Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Hipertiroid atau disebut juga tirotoksikosis merupakan suatu
ketidakseimbangan metabolisme yang terjadi karena produksi yang
berlebihan hormone tiroid. Bentuk yang paling umum adalah graves, yang
meningkatkan produksi hormone tiroksin (T4), membuat kelenjar tiroid
membesar (goiter; Gondok) dan menyebabkan perubahan system yang
multiple.
Insidensi hipertiroid paling tinggi pada wanita berusia antara 30
dan 60 tahun, khususnya wanita dengan riwayat kelainan tiroid dalam
keluarga; hanya 5% pasien berusia di bawah 15 tahun.
Lebih dari 95% kasus hipertiroid disebabkan oleh penyakit
graves,suatu penyakit tiroid autoimun yang antibodinya merangsang sel-
sel untuk menghasilkan hormone yang berlebihan. Penyebab hipertiroid
lainnya yang jarang selain penyakit graves adalah : toksisitas pada strauma
multinudular, adenoma folikular fungsional ,atau karsinoma(jarang),
adema hipofisis penyekresi-torotropin (hipertiroid hipofisis), tumor sel
benih,missal karsinoma (yang kadang dapat menghasilkan bahan mirip-
TSH) atau teratoma (yang mengandung jarian tiroid fungsional), tiroiditis
(baik tipe subkutan maupun hashimato)yang keduanya dapat berhubungan
dengan hipertiroid sementara pada fase awal.
Pengobatan hipertiroid bertujuan untuk membatasi produksi
hormon tiroid yang berlebihan dengan cara menekan produksi hormone
tiroid (obat antitiroid) atau merusak jaringan tiroid (yodium radioaktif,
tiroidektomi subtotal)

1.2 Rumusan masalah


1. Bagaimana Asuhan Keperawatan pada hipertiroid ?
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami tentang
hipertiroid serta mendapatkan gambaran teori dan Asuhan
Keperawatan pada klien hipertiroid

1.3.2 Tujuan Khusus


1. Untuk mengetahui anatomi dan fisiologi hipertiroid
2. Untuk mengetahui definisi hipertiroid
3. Untuk mengetahui etiologi hipertiroid
4. Untuk mengetahui patofisiologi hipertiroid
5. Untuk mengetahui WOC hipertiroid
6. Untuk mengetahui manifestasi klinis hipertiroid
7. Untuk mengetahui komplikasi hipertiroid
8. Untuk mengetahui pemeriksaan diagnostic hipertiroid
9. Untuk mengetahui penatalaksanaan hipertiroid
10. Untuk mengetahui prinsip etika keperawatan pada hipertiroid
11. Untuk mengetahui asuhan keperawatan hipertiroid
BAB II

PEMBAHASAN
2.1 Definisi
Hipertiroid atau disebut juga tirotoksikosis merupakan suatu
ketidakseimbangan metabolisme yang terjadi karena produksi yang
berlebihan hormone tiroid (Kowalak, 2011).
Hipertiroid adalah respon jaringan-jaringan tubuh terhadap
pengaruh metabolik hormon tiroid yang berlebihan. Bentuk yang umum
dari masalah ini adalah penyakit graves,sedangkan bentuk yang lain adalah
toksik adenoma , tumor kelenjar hipofisis yang menimbulkan sekresi TSH
meningkat,tiroditis subkutan dan berbagai bentuk kenker tiroid (Tiara,
2008)
Hipertiroid adalah suatu ketidakseimbangan metabolik yang
merupakan akibat dari produksi hormon tiroid yang berlebihan. (Dongoes,
2000)

