K
Tahun Pajak : 2006
JA
Pokok Sengketa : Penerbitan Surat Keputusan Tergugat KEP-01761/NKEB/WPJ.11/2017
tanggal 22 Maret 2017 tentang Pembatalan Ketetapan Pajak atas Surat
Ketetapan Pajak Kurang Bayar Berdasarkan Pasal 36 Ayat (1) Huruf b
PA
Karena Permohonan Wajib Pajak yang tidak disetujui Penggugat;
N
Bayar Nomor 00009/207/06/618/16 tanggal 11 April 2016 Masa Pajak
September 2006 Berdasarkan Pasal 36 ayat (1) Huruf B Karena Permohonan
LA
Wajib Pajak;
bahwa di dalam ketentuan Pasal 23 ayat (2) huruf c UU KUP yang dapat
diajukan gugatan adalah Keputusan yang berkaitan dengan pelaksanaan
keputusan perpajakan, selain yang ditetapkan dalam Pasal 25 ayat (1) dan
DI
Pasal 26;
bahwa berdasarkan rumusan tersebut, terlihat bahwa yang dapat diajukan
GA
gugatan adalah keputusan (beschiking) sebagai pelaksanaan dari keputusan
perpajakan (beschiking);
bahwa dalam kasus yang menjadi gugatan tersebut, Tergugat menerbitkan
Surat Keputusan Tergugat tentang Pembatalan Ketetapan Pajak atas Surat
EN
K
melakukan pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban
perpajakan Wajib Pajak dan untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan
JA
ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan;
b Berdasarkan ketentuan Pasal 13 ayat (5) Undang-Undang Ketentuan
Umum Perpajakan mengatur bahwa: Walaupun jangka waktu 5 (lima) tahun
PA
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) telah lewat, Surat Ketetapan Pajak
Kurang Bayar tetap dapat diterbitkan ditambah sanksi administrasi berupa
bunga sebesar 48% (empat puluh delapan persen) dari jumlah pajak yang
tidak atau kurang dibayar, apabila Wajib Pajak setelah jangka waktu
tersebut dipidana karena melakukan tindak pidana di bidang perpajakan
N
atau tindak pidana lainnya yang dapat menimbulkan kerugian pada
pendapatan negara berdasarkan putusan pengadilan yang telah
LA
mempunyai kekuatan hukum tetap;
Penjelasan Pasal 13 ayat (5) UU Ketentuan Umum Perpajakan
Apabila terhadap Wajib Pajak dilakukan penyidikan tindak pidana perpajakan
DI
untuk menentukan kerugian pada pendapatan Negara, atas jumlah pajak
yang terutang belum dikeluarkan Surat Ketetapan Pajak;
GA
Untuk mengetahui bahwa Wajib Pajak memang benar-benar melakukan
tindak pidana di bidang perpajakan, harus dibuktikan melalui proses
pengadilan yang dapat membutuhkan waktu lebih dari 5 (lima) tahun.
Kemungkinan dapat terjadi bahwa Wajib Pajak yang disidik oleh PPNS, tetapi
EN
oleh penuntut umum tidak dituntut berdasarkan sanksi pidana perpajakan,
misalnya Wajib Pajak yang dijatuhi pidana oleh pengadilan karena melakukan
penyelundupan yang dalam putusan pengadilan tersebut menunjukkan
adanya suatu jumlah objek pajak yang belum dikenai pajak;
TP
Oleh karena itu, dalam rangka memperoleh kembali pajak yang terutang
tersebut, dalam hal Wajib Pajak dipidana karena melakukan tindak pidana di
bidang perpajakan atau tindak pidana lainnyayg dapat menimbulkan kerugian
pada pendapatan Negara berdasarkan putusan Pengadilan yang telah
IA
meskipun jangka waktu 5 (lima) tahun sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilampaui;
bahwa ketentuan di atas menjadi dasar kewenangan bagi Tergugat untuk
menerbitkan ketetapan pajak terutang beserta dengan sanksi administrasi
ET
perpajakan;
bahwa ketentuan Pasal 2 ayat (2) PMK 183/2015 menyatakan bahwa Direktur
Jenderal Pajak tetap dapat menerbitkan Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar
KR
K
1091/B/PK/PJK/2014 tanggal 10 Maret 2015, Tergugat berpendapat bahwa:
JA
a Negara kita adalah negara hukum dengan sistem peradilan civil law,
sehingga semua argumentasi kita harus berdasarkan pada hukum yang
berlaku pada saat ini (hukum positif), bukan berdasarkan pada buku-buku
hukum dan yurisprudensi (Putusan Mahkamah Agung). Buku-buku hukum
PA
dan yurisprudensi hanya dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam
mengambil suatu putusan;
b Profesor Sudikno Mertokusumo dalam bukunya Mengenal Hukum Suatu
Pengantar halaman 104-105 yang menyatakan sebagai berikut
N
Yurisprudensi atau putusan pengadilan merupakan produk yudikatif, yang
berisi kaedah atau peraturan hukum yang mengikat pihak-pihak yang
LA
bersangkutan atau terhukum. Jadi putusan pengadilan hanya mengikat
orang-orang tertentu saja dan tidak mengikat setiap orang secara umum
seperti Urdang-Undang. Putusan berisi kaedan-kaedah hukum: putusan
adalah hukum. Putusan pengadilan adalah hukum sejak dijatuhkan sampai
DI
dilaksanakan.Sejak dijatuhkan putusan pengadilan mempunyai kekuatan
mengikat bagi para pihak untuk mengakui eksistensi putusan tersebut.
Putusan pengadilan mempunyai kekuatan berlaku untuk dilaksanakan sejak
GA
putusan itu memperoleh kekuatan hukum yang tetap. Setelah dilaksanakan
putusan pengadilan itu hanyalah merupakan sumber hukum;
c Berdasarkan Putusan Mahkamah Agung Nomor 759 K/Pdt.Sus-Pailit/2016
EN
pada halaman 90, dinyatakan bahwa DR. H. Harifin A. Tumpa, SH., M.H.
dalam kata sambutannya sebagai Ketua Mahkamah Agung RI tahun 2009
yang terdapat dalam buku "Yurisprudensi Mahkamah Agung Republik
Indonesia" menyatakan:
TP
putusan itu telah dibenarkan oleh Mahkamah Agung RI. Jadi sejatinya
yurisprudensi merupakan kaidah-kaidah hukum baru yang diciptakan hakim,
bersifat kasuistis, dan merupakan sumber hukum Indonesia;
bahwa dalil Penggugat yang menyatakan bahwa pidana denda yang
ET
a Dalam ilmu hukum dikenal adanya asas hukum lex specialis derogat legi
generalis, yang artinya aturan hukum yang khusus mengesampingkan
aturan hukum umum. Dalam hal pelaksanaan pemenuhan kewajiban
SE
K
administrasinya belum dikenakan. Untuk menagih sanksi administrasi
tersebut, pembuat Undang-Undang telah memikirkan cara menagih pokok
JA
utang (sanksi administrasi) diluar sanksi pidana tadi yaitu dengan
menerbitkan SKPKB;
c Sanksi pidana tidak sama dengan sanksi administrasi perpajakan. Kedua
PA
hal tersebut diatur di dalam pasal yang berbeda. Salah satu sanksi pidana
atas tindak pidana perpajakan diatur di dalam Pasal 39 UU Ketentuan
Umum Perpajakan sedangkan sanksi administrasi perpajakan salah
satunya diatur di dalam Pasal 13 ayat (5) UU Ketentuan Umum Perpajakan;
d Sanksi pidana yang dijatuhkan berdasarkan Putusan Pengadilan Negeri
N
Surabaya Nomor 1861/Pid.Sus/2015/PN.SBY tanggal 20 Oktober 2015
didasarkan pada ketentuan Pasal 39 ayat (1) huruf c jo. Pasal 43 ayat (1)
LA
UU KUP dan Pasal 39 ayat (1) huruf d jo. Pasal 43 ayat (1) UU KUP
sebagaimana tercantum di dalam bagian pertimbangan Majelis Hakim pada
halaman 125 Putusan Pengadilan Negeri Surabaya Nomor
DI
1861/Pid.Sus/2015/PN.Sby yang berbunyi sebagai berikut:
Menimbang, bahwa dengan pertimbangan-pertimbangan tersebut di atas
maka terdakwa telah terbukti bersalah melakukan tindak pidana sebagaimana
GA
Pasal 39 ayat (1) huruf c jo. Pasal 43 ayat (1) Undang-Undang No.6 Tahun
1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah
diubah dengan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2000 tentang Perubahan
Kedua Atas Undang-Undang No.6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan
EN
Tata Cara Perpajakan dan Pasal 39 ayat (1) huruf d jo. Pasal 43 ayat (1)
Undang-Undang No.6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umurn dan Tata Cara
Perpajakan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 28
Tahun 2007 tentang Perubahan Ketiga Atas Undang-Undang No.6 Tahun
TP
1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan. Sesuai dengan
dakwaan kesatu dan kedua;
bahwa sanksi administrasi perpajakan yang diterbitkan Tergugat melalui hasil
pemeriksaan berupa SKPKB adalah berdasarkan ketentuan Pasal 13 ayat (5)
IA
K
b Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan
(2) Direktur Jenderal Pajak tetap dapat menerbitkan Surat Ketetapan Pajak
JA
Kurang Bayar atau Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) walaupun jangka waktu 5 (lima)
tahun telah lewat, dalam hal Direktur Jenderal Pajak menerima Putusan
PA
Pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap terhadap Wajib
Pajak yang dipidana karena melakukan tindak pidana di bidang
perpajakan atau tindak pidana lainnya yang dapat menimbulkan kerugian
pada pendapatan negara.
