Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PENDAHULUAN

HARGA DIRI RENDAH


DI RUANG TRANSIT PRIA
RSJ SAMBANG LIHUM

Disusun Oleh:

Nama : Rizka Amalia

NIM : P07120217077

Semester : VI

Prodi : Diploma IV Keperawatan

Kelompok :F

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN BANJARMASIN
PROGRAM STUDI DIV KEPERAWATAN
BANJAR
2020/2021
LEMBAR PENGESAHAN

NAMA : RIZKA AMALIA


NIM : P07120217077
JUDUL : LAPORAN PENDAHULUAN HARGA DIRI RENDAH DI
RUANG TRANSIT PRIA RSJ SAMBANG LIHUM

Banjarmasin, 12 Maret 2020

PEMBIMBING AKADEMIK PEMBIMBING KLINIK

H. Khairir Rizani, SST., M.Kes Bakhtiar, S.Kep., Ns


LAPORAN PENDAHULUAN
HARGA DIRI RENDAH

I. KASUS (HARGA DIRI


RENDAH) A. Definisi
Harga diri rendah adalah evaluasi diri dan perasaan tentang diri atau
kemampuan diri yang negatif dan dapat secara langsung atau tidak langsung
diekspresikan (Maramis, 2015).
Harga diri rendah adalah perasaan negatif terhadap diri sendiri,
hilangnya percaya diri dan harga diri, merasa gagal mencapai keinginan
(Yosep, 2015).
Harga diri rendah adalah penilaian negatif seseorang terhadap diri dan
kemampuan, yang diekspresikan secara langsung maupun tidak langsung
(Maramis, 2015).

B. Tanda Dan Gejala


Berikut ini adalah tanda dan gejala klien dengan gangguan harga diri rendah:
1. Perasaan malu terhadap diri sendiri akibat penyakit dan tindakan
terhadap penyakit (rambut botak karena terapi).
2. Rasa bersalah terhadap diri sendiri (mengkritik/menyalahkan diri
sendiri).
3. Gangguan hubungan sosial (menarik diri).
4. Percaya diri kurang (sukar mengambil keputusan).
5. Mencederai diri (akibat dari harga diri yang rendah disertai harapan yang
suram, mungkin klien akan mengakiri kehidupannya (Keliat, 2017).

Tanda dan Gejala yang lain


1. Mengkritik diri sendiri.
2. Perasaan tidak mampu.
3. Pandangan hidup yang pesimistis.
4. Kurang memperhatikan perawatan diri.
5. Berpakaian tidak rapih.
6. Selera makan berkurang.
7. Tidak berani menatap lawan bicara.
8. Lebih banyak menunuduk.
9. Bicara lambat dengan nada suara lemah. (Fitria, 2016).
C. Rentang Respon
Respon Respon
Adaptif Maladaptif

Aktualisasi Konsep diri Harga diri Kerancuan Depersonalisasi


diri positif rendah identitas

1. Aktualisasi diri : Pernayataan diri tentangkonsep diri yang


positif dengan latar belakang pengalama
nyata yang sukses dan dapat diterima.
2. Konsep diri positif : Apabila individu mempunyai pengalaman
yang positif dalam beraktualisasi diri dan
menyadari hal-hal positif maupun yang
negative dari dirinya
3. Harga diri rendah : Individu cenderung untuk menilai dirinya
negative dan merasa rendah dari orang lain.
4. Kerancuan identitas : Kegagalan individu mengintegrasikan
aspek-aspek identitas masa kanak-kanak
kedalam kematangan aspek psikososial
kepribadi an pada masa dewasa yang
harmonis.
5. Depersonalisasi : Perasaan yang tidak realistis dan asing
terhadap diri sendiri yang berhubungan
dengan kecemasan, kepanikan serta tidak
dapat membedakan dirinya dengan orang
lain.

D. Faktor Predisposisi
1. Faktor yang mempengaruhi harga diri, termasuk penolakan orang tua,
harapan orang tua yang tidak realistis.
2. Faktor yang mempengaruhi penampilan peran, yaitu peran yang sesuai
dengan jenis kelamin, peran dalam pekerjaan dan peran yang sesuai
dengan kebudayaan.
3. Faktor yang mempengaruhi identitas diri, yaitu orang tua yang tidak
percaya pada anak, tekanan teman sebaya dan kultur social yang berubah.
E. Faktor Presipitasi
Faktor presipitasi terjadinya harga diri rendah adalah hilangnya
sebagian anggota tubuh, berubahnya penampilan atau bentuk tubuh, mengalami
kegagalan, serta menurunnya produktivitas. Gangguan konsep diri : harga
diri rendah ini dapat terjadi secara situasional maupun kronik.
1. Situasional
Gangguan konsep diri : harga diri rendah yang terjadi secara situasional
bisa disebabkan oleh trauma yang muncul secara tiba- tiba misalnya
harus dioperasi, mengalami kecelakaan, mejadi korban perkosaan, atau
menjadi narapidana sehingga harus masuk penjara.
2. Kronik
Gangguan konsep diri : harga diri rendah kronis biasanya sudah
berlangsung sejak lama yang dirasakan klien sebelum sakit atau sebelum
dirawat. Klien sudah memiliki pikiran negatif sebelum dirawat dan
menjadi semakin meningkat saat dirawat.