Hipertiroidisme merupakan kelainan endokrin yang dapat dicegah,


seperti kebanyakan kondisi tiroid, kelainan ini merupakan kelainan yang
sangat menonjol pada wanita. Kelainan ini menyerang wanita empat kali
lebih banyak daripada pada pria, terutama wanita muda yang berusia
antara 20 dan 40 tahun. Disini dapat dikarenakan karena dari proses
menstruasi, kehamilan dan menyusui itu sendiri menyebabkan
hipermetabolisme sebagai akibat peningkatan kerja daripada hormone
tiroid .(Hotma R, 2006).
2.2 Etiologi
Lebih dari 95% kasus hipertiroid disebabkan oleh penyakit graves,
suatu penyakit tiroid autoimun yang antibodinya merangsang sel-sel untuk
menghasilkan hormone yang berlebihan. Penyebab hipertiroid lainnya
yang jarang selain penyakit graves adalah (Tiara, 2008) :
1. Adenoma folikular fungsional ,atau karsinoma(jarang),
2. Tumor kelenjar hipofise, misal karsinoma (yang kadang dapat
menghasilkan bahan mirip-TSH) atau teratoma (yang mengandung
jaringan tiroid fungsional)
3. Tiroiditis (baik tipe subkutan maupun hashimato) yang keduanya dapat
berhubungan dengan hipertiroid sementara pada fase awal.
4. Konsumsi iodium berlebih. Kelenjar tiroid memakai yodium untuk
membuat hormon tiroid, bila konsumsi yodium berlebihan bisa
menimbulkan hipertiroid. Kelainan ini biasanya timbul apabila
sebelumnya si pasien memang sudah ada kelainan kelenjar
tiroidiodarone (cordarone), suatu obat yang digunakan untuk gangguan
irama jantung, juga mengandung banyak yodium dan bisa
menimbulkan gangguan tiroid.

Tirotoksitosis dapat terjadi karena factor genetic dan imunologi,


yang meliputi (Kowalak, 2011) :
1. Peningkatan insidensi kehamilan kembar monozigot, yang
menunjukkan adanya factor herediter, kemungkinan gen autosom
resesif
2. Koeksistensi yang terjadi kadang-kadang bersama kelainan endokrin
lain, seperti diabetes mellitus tipe I, tiroiditis dan hiperparatiroidisme
3. Defek pada fungsi limfosit-T supresor, yang memungkinkan produksi
autoantibody (immunoglobulin yang menstimulasi tiroid dan
immunoglobulin yang menghambat peningkatan-tyroid-stimulating
hormone, TSH)
4. Tirotoksitosis klinis yang dipicu oleh asupan yodium yang berlebihan
dan makanan atau mungkin pula stress (pasien dengan penyakit laten)
5. Obat-obatan, seperti litium dan amiodaron
6. Tumor atau nodul yang toksik

2.3 Pathofisiologi
Penyebab hipertiroidisme biasanya adalah penyakit graves, goiter
toksika. Pada kebanyakan penderita hipertiroidisme, kelenjar tiroid
membesar dua sampai tiga kali dari ukuran normal,disertai dengan banyak
hyperplasia dan lipatan-lipatan sel-sel folikel ke salam folikel, sehingga
jumlah sel-sel ini lebih meningkat beberapa kali dibandingkan dengan
pembesaran kelenjar. Juga,setiap sel meningkatkan kecepatan 5-15 kali
lebih besar daripada normal.
Pada hipertiroidisme, konsentrasi TSH plasma menurun, karena
ada sesuatu yang “menyerupai” TSH. Biasanya bahan-bahan ini adalah
antibody immunoglobulin yang disebut TSI (Thyroid Stimulating
Immunoglobulin), yang berkaitan  dengan reseptor yang mengikat TSH.
Bahan-bahan tersebut merangsang aktivasi cAMP (cyclic AMP or 3'-5'-
cyclic adenosine monophosphate) dalam sel, dengan hasil akhirnya adalah
hipertiroidisme. Karena itu pada pasien hipertiroidisme konsentrasi TSI
meningkat. Bahan ini mempunyai efek perangsangan yang panjang pada
kelenjar tiroid,yakni selama 12 jam, berbeda dengan efek TSH yang hanya
berlangsung satu jam.Tingginya sekresi hormon tiroid yang disebabkan
oleh TSI selanjutnya juga menekan pembentukan TSH oleh kelenjar
hipofisis anterior.
Dimana  ada peningkatan produksi T3 dan T4 mengakibatkan
peningkatan pembentukan limfosit  oleh karena efek dari autoimun yang
akan mengilfiltrasi kejaringan orbita dan otot mata sehingga terjadi edema
jaringan retro orbita mengakibatkan eksoftalmus. Pada beberapa keadaan
dapat menjadi sangat parah sehingga protusi bola mata dapat menarik saraf
optik sehingga mengganggu penglihatan penderita. Yang lebih sering yaitu
kerusakan pada kelopak mata yang  menjadi sulit menutup sempurna pada
waktu penderita berkedip atau tidur akibatnya permukaan epitel mata
menjadi kering dan mudah mengalami iritasi dan seringkali terinfeksi
sehingga timbul luka pada kornea penderita.
Peningkatan produksi T3 dan T4 juga mengakibatkan aktivitas
simpatis berlebih, adanya peningkatan aktivitas medula spinalis yang akan
menyebabkan gangguan pengeluaran tonus otot sehingga menimbulkan
tremor halus.  Peningkatan kecepatan serebrasi mengakibatkan gelisah,
apatis, paranoid, dan ansietas.