e bahwa sanksi pidana denda dijatuhkan atas perbuatan pidana yang
N
dilakukan oleh Wajib Pajak sebagaimana diatur dalam Pasal 39 UU
Ketentuan Umum Perpajakan, sedangkan sanksi administrasi perpajakan
LA
sebagaimana diatur di dalam Pasal 13 ayat (5) UU Ketentuan Umum
Perpajakan diberikan untuk menarik pokok pajak terutang ditambah dengan
bunga administrasi sebesar 48%;
DI
f bahwa perbedaan selanjutnya antara sanksi pidana denda dengan sanksi
administrasi perpajakan adalah sanksi administrasi perpajakan masuk
sebagai komponen Penerimaan Negara dari Pajak sedangkan sanksi
GA
pidana denda masuk sebagai komponen Penerimaan Negara Bukan Pajak
(PNBP);
Pendapat Ahli
EN
bahwa ahli dari Tergugat menyampaikan Penjelasan Tertulis berisi pendapat
hukumnya yang pada pokoknya menyatakan sebagai berikut:
Ultimum Remedium Dalam Kaitan Hukum Pidana Dengan Hukum Pajak
Pengertian Hukum Pidana
TP
disertai ancaman atau sanksi yang berupa pidana tertentu bagi barang siapa
melanggara larangan tersebut.
Menentukan kapan dan dalam hal-hal apa kepada mereka yang melanggar
larangan-larangan itu dapat dikenakan atau dijatuhkan pidana sebagaimna
yang telah diancamkan.
Menentukan dengan cara bagaimna pengenaan pidana itu dapat
dilaksanakan apabila ada orang yang disangka telah melanggar larangan
tersebut.
Satochid Kartanegara, bahwa hukum pidana dapat dipandang dari beberapa
K
sudut, yaitu:
JA
Hukum pidana dalam arti objektif, yaitu sejumlah peraturan yang
mengandung larangan-larangan atau keharusan-keharusan terhadap
pelanggarannya yang diancam dengan hukuman.
PA
Hukum pidana dalam arti subjektif, yaitu sejumlah peraturan yang mengatur
hak negara untuk menghukum seseorang yang melakukan perbuatan yang
dilarang.
Roeslan Saleh, mengatakan bahwa setiap perbuatan yang oleh masyarakat
yang dirasakan sebagai perbuatan yang tidak boleh atau tidak dapat
N
dilakukan sehingga perlu adanya penekanan pada perasaan hukum
masyarakat. Oleh karena itu, suatu perbuatan pidana berarti perbuatan yang
LA
menghambat atau pertentangan dengan tercapainya tatanan dalam
pergaulan yang dicita-citakan masyarakat. Sehingga isi pokok dari hukum
pidana itu dapat disimpulkan sebagai berikut:
DI
Hukum pidana sebagai hukum positif.
Substansi hukum pidana adalah hukum yang menentukan tentang perbuatan
pidana dan menentukan tentang kesalahan bagi pelakunya,
GA
Tujuan Hukum Pidana.
Untuk menakut-nakuti setiap orang jangan sampai melakukan perbuatan
yang tidak baik;
EN
Untuk mendidik orang yang telah pernah melakukan perbuatan tidak baik
menjadi baik dan dapat diterima kembali dalam kehidupan lingkungan;
Menurut aliran klasik tujuan hukum pidana untuk melindungi individu dari
TP
pembayar pajak;
Bohari
Hukum Pajak adalah suatu kumpulan peraturan-peraturan yang mengatur
KR
K
dan kewajiban) antara negara dan pemerintah sebagai pemungut pajak
(fiskus) dengan rakyat sebagai pembayar pajak (wajib pajak);
JA
Fungsi dan Tujuan Pajak.
Fungsi Pajak
PA
Sebagai dasar dalam menciptakan sistem pemungutan pajak yang harus
memenuhi syarat keadilan, efisien, dan sederhana sejelas-jelasnya dalam
undang-undang hukum pajak itu sendiri;
Sebagai dasar untuk menentukan siapa subjek maupun objek yang perlu dan
tidak perlu dijadikan sumber pemungutan pajak yang berfungsi untuk
N
meningkatkan potensi pajak di dalam suatu negara;
LA
Sebagai dasar dalam pembagian beban pajak kepada rakyat yang didasarkan
pada kepentingan masing-masing individu (anggota masyarakat);
Sebagai dasar penggunaan/pemanfaatan dari hasil pemungutan pajak, balk
dalam memenuhi anggaran APBN serta APBD maupun memenuhi target
DI
perolehan pajak yang akan digunakan untuk kepentingan sosial dan
kesejahteraan umum;
GA
Memberi kepastian hukum untuk menetapkan sanksi administrasi/ tata usaha,
maupun sanksi pidana (berupa penjara ataupun kurungan);
Tujuan Pajak.
bahwa tujuan utama dari sebuah hukum pajak adalah menegakkan keadilan
EN
Ketetapan yang ditetapkan oleh pejabat tata usaha negara sebagai objek
hukum administrasi negara;
Pejabat tata usaha negara yang menerbitkan ketetapan yang menimbulkan
sengketa sebagai subjek hukum administrasi negara;
SE
K
dengan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009 (mulai Pasal 38 sampai
dengan Pasal 43) mencantumkan ketentuan pidana. Ajaran ini dikenal
JA
sebagai "Ultimum Remedium";
Ultimum Remedium.
PA
bahwa ajaran Ultimum Remedium dari dilihat dari proses sebagai berikut:
Pertama-tama Wajib Pajak/WP wajib membuat sendiri (self assesment)
sebagaimana ditentukan dalam Pasal 8 Ayat (1) KUP;
Kemudian Ditjen Pajak (Fiscus) dapat melakukan pemeriksaan (Pasal 8 Ayat
N
4 KUP).Kemudian DP dapat melakukan Pemeriksaan Bukti Permulaan (Pasal
8 Ayat 3 KUP).
LA
Setelah DP melakukan Pemeriksan Bukti Permulaan, tetapi WP tetap tidak
mau secara sukarela melaksanakan kewajiban perpajakannya, maka baru DP
melakukan proses penyidikan (Pasal 44 KUP).
DI
Namun apabila WP melunasi hutang pajak, walau DP sudah melakukan
proses penyidikan, maka atas permintaan Menteri Keuangan, Jaksa Agung
dapat menghentikan penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan (Pasal 44
B KUP). GA
Pasal 13 A
Wajib Pajak yang karena kealpaannya tidak menyampaikan Surat
EN
Pemberitahuan atau menyampaikan Surat Pemberitahuan, tetapi isinya tidak
benar atau tidak lengkap atau melampirkan keterangan yang isinya tidak
benar sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara tidak
dikenai sanksi pidana apabila kealpaan tersebut pertama kali dilakukan oleh
Wajib Pajak dan Wajib Pajak tersebut wajib melunasi kekurangan
TP
terutang yang tidak atau kurang dibayar dan paling banyak 2 kali jumlah pajak
terutang yang tidak atau kurang dibayar, atau dipidana kurungan paling
singkat 3 tahun atau paling lama 1 tahun.
