Anda di halaman 1dari 3

Festival Imlek Banyuwangi,

Barongsai Tampil dengan Barong


Using
Ardian Fanani - detikNews

Foto: Ardian Fanani

Banyuwangi - Festival Imlek Banyuwangi menyuguhkan akulturasi


budaya. Seperti Barongsai yang menjadi tradisi Tionghoa tampil
bersama dengan Barong Using yang khas Banyuwangi.

Festival Imlek berlangsung meriah di Banyuwangi, Senin


(18/2/2019). Bertempat di halaman Tempat Ibadah Tionghoa
Indonesia (TITD) Hoo Tong Bio, salah satu rangkaian Banyuwangi
Festival itu dihadiri ribuan orang. Tak hanya dari etnis Tionghoa,
tapi menjadi acara lintas etnis.

Lampion-lampion dan ornamen-ornamen berwarna merah yang


menjadi ciri khas perayaan Imlek dipasang di sepanjang jalan
menuju TITD. "Perayaan imlek ini menjadi simbol persatuan bagi
kita, rakyat Banyuwangi. Tidak hanya persatuan dengan kehadiran
kita, tapi juga kesatuan dalam kebudayaan kita," kata Bupati
Banyuwangi Abdullah Azwar Anas.
Menurut Anas, spirit persatuan itulah yang mendorong Pemda
Banyuwangi menjadikan Imlek sebagai bagian dari Banyuwangi
Festival. Tidak sekadar atraksi, tapi bagian dari cara untuk
mengukuhkan ikatan persaudaraan dan kebudayaan. 
"Meski warga Tionghoa di sini tidak sampai lima persen, namun
kemeriahan yang dihadirkan sekaligus animo masyarakat yang hadir
telah menegaskan persatuan dan toleransi yang tinggi yang telah
dibangun oleh seluruh warga dan etnis di Banyuwangi," imbuh
Anas. 

Ekspresi akulturasi pada Festival Imlek di Banyuwangi terlihat dari


beragam kesenian yang ditampilkan. Barongsai yang menjadi tradisi
Tionghoa tampil bersama dengan Barong Using yang khas
Banyuwangi. Begitu juga tetabuhannya. Seperangkat gamelan
beradu suara dengan tetabuhan khas negeri tirai bambu itu. 

Dalam Festival Imlek kali ini, juga disuguhkan 10 ribu porsi lontong
Cap Go Meh khas komunitas Tionghoa di Nusantara itu. Ini sebagai
simbol akulturasi tradisi Tionghoa dengan masyarakat nusantara. 

"Lontong Cap Go Meh adalah akulturasi antara tradisi Tionghoa


dengan masyarakat pantura. Diawali di Cirebon, Tegal, Pekalongan
dan Lasem lalu tersebar di seluruh komunitas Tionghoa di
Nusantara," kata Ketua Majelis Rohaniawan Tridharma Seluruh
Indonesia Komisariat Daerah Jawa Timur, Leman Kristanto.
Leman menambahkan, tradisi lontong Cap Go Meh disajikan sebagai
penutup dari rangkaian Imlek, yaitu pada tanggal 15 bulan pertama
dalam kalender Tionghoa. 'Cap Go' sendiri berarti lima belas,
sedangkan 'Meh' artinya malam. 

"Ini adalah momen pertama orang Tionghoa melihat purnama. Hal


ini diperingati untuk suatu harapan kehidupan yang akan terus
terang sepanjang tahun," imbuhnya.

Sepuluh ribu lontong yang disajikan dibagikan kepada warga yang


hadir. Mereka menikmati kuliner yang tersaji secara gratis itu. 

"Masyarakat Tionghoa meyakini, dengan menyantap lontong


tersebut akan mendapat kebaikan di tahun yang baru ini. Ini pula
yang kami harapkan untuk seluruh warga Banyuwangi," pungkas
Leman.

Anda mungkin juga menyukai