F. Akibat (Effect)
Harga diri rendah kronis dapat beresiko terjadinya isolasi sosial. Isolasi
sosial merupakan percobaan untuk menghindari interaksi dengan orang
lain, menghindari hubungan dengan orang lain (Keliat, 2017). Isosial sosial
dapat mengakibatkan perubahan persepsi sensori: halusinasi yang pada
akhirnya menyebabkan resiko tinggi perilaku kekerasan.

Tanda dan gejala isolasi sosial:

1. Rasa bersalah.
2. Adanya penolakan.
3. Marah, sedih dan menangis.
4. Perubahan pola makan, tidur, mimpi, konsentrasi dan aktivitas.
5. Mengungkapkan tidak berdaya.
6. Apatis, ekspresi sedih, afek tumpul.
G. Mekanisme Koping

Mekanisme koping termasuk pertahanan koping jangka pendek dan


jangka panjang serta penggunaan mekanisme pertahanan ego untuk melindungi
diri yang menyakitkan.
1. Pertahanan jangka pendek

a. Aktivitas yang dapat memberikan pelarian sementara dari krisis identitas


(misal : bermain musik, bekerja keras, menonton TV)
b. Aktivitas yang dapat memberikan identitas pengganti sementara (ikut
serta dalam aktivitas sosial, agama, klub politik, kelompok/geng)
c. Aktivitas yang secara sementara menguatkan perasaan diri (misal:
olahraga yang kompetitif, pencapaian akademik, kontes untu
mendapatkan popularitas)
d. Aktivitas yang mewakili upaya jangka pendek untuk membuat
masalah identitas menjadi kurang berarti dalam kehidupan idividu
(misal : penyalahgunaan obat)
2. Pertahanan jangka panjang

a. Penutupan identitas : Adopsi identitas premature yang diinginkan oleh


orang penting bagi individu tanpa memperhatikan
keinginan, aspirasi dan potensi diri individu
tersebut
b. Identitas negatif : Asumsi identitas yang tidak wajar untuk
dapat
diterima oleh nilai dan harapan masyarakat.

II. MASALAH KEPERAWATAN DAN DATA FOKUS


PENGKAJIAN
A. Gangguan konsep diri : HDR
Data Mayor :
DS : Klien hidup tak bermakna, tidak memiliki kelebihan apapun, merasa jelek
DO : Kontak mata kurang, tidak berinisiatif berinteraksi dengan orang lain

Data Minor :
DS : Klien mengatakan malas, putus asa, ingin mati.
DO : Klien malas-malasan, produktivitas menurun
III. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN JIWA
Pasien Keluarga

SP 1 SP 1

Mengidentifikasi kemampuan Mendiskusikan masalah ynag


dan aspek positif yang dimiliki dirasakan keluarga dalam
pasien merawat pasien

Membantu pasien menilai Menjelaskan pengertian, tanda


kemampuan pasien yang masih gejala harga diri rendah yang
dapat digunakan dialami pasien beserta proses
terjadinya
Membantu pasien memilih
kegiatan yang akan dilatih Menjelaskan cara-cara
sesuai dengan kemampuan merawat pasien harga diri
pasien rendah

Melatih pasien sesuai dengan SP 2


kemampuan yang dipilih
Melatih keluarga
Memberikan pujian yang wajar mempraktikkan cara merawat
terhadap keerhasilan klien pasien dengan harga diri rendah

Menganjurkan pasien Melatih keluarga melakukan cara


memasukkan dalam jadwal merawat langsung kepada pasien
kegiatan harian harga diri rendah

SP 2
SP 3
Mengevaluasi jadwal kegiatan Membantu keluarga membuat
harian pasien jadwal aktivitas di rumah
termasuk minum obat
Melatih kemampuan kedua

Menganjurkan pasien MO
DAFTAR PUSTAKA

Fitria, N. (2016). “Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan dan
Strategi Pelaksanan Tindakan Keperawatan (LP dan SP) unSP 7
Diagnosis Keperawatan Jiwa Berat bagi Program S-1 Keperawatan”.
Jakarta: Salemba Medika.
Fajariyah, Nur. 2012. “Asuhan Keperawatan dengan Gangguan Harga Diri Rendah”.
Jakarta: CV Trans Info Media.
Keliat, B. A. (2017). “ Asuhan Keperawatan Pada Klien Gangguan Orientasi
Realita”s. Jakarta: EGC.
Maramis, F. W. (2015). “ Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa”. Surabaya: Airlangga
University Press.
Yosep, I. (2015). “Keperawata Jiwa”. Bandung: Refik Adi.

Anda mungkin juga menyukai