DJP Masih dapat Menagih Hutang Pajak Walau Sudah Dihukum Pidana.
KR
K
perpajakan, untuk menentukan kerugian pada pendapatan negara, atas
jumlah pajak yang terutang belum dikeluarkan surat ketetapan pajak;
JA
Untuk mengetahui bahwa Wajib Pajak memang benar-benar melakukan
tindak pidana di bidang perpajakan, harus dibuktikan melalui proses
pengadilan yang dapat membutuhkan waktu lebih dari 5 (lima) tahun.
PA
Kemungkinan dapat terjadi bahwa Wajib Pajak yang disidik oleh PPNS, tetapi
oleh penuntut umum tidak dituntut berdasarkan sanksi pidana perpajakan,
misalnya Wajib Pajak yang dijatuhi pidana oleh pengadilan karena melakukan
penyelundupan yang dalam putusan pengadilan tersebut menunjukkan
adanya suatu jumlah objek pajak yang belum dikenai pajak;
N
Oleh karena itu, dalam rangka memperoleh kembali pajak yang terutang
tersebut, dalam hal Wajib Pajak dipidana karena melakukan tindak pidana di
LA
bidang perpajakan atau tindak pidana lainnya yang dapat menimbulkan
kerugian pada pendapatan negara berdasarkan putusan Pengadilan yang
telah mempunyai kekuatan hukum tetap, Surat Ketetapan Pajak masih
dibenarkan untuk diterbitkan, ditambah sanksi administrasi bunga sebesar 48
DI
% (empat puluh delapan persen) dari jumlah pajak yang tidak atau kurang
dibayar meskipun jangka waktu 5 (lima) tahun sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dilampaui.
GA
bahwa ahli yang dihadirkan oleh Penggugat dalam persidangan menyatakan
pendapat sebagaimana yang tertulis dalam Penjelasan Tertulisnya;
EN
Menurut Penggugat : Bahwa kronologis gugatan Penggugat atas Keputusan Tergugat Nomor :
KEP-01761/NKEB/WPJ.11/2017 tanggal 22 Maret 2017 adalah diawali
dengan dilakukannya Pemeriksaan terhadap Penggugat yang telah
dinyatakan Pailit oleh Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Surabaya
dengan penetapan Nomor Putusan 01/Pdt.Sus-Pailit/2016/PN.SBY pada
TP
hukumnya;
Menunjuk Sdr. Ane Rosiana, SH, MH, Hakim Niaga pada Pengadilan Negeri
AR
Menghukum Termohon untuk membayar biaya perkara yang sampai hari ini
ditetapkan sejumlah Rp 1.411.000 (Satu Juta Empat Ratus Sebelas Ribu
Rupiah);
SE
K
Menjatuhkan pidana denda sebesar Rp 60.000.000.000,- (Enam Puluh Milyar
JA
rupiah) dengan ketentuan apabila denda tersebut tidak dibayar diganti
dengan hukuman kurungan selama 4 (empat) bulan;
Menetapkan masa penahanan yang telah dijalani terdakwa dikurangkan
PA
seluruhnya dari pidana yang dijatuhkan;
Menetapkan terdakwa tetap dalam tahanan;
Menetapkan barang bukti berupa …………….. dst untuk dikembalikan kepada
penyidik Direktorat Jenderal Pajak;
N
Menghukum terdakwa untuk membayar membayar biaya perkara sebesar Rp
10.000,- (Sepuluh Ribu Rupiah);
LA
bahwa Putusan Pengadilan Negeri a quo telah dinyatakan INCRACHT;
bahwa sesuai dengan pasal 270 Jo Pasal 273 Kitab Undang-Undang Hukum
Acara Pidana (KUHAP), menyatakan bahwa "Pelaksanaan putusan
DI
pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap dilakukan oleh
Jaksa, yang untuk itu panitera mengirimkan salinan surat putusan kepadanya,
Jika putusan pengadilan menjatuhkan pidana denda, kepada terpidana
GA
diberikan jangka waktu satu bulan untuk membayar denda tersebut, kecuali
dalam putusan acara pemeriksaan cepat yang harus seketika dilunasi”;
bahwa sesuai dengan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2004 tentang
EN
Kejaksaan pasal 31 ayat (1) huruf b dan c menyatakan bahwa "di bidang
Pidana Kejaksaan mempunyai tugas dan wewenang melaksanakan
penetapan hakim dan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan
hukum tetap, melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan putusan pidana
bersyarat, putusan pidana pengawasan, dan keputusan lepas bersyarat”;
TP
Apabila terdakwa atau kuasanya hadir pada waktu putusan diucapkan, maka
pelunasannya harus dilakukan pada saat diucapkan;
AR
Apabila terdakwa atau kuasanya tidak hadir pada waktu putusan diucapkan,
maka pelunasannya harus dilakukan pada saat putusan itu oleh jaksa
diberitahukan kepada terpidana. Jika terdapat alasan yang kuat, maka jangka
waktu pembayaran pidana denda dapat diperpanjang untuk paling lama satu
ET
bulan. Dengan demikian jangka waktu pembayaran pidana denda paling lama
dua bulan. Dan apabila setelah dua bulan dendanya belum juga dibayar oleh
terpidana, maka eksekusi pidana dendanya diganti dengan pidana kurungan
sebagai pengganti;
KR
K
sesuai dengan Putusan Pengadilan yang telah berkekuatan hukum tetap;
bahwa sampai tanggal surat permohonan ini pidana denda masih belum
JA
dibayar oleh terpidana sehingga secara ketentuan terpidana (YUJIOSSEL)
akan menjalani hukuman pidana kurungan selama 4 (Empat) bulan;
bahwa Kurator selama proses Kepailitan dari Penggugat (dalam Pailit), yang
PA
dalam pengurusan dan pemberesan harta pailit menerima surat dari Tergugat
dengan Nomor S-7388/WPJ.11/KP.13/2016 tanggal 25 Februari 2016 perihal
tanggapan pemberitahuan dan Undangan atas Kepailitan Penggugat kepada
Kurator Penggugat (dalam Pailit) yaitu Saudara Agung Satryo Wibowo, SE,
Ak, SH, MM, CA yang pada poin nomor 3 dalam surat tersebut menyatakan
N
akan menindaklanjuti putusan pengadilan berkenaan dengan total kerugian
negara yang masih harus dibayar sebesar Rp. 40.680.179.847 (Empat Puluh
LA
Milyar Enam Ratus Delapan Puluh Juta Seratus Tujuh Puluh Sembilan Ribu
Delapan Ratus Empat Puluh Tujuh Rupiah) melalui Proses Pemeriksaan
Pajak, dengan tujuan untuk menerbitkan Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar
DI
(SKPKB);
bahwa untuk menindaklanjuti Pemeriksaan Pajak maka Tergugat
mengeluarkan Surat Pemberitahuan Pemeriksaan Lapangan Nomor PEMB-
GA
00004/WPJ.11/KP.1305/RIK.SIS/2016 tanggal 24 Februari 2016 untuk
melakukan pemeriksaan pajak (all taxes) tahun pajak 2006, Surat
Pemberitahuan Pemeriksaan Lapangan Nomor PEMB-
00005/WPJ.11/KP.1305/RIK.SIS/2016 tanggal 24 Februari 2016 untuk
EN
melakukan pemeriksaan pajak (all taxes) tahun pajak 2007, dan Surat
Pemberitahuan Pemeriksaan Lapangan Nomor PEMB-
00003/WPJ.11/KP.1305/RIK.SIS/2016 tanggal 24 Februari 2016 untuk
melakukan pemeriksaan pajak (all taxes) tahun pajak 2005, dan saat ini
TP
Tergugat telah menerbitkan Surat Ketetapan Pajak untuk Tahun Pajak 2005-
2007;
bahwa langkah atau tindakan yang dilakukan oleh Tergugat untuk
menindaklanjuti putusan pengadilan Negeri Surabaya berkaitan dengan
IA
Pidana denda adalah tidak benar dan tidak sesuai Peraturan Perundang-
Undangan yang berlaku, dikarenakan Pidana Denda sebagai akibat dari
kerugian negara telah diganti dengan pidana kurungan selama 4 (Empat
AR
Bulan) oleh YUJIOSSEL sehingga tidak ada lagi Pidana Denda yang harus
ditagih oleh Tergugat;
bahwa berdasarkan Yurisprudensi dari Putusan Peninjauan Kembali
Mahkamah Agung R.I Nomor : 1091/B/PK/PJK/2014 tanggal 10 Maret 2015,
ET
MENGADILI KEMBALI,
Mengabulkan gugatan Penggugat ;
Membatalkan Surat Keputusan Tergugat sekarang Termohon Peninjauan
Kembali, yaitu Surat Keputusan Nomor KEP-190/WPJ.17/2012, tanggal 20
Maret 2012;
Menghukum Termohon Peninjauan Kembali untuk membayar biaya perkara
dalam peninjauan kembali ini ditetapkan sebesar Rp 2.500.000,00 (dua juta
lima ratus ribu Rupiah).
