Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Oleh
Denny Alexander Immanuel Paat
19202109006
dimana
π = 3,1416
e = 2,7183
µ = rata-rata
σ = simpangan baku
Persamaan di atas bila dihitung dan diplot pada grafik akan terlihat seperti pada Gambar 1
berikut.
REPORT THIS AD
Orang lebih banyak menggunakan DISTIBUSI NORMAL BAKU. Kurva distribusi normal
baku diperoleh dari distribusi normal umum dengan cara transformasi nilai x menjadi nilai z,
dengan formula sbb:
Kurva distribusi normal baku lebih sederhana dibanding kurva normal umum. Pada kurva
distribusi normal baku, nilai µ = 0 dan nilai σ=1, sehingga terlihat lebih menyenangkan.
Namun, sifat-sifatnya persis sama dengan sifat-sifat distribusi normal umum.
Untuk keperluan praktis, para ahli statistika telah menyusun Tabel distribusi normal baku dan
tabel tersebut dapat ditemukan hampir di semua buku teks Statistika. Tabel distribusi normal
bakui disebut juga dengan Tabel Z dan dapat digunakan untuk mencari peluang di bawah
kurva normal secara umum, asal saja nilai µ dan σ diketahui. Sebagai catatan nilai µ dan σ
dapat diganti masing-masing dengan nilai dan S.
Distribusi normal merupakan suatu alat statistik yang sangat penting untuk menaksir dan
meramalkan peristiwa-peristiwa yang lebih luas. Distribusi normal disebut juga dengan
distribusi Gauss untuk menghormati Gauss sebagai penemu persamaannya (1777-
1855). Menurut pandangan ahli statistik, distribusi variabel pada populasi mengikuti
distribusi normal.
Karakteristik Kurva Distribusi Normal
dimana
π = 3,1416
e = 2,7183
µ = rata-rata
σ = simpangan baku
Persamaan di atas bila dihitung dan diplot pada grafik akan terlihat seperti pada Gambar 1
berikut.
Membuat kurva normal umum bukanlah suatu pekerjaan yang mudah. Lihat saja rumus
untuk mencari fungsi densitasnya (nilai pada sumbu Y) begitu rumit. Oleh karena itu, orang
tidak banyak menggunakannya.
Orang lebih banyak menggunakan DISTIBUSI NORMAL BAKU. Kurva distribusi normal
baku diperoleh dari distribusi normal umum dengan cara transformasi nilai x menjadi nilai z,
dengan formula sbb:
Kurva distribusi normal baku disajikan pada Gambar 2 berikut ini.
Rata-rata produktivitas padi di Aceh tahun 2009 adalah 6 ton per ha, dengan simpangan baku
(s) 0,9 ton. Jika luas sawah di Aceh 100.000 ha dan produktivitas padi berdistribusi normal
(data tentatif), tentukan
2. Hitung luas di bawah kurva normal pada z = 2,22. Caranya buka Tabel Z dan lihat sel
pada perpotongan baris 2,20 dan kolom 0,02. Hasilnya adalah angka 0,98679 dan bila
dijadikan persen menjadi 98,679%. Angka ini menunjukkan bahwa luas di bawah kurva
normal baku dari titik 2,22 ke kiri kurva adalah sebesar 98,679%. Karena luas seluruh di
bawah kurva normal adalah 100%, maka luas dari titik 2,22 ke kanan kurva adalah 100% –
98,679% = 1,321% (arsir warna hitam pada gambar). Oleh karena itu, luas sawah yang
produktivitasnya lebih dari 8 ton adalah 1,321%, yaitu (1,321/100) x 100.000 ha = 1321 ha.
2. Hitung luas di bawah kurva normal pada z = -1,11. Caranya buka Tabel Z dan lihat sel
pada perpotongan baris -1,10 dan kolom 0,01. Hasilnya adalah angka 0,13350 dan bila
dijadikan persen menjadi 13,35%. Angka ini menunjukkan bahwa luas di bawah kurva
normal baku dari titik -1,11 ke kiri kurva adalah sebesar 13,35% (diarsir warna hitam pada
gambar). Oleh karena itu, luas sawah yang produktivitasnya kurang dari 5 ton adalah
13,35%, yaitu (13,35/100) x 100.000 ha = 13350 ha.
2. Hitung nilai z dari nilai x = 7 ton, dengan rumus
3. Hitung luas di bawah kurva normal pada z = –2,22. Caranya buka Tabel Z dan lihat sel
pada perpotongan baris –2,20 dan kolom 0,02. Hasilnya adalah angka 0,01321 dan bila
dijadikan persen menjadi 1,321%. Angka ini menunjukkan bahwa luas di bawah kurva
normal baku dari titik –2,22 ke kiri kurva adalah sebesar 1,321%.
