Crisis – Fragile Five
Lima negara berkembang yaitu Indonesia, Afrika Selatan, Brazil, Turki, dan India masuk ke dalam fragile five karena mengalami defisit transaksi berjalan yang
tinggi dan rentan terhadap normalisasi kebijakan moneter di AS.
Tapering off mendorong arus modal keluar yang menyebabkan pelemahan
TRANSAKSI BERJALAN rupiah dan penurunan cadangan devisa.

2013 2014 NILAI TUKAR DAN CADANGAN IHSG NET FOREIGN BUYING
DEVISA DI PASAR SAHAM
12500 110 12000
5.200
Indonesia -3,2 -3,1 12000 105
5.000 7000

Afrika 11500 100


-5,8 -5,1
4.800 2000
Selatan
11000 95 4.600
-3000
10500 90
-3,0
4.400
Brazil -4,2 -8000
10000 85 4.200
-13000

-6,7
9500 80 4.000
Turki -4,7

Nov
Sep
Feb

Des
Jan

Mei

Agst
Mar
Apr

Okt
Jun
Jul
3.800 -18000
Nilai Tukar (Rp/USD) - Rata-rata

01/01/2013
01/02/2013
01/03/2013
01/04/2013
01/05/2013
01/06/2013
01/07/2013
01/08/2013
01/09/2013
01/10/2013
01/11/2013
01/12/2013
Nilai Tukar (Rp/USD) - End of Period (EoP)
India -2,6 -1,4 Cadangan Devisa (Miliar USD) - RHS
-23000

Apr
Feb

Sep
Mar

Agst
Jan

Mei

Nov
Des
Jun
Jul

Okt
43
Sumber: Bloomberg, IMF, BI
Pembangunan Koridor Ekonomi

44
Sumber: MP3EI
Era Joko Widodo
Bapak Pembangunan Infrastruktur

INFRASTRUKTUR UNTUK KESEJAHTERAAN


20 Oktober 2014 – Sekarang

45
Pencapaian Pembangunan Ekonomi Joko Widodo (2014–Sekarang)

Pertumbuhan Ekonomi (Persen) PDB Per Kapita (USD Harga Berlaku)


6 Rata-rata 4000
5,0%
2018; 3.894
2018; 5,2
2015; 3.332
5 3500

2015; 4,9

4 3000
2015 2016 2017 2018 2015 2016 2017 2018

Tingkat Kemiskinan (Persen) Inflasi (Persen)


12 4
4
2015; 3,4
Mar-15; 11,22 3
10
3
2018; 3,1
Mar-19; 9,41 3
8 3
Jun-15

Jun-16

Jun-17

Jun-18
Mar-15

Sep-15

Mar-16

Sep-16

Mar-17

Sep-17

Mar-18

Sep-18

Mar-19
Des-15

Des-16

Des-17

Des-18

3
2015 2016 2017 2018
46
Sumber: BPS, World Bank
Nawacita
Menghadirkan kembali negara untuk
Memperkuat kebhinekaan dan memperkuat
melindungi segenap bangsa dan
restorasi sosial Indonesia
memberikan rasa aman kepada seluruh

9 1 warga negara

Membangun revolusi karakter bangsa dengan


cara membangun pendidikan Membuat pemerintah untuk selalu hadir
dengan membangun tata kelola
8 2
kewarganegaraan serta penyeragaman sistem
pendidikan nasional pemerintahan yang bersih, efektif,
demokratis, dan terpercaya

Mewujudkan kemandirian ekonomi


dengan menggerakkan sektor-sektor Membangun Indonesia dari pinggiran

3
strategis ekonomi domestik dengan memperkuat daerah-daerah dan
7 desa dalam kerangka negara kesatuan

Meningkatkan produktivitas rakyat dan daya


saing di pasar internasional sehingga bangsa
Indonesia bisa maju serta bangkit Bersama Memperkuat kehadiran negara dalam
dengan bangsa Asia lainnya 6 4 melakukan reformasi sistem dan
penegakan hukum yang bebas korupsi,

Meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia. Yaitu


dengan cara program “Indonesia Pintar” melalui wajib
5 bermartabat serta terpercaya

belajar 12 tahun tanpa dimintai pungutan biaya


47
Perencanaan Pembangunan: Tahap III RPJMN
Visi Pembangunan 2005-2025
INDONESIA YANG MANDIRI, MAJU,
ADIL DAN MAKMUR
Sasaran Pokok Pembangunan Jangka
Panjang Nasional diupayakan secara
bertahap melalui RPJMN lima tahunan
sebagai berikut: TIGA KATA KUNCI:
a. Struktur Perekonomian
yang Kokoh
b. Keunggulan Kompetitif
Wilayah
c. SDM Berkualitas
IV RPJMN 2020 - 2024
Mewujudkan masyarakat Indonesia yang mandiri, maju,
adil, dan makmur melalui percepatan pembangunan di
berbagai bidang dengan menekankan terbangunnya
III RPJMN 2015 - 2019 struktur perekonomian yang kokoh berlandaskan
keunggulan kompetitif di berbagai wilayah yang
didukung oleh SDM berkualitas dan berdaya saing

Memantapkan pembangunan secara menyeluruh di berbagai bidang


II RPJMN 2010 - 2014 dengan menekankan pencapaian daya saing kompetitif perekonomian
berlandaskan keunggulan sumber daya alam dan sumber daya manusia
berkualitas serta kemampuan IPTEK yang terus meningkat

I RPJMN 2005 - 2009 Memantapkan penataan kembali Indonesia di segala bidang dengan
menekankan upaya peningkatan kualitas SDM termasuk
pengembangan kemampuan ilmu dan teknologi serta penguatan daya
saing perekonomian
Menata kembali dan membangun Indonesia di segala bidang yang
ditujukan untuk menciptakan Indonesia yang aman dan damai, yang adil
dan demokratis dan yang tingkat kesejahteraan rakyatnya meningkat 48
Paket Kebijakan Ekonomi
16 Paket Kebijakan Ekonomi untuk Harmonisasi Kebijakan Menyederhanakan Proses Birokrasi Memastikan Kepastian Hukum
meningkatkan daya saing industri
nasional, ekspor dan investasi Tahap I, 9 Sept ‘15 Tahap II, 29 Sept ‘15 Tahap III, 7 Okt ’15 Tahap IV, 15 Okt ‘15
untuk menghasilkan pertumbuhan Meningkatkan daya Mempermudah Fasilitasi jasa keuangan, Jaminan sosial dan
persyaratan
ekonomi yang signifikan. saing industri nasional pendanaan ekspor dan perbaikan kesejahteraan
perizinan dan
menyederhanakan mengeliminasi hambatan masyarakat
6 AREA REFORMASI prosedur eskpor bisnis

Tahap V, 22 Okt ‘15 Tahap VI, 6 Nov ‘15 Tahap VII, 7 Des ‘15 Tahap VIII, 21 Des ‘15
Meningkatkan iklim industri Menstimulasi aktivitas Menstimulasi aktivitas bisnis Menyelesaikan perselisihan
dan investasi melalui tax ekonomi di daerah terluar untuk industri labor-intensive akuisisi tanah,
Meningkatkan Mendorong Daya incentives dan deregulasi dan memfasilitasi yang berskala nasional mengintensifkan produksi
perbankan syariah avalibilitas komoditas melalui insentif dalam bentuk minyak lokal, menstimulasi
Iklim Investasi Saing Industri
strategis proses sertifikasi lahan untuk industri pesawat domestik
individu

Tahap IX, 27 Jan ‘16 Tahap X, 11 Feb ‘16 Tahap XI, 29 Mar ‘16 Tahap XII, 28 Apr ‘16
Mempercepat kelistrikan, Merevisi Daftar Negatif Menstimulasi perekonomian Meningkatkan ranking
Promosi Meningkatkan stabilisasi harga daging dan Investasi dan meningkatkan nasional melalui fasilitasi Indonesia dalam Ease of
Pariwisata Efisiensi Logistik meningkatkan sektor proteksi untuk UMKM UMKM dan industri Doing Business (EoDB)
logistik untuk rural-urban

Tahap XIII, 24 Agust ‘16 Tahap XIV, 10 Nov Tahap XV, 15 Jun ‘17 Tahap XVI, 16 Nov ‘18
Memperkuat Low Cost Housing untuk ‘16 Perbaikan Logistik Kebijakan mendorong
masyarakat berpenghasilan peningkatan investasi
Stimulasi daya beli Roadmap untuk E-
rendah commerce
Ekspor masyarakat
Sumber: Kemenko Ekon 49
Perbaikan Iklim Investasi
Ranking World Competitiveness Indonesia
Membaik Indonesia Meraih Status Negara Investment
48
42 43
Grade dari Semua Lembaga Rating
32
BBB