K
bahwa berdasarkan Pertimbangan hukum Hakim Agung Mahkamah Agung RI
JA
yang terdapat dalam Putusan PK tersebut di atas, dapat Penggugat
sampaikan untuk mendukung dasar hukum Pemohon dalam pengajuan surat
permohonan ini adalah sebagai berikut :
PA
Alasan permohonan Pemohon Peninjauan Kembali dalam perkara a quo
dapat dibenarkan, karena dalil-dalil yang diajukan oleh Pemohon Peninjauan
Kembali tidak dapat menggugurkan fakta-fakta dan bukti-bukti yang
terungkap dalam uji bukti persidangan dan pertimbangan hukum Majelis
Pengadilan Pajak, karena Penggugat sekarang Pemohon Peninjauan
N
Kembali Hendro Teguh selaku Direktur CV xxx telah dituntut dan dijatuhi
hukuman pidana karena melakukan tindak pidana berpajakan berdasarkan
LA
Pasal 39 Undang-Undang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan
berdasarkan putusan Pengadilan yang telah berkekuatan hukum tetap (BHT)
sebagaimana dalam putusan Mahkamah Agung RI Nomor 323 K/PID/2010
tanggal 30 September 2010, sehingga pajak yang kurang dibayar yang
DI
menimbulkan kerugian penerimaan Negara telah dibebankan dan telah
dilaksanakan pembayaran melalui putusan Iskak Soegiarto Teguh. Hal ini
ditetapkan sejalan dengan suatu pendapat hukum bahwa seorang Wajib
GA
Pajak yang telah dijatuhi hukum pidana sebagaimana dikutib dari pendapat
Cochran & Malone (1995) merupakan suatu tindakan yang berupa Retribution
(pembalasan), Deterrence (pencegahan), Incapacitation (penahanan dan
pengasingan), Rehabilitation (pengintegrasian kembali kepada masyarakat)
EN
dan di sisi yang lain yang serupa dengan pendapat Terance D. Miethe dan
Hong Lu (2005) yaitu tujuan pemidanaan yaitu selain Retribution
(pembalasan), Deterrence (pencegahan), Incapacitation (penahanan dan
pengasingan), Rehabilitation (pengintegrasian kembali kepada masyarakat).
TP
Sedangkan menurut Muladi dan Barda Nawawi (2005) bahwa tujuan pidana
selain untuk menghukum pembuat kejahatan juga untuk membuat orang tidak
melakukan kejahatan. Di sisi lain sanksi pidana perpajakan tersebut dilihat
dari pemenuhan kewajiban pembayaran bersifat depend terhadap hukum
administrasi yang meletakkan prinsip administration penal law merupakan
IA
K
Pengadilan Negeri Surabaya Nomor 1861/Pid.Sus/2015/Pn.Sby tanggal 20
Oktober 2015 mengenai Tindak Pidana Perpajakan yang dilakukan oleh
JA
Direktur PT. xxx yang dalam putusannya menyatakan sebagai berikut :
Menyatakan, terdakwa YUJIOSSEL telah terbukti secara sah dan meyakinkan
bersalah melakukan tindak pidana perpajakan sesuai dengan dakwaan
PA
kesatu dan kedua;
Menghukum terdakwa YUJIOSSEL dengan pidana penjara selama 2 tahun 8
bulan;
Menjatuhkan pidana denda sebesar Rp. 60.000.000.000, - (Enam Puluh
N
Milyar rupiah) dengan ketentuan apabila denda tersebut tidak dibayar diganti
dengan hukuman kurungan selama 4 (empat) bulan;
LA
Menetapkan masa penahanan yang telah dijalani terdakwa dikurangkan
seluruhnya dari pidana yang dijatuhkan:
Menetapkan terdakwa tetap dalam tahanan:
DI
Menetapkan barang bukti berupa ……….. dst untuk dikembalikan kepada
penyidik Direktorat Jenderal Pajak;
GA
Menghukum terdakwa untuk membayar biaya perkara sebesar Rp 10.000,-
(Sepuluh Ribu Rupiah);
bahwa Putusan Pengadilan Negeri a quo telah dinyatakan INCRACHT;
EN
Yujiossel maka Penggugat tidak dapat diberikan atau dijatuhi pidana denda
lagi dalam perkara ini (ULTIMUM REMIDIUM);
Pendapat Ahli
IA
Fakta Hukum
Sesuai dengan Putusan Pengadilan Negeri Surabaya Nomor
1861/Pid.Sus/2015/Pn.Sby tanggal 20 Oktober 2015 mengenai Tindak Pidana
ET
K
Menghukum terdakwa untuk membayar membayar biaya perkara sebesar
Rp10.000,00 (Sepuluh Ribu Rupiah) ;
JA
Putusan Pengadilan Negeri a quo tidak diajukan upaya hukum dan oleh
karenanya putusan tersebut telah dinyatakan mempunyai kekuatan hukum
tetap, (in kracht);
PA
Sesuai dengan pasal 270 Jo Pasal 273 Kitab Undang-Undang Hukum Acara
Pidana (KUHAP), menyatakan bahwa "Pelaksanaan putusan pengadilan
yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap dilakukan oleh Jaksa, yang
untuk itu panitera mengirimkan salinan surat putusan kepadanya. Jika
putusan pengadilan menjatuhkan pidana denda, kepada terpidana diberikan
N
jangka waktu satu bulan untuk membayar denda tersebut, kecuali dalam
putusan acara pemeriksaan cepat yang harus seketika dilunasi”;
LA
Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan
pasal 31 ayat (1) huruf b dan c menyatakan bahwa "di bidang Pidana
Kejaksaan mempunyai tugas dan wewenang Melaksanakan penetapan hakim
DI
dan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap,
melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan putusan pidana bersyarat,
putusan pidana pengawasan, dan keputusan lepas bersyarat”;
GA
Sesuai dengan Surat Edaran Mahkamah Agung/SEMA Nomor 2 Tahun 1983
tanggal 8 Desember 1983, yang dimaksud dengan perkataan "harus seketika
dilunasi" dalam Pasal 273 ayat (1) KUHAP hams diartikan:
EN
Apabila terdakwa atau kuasanya hadir pada waktu putusan diucapkan, maka
pelunasannya harus dilakukan pada saat diucapkan;
Apabila terdakwa atau kuasanya tidak hadir pada waktu putusan diucapkan,
maka pelunasannya harus dilakukan pada saat putusan itu oleh jaksa
TP
diberitahukan kepada terpidana. Jika terdapat alasan yang kuat, maka jangka
waktu pembayaran pidana denda dapat diperpanjang untuk paling lama satu
bulan. Dengan demikian jangka waktu pembayaran pidana denda paling lama
dua bulan. Dan apabila setelah dua bulan dendanya belum juga dibayar oleh
IA
K
Menyatakan Termohon PT. xxx beralamat xxx Pailit dengan segala akibat
JA
hukumnya;
Menunjuk sdr. Ane Rosiana, SH, MH, Hakim Niaga Pada Pengadilan Negeri
Surabaya Sebagai Hakim Pengawas;
PA
Mengangkat Sdr. Agung Satryo Wibowo, SE, Ak, SH, MM, CA Nomor
AHU.AH.04.03-92 tanggal 18 Agustus 2015, berkantor di Jalan Klampis
Semolo Timur 12-C, Surabaya Sebagai Kurator;
Menetapkan biaya kepailitan dan imbalan jasa Kurator akan ditetapkan
N
kemudian setelah Kurator selesai menjalankan tugasnya dan proses
kepailitan berakhir;
LA
Menghukum Termohon untuk membayar biaya perkara yang sampai hari ini
ditetapkan sejumlah Rp. 1.411.000 (Satu Juta Empat Ratus Sebelas Rupiah);
Kurator selama proses Kepailitan dari PT xxx (dalam Pailit), yang dalam
DI
pengurusan dan pemberesan harta pailit menerima surat dari Tergugat
dengan Nomor S-7388/WPJ.11/KP.13/2016 tanggal 25 Februari 2016 perihal
tanggapan pemberitahuan dan Undangan atas Kepailitan PT. xxx kepada
GA
Kurator PT xxx (dalam Pailit) yaitu Saudara Agung Satryo Wibowo, SE, Ak,
SH, MM, CA yang pada poin nomor 3 dalam surat tersebut menyatakan akan
menindakianjuti putusan pengadilan berkenaan dengan total kerugian negara
yang masih hams dibayar sebesar Rp40.680.179.847,00 (Empat Puluh Milyar
EN
Enam Ratus Delapan Puluh Juta Seratus Sembilan Puluh Tujuh Ribu
Delapan Ratus Empat Puluh Tujuh Rupiah) melalui Proses Pemeriksaan
Pajak, dengan tujuan untuk menerbitkan Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar
(SKPKB);
TP
2007;
Pada tanggal 11 April 2016, Tergugat menerbitkan Surat Ketetapan Pajak
Kurang Bayar Pajak Penghasilan Nomor 00001/206/05/618/16 Tanggal 11
April 2016 Tahun Pajak 2005;
KR
K
Apakah dibenarkan oleh hukum, Tergugat masih dapat menagih pajak
terutang yang tidak atau kurang dibayar berdasarkan Putusan Pengadilan
JA
Negeri Surabaya Nomor 1861/Pid.Sus/2015/Pn.Sby tanggal 20 Oktober 2015
yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap dengan menerbitkan Surat
Keputusan Tergugat Nomor KEP-01748/NKEB/WPJ.11/2017 tanggal 22
PA
Maret 2017?
