Anda di halaman 1dari 3

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian
Kudis adalah penyakit yang disebabkan oleh ektoparasit, yang umumnya
terabaikan sehingga menjadi masalah kesehatan yang umum diselurun dunia
(heukelbach et al, 2006), penyakit ini dapat menjangkit semua orang pada semua
umur, ras, dan level sosial ekonomi (reza et al.2009).
Ektoparasit adalah organisme parasite yang hidup pada permukaan tubuh
inang, menghisap darah atau mencari makan pada rambut, bulu, kulit dan menghisap
cairan tubuh inang (triplehorn dan jhonson, 2005). Kudis merupakan penyakit kulit
yang disebabkan oleh infestasi dan sensitisasi terhadap sarcoptes scabiei var homini.
Nama sarcoptes scabiei adalah turunan kata Yunani yaitu sarx yang berarti
kulit dan koptein yang berarti potongan dan kata latin scabere yang berarti untuk
menggaruk. Secara harfiah scabies berarti gatal pada kulit sehingga muncul aktivitas
menggaruak kulit yang gatal tersebut. Saat ini istilah scabies berarti lesi kulit yang
muncul oleh aktivitas tungau (cordoro et al. 2012).
Kudis memang punya peluang kehidupan lebih baik kalau berkembang
diwilayah dengan tingkat kepadatan manusia yang tinggi. Asrama atau pondok
pesantren merupakan tempat dimana dalam satu kamar ada puluhan santri yang tidur
barengan. Cara mencegah penyakit kudis menghindari kontak dengan orang atau
benda yang terinfeksi, mencuci barang yang mungkin terinfeksi dengan panas, rutin
membersihkan rumah.
2.2 Epidemiologi
Penularan penyakit ini terjadi secara kontak langsung. Penyakit ini tersebar
hamper diseluruh dunia terutama pada daerah tropis dan penyakit ini endemis
beberapa negara berkembang. Beberapa factor yang berperan dalam penyebaran
kudis adalah: kondisi pemukiman yang padat, hygiene perorangan yang jelek’ sosial
ekonomi yang rendah, kebersihan lingkungan yang kurang baik, serta perilaku yang
tidak mendukung kesehatan (maqrufi, 2005).
2.3 Patogenesis
Kelainan kulit dapat disebabkan tidak hanya oleh tungau scabies, tetapi juga
oleh penderita sendiri akibat garukan. Gatal yang terjadi disebabkan oleh sensitiasi
terhadap secret dan ekskret tungau yang memerlukan waktu kurang lebih satu bulan
setelah infestasi. Pada saat itu kelainan kulit menyerupai dermatitis dengan
ditemukannya papul, vesikel, urtika dan lain-lain. Dengan garukan dapat timbul erosi,
ekskoriasi, krusta dan infeksi sekunder (djuanda, 2010).
2.4 Diagnosis dan Gejala Klinis
Diagnosis dibuat berdasarkan gejala klinis dengan menemukan minimal 2 dari
4 tanda cardinal penyakit kudis. Tanda cardinalnya adalah, adanya keluhan pada
malam hari yang diakibatkan oleh aktifitas dari parasit, penyakit menyerang manusia
secara kelompok, misalnya dalam sebuah keluarga biasanya seluruh keluarga terkena
infeksi, adanya terowongan atau lesi polimorf jika sudah terjadi infeksi sekunder pada
tempat-tempat predileksi, menemukan sarcoptes scabiei. Jika memungkinkan
diagnosis dibuat dengan menemukan sarcoptes scabiei yang didapat dengan cara
mencongkel/ mengeluarkan.
Diagnosis dapat ditegakkan dengan menentukan2 dari 4 dibawah ini:
1. pruritus noktural yaitu gatal pada malam hari karena aktifitas tungau lebih tinggi
pada suhu yang lembab dan panas.
2. penyakit ini menyerang manusia secara kelompok, misalnya dalam keluarga,
biasanya seluruh anggota keluarga, begitu pula dalam sebuah perkampungan yang
padat penduduknya, sebagian besar tetangga yang berdekatan akan diserang oleh
tungau tersebut.
3. adanya kunikulus (trowongan) pada tempat-tempat yang dicurigai berwarna putih
atau abu-abu, berbentuk garis lurus atau berkelok, rata-rata 1 cm, pada ujung.
4. menemukan tungau merupakan hal yang paling diaknostik. Dapat ditemukan satu
atau lebih stadium hidup tungau ini.
Gejala yang ditunjukkan adalah warna merah, iritasi dan rasa gatal pada kulit
yang umumnya muncul di sela-sela jari, selangkangan dan lipatan paha, dan muncul
gelembung berair pada kulit (djuanda, 2010).
2.5 Penatalaksanaan
Menurut Sudirman (2006) penatalaksanaan kudis ibagi menjadi 2 bagian :
a. penatalaksanaan secara umum.
Pada pasien dianjurkan untuk menjaga kebersihan dan mandi secara teratur
setiap hari. Semua pakaian, sprei, dan handuk yang telah digunakan harus
dicuci secara teratur dan bila perlu direndam dengan air panas. Demikian
pula dengan anggota keluarga yang beresiko tinggi untuk tertular, terutama
bayi dan anak-anak, juga harus dijaga kebersihannya dan untuk sementaa
waktu menghindari terjadinya kontak langsung. Secara umum
meningkatkan kebersihan lingkungan maupun perorangan dan meningkatkan status
gizinya.
b. Penatalaksanaan khusus
1. Belerang endap
2. Emulsi benzil-benzoas
3. Gama benzene heksa klorida

Anda mungkin juga menyukai