Anda di halaman 1dari 3

BAB I

PENDAHULUAN

I.A FILOSOFI PERANCANGAN


Filosofi perancangan bangunan sipil pada dasarnya ialah bagaimana mekanisme
penyaluran beban dari struktur ke pondasi dapat terjadi dengan baik.
Mekanisme penyaluran beban tersebut dapat berupa gaya aksial atau dapat juga berupa
kombinasi beban berupa momen, geser dan torsi. Pada akhirnya mekanisme yang berupa gaya-
gaya yang terjadi harus disalurkan dengan baik ke pondasi. Pondasi pun harus dapat memikul
gaya - gaya yang diberikan oleh struktur.
Pada prinsipnya, pondasi sanggup menerima baban sebesar apapun yang diberikan kepadanya.
Tetapi, konsekuensinya adalah kemungkinan terjadinya penurunan kedalam tanah (settlement).
Sehingga dicarilah suatu keseimbangan antara daya pikul dan settlement yang dianggap layak.
Falsafah perencanaan bangunan tahan gempa :
1. Bangunan dapat menahan gempa bumi kecil atau ringan tanpa mengalami kerusakan
(bangunan berespon elastis).
2. Bangunan dapat menahan gempa bumi sedang tanpa kerusakan yang berarti pada
struktur utama, walaupun ada kerusakan pada struktur sekunder dan dapat diperbaiki.
3. Bangunan dapat menahan gempa bumi kuat tanpa mengalami keruntuhan total
bangunan, walaupun bagian struktur utama sudah mengalami kerusakan atau mencapai pelelehan
(untuk meminimalisir adanya korban jiwa).

I.B KONSEP RANCANGAN STRUKTUR BETON


Pada dasarnya suatu struktur atau elemen struktur harus memenuhi dua kriteria, yaitu :
a. Kuat (Strength) dan
b. Layak (Serviceability)

Kuat berarti kemampuan nominal struktur harus lebih besar dari beban yang bekerja. hal ini
sudah tercantum pada SNI 2847 2013 pasal 9 yang dapat diartikan bahwa kuat rencana harus
lebih besar atau sama dengan kuat perlu ( φR≥U ). Dimana:
Faktor reduksi (Ф) sebagai faktor keamanan untuk mengantisipasi penyimpangan-
penyimpangan yang mungkin terjadi dalam pelaksanaan di lapangan, mempertimbangkan hal-hal
berikut:
1. Kemungkinan terjadinya penurunan kekuatan dari komponen struktur yang telah di
rencanakan. Biasanya disebabkan oleh variasi material beton, perbedaan beton di lokasi
pengecoran dan beton benda uji, serta pengaruh susut, tegangan sisa dan kelangsingan kolom
2. Ketilitian dalam mendisain dimensi member yang biasanya disebabkan oleh kesalahan
ukuran dimensi geometri dan penempatan tulangan.
3. Tingkat duktilitas dan kestabilan dari member yang di bebani
4. Pentingnya member dalam suatu struktur bangunan

Kuat Perlu (U) = Load Factor x Service Load (beban layan)


Load factor (faktor pembebanan) diperlukan sebab terjadinya perbedaan beban dari anggapan-
anggapan, yaitu :
- Beban mati bervariasi yang disebabkan oleh perbedaan ukuran, perbedaan berat jenis
beban, serta perubahan dari struktural dan non struktural
-Perbedaan beban hidup setiap saat dan setiap gedung

Kuat Nominal (R) adalah kekuatan komponen struktur atau penampang yang dihitung
berdasarkan ketentuan atau asumsi metode perencanaan sebelum dikalikan faktor reduksi
kekuatan yang sesuai.
ФPn  Pu

ФMn  Mu

ФVn  Vu

ФTn  Tu

Layak berarti struktur/elemen struktur memiliki lendutan, simpangan dan retakan dalam
batas toleransi yang ada. Diperlukan kontrol lendut dan kontrol retak (kontrol serviceability)
untuk kenyamanan penghuni struktur tersebut.
Selain harus memenuhi kriteria diatas suatu struktur atau elemen struktur yang dirancang
untuk tahan terhadap gempa dan berada pada wilayah gempa 5-6 sangat cocok menggunakan
desain struktur jenis open frame atau Sistem Rangka Pemikul Momen dengan metode in-elastis
(struktur didesain dapat mengalami kondisi plastis sampai akhirnya rusak/runtuh) dan tidak
didesain untuk dapat menahan beban gempa tanpa mengalami kerusakan (elastis) karena akan
dibutuhkan kolom yang sangat besar dan membutuhkan biaya yang sangat mahal, tetapi daerah-
daerah yang mengalami keruntuhan/kerusakan dapat dibatasi agar dapat meminimalisir adanya
korban jiwa.

I.C STRUKTUR OPEN FRAME


Struktur open frame dirancang menggunakan konsep Strong Column Weak Beam, yang
merancang kolom sedemikian rupa agar sendi plastis terjadi pada balok – balok kecuali pada
kolom paling bawah, boleh terjadi sendi plastis dasar kolom. Hal ini menyebabkan kolom yang
lebih kuat daripada balok, sehingga saat terjadi gempa balok terlebih dahulu melendut/rusak
untuk meminimalisir korban jiwa.
Menurut SNI 2847 2013 pasal 21.6.2 Kuat Lentur kolom harus memenuhi persamaan :
 Mnc  (1,2)  Mnb

Dimana Mnc adalh momen nominal kolom, sedangkan Mnb adalah momen nominal balok.

GAMBAR 1 STRUKTUR OPEN FRAME

Menurut Pasal 3.53 SNI-1726:2012 tercantum 3 jenis SRPM yaitu SRPMB (Biasa),
SRPMM (Menengah), SRPMK (Khusus). Wilayah gempa 5 dan 6 dinamakan SRPMK dan harus
memenuhi persyaratan disain pada Pasal 23.2 sampai dengan 23.7 disamping pasal – pasal
sebelumnya yang masih berlaku.

Anda mungkin juga menyukai