Investment Grade
BBB-
2016 2017 2018 2019

BB+
Ease of Doing Business 2019
Indonesia Terus Membaik 2018 73
72
2017 BB
2016
91
106
2015
114 BB-
2014
120
2013
129 B+
2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019

Fitch S&P Moody's JCR R&I


50
Sumber: WEF, EoDB WB, Lembaga Rating
Pembangunan Infrastruktur 226 PROYEK STRATEGIS NASIONAL (PSN)

PROYEK MENCAKUP 15 SEKTOR PROGRAM 2 SEKTOR PROYEK

Kawasan
Jalan Bendungan Industri Kereta Energi
Kelistrikan Pemerataan
69 51 29 16 11
Industri Pesawat
Terbang Ekonomi

Pembangunan infrastruktur mampu


Air Bersih & membalik laju penurunan stok infrastruktur
Sanitasi Bandara Irigasi Smelter Teknologi
8 7 6 6 4 90,0
STOK INFRASTRUKTUR

80,0
(Persen PDB)
70,0

60,0
Pertanian/ Tanggul 50,0
Pendidikan Kelautan Laut Pelabuhan Perumahan 40,0

1 1 1 10 3 30,0

1995
1996
1997
1998
1999
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
2014
2015
2016
2017
Sumber: KPPIP Sumber: Prospera Infradashboard 51
Reformasi Fiskal
Alokasi Anggaran ke Sektor Produktif Keberhasilan Penerapan Amnesti Pajak
(Triliun Rupiah) Pengumpulan uang tebusan pajak sepanjang Juli 2016 - Maret 2017
Indonesia merupakan yang terbesar di dunia.

Deklarasi Properti & Repatriasi


Perubahan
2014 ke 2018 7,8 0,6
444,1 Individu UMKM Badan Usaha UMKM (Unit
Pendidikan Usaha Kecil, Menengah, dan
(20,4%) Mikro)
353,4 Infrastruktur TOTAL
410,4
(56,7%)
115
341,8
14,7 91,4
Badan non UMKM Individu non UMKM

177,9
111,0
94,5 Penerimaan Negara (Rp Triliun)
Kesehatan
59,6 (46,3%) 1,7
Pembayaran Tunggakan
Subsidi Energi 18,8
(261,6%) Penghentian TOTAL
Pemeriksaan dari 135,6
2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 Pemeriksaan Awal
114,2
Pembayaran uang tebusan

52
Pembangunan SDM Vokasi
Fokus Pemerintah pada Tahun 2018 & 2019
adalah pembangunan kualitas SDM,
melalui pengembangan vokasi

2015 2016 2017 2018 2019

Percepatan Pembangunan Infrastruktur Pembangunan SDM

"Kita harus terus memperbaiki piramida “Kementerian terkait, yaitu Kemnaker;


kualifikasi tenaga kerja kita agar menjadi Kemdikbud; Kemristek Dikti; dan Kementerian
tenaga kerja yang terlatih, terampil agar lainnya harus mulai merancang apa yang
terserap semuanya ke dalam industri- akan dikerjakan dalam pembangunan SDM
industri kita," kata Kepala Negara pada tahun 2018 dan 2019”
(Sidang Kabinet Paripurna di Istana (Sidang Kabinet Paripurna di Istana Negara,
Negara, 3 Januari 2018) 12 Februari 2018)

53
Kebijakan Pengembangan SDM yang Telah Dilakukan

Menyusun Lima Menyusun Bidang Menyusun Koordinasi Menyusun Online Job Membentuk Komite
Sektor Prioritas Pekerjaan Yang Kebijakan Vokasi Platform Vokasi di Pusat dan
Pemerintah Dibutuhkan Dunia Daerah
Industri