Selain itu dapat mengakibatkan hipermetabolisme yang


berpengaruh pada peningkatan sekresi getah pencernaan dan peningkatan
peristaltik saluran cerna dimana salah satunya akan ada peningkatan nafsu
makan dan juga timbulnya diare.  Bila terjadi peningkatan metabolisme
KH dan lemak mengakibatkan proses oksidasi dalam tubuh meningkat
yang akan meningkatkan produksi panas ditandai dengan berkeringat dan
tidak tahan panas dan penurunan cadangan energi mengakibatkan
kelelahan dan penurunan berat badan. Karena hipermetabolisme sehingga
penggunaan O2 lebih cepat dari normal dan adanya peningkatan CO 2
menyebabkan peningkatan kecepatan nafas sehingga terjadi sesak nafas.

Pada hipertiroidisme, kelenjar tiroid “dipaksa” mensekresikan


hormon hingga diluar batas,sehingga untuk memenuhi pesanan
tersebut,sel-sel sekretori kelenjar tiroid membesar. Gejala klinis pasien
yang sering berkeringat dan suka hawa dingin termasuk akibat dari sifat
hormon tiroid yang kalorigenik, akibat peningkatan laju metabolisme
tubuh yang diatas normal. Bahkan akibat proses metabolisme yang
menyimpang ini, terkadang penderita hipertiroidisme mengalami kesulitan
tidur. Efek pada kepekaan sinaps saraf yang mengandung tonus otot
sebagai akibat dari hipertiroidisme ini menyebabkan terjadinya tremor otot
yang halus dengan frekuensi 10-15 kali perdetik, sehingga penderita
mengalami gemetar tangan yang abnormal. Nadi yang takikardia atau
diatas normal juga merupakan salah satu efek hormone tiroid pada system
kardiovaskular. (Trinoval, 2011)
Tumor kelenjar
2.4. PATHWAY hipofise
Adenoma
folikuler
Hipofise anterior

hiperplasia
Penyakit TSI ↑
graves
Jumlah sel TSH ↓
Faktor bertambah
Antibodi herediter
Konsumsi Tiroksin imunoglobulin
merangsang sel-sel
↑ kecepatan yodium > akibat
Gen autosom sekresi tiroid obat-obatan Merangsang
Hormon tiroid ↑ resesif aktivasi cAMP

HIPERTIROID

Efek Efek Efek Efek Efek sistem


metabolik kalorigenik kardiovaskuler simtomimetik saraf
Hipermetabolisme ↑ metabolisme ↑ kebutuhan T4 & T3 ↑ T4 & T3 ↑
KH dan Lemak energi
↑ sekresi getah hmmmmmm
Aktivitas Pembentukan
pencernaan
.. simpatis >
Proses oksidasi ↑ ↑ beban kerja limfosit ↑
jantung
↑ peristaltik ↑aktivitas
↑ Produksi panas Ilfiltrasi
sel cerna Risiko Curah medula spinalis
jaringan orbita
jantung ↓ dan otot mata
Diare. Intoleransi panas
G3n pengeluaran
kelelahan tonus otot Edema jaringan
Perubahan nutrisi berkeringat retro orbita
< kebutuhan Intoleransi Tremor,
aktivitas gelisah, panik
Gangguan
kenyamanan Kebutuhan O2 ↑ Bola mata
menonjol
Ansietas
Risiko Sesak nafas
Hipertermia eksoftalmus
Risiko perubahan
pola nafas Gangguan
body image
2.4 Manifestasi Klinis

Pada stadium yang ringan sering tanpa keluhan. Demikian pula pada orang
usia lanjut, lebih dari 70 tahun, gejala yang khas juga sering tidak tampak. Tergantung
pada beratnya hipertiroid, maka keluhan bisa ringan sampai berat. Keluhan yang
sering timbul antara lain adalah (Tiara, 2008) :