Analisa Hukum:
Addresat Surat Keputusan Tergugat Nomor KEP-01748/NKEB/WPJ.11/2017
tanggal 22 Maret 2017 dengan Putusan Pengadilan Negeri Surabaya Nomor
N
1861/Pid.Sus/2015/Pn.Sby tanggal 20 Oktober 2015 adalah SAMA
Hukum Pidana Perpajakan merupakan administrative penal law (Hukum
LA
Pidana Administrative). Hukum Pidana dipakai sebagai sarana untuk
menegakkan pelanggaran-pelanggaran administrative dan hukum pidana
dipakai sebagai ultimum remedium yang oleh karenanya sanksi administrative
tidak dapat diberlakukan lagi jika sanksi pidana telah dijatuhkan terhadap
DI
pelanggaran-pelanggaran administrative yang sama;
Hakikatnya SKPKB merupakan sanksi administrative terhadap suatu
GA
pelanggaran administrative tertentu. Jika tindakan atas pelanggaran
administrative tersebut telah mendapatkan sanksi pidana, maka pelanggaran
yang sama tidak dapat dikenakan sanksi administrative dikarenakan hukum
pidana sebagai ultimum remedium;
EN
Maret 2017;
Pasal 13 ayat (5) UU Nomer 28 Tahun 2007 terkait dengan frasa “keterangan
lain” harus dibaca dan dimaknai “apabila suatu putusan pengadilan yang telah
memperoleh kekuatan hukum tetap terungkap adanya data fiscal yang
IA
sengaja belum dilaporkan oleh wajib pajak dan dapat menimbulkan kerugian
pada pendapatan Negara, maka data fiscal tersebut harus direalisasikan atau
ditagih sebagai pendapatan Negara yang harus disetor ke Kas Negara.
AR
keterangan lain" pada Pasal 13 ayat (5) UU Nomer 28 Tahun 2007 tidak
terpenuhi;
Karena tidak memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13
ayat (5) UU Nomer 28 Tahun 2007, maka Pidana Denda dalam Putusan
SE
K
Sebagaimana uraian di atas bahwa Surat Keputusan Tergugat Nomor KEP-
01748/NKEB/WPJ.11/2017 tanggal 22 Maret 2017 mendasarkan pada amar
JA
Putusan Pengadilan Negeri Surabaya Nomor 1861/Pid.Sus/2015/Pn.Sby
tanggal 20 Oktober 2015;
Tergugat untuk menindaklanjuti putusan Pengadilan Negeri Surabaya
PA
berkaitan dengan Pidana denda adalah tidak benar dan tidak sesuai
Peraturan Perundang-Undangan yang berlaku, dikarenakan Pidana Denda
sebagai akibat dari kerugian negara telah diganti dengan pidana kurungan
selama 4 (empat) bulan oleh YUJIOSSEL sehingga tidak ada lagi Pidana
Denda yang dapat dijatuhkan;
N
Dalam Pasal 76 KUHP dinyatakan bahwa kecuali dalam hal putusan hakim
masih mungkin diulangi (herziening) orang tidak boleh dituntut dua kali karena
LA
perbuatan yang oleh hakim Indonesia terhadap dirinya telah diadili dengan
putusan yang menjadi tetap". Pasal 76 KUHP dikenal dengan asas Ne Bis In
Idem;
DI
Terpidana telah diputus dengan pidana denda berdasarkan putusan telah
mempunyai kekuatan hukum tetap (in casu: Pengadilan Negeri Surabaya
Nomor 1861/Pid.Sus/2015/Pn.Sby tanggal 20 Oktober 2015) kemudian
GA
Terpidana harus membayar denda kembali atas pelanggaran yang sama
sebagaimana isi Surat Keputusan Direktur Jenderal Pajak
NomorKEP-01748/NKEB/WPJ.11/2017 tanggal 22 Maret 2017 hal tersebut
jelas-jelas melanggar asas Ne Bis In Idem;
EN
Sejalan dengan pendapat Prof. Dr. Philipus M. Hadjon, SKP Kurang bayar
setelah adanya putusan yang mempunyai kekuatan hukum tetap merupakan
analogy sehingga bertentangan dengan asas Ne Bis In Idem. SKP Kurang
Bayar yang diterbitkan oleh Tergugat tersebut adalah tindakan sewenang-
TP
K
(penahanan dan pengasingan), Rehabilitation (pengintegrasian kembali
kepada masyarakat). Sedangkan menurut Muladi dan Barda Nawawi (2005)
JA
bahwa tujuan pidana selain untuk menghukum pembuat kejahatan juga untuk
membuat orang tidak melakukan kejahatan. Di sisi lain sanksi pidana
perpajakan tersebut dilihat dari pemenuhan kewajiban pembayaran bersifat
depend terhadap hukum administrasi yang meletakkan prinsip administration
PA
penal law merupakan kebijakan perpajakan sebagai ultimum remedium;
bahwa di samping itu hukuman pidana perpajakan pada hakekatnya lebih
mengedepankan dan memiliki penekanan pada aspek pencegahan
(deterrence aspect) dan dalam upaya meningkatkan shock therapy serta
N
aspek pendidikan (education aspect) dengan tidak meninggalkan dan
menggalakkan fungsi penerimaan Negara (budgetair function) oleh karenanya
LA
keputusan Tergugat harus dibatalkan karena Penggugat telah menjalani
hukuman;
Bahwa dengan demikian berdasarkan petimbangan tersebut diatas, Pemohon
DI
Peninjauan Kembali sangat berdasar dan beralasan patut untuk dikabulkan;
Kesimpulan
Addresat Surat Keputusan Tergugat Nomor KEP-01748/NKEB/WPJ.11/2017
GA
tanggal 22 Maret 2017 yang mendasarkan pada Putusan Pengadilan Negeri
Surabaya Nomor 1861/Pid.Sus/2015/Pn.Sby tanggal 20 Oktober 2015 adalah
SAMA;
EN
Surat keputusan Tergugat Nomor KEP-01748/NKEB/WPJ.11/2017 tanggal 22
Maret 2017 mendasarkan Putusan Pengadilan Negeri Surabaya Nomor
1861/Pid.Sus/2015/Pn.Sby tanggal 20 Oktober 2015 merupakan tindakan
sewenang-wenang dan melanggar asas Ne Bis In Idem.