4. Hitung luas di bawah kurva normal pada z = 1,11. Caranya buka Tabel Z dan lihat sel
pada perpotongan baris 1,10 dan kolom 0,01. Hasilnya adalah angka 0,86650 dan bila
dijadikan persen menjadi 86,65%. Angka ini menunjukkan bahwa luas di bawah kurva
normal baku dari titik 1,11 ke kiri kurva adalah sebesar 86,65%.
Iklan
Kurva distribusi normal baku lebih sederhana dibanding kurva normal umum. Pada kurva
distribusi normal baku, nilai µ = 0 dan nilai σ=1, sehingga terlihat lebih menyenangkan.
Namun, sifat-sifatnya persis sama dengan sifat-sifat distribusi normal umum.
Untuk keperluan praktis, para ahli statistika telah menyusun Tabel distribusi normal baku dan
tabel tersebut dapat ditemukan hampir di semua buku teks Statistika. Tabel distribusi normal
bakui disebut juga dengan Tabel Z dan dapat digunakan untuk mencari peluang di bawah
kurva normal secara umum, asal saja nilai µ dan σ diketahui. Sebagai catatan nilai µ dan σ
dapat diganti masing-masing dengan nilai dan S.
Berikut adalah tabel distribusi normal standar, untuk P (X < x), atau dapat diilustrasikan
dengan luas kurva normal standar dari X = minus takhingga sampai dengan X = x.
Tabel Z
Penyelesaian: Pada tabel, carilah angka 1,2 pada kolom paling kiri. Selanjutnya, carilah
angka 0,05 pada baris paling atas. Sel para pertemuan kolom dan baris tersebut
adalah 0,8944.
Dengan demikian, P (X<1,25) adalah 0,8944.
Rata-rata produktivitas padi di Aceh tahun 2009 adalah 6 ton per ha, dengan simpangan baku
(s) 0,9 ton. Jika luas sawah di Aceh 100.000 ha dan produktivitas padi berdistribusi normal
(data tentatif), tentukan
Jawab:
2. Hitung luas di bawah kurva normal pada z = 2,22. Caranya buka Tabel Z dan lihat sel
pada perpotongan baris 2,20 dan kolom 0,02. Hasilnya adalah angka 0,98679 dan bila
dijadikan persen menjadi 98,679%. Angka ini menunjukkan bahwa luas di bawah kurva
normal baku dari titik 2,22 ke kiri kurva adalah sebesar 98,679%. Karena luas seluruh di
bawah kurva normal adalah 100%, maka luas dari titik 2,22 ke kanan kurva adalah 100% –
98,679% = 1,321% (arsir warna hitam pada gambar). Oleh karena itu, luas sawah yang
produktivitasnya lebih dari 8 ton adalah 1,321%, yaitu (1,321/100) x 100.000 ha = 1321 ha.
2. POLINOMIAL
Dalam matematika, polinomial atau suku banyak(juga ditulis sukubanyak) adalah
pernyataan matematika yang melibatkan jumlahan perkalian pangkat dalam satu atau lebih
variabel dengan koefisien. Sebuah polinomial dalam satu variabel dengan koefisien konstan
memiliki bentuk seperti berikut:
Pangkat tertinggi pada suatu polinomial menunjukkan orde atau derajat dari polinomial
tersebut.
Grafik polinomialSunting
Sebuah fungsi polinomial dalam satu variabel real dapat dinyatakan dalam grafik fungsi.
Grafik dari polinomial nol
f(x) = 0
adalah sumbu x.
Grafik dari polinomial berderajat nol
Polinomial berderajat 2:
f(x) = x2 - x - 2 = (x+1)(x-2)
Polinomial berderajat 3:
f(x) = x3/4 + 3x2/4 - 3x/2 - 2 = 1/4 (x+4)(x+1)(x-2)
Polinomial berderajat 4:
f(x) = 1/14 (x+4)(x+1)(x-1)(x-3) + 0.5
Polinomial berderajat 5:
f(x) = 1/20 (x+4)(x+2)(x+1)(x-1)(x-3) + 2
Polinomial berderajat 6:
f(x) = 1/30 (x+3.5)(x+2)(x+1)(x-1)(x-3)(x-4) + 2
Polinomial berderajat 7:
f(x) = (x-3)(x-2)(x-1)(x)(x+1)(x+2)(x+3)
Polinomial dan kalkulusSunting
Artikel utama: Kalkulus dengan polinomial
Untuk menghitung turunan dan integral dari polinomial tidaklah terlalu sulit. Untuk fungsi
polinomial
Teorema sisaSunting
Jika suku banyak F(x) berderajat n dibagi oleh (x – k) maka sisanya adalah F(k).