1. Kecemasan,ansietas,insomnia,dan tremor halus


2. Penurunan berat badan walaupun nafsu makan baik
3. Intoleransi panas dan banyak keringat
4. Papitasi,takikardi,aritmia jantung,dan gagal jantung,yang dapat terjadi akibat efek
tiroksin pada sel-sel miokardium
5. Kelemahan otot,terutama pada lingkar anggota gerak ( miopati proksimal)
6. Osteoporosis disertai nyeri tulang

Tanda dan gejala lain yang sering dijumpai, mengingat tirotoksikosis pada
dasarnya memberikan pengaruh yang besar pada semua system tubuh yang lain,
meliputi (Kowalak, 2011) :

1. Kesulitan berkonsentrasi karena fungsi serebral mengalami akselerasi;


eksitabilitas atau sering gugup, yang disebabkan oleh peningkatan BMR (basal
metabolic rate) dari T4; tremor halus, tulisan tangan yang gemetar dan gerakan
yang canggung akibat peningkatan aktivitas pada daerah medulla spinalis yang
mengontrol tonus otot
2. Kulit yang basah, halus, hangat, dan mengalami flushing (pasien selalu tidur tanpa
selimut dan hanya mengenakan sedikit pakaian); kuku yang rapuh; bercak-bercak
rambut yang menjadi putih sebelum waktunya dan bertambahnya kerontokan
rambut pada pasien laki-laki maupun wanita
3. Peningkatan frekuensi pernapasan, rasa sesak pada saat melakukan aktivitas fisik
dan beristirahat yang mungkin terjadi karena dekompensasi jantung serta
peningkatan penggunaan oksigen oleh sel (system respiratorius)
4. Asupan oral yang berlebihan disertai penurunan berat badan; mual dan muntah
akibat peningkatan motilitas GI serta peristaltis; peningkatan defekasi; feses yang
lembek atau pada penyakit yang berat, diare; pembesaran hati.
5. Mata : periorbital puffiness, lakrimasi meningkat dan grittiness of eyes, kemosis
( odema konjungtiva), proptosis, ulserasi kornea, oftalmoplegia, diplopia, edema
papil, penglihatan kabur.

2.5 Komplikasi
Komplikasi yang mungkin terjadi :
1. Muscle wasting (pelisutan otot), atrofi otot, dan paralisis
2. Kehilangan penglihatan mata diplopia
3. Gagal jantung, aritmia
4. Hipoparatiroidisme sesudah operasi pengangkatan tiroid
5. Hipotiroidisme sesudah terapi radioiodine (Kowalak, 2011)

Komplikasi hipertiroidisme yang dapat mengancam nyawa adalah krisis


tirotoksik (thyroid storm). Hal ini dapat berkembang secara spontan pada pasien
hipertiroid yang menjalani terapi, selama pembedahan kelenjar tiroid, atau terjadi
pada pasien hipertiroid yang tidak terdiagnosis. Akibatnya adalah pelepasan
hipertiroid dalam jumlah yang sangat besar yang menyebabkan takikardia, agitasi,
tremor, hipertermia (sampai 106ºF), dan apabila tidak diobati dapat menyebabkan
kematian.

Komplikasi lainnya adalah penyakit jantung hipertiroid, oftalmopati Graves,


dermopati Graves, infeksi karena agranulositosis pada pengobatan dengan obat
antitiroid. Hipertiroid yang terjadi pada anak-anak juga dapat menyebabkan gangguan
pertumbuhan.

2.6 Pemeriksaan Diagnostik

Pemeriksaan Penunjang yang dilakukan yaitu:

1. Tes ambilan yodium radioaktif (RAI) digunakan untuk mengukur kemampuan


kelenjar tiroid dalam menangkap dan mengubah yodida. Pasien menerima dosis
RAI yang akan ditangkap oleh tiroid dan dipekatkan setelah melewati 24 jam.
Kemudian radioaktivitas yang ada pada kelenjar tiroid tersebut dihitung.
Normalnya, jumlah radioaktif yang diambil berkisar dari 10% hingga 35% dari
dosis pemberian. Pada hipertiroidisme nilainya tinggi dan akan rendah bila
kelenjar tiroid diekan (Price, 2006).
2. T3 dan T4 serum : meningkat