TP
Menurut Majelis : Bahwa berdasarkan pemeriksaan Majelis atas berkas gugatan dan
penjelasan para pihak dalam persidangan, diketahui bahwa yang menjadi
sengketa dalam gugatan ini adalah terkait dengan :
IA
disetujui Penggugat
ad.1 Sengketa formal, karena Keputusan Tergugat
(KEP-01761/NKEB/WPJ.11/2017 tanggal 22 Maret 2017) yang digugat oleh
KR
K
bahwa peradilan pajak merupakan subsistem dari peradilan tata usaha
negara;
JA
bahwa Pasal 2 huruf e Undang-Undang PTUN menyatakan bahwa, "Tidak
termasuk dalam pengertian Keputusan Tata Usaha Negara menurut Undang-
Undang ini : Keputusan Tata Usaha Negara yang dikeluarkan atas dasar hasil
PA
pemeriksaan badan peradilan berdasarkan ketentuan perundang-undangan
yang berlaku";
bahwa yang dimaksud dalam rumusan Pasal 2 e Undang-Undang PTUN
adalah suatu Keputusan Tata Usaha Negara yang berasal dari suatu proses
N
pemeriksaan atau dari suatu putusan badan peradilan lain, dalam hal ini
adalah Putusan Tata Usaha Negara. Substansi dari norma Pasal 2 huruf e
LA
Undang-Undang PTUN ini adalah cerminan dari prinsip dalam
penyelenggaraan peradilan bahwa proses pemeriksaan dan/atau putusan dari
suatu pengadilan tidak dapat diperiksa atau diadili oleh pengadilan lain;
bahwa norma Pasal 2 huruf e ini terkait erat dengan prinsip Kompetensi
DI
Absolut. Dalam Kompetensi Absolut dinyatakan bahwa wewenang badan
peradilan dalam memeriksa jenis perkara tertentu secara mutlak tidak dapat
diperiksa oleh badan peradilan lain. Berdasarkan prinsip Kompetensi Absolut
GA
tersebut maka Keputusan Tata Usaha Negara yang terbit dari suatu proses
pemeriksaan dan/atau hasil putusan pengadilan tidak dapat diperiksa atau
diadili di Pengadilan Tata Usaha Negara dan/atau di pengadilan lain yang
berada di lingkungan badan peradilan Tata Usaha Negara;
EN
termasuk dalam pengertian Keputusan Tata Usaha Negara, maka atas yang
diajukan gugatan oleh Penggugat tersebut bukan merupakan obyek gugatan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 ayat (2) huruf c Undang-Undang
KUP serta Pasal 1 angka 9 dan Pasal 2 huruf e Undang-Undang PTUN;
IA
individual, dan final, yang menimbulkan akibat hukum bagi seseorang atau
badan hukum perdata."
bahwa KeputusanTergugat a quo adalah termasuk Keputusan yang
merupakan penetapan secara tertulis, yang diterbitkan oleh Pejabat yakni
KR
instansi lain, serta mempunyai akibat hukum bagi Penggugat (badan hukum
perdata), oleh karena itu menurut Pemohon Keputusan tersebut adalah
merupakan keputusan yang merupakan Obyek Gugatan dan diajukan
Gugatan;
bahwa berdasarkan penjelasan tersebut di atas Keputusan Direktur Jenderal
Pajak nomor 01761/NKEB/WPJ.11/2017 tanggal 22 Maret 2017 tentang 27
merupakan obyek gugatan sesuai Pasal 23 ayat (2) huruf c UU.KUP.;
bahwa terkait dengan dalil Tergugat yang menyatakan bahwa
KEP-01761/NKEB/WPJ.11/2017 merupakan keputusan tata usaha negara
K
yang berasal dari suatu keputusan yang sudah dilakukan oleh badan
peradilan maka tidak dapat diperiksa dan diadili lagi oleh suatu badan
JA
peradilan lain dalam hal ini dalam peradilan PTUN., Majelis berpendapat
bahwa Keputusan nomor 01761/NKEB/WPJ.11/2017 a quo adalah
keputusan yang dibuat oleh Terbanding sendiri, sehingga merupakan
PA
keputusan yang terkait dengan perpajakan, oleh karena itu tidak terkait
dengan keputusan badan peradilan lainnya;
bahwa menurut Majelis, berdasarkan Pasal 1 angka 9 UU PTUN
sebagaimana yang telah disebutkan di atas, terdapat lima unsur Keputusan
Tata Usaha Negara, yaitu:
N
1. Penetapan tertulis;
LA
2. Dibuat oleh Pejabat Tata Usaha Negara;
3. Mendasarkan diri kepada peraturan perundang-undangan;
4. Memiliki 3 (tiga) sifat tertentu (konkrit, individual dan final).
5. Akibat hukum bagi seseorang atau badan hukum perdata
DI
bahwa menurut Majelis, berdasarkan ketentuan Pasal 1 angka 9 a quo,
keputusan nomor KEP-01761/NKEB/WPJ.11/2017 tanggal 22 Maret 2017
adalah merupakan penetapan secara tertulis, yang diterbitkan oleh Pejabat
GA
yakni Direktur Jenderal Pajak yang mempunyai kewenangan untuk
menerbitkan surat itu, di dasarkan pada Undang-undang yang berlaku,
dengan demikian bersifat konkret, hanya ditujukan kepada Penggugat
(individual), dan bersifat final karena tidak lagi memerlukan persetujuan dari
EN
instansi atasan atau instansi lain, serta mempunyai akibat hukum bagi
Penggugat (badan hukum perdata), oleh karena itu menurut Majelis surat
tersebut adalah merupakan keputusan;
bahwa menurut Pasal Pasal 23 ayat (2) UU.KUP : Gugatan Wajib Pajak atau
TP
Pasal 36 Ayat (1) Huruf b Karena Permohonan Wajib Pajak yang tidak
disetujui Penggugat
bahwa menurut Tergugat, Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB)
Nomor 000009/207/06/618/16 ditetapkan oleh Tergugat karena terbitnya
Putusan Pidana yang telah berkekuatan hukum tetap dari Pengadilan Negeri
Surabaya Nomor: 1861/Pid,Sus/2015/PN.Sby tanggal 20 Oktober 2015 yang
memutuskan Yuji Ossel yang merupakan mantan Direktur PT. xxx yang
dinyatakan bersalah karena telah melakukan tindak pidana di bidang
perpajakan yaitu dengan sengaja menyampaikan SPT dan/atau keterangan
K
yang isinya tidak benar atau tidak lengkap yang menimbulkan kerugian pada
pendapatan negara;
JA
bahwa berdasarkan Ketentuan Pasal 13 ayat (5) Undang-undang Nomor 6
Tahun 1983 Tentang Ketentuan Umum Dan Tata Cara Perpajakan
Sebagaimana Telah Beberapa kali Dubah Terakhir Dengan Undang-undang
PA
Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2009 (selanjutnya disebut UU KUP) :
"Walaupun jangka waktu 5 (lima) tahun sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
telah lewat, Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar tetap dapat diterbitkan
ditambah sanksi administrasi berupa bunga sebesar 48% (empat puluh
clelapan persen) dari jumlah pajak yang tidak atau kurang dibayar, apabila
N
Wajib Pajak setelah jangka waktu tersebut dipidana karena melakukan tindak
pidana di bidang perpajakan atau tindak pidana lainnya yang dapat
LA
menimbulkan kerugian pada pendapatan negara berdasarkan putusan
pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap."
bahwa menurut penjelasan Pasal 13 ayat (5) Undang-Undang KUP :
DI
"Apabila terhadap Wajib Pajak dilakukan penyidikan tindak pidana
perpajakan, untuk menentukan kerugian pada pendapatan negara, atas
jumlah pajak yang terutang belum dikeluarkan Surat Ketetapan Pajak.
GA
Untuk mengetahui bahwa Wajib Pajak memang benar-benar melakukan
tindak pidana di bidang perpajakan, harus dibuktikan melalui proses
pengadilan yang dapat membutuhkan waktu lebih dart 5 (lima) tahun.