Jika suku banyak F(x) berderajat n dibagi oleh (ax – b) maka sisanya adalah F(b/a).
Jika suku banyak F(x) berderajat n dibagi oleh (x – a)(x - b) maka sisanya adalah .
MetodeSunting
Metode ada 4 jenis yakni
Biasa
Contoh berapa hasil dan sisa dari F(x): dibagi dengan P(x): !
Horner
cara ini dapat digunakan untuk pembagi berderajat 1 atau pembagi yang dapat difaktorkan
menjadi pembagi-pembagi berderajat 1
Cara:
Tulis koefisiennya saja → harus runtut dari koefisien xn, xn – 1, … hingga konstanta
(jika ada variabel yang tidak ada, maka koefisiennya ditulis 0)
Contoh: untuk 4x3 – 1, koefisien-koefisiennya adalah 4, 0, 0, dan -1 (untuk x3, x2, x, dan
konstanta)
Jika koefisien derajat tertinggi P(x) ≠ 1, maka hasil baginya harus dibagi dengan
koefisien derajat tertinggi P(x)
Jika pembagi dapat difaktorkan, maka
Jika pembagi dapat difaktorkan menjadi P1 dan P2, maka S(x) = P1.S2 + S1
Jika pembagi dapat difaktorkan menjadi P1, P2, P3, maka S(x) = P1.P2.S3 + P1.S2 +
S1
Jika pembagi dapat difaktorkan menjadi P1, P2, P3, P4, maka S(x) = P1.P2.P3.S4 +
P1.P2.S3 + P1.S2 + S1 dan seterusnya
Contoh berapa hasil dan sisa dari F(x): dibagi dengan P(x): !
misalkan P: maka:
P1 :
P2 :
1 1 -4 -7 10
0 1 -3 -10
-2 1 -3 -10 0 (S1)
0 -2 10
1 -5 0 (S2)
H(x) =
S(x) = P1 S2 + S1 =
Koefisien tak tentu
Contoh berapa hasil dan sisa dari F(x): dibagi dengan P(x): !
Untuk soal di atas, karena F(x) berderajat 3 dan P(x) berderajat 2, maka
H(x) berderajat 3 – 2 = 1
S(x) berderajat 2 – 1 = 1
Jadi, misalkan H(x) = ax + b dan S(x) = cx + d
Jadi
H(x) = ax + b = x - 5
S(x) = cx + d = 0
Teorema faktorSunting
Suatu suku banyak F(x) mempunyai faktor (x – k) jika F(k) = 0 (sisanya jika dibagi dengan (x
– k) adalah 0)
Catatan: jika (x – k) adalah faktor dari F(x) maka k dikatakan sebagai akar dari F(x)
Jika jumlah koefisien suku banyak = 0, maka pasti salah satu akarnya adalah x = 1.
Jika jumlah koefisien suku di posisi genap = jumlah koefisien suku di posisi ganjil,
maka pasti salah satu akarnya adalah x = -1.
Untuk mencari akar suatu suku banyak dengan cara Horner, dapat dilakukan dengan
mencoba-coba dengan angka dari faktor-faktor konstanta dibagi faktor-faktor koefisien
pangkat tertinggi yang akan memberikan sisa = 0. Contohnya:
dengan sifat-sifat:
dengan sifat-sifat:
3. JENIS-JENIS MATRIKS
1. Ordo
2. Elemen-elemen penyusunnya
1 5 2
A 2x 2
0 0
[ ]
= 1 0
Ordo 2 x 2
B 3 x3
[ ]
8 3 7
= 9 4 5 C 4 x4 =
Ordo 3 x 3
1 9 3 1
[ ]
5
8
9
3
4
7
0
8
5
3
0
2
Ordo 4 x 4
b. Matriks baris
yaitu matriks berordo 1 x n atau matriks yang hanya memiliki satu baris.
Contoh:
A 1x 2 = [1 2] B 1 x3 = 1 6 7 C 1x 4 =
[1 0 7 2 ]
c. Matriks kolom
yaitu matriks berordo n x 1 atau matriks yang hanya memiliki satu kolom.
Contoh:
A 2x 1 =
[12 ] B 3 x1
[]
8
= 5 C 4 x1 =
[]
0
5
3
d. Matriks tegak
yaitu matriks berordo m x n dengan m>n atau matrik yang memiiki jumlah baris
lebih besar dari jumlah kolom sehingga matriks tampak tegak.