3. T3 dan T4 bebas serum : meningkat

4. TSH: tertekan dan tidak berespon pada TRH ( tiroid releasing hormon)

5. Tiroglobulin : meningkat

6. Stimulasi tiroid 131 : dikatakan hipertiroid jika TRH daritidak ada sampai
meningkat setelah pemberian TRH

7. Ambilan tiroid 131 : meningkat Ikatan protein sodium : meningkat

8. Gula darah : meningkat ( kerusakan adrenal)

9. Kortisol plasma : turun ( menurunnya pengeluaran oleh adrenal)

10. Pemerksaan fungsi hepar : abnormal

11. Elektrolit : hponatremi akibat respon adrenal atau efe delusi terapi cairan,
hipokalemia akibat dari deuresis dan kehilangan dari GI

12. Kateklamin serum : menurun

13. kreatinin urin : meningkat

14. EKG : fibrilasi atrium, waktu sistolik memendek kardiomegali (Trinoval , 2011)

2.7 Penatalaksanaan
Tujuan pengobatan hipertiroidisme adalah membatasi produksi hormon tiroid
yang berlebihan dengan cara menekan produksi (obat antitiroid) atau merusak
jaringan tiroid (yodium radioaktif, tiroidektomi subtotal).
2.7.1 Konservatif
1. Obat antitiroid
Obat ini menghambat produksi hormon tiroid. Jika dosis berlebih, pasien
mengalami gejala hipotiroidisme.Contoh obat adalah sebagai berikut :
a. Thioamide
b. Methimazole dosis awal 20 -30 mg/hari
c. Propylthiouracil (PTU) dosis awal 300 – 600 mg/hari, dosis maksimal
2.000 mg/hari
d. Potassium Iodide
e. Sodium Ipodate
f. Anion Inhibitor
2. Beta-adrenergic reseptor antagonist
Obat ini adalah untuk mengurangi gejala-gejala hipotiroidisme. Contoh:
Propanolol
Indikasi :
a. Mendapat remisi yang menetap atau memperpanjang remisi pada
pasien muda dengan struma ringan –sedang dan tiroktosikosis
b. Untuk mengendalikan tiroktosikosis pada fase sebelum pengobatan
atau sesudah pengobatan yodium radioaktif
c. Persiapan tiroidektomi
d. Pasien hamil, usia lanjut
e. Krisis tiroid
Penyekat adinergik ß pada awal terapi diberikan, sementara menunggu
pasien menjadi eutiroid setelah 6-12 minggu pemberian anti tiroid.
Propanolol dosis 40-200 mg dalam 4 dosis pada awal pengobatan, pasien
kontrol setelah 4-8 minggu. Setelah eutiroid, pemantauan setiap 3-6 bulan
sekali: memantau gejala dan tanda klinis, serta Lab.FT4/T4/T3 dan TSHs.
Setelah tercapai eutiroid, obat anti tiroid dikurangi dosisnya dan
dipertahankan dosis terkecil yang masih memberikan keadaan eutiroid
selama 12-24 bulan. Kemudian pengobatan dihentikan , dan di nilai
apakah tejadi remisi. Dikatakan remisi apabila setelah 1 tahun obat
antitiroid di hentikan, pasien masih dalam keadaan eutiroid, walaupun
kemidian hari dapat tetap eutiroid atau terjadi kolaps.

2.7.2 surgical

1. Radioaktif iodine. Tindakan ini adalah untuk memusnahkan kelenjar


tiroid yang hiperaktif

2. Tiroidektomi. Tindakan Pembedahan ini untuk mengangkat kelenjar


tiroid yang membesar. (Saputro, 2011)
Penanganan kedaruratan terhadap thyroid storm meliputi :

1. Pemberian obat antitiroid untuk menghentikan konversi T4 menjadi T3 dan untuk


menyekat efek simpatik, pemberian kortikosteroid untuk menghambat konversi T 4
menjadi T3 dan pemberian yodida untuk menyekat pelepasan hormone tiroid

2. Tindakan suportif, termasuk pemberian nutrient, vitamin, cairan, oksigen, selimut


hipotermia, dan sedative
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
a. Biodata klien
b. Riwayat kesehatan
1) Keluhan utama
2) Riwayat kesehatan sekarang
3) Riwayat kesehatan keluaraga
4) Riwayat kesehatan dahulu
c. Pemeriksaan fisik