Kemungkinan dapat terjadi bahwa Wajib Pajak yang disidik oleh PPNS, tetapi
EN
Oleh karena itu, dalam rangka memperoleh kembali pajak yang terutang
tersebut, dalam hal Wajib Pajak dipidana karena melakukan tindak pidana dl
bidang perpajakan atau tindak pidana lainnya yang dapat menimbulkan
kerugian pada pendapatan negara berdasarkan putusan Pengadilan yang
IA
Pajak Kurang Bayar atau Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) walaupun jangka waktu 5 (lima) tahun
telah lewat, dalam hal Direktur Jenderal Pajak menerima Putusan Pengadilan
yang telah tnemperoleh kekuatan hukum tetap terhadap Wajib Pajak yang
SE
K
bahwa dengan demikian, berdasarkan ketentuan perundang-undangan
perpajakan yang berlaku maka penerbitan SKPKB oleh Tergugat kepada
JA
Penggugat telah sesuai dengan kewenangan yang diberikan oleh Undang-
Undang kepada Tergugat;
bahwa selanjutnya terkait dengan dalil Penggugat yaitu bahwa pidana denda
PA
yang dijatuhkan kepada PT xxx telah dibebankan dan
dipertanggungjawabkan dalam perkara atas nama Terdakwa Yuji Ossel maka
Penggugat tidak dapat diberikan atau dijatuhi pidana denda lagi dalam
perkara ini, Tergugat berpendapat bahwa :
N
dalam ilmu hukum dikenal adanya asas hukum lex specialis derogat legi
general's, yang artinya aturan hukum yang khusus mengesampingkan aturan
LA
hukum umum. Undang-Undang Ketentuan Umum Perpajakan adalah
UndangUndang yang secara khusus diterbitkan dalam rangka mengatur
terkait ketentuan umum dan tata cara perpajakan. Undang-Undang KUP
bersifat lebih khusus dibandingkan dengan Undang-Undang yang bersifat
DI
umum lainnya;
bahwa karena sifat Undang-Undang KUP adalah mengatur secara khusus
dalam bidang
GA perpajakan sehingga Undang-Undang KUP ini
mengesampingkan Undang-Undang lain yang bersifat umum;
bahwa tata cara perpajakan terkait tindak pidana di bidang perpajakan, sanksi
pidana penjara dan Benda pidana di bidang perpajakan, serta penerbitkan
EN
Surat Ketetapan Pajak karena adanya putusan Pengadilan Negeri yang telah
berkekuatan hukum tetap yang menyatakan adanya kerugian pada
pendapatan negara telah secara khusus diatur dalam Undang-Undang KUP;
bahwa Pasal 39 dan 39A Undang-Undang KUP mengatur terkait sanksi
TP
pidana penjara dan sanksi pidana denda sedangkan Pasal 13 ayat (5)
Undang-Undang KUP mengatur terkait sanksi adrninistrasi perpajakan.
Bahwa penerapan sanksi pidana perpajakan dengan sanksi administrasi
perpajakan adalah tidak sama, karena hal ini diatur dalam pasal yang
IA
berbeda, yaitu sanksi pidana diatur dalam Pasal 39 dan 39A Undang-Undang
KUP sedangkan sanksi administrasi diatur antara lain dalam Pasal 13 ayat (5)
Undang-Undang KUP;
AR
K
diberikan Undang-Undang kepada Direktur Jenderal Pajak sebagaimana
diatur dalam Pasal 13 ayat (5), Pasal 13 ayat (6) Undang-Undang KUP Jo.
JA
Pasal 2 PMK Nomor 183 Tahun 2015;
bahwa menurut Penggugat, penjelasan Pasal 13 ayat (5) secara jelas
menyatakan bahwa Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar masih dibenarkan
PA
untuk diterbitkan sepanjang terdapat putusan pengadilan yang telah
mempunyai kekuatan hukum tetap yang menunjukkan adanya suatu jumlah
objek pajak yang belum dikenai pajak;
bahwa berdasarkan fakta persidangan dan putusan Majelis Hakim Pengadilan
Negeri Surabaya yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap, objek
N
pajak/pajak yang menjadi acuan putusan Hakim tersebut adalah PPh dan
PPN masa/tahun pajak 2005, 2006 dan 2007, yang sama persis dengan
LA
pajak yang ditagih Tergugat dengan SURAT KEPUTUSAN;
bahwa oleh karena itu SURAT KEPUTUSAN yang diterbitkan Tergugat tidak
mempunyai landasan hukum seperti yang ditentukan Pasal 13 ayat (5) UU
DI
KUP beserta Penjelasannya;
bahwa menanggapi pendapat Tergugat yang menyatakan bahwa denda
pidana yang
GA diputus Pengadilan Negeri Surabaya Nomor:
1861/Pid.Sus/2015/PN.Sby tanggal 20 Oktober 2015 berbeda dengan
denda/sanksi menurut UU Perpajakan, Pemohon dapat jelaskan sebagai
berikut:
EN
bahwa amar putusan tersebut diatas menyatakan bahwa Terdakwa telah
dipidana penjara selama 2 tahun 8 bulan dan dipidana denda sebesar
Rp.60.000.000.000,00 subsider 4 bulan karena memenuhi Pasal 39 ayat (1) c
junto Pasal 43 ayat (1) UU Nomor 6 Tahun 1983 std. dengan UU Nomor 16
Tahun 2000 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (KUP);
TP
bahwa dari fakta di atas jelas sekali bahwa selain menjatuhkan pidana
penjara hukuman badan, Majelis Hakim telah menerapkan pidana denda
berdasarkan UU Perpajakan yang berlaku;
IA
bahwa karena Terdakwa telah dijatuhi sanksi pidana Pasal 39 ayat (1), sanksi
administrasi Pasal 13 ayat (5) tidak bisa diterapkan lagi, untuk menghindari
pengenaan hukuman/sanksi ganda atas perbuatan yang sama;
AR
K
selama 4 bulan;
bahwa pidana denda sebesar Rp 60.000.000.000,00 adalah setara dengan
JA
hukuman kurungan selama 4 bulan (subsider), sehingga jika Terdakwa sudah
menjalani hukuman kurungan selama 4 bulan, kewajiban membayar pidana
denda sebesar Rp60.000.000.000,00 gugur dengan sendirinya;
PA
bahwa seharusnya Tergugat mentaati pendapat Hakim tersebut di atas, dan
tidak lagi menerbitkan SURAT KEPUTUSAN yang bertentangan dengan
putusan Hakim. Hal ini sesuai dengan asas hukum "apa yang diputus Hakim
harus dianggap benar" ("res judicata pro veritate habetur");
N
bahwa berdasarkan pemeriksaan dan penilaian Majelis atas bukti-bukti dan
penjelasan para pihak yang disampaikan dalam persidangan, diketahui
LA
bahwa yang menjadi sengketa (material) dalam gugatan ini pada dasarnya
adalah terkait dengan dalil Penggugat yang menyatakan bahwa dengan telah
dipenuhinya kewajiban pembayaran denda pidana sebagai pelaksanaan
hukuman subsider, maka sudah tidak ada lagi hukuman lainnya yang dapat
DI
dijatuhkan kepada Penggugat karena sesuai dengan azas hukum ultimum
remedium seluruh kewajiban Penggugat/Wajib Pajak dengan sendirinya juga
sudah terpenuhi;
GA
bahwa berdasarkan pertimbangan Majelis Hakim dalam Putusan Pengadilan
Negeri Surabaya Nomor: 1861/Pid.Sus/2015/PN.Sby tanggal 20 Oktober
2015 sebagaimana tersebut di atas, diketahui bahwa terdakwa terbukti telah
bersalah melakukan tindak pidana sebagaimana pasal 39 ayat 1 huruf c dan
EN
penjara paling singkat 6 (enam) bulan dan paling lama 6 (enam) tahun dan
denda paling sedikit 2 (dua) kali jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang
dibayar dan paling banyak 4 (empat) kali jumlah pajak terutang yang tidak
atau kurang dibayar.