Contoh:
4 7
A 2x 1 =
[39 ] B 3 x2
[ ]
8 1
= 0 3 C 4 x3 =
4 3 2
[ ] 8
0
7
4
5
8
0
5
1
e. Matriks datar
yaitu matriks berordo m x n dengan m<n atau matrik yang memiiki jumlah baris
lebih kecil dari jumlah kolom sehingga matriks tampak datar.
Contoh:
A 1x 2 = [1 7 ] B 2 x3 =
[31 60 92 ] C 3x4 =
2 7 0 1
[ 0 4 3 6
0 8 5 0 ]
2. Berdasarkan elemen-elemen penyusunnya matriks dibagi menjadi beberapa jenis, yaitu:
a. Matriks nol
yaitu matriks yang semua elemen penyusunnya adalah nol dan dinotasikan sebagai O.
Contoh:
0 0 0
O 2x2
0 0
[ ]
= 0 0 O 3x3
[ ]
0 0 0
= 0 0 0 O 4x 4 =
0 0 0 0
[ ]
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
b. Matriks diagonal
yaitu matriks persegi yang semua elemen diatas dan dibawah diagonalnya adalah nol
dan dinotasikan sebagai D.
Contoh:
3 0 0
D 2 x2
1 0
[ ]
= 0 2 D 3x3
[ ]
0 8 0
= 0 0 6 D 4 x4 =
7 0 0 0
[ ]
0
0
0
8
0
0
0
4
0
0
0
8
c. Matriks skalar
yaitu matriks diagonal yang semua elemen pada diagonalnya sama.
Contoh:
3 0 0
D 2 x2
2 0
[ ]
= 0 2 D 3x3
[ ]
0 3 0
= 0 0 3 D 4 x4 =
7 0 0 0
[ ]
0
0
0
7
0
0
0
7
0
0
0
7
d. Matriks simetri
yaitu matriks persegi, yang setiap elemennya , selain elemen diagonal, adalah simetri
terhadap diagonal utama.
Contoh:
3 1 1
A 2x 2
2 0
[ ]
= 0 1 B 3 x3
[ ]
1 8 1
= 1 1 6 C 4 x4 =
7 3 3 3
[ ]
3
3
3
8
3
3
3
4
3
3
3
8
Contoh:
3 5 −2
A 2x 2
2 3
= −3 1
[ ] B 3 x3
[−5 8 −7
= 2 7 6
] C 4 x4 =
7 5 −2 4
[ −5 8 −7 3
2 7 4 6
−4 −2 −6 8
]
f. Matriks segitiga
Suatu matriks persegi dikatakan sebagai matriks segitiga jika elemenelemen yang ada
di bawah atau di atas diagonal utamanya (salah satu, tidak kedua-duanya) bernilai nol.
Contoh:
7 2 6 1
B 3 x3
3 −1 4
[
0 4 −5
= 0 0 3 ] C 4 x4 =
0
0
0
[ ]
8
0
0
9
4
0
5
3
8 D 5x5 =
1 2 1 5 4
-
[ ] 0
0
0
0
8
0
0
0
yaitu matriks persegi yang elemen-elemen di atas diagonal utamanya adalah nol.
Contoh:
7 0 0 0
B 3 x3
3 0 0
[ ]
1 8 0
= 2 4 6 C 4 x4 =
[ ]
3
5
1
8
9
6
0
4
2
0
0
8 D 5x5 =
1 0 0 0 0
[ ]
3
3
2
4
g. Matriks identitas
8
2
1
5
0
5
3
1
0
0
7
3
0
0
0
2
yaitu matriks diagonal yang semua elemen pada diagonal utamanya adalah 1(satu)
dan dinotasikan sebagai I.
Contoh:
1 0 0
I 2x 2 =
[10 01 ] I 3x3
[ ]
0 1 0
= 0 0 1 I 4 x4 =
1 0 0 0
[ ]
0
0
0
1
0
0
0
1
0
0
0
1
h. Matriks transpose
yaitu matriks yang diperoleh dari memindahkan elemen-elemen baris menjadi
elemen pada kolom atau sebaliknya.
Contoh:
1
A 1x 2 = [ 1 7 ] , maka matriks transosenya adalah A
T
2x 1
[]
= 7
1 3
B 2 x3
1 6 9
[ ]
= 3 0 2 , maka matriks transosenya adalah B
T
3 x2
6 0
= 9 2
[ ]
2 0 0
C 3x4
2 7 0 1
[
0 4 3 6
]
= 0 8 5 0 , maka matriks transosenya adalah C
T
4 x3 =
[ ]
7
0
1
4
3
6
8
5
0