Pengkajian Gejala Tanda

Insomnia,sensitivitas

Aktifitas meningkat, otot lemah, Atrofi otot


gangguan koordinasi

disritmia, irama gallop,


Sirkulasi palpitasi dan nyeri dada
takikardi saat istirahat

Urin dalam jumlah

Eliminasi banyak, perubahan dalam -


feses : diare

mengalami stres yang

Intergritas ego berat baik emosional emosi labil,depresi


maupun fisik

pembesaran
kehilangan berat badan
tiroid,gointer,edema
Makanan/cairan yang mendadak, nafsu
non-pittingterutama
makan meningkat
daerah pretibial

Neurosensori - bicaranya cepat dan


parau,ganguan status
mental dan
perilaku,tremor halus
pada tangan

frekuensi pernafasan

Pernafasan - meningkat, dipsnea,dan


edema paru

3.2 Diagnosa Keperawatan


1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d peningkatan metabolism, diare
2. Intoleransi aktivitas b/d hipermetabolik dengan peningkatan kebutuhan energy
3. Risiko penurunan curah jantung b/d hipertiroid tidak terkontrol, keadaan
hipermetabolisme; peningkatan beban kerja jantung.
4. Risiko perubahan pola nafas b/d sesak nafas
5. Risiko hipertermi b/d peningkatan produksi panas
6. Gangguan body image b/d eksoftalmus
7. Ansietas b/d tremor, gelisah, panik
8. Gangguan kenyamanan b/d berkeringat

3.3 Intervensi Keperawatan


3.3.1 Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d peningkatan metabolisme,
diare
Tujuan : dalam waktu 3 x 24 jam setelah diberikan tindakan keperawatan
kebutuhan nutrisi klien terpenuhi
KH :
a. Antropometri : berat badan klien ideal
b. Biochemical : albumin normal : 3,5-5 g/dl
Hb wanita : 12,0-16,0 g/dl
Hb pria : 13,5-18,0 g/dl
c. Clinical : pasien tidak lemah, bising usus normal (5-35 x/menit)
d. Diet : porsi makan habis

INTERVENSI
1. Timbang berat badan klien setiap hari
R/ memberikan informasi berat badan klien
2. Kolaborasi dengan ahli gizi dalam pemberian asupan makanan
R/ membantu dalam pemenuhan nutrisi yang dibutuhkan klien
3. Kaji bising usus klien
R/ mengetahui apakah klien mengalami konstipasi atau diare
4. Check kadar albumin dan Hb dalam darah
R/ untuk mengetahui kadar albumin dan Hb dalam darah

3.3.2 Intoleransi aktivitas b/d hipermetabolik dengan peningkatan kebutuhan energy


Tujuan : dalam waktu 1 x 24 jam setelah diberikan tindakan keperawatan
klien dapat melakukan aktivitas
KH :
a. Menunjukan peningkatan toleransi terhadap aktivitas, misalnya pasien rileks
b. TTV dalam rentang normal (TD : 120-140/60-80 mmHg, N : 60-100 x/menit,
RR : 16-24 x/menit, T : 36,5 – 37,5°C)

INTERVENSI

1. Ciptakan lingkungan yang tenang

R/ menurunkan stimulasi yang kemungkinan besar dapat menimbulkan


agitasi, hiperaktif, dan imsomnia

2. Berikan tindakan yang membuat pasien merasa nyaman seperti massage

R/ meningkatkan relaksasi

3. Sarankan pasien untuk mengurangi aktivitas

R/ membantu melawan pengaruh dari peningkatan metabolisme

4. Pantau tanda vital dan catat nadi baik istirahat maupun saat aktivitas.

R/ nadi secara luas meningkat dan bahkan istirahat , takikardia mungkin


ditemukan
3.3.3 Risiko penurunan curah jantung b/d hipertiroid tidak terkontrol, keadaan
hipermetabolisme; peningkatan beban kerja jantung.
Tujuan : dalam waktu 3x24 jam setelah diberikan tindakan keperawatan
pasien tidak mengalami penurunan curah jantung
KH :
a. nadi perifer dapat teraba normal
b. TTV dalam batas normal (TD : 120-140/60-80 mmHg, N : 60-100 x/menit,
RR : 16-24 x/menit, T : 36,5 – 37,5°C)
c. Bunyi jantung S1 normal
d. Tidak terdapat murmur
e. Mukosa lembab