IA
pegawai dari Wajib Pajak, atau pihak lain yang menyuruh melakukan, yang
turut serta melakukan, yang menganjurkan, atau yang membantu melakukan
tindak pidana di bidang perpajakan.
bahwa berdasarkan ketentuan-ketentuan a quo, Majelis berpendapat bahwa
ET
jenis hukuman yang diatur dalam Pasal-Pasal a quo adalah terkait dengan
pidana penjara dan pidana denda, yang keduanya telah dijatuhkan kepada
Penggugat;
KR
Wajib Pajak setelah jangka waktu tersebut dipidana karena melakukan tindak
pidana di bidang perpajakan atau tindak pidana lainnya yang dapat
menimbulkan kerugian pada pendapatan negara berdasarkan putusan
pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap.
bahwa menurut Majelis, ketentuan dalam Pasal a quo adalah terkait sanksi
adrninistrasi perpajakannya, dengan demikian berbeda dengan ketentuan
yang terdapat dalam Pasal 39 UU KUP. yang mengatur mengenai sanksi
berupa pidana penjara dan pidana denda;
bahwa berdasarkan penelitian Majelis atas putusan Pengadilan Negeri
K
Surabaya Nomor: 1861/Pid.Sus/2015/PN.Sby tanggal 20 Oktober 2015 a quo,
sanksi yang dijatuhkan adalah di dasarkan pada Pasal 39 ayat (1) huruf c jo.
JA
Pasal 43 ayat (1) dan Pasal 39 ayat (1) huruf d jo. Pasal 43 ayat (1) UU KUP.
Sedangkan sanksi administrasi perpajakan yang diterbitkan Tergugat adalah
berdasarkan ketentuan Pasal 13 ayat (5) UU KUP;
PA
bahwa menurut Majelis, antara sanksi pidana denda dengan sanksi
administrasi perpajakan adalah dua hal yang berbeda, hal ini antara lain
dapat dilihat dari komponen penerimaannya; Sanksi administrasi perpajakan
merupakan komponen Penerimaan Negara, sedangkan sanksi pidana denda
masuk sebagai komponen Penerimaan Negara Bukan Pajak;
N
bahwa dengan demikian sanksi pidana penjara dan pidana denda yang
LA
dikenakan kepada terpidana tidak menghapuskan pajak yang terutang
beserta sanksi administrasi perpajakan karena Pasal 39A tersebut hanya
mengatur besarnya sanksi pidana yang dikenakan kepada terpidana,
sedangkan terkait pajak yang terutang beserta sanksi administrasi perpajakan
DI
belum diperhitungkan;
bahwa ketentuan di dalam Undang-undang KUP yang mengatur dan
memberlakukan sanksi administrasi dan sanksi pidana adalah bukan
GA
merupakan satu-satunya ketentuan yang berlaku di Indonesia, karena ada
banyak ketentuan yang lain menggunakan hal serupa, seperti yang berlaku di
dalam Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Lingkungan Hidup
terutama pada pasal 100. Demikian pula ketentuan yang diatur di dalam
EN
pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 47, 47A, Pasal 48, Pasal 49 dan
Pasal 50A, Bank Indonesia dapat menetapkan sanksi administratif kepada
bank yang tidak memenuhi kewajibannya sebagaimana ditentukan dalam
undang-undang ini, atau pimpinan Bank Indonesia dapat mencabut izin usaha
IA
bank yang bersangkutan”. Hal ini secara jelas memiliki makna bahwa sanksi
pidana dan administratif tetap dapat berjalan keduanya.
bahwa selanjutnya di dalam penjelasannya, Tergugat menyampaikan
AR
2. Jumlah denda yang telah dihitung dan ditetapkan oleh Hakim Pengadilan
Negeri Surabaya adalah sebesar Rp.60.000.000.000,- yang berasal dari 2
X Rp.40.000.000.000,- = Rp.80.000.000.000,- dikurangi pembayaran yang
telah dilaksanakan sebelumnya sebesar Rp.19.000.0000.0000,-
KR
3. Angka 2 (dua) merupakan angka pengali yang berasal dari pasal 39 ayat
(1) KUP yang menyatakan denda paling sedikit 2 (dua) kali jumlah pajak
terutang yang tidak atau kurang dibayar;
SE
bahwa dengan demikian menurut Majelis, masih ada kewajiban lainnya dari
Penggugat yang belum dilunasi, yaitu pokok pajak sebesar
Rp.40.000.000.000 (empat puluh milyar rupiah) ditambah sanksi bunga
sebesar 48 % (sesuai pasal 13 ayat (5) KUP) sehingga menjadi sejumlah
sebagaimana yang telah diterbitkan SKPKB oleh tergugat yaitu sebesar
Rp.60.000.000.000 (enam puluh milyar rupiah).
bahwa berdasarkan hal-hal tersebut di atas, Majelis berpendapat bahwa
penerbitan SKPKB Nomor 000009/207/06/618/16 tanggal 11 April 2016
terkait dengan pengenaan sanksi administrasi dalam ketentuan perundang-
K
undangan perpajakan yang berlaku telah sesuai dengan kewenangan yang
diberikan Undang-Undang sebagaimana diatur dalam Pasal 13 ayat (5)
JA
Undang-Undang KUP;
bahwa terkait dengan dalil Penggugat yang menyatakan bahwa apa yang
sudah diperiksa dan diputuskan oleh Pengadilan Negeri dengan prinsip nebis
PA
in idem tidak tepat lagi apabila masih dikeluarkan SKP, Majelis berpendapat
bahwa berdasarkan ketentuan pasal 13 ayat (5) UU KUP dan Pasal 2 ayat (2)
PMK Nomor 183/PMK.03/2015 sebagaimana tersebut di atas, maka penerbitan SKPKB
oleh Tergugat masih dimungkinkan, oleh karena itu telah sesuai dengan
kewenangan yang diberikan oleh Undang-Undang kepada Tergugat;
N
bahwa hal tersebut sekaligus menjawab terkait dengan dalil yang
LA
dikemukakan oleh Penggugat, yaitu bahwa ”dengan telah dilakukannya
pemenuhan kewajiban pembayaran denda pidana sebagai pelaksanaan
hukuman subsider dari Majelis Hakim a quo, sudah tidak ada lagi hukuman
lainnya yang dapat dijatuhkan kepada Penggugat karena sesuai dengan azas
DI
hukum ultimum remedium seluruh kewajiban Penggugat/wajib pajak dengan
sendirinya juga sudah terpenuhi”,
bahwa oleh karenanya penerbitan SKPKB oleh Tergugat menurut Majelis
GA
sudah benar dan bukan merupakan pengenaan ganda yang didasarkan dari
putusan Hakim Pengadilan Negeri Surabaya, melainkan penghitungan yang
didasarkan dari jumlah pokok pajak yang belum dibayar/dilunasi oleh
Penggugat.
EN
Pasal 78 :
Putusan Pengadilan Pajak diambil berdasarkan hasil penilaian pembuktian,
dan berdasarkan peraturan perundang-undangan perpajakan yang
AR
Penggugat.
K
dan yang berkaitan dengan perkara ini;
JA
Memutuskan : Menolak gugatan Penggugat terhadap Keputusan Direktur Jenderal Pajak
Nomor. KEP-01761/NKEB/WPJ.11/2017 tanggal 22 Maret 2017, tentang
Pembatalan Ketetapan Pajak atas Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar
PA
Berdasarkan Pasal 36 Ayat (1) Huruf b Karena Permohonan Wajib Pajak,
atas nama PT xxx, NPWP xxx, beralamat xxx;
Demikian diputus di Surabaya berdasarkan Musyawarah setelah pemeriksaan
dalam persidangan dicukupkan pada Hari Kamis tanggal 14 Desember 2017
oleh Hakim Majelis IIIA Pengadilan Pajak dengan susunan Majelis sebagai
N
berikut:
Dr. Sartono, S.H., M.H., M.Si, sebagai Hakim Ketua,
LA
M.Z. Arifin, S.H., M.Kn. sebagai Hakim Anggota,
Junaidi Eko Widodo, Ak., M.P.P. sebagai Hakim Anggota,
Yang dibantu oleh Drs. Tripto Tri Agustono, M.Si., sebagai Panitera
DI
Pengganti
Putusan diucapkan dalam sidang terbuka untuk umum oleh Hakim Ketua
Majelis IIIA Pengadilan Pajak pada hari Kamis tanggal 19 April 2018 dengan
GA
dihadiri oleh para Hakim anggota, Panitera Pengganti, serta dihadiri oleh
Penggugat dan tidak dihadiri oleh Tergugat;
EN
TP
IA
AR
ET
KR
SE