1. Koordinasi dan
1. Sektor Agrikultur 1. 30 Bidang Pekerjaan kebijakan pendidikan Platform bertujuan Sinergi dan implementasi
2. Pariwisata Menyerap Tenaga Kerja dan pelatihan vokasi memberikan informasi pelaksanaan pengembangan
pendidikan dan pelatihan
3. Kesehatan Besar 2. Kerja sama pasar kerja, dimana
2. 14 Bidang Pekerjaan vokasi di pusat dan daerah,
4. Ekonomi Digital (E- pengembangan lulusan vokasi dapat dengan fungsi :
Berdasarkan Prioritas
Commerce) vokasi dengan dengan mudah
Jurusan SMK 1. Memberi kajian, usulan
5. Pekerja Migran 3. 8 Bidang Pekerjaan swasta memperoleh informasi dan masukan kepada
Berdasarkan Prioritas pekerjaan, demikian pula pemerintah untuk
3. Saran untuk
Jurusan BLK industri dapat mengembangkan vokasi
meningkatkan
4. 12 Bidang Pekerjaan memberikan informasi di Indonesia
Berdasarkan Prioritas pendidikan dan 2. Sebagai instrumen
keahlian yang
Jurusan Politeknik pelatihan vokasi. pelengkap dari Pemda,
dibutuhkan
agar kebijakan vokasi
berjalan dengan baik.

54
Sumber: Kemenko Ekon
Pemerataan Pembangunan Ekonomi

PEMBANGUNAN DESA REFORMASI AGRARIA BANTUAN SOSIAL TEPAT


SASARAN

Membangun dari desa, Pembagian akses lahan yang Skema Bantuan Pangan Non
alokasi dana desa meningkat adil kepada seluruh Tunai (BPNT) untuk bantuan
masyarakat yang lebih tepat sasaran

Dana Desa (Triliun Rupiah)


70

50

30

10
2015 2016 2017 2018 2019

55
56
Harapan Ministerial Lecture


1
Menambah wawasan pegawai Bappenas dalam merumuskan kebijakan
pembangunan, baik secara sektoral maupun kewilayahan.

2• Mengambil lesson learned dari kebijakan terdahulu. Contoh: kebijakan


keberhasilan menarik investasi


3
Mempelajari resiko yang diambil dari setiap kebijakan, sehingga dapat
mengantisipasi resiko yang mungkin/pasti terjadi di masa yang akan
datang. Contoh: dampak kebijakan PAKTO 1988 terhadap perbankan
pada khususnya, dan perekonomian nasional pada umumnya.

• Perumusan kebijakan pembangunan yang selalu memiliki “mindset”


4
dampak ekonomi dari suatu kebijakan
57
58
59
INDONESIANISASI/ Sistem Alibaba: Pelatihan pengusaha Bumiputra oleh

NASIONALISASI EKONOMI pengusaha etnis Tionghoa

(1950-1957) Program Benteng: Keberpihakan perbankan terhadap


importir Bumiputera

PERKEBUNAN
22 Sebagian besar perusahaan PERUSAHAAN LISTRIK
perkebunan pala 9 Perusahaan listrik dan gas Perusahaan Listrik
Belanda Negara (PLN)
38 Perusahaan perkebunan PT Perkebunan
tembakau Nusantara I-XVI
PERBANKAN
206 Perusahaan perkebunan
karet, teh, kopi, dan tebu
• De Javasche Bank  Bank Indonesia
• Nederlandse Handelsbank (NHB)  Bank Umum Negara (BUNEG)
PERDAGANGAN • Escompto  Bank Dagang Negara
• Boorsumij • Nederlandsche Handelmaatschappij NV (Factorij)  Bank Koperasi Tani dan
• Internatio Nelayan (BKTN)
• Jacobson van den berg PT Negara
• Lindetseves Stokvis TRANSPORTASI
• Geowehry
• Dan 35 perusahaan lain Pelayaran
Koniklijke Paketvaart Maatschapplj (KPM)  Pelni
PERINDUSTRIAN DAN TAMBANG Penerbangan
• 47 Perusahaan listrik Koniklijke Luchvaart Maatschapplj (KLM)  Garuda Indonesia Airways (GIA)
• 21 Perusahaan kimia Badan Penguasaan Industri
Perkeretaapian
• 18 Perusahaan grafika dan Tambang (BAPPIT)
• 91 Perusahaan umum NIS dan 10 perusahaan KA Belanda lain  Perusahaan Negara Kereta Api
60

Anda mungkin juga menyukai