INTERVENSI
1. Auskultasi bunyi jantung
R/ S1 dan murmur yang menonjol berhubungan dengan curah jantung
meningkat pada keadaan hipermetabolik
2. Pantau tekanan darah pada posisi baring, duduk dan berdiri jika
memungkinkan. Perhatikan besarnya tekanan nadi
R/ Hipotensi umum atau ortostatik dapat terjadi sebagai akibat dari
vasodilatasi perifer yang berlebihan dan penurunan volume sirkulasi
3. Periksa kemungkinan adanya nyeri dada atau angina yang dikeluhkan pasien.
R/ Merupakan tanda adanya peningkatan kebutuhan oksigen oleh otot
jantung atau iskemia
4. Observasi tanda dan gejala haus yang hebat, mukosa membran kering
R/ Dehidrasi yang cepat dapat terjadi yang akan menurunkan volume
sirkulasi dan menurunkan curah jantung

3.3.4 Risiko perubahan pola nafas b/d sesak nafas


Tujuan : dalam waktu 2x24 jam setelah dilakukan tindakan keperawatan pola
nafas pasien efektif
KH :
a. RR (16-24 x/menit)
b. Tidak ada bunyi adventitius (krekels, mengi, ronkhi)
c. Tidak memakai otot bantu pernafasan
d. Pasien tidak sesak nafas

INTERVENSI
1. Auskultasi bunyi nafas dan catat adanya bunyi adventitius, seperti krekels,
mengi, ronkhi
R/ bunyi nafas dapat menurun atau tidak ada pada lobus, segmen paru, atau
seluruh area paru.
2. Tinggikan kepala dan bantu mengubah posisi
R/ duduk tinggi memungkinkan ekspansi paru dan memudahkan pernafasan
3. Kolaborasi Berikan oksigenasi tambahan
R/ memaksimalkan bernafas dan menurunkan kerja nafas.
4. Kaji frekuensi kedalaman pernafasan dan ekspansi dada
R/ kecepatan biasanya meningkat

3.3.5 Risiko hipertermi b/d peningkatan produksi panas


Tujuan : dalam waktu 1x24 jam setelah dilakukan tindakan keperawatan suhu
tubuh pasien normal
KH :
a. suhu tubuh normal (36,5-37,5°C)
b. pasien tidak berkeringat
c. kulit tidak merah
d. pasien tidak dehidrasi

INTERVENSI
1. Beri kompres hangat pada pasien
R/ mengurangi panas dengan cara konveksi
2. Buka pakaian pasien
R/ mengurangi panas dengan cara evaporasi
3. Anjurkan klien untuk banyak minum
R/ menghindari dehidrasi klien
4. Kolaborasi pemberian obat sesuai indikasi : antrain
R/ mengurangi panas yang dirasakan klien
5. Pantau asupan dan keluaran
R/ evaluator langsung status cairan. Perubahan tiba-tiba pada berat badan
dicurigai kehilangan cairan.
6. observasi suhu pasien (derajat dan pola)
R/ pola nafas dapat membantu dalam diagnosis

3.3.6 Gangguan body image b/d eksoftalmus.


Tujuan : dalam waktu 2x24 jam setelah diberikan tindakan keperawatan
pasien dapat mengungkapkan penerimaan tampilan
KH : pasien dapat mengungkapkan penerimaan tampilan, pasien merasa
rileks, dan pasien tidak emosi
INTERVENSI
1. Diskusikan arti perubahan tubuh dengan pasien, identifikasi persepsi
situasi/harapan yang akan datang.
R/ alat dalam mengidentifikasi/mengartikan masalah untuk memfokuskan
perhatian dan intervensi secara konstruktif.
2. Catat reaksi emosi
R/ pasien dapat mengalami depresi cepat setelah pembedahan atau reaksi
syok dan menyangkal.
3. Pertahankan tindakan tenang, meyakinkan
R/ dapat membantu menghilangkan takut pasien akan kematian, sulit
bernafas, ketidakmampuan berkomunikasi atau pengrusakan
4. Dorong pasien untuk menerima situasi pada tahap yang kecil
R/ merasa sehat/mengalami kesulitan dalam mengatasi gambaran yang lebih
besar tetapi dapat mengatasi 1 bagian pada saat itu.
Kolaborasi
5. Rujuk pasien/orang terdekat ke sumber pendukung, contoh ahli terapi
psikologis, pekerja sosial, konseling keluarga.
R/ pendekatan penyuluhan diperlukan untuk membantu pasien menghadapi
rehabilitasi dan kesehatan. Keluarga memerlukan bantuan dalam pemahaman
proses yang pasien lalui

3.3.7 Ansietas b/d tremor, gelisah, panik.


Tujuan : dalam waktu 2x24 jam setelah dilakukan tindakan keperawatan pasien
tampak rileks
KH :
a. pasien tampak rileks
b. TTV normal (TD : 120-140/60-80 mmHg, N : 60-100 x/menit, RR : 16-24
x/menit, T : 36,5 – 37,5°C)
INTERVENSI
1. Bicara singkat dengan kata yang sederhana
R/ Rentang perhatian mungkin menjadi pendek , konsentrasi berkurang,
yang membatasi kemampuan untuk mengasimilasi informasi
2. Jelaskan prosedur tindakan
R/ Memberikan informasi yang akurat yang dapat menurunkan kesalahan
interpretasi
3. Kurangi stimulasi dari luar
R/ Menciptakan lingkungan yang terapeutik
4. Observasi TTV
R/ mengetahui keadaan umum pasien
5. Observasi tingkah laku yang menunjukkan tingkat ansietas
R/ Ansietas ringan dapat ditunjukkan dengan peka rangsang dan imsomnis

3.3.8 Gangguan kenyamanan b/d berkeringat

Tujuan : dalam waktu 1x24 jam setelah diberikan tindakan keperawatan pasien
merasa lebih nyaman

KH : pasien mengungkapkan tidan berkeringat/keringat berkurang.

INTERVENSI

1. Gunakan pakaian yang kendor

R/ untuk mengurangi evaporasi

2. Hindari aktivitas di luar rumah

R/ untuk menghindari aktivitas yang berlebihan

3. Anjurkan pasien untuk banyak asupan cairan


R/ mengurangi dehidrasi

3.4 Implementasi
Implementasi dilakukan sesuai dengan rencana keperawatan yang telah
dibuat sebelumnya berdasarkan masalah keperawatan yang ditemukan dalam kasus,
dengan menuliskan waktu pelaksanaan dan respon klien.

3.5 Evaluasi
Hasil yang diharapkan adalah :

1. Klien akan menunjukkan berat badan stabil


2. Klien akan mengungkapkan secara verbal tentang peningkatan tingkat energi
3. Klien akan mempertahankan curah jantung yang adekuat sesuai dengan kebutuhan
tubuh
4. Klien akan mempertahankan pola nafas (RR : 16-24 x/menit)
5. Suhu tubuh klien normal
6. Klien mengungkapkan penerimaan tampilan, adaptasi terhadap perubahan tubuh
7. Klien akan melaporkan ansietas berkurang sampai tingkat dapat diatasi
8. Klien mengungkapkan rasa nyaman
BAB 4

PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Tiroid sendiri diatur oleh kelenjar lain yang berlokasi di otak, disebut pituitari.
Pada gilirannya, pituitari diatur sebagian oleh hormon tiroid yang beredar dalam darah
(suatu efek umpan balik dari hormon tiroid pada kelenjar pituitari) dan sebagian oleh
kelenjar lain yang disebut hipothalamus, juga suatu bagian dari otak.pengobatan
hipertiroidisme adalah membatasi produksi hormon tiroid yang berlebihan dengan
cara menekan produksi (obat antitiroid) atau merusak jaringan tiroid (yodium
radioaktif, tiroidektomi subtotal).

4.2 Saran
Dari penyakit ini,dapat dihindarkan dengan cara tidak stress,tidak
merokok,tidak mengkonsumsi obat-obatan sembarangan dan tidak mengkonsumsi
yodium secara berlebihan karena dapat terjadi radiasi pada leher dan organism-
organisme dapat menyebabkan infeksi karena ada virus.
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Lynda Juall. 2006. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. EGC. Jakarta

Doengos,E marlyn.2002. Rencana Asuhan Keperawatan. EGC: Jakarta

Kowalak, P. Jennifer. 2011. Buku Ajar Patofisiologi. EGC : Jakarta

Saputro, Kesit Tresno. 2011. Asuhan Keperawatan Hipertiroid.

Senoputra, Muh. Andrian. 2010. Asuhan Keperawatan.

Tiara. 2011. Asuhan Keperawatan dengan Klien Hipertiroid.

Anda mungkin juga menyukai