PURWOKERTO
Disusun Oleh :
1811040041
2019
A. Pengertian
Congestive Hearth Failure (CHF) atau yang biasa disebut gagal jantung
kongestif merupakan satu-satunya penyakit kardiovaskuler yang insiden dan angka
kejadiannya (prevalensinya) terus meningkat. Risiko kematian akibat gagal jantung
berkisar antara 5-10 % per tahun pada kasus gagal jantung ringan, yang akan
meningkat menjadi 30-40 % pada gagal jantung berat. Selain itu, gagal jantung
merupakan penyakit yang paling sering memerlukan perawatan ulang di rumah sakit
(readmision), meskipun pengobatan rawat jalan telah diberikan secara optimal.
Gagal jantung adalah sindrome klinis (sekumpulan tanda dan gejala), ditandai
oleh sesak napas dan fatik (saat istirahat atau saat aktivitas) yang disebabkan oleh
kelainan struktur atau fungsi jantung. Gagal jantung dapat disebabkan oleh gangguan
yang mengakibatkan tejadinya pengurangan pengisian ventrikel (disfungsi diastolik)
dan atau kotraktilitas miokardial (disfungsi sistolik). (Sudoyo Aru, dkk, 2009)
Para ahli kesehatan yang lain pun mengajukan definisi yang kurang lebih sama
di antaranya Brunner dan Sudartt yang mendefinisikan bahwa gagal jantung dalah
ketidakmampuan jantung daam memompa darah yang memadai (adekuat) untuk
memenuhi kebutuhan jaringan akan oksigen dan nutrisi. (Brunner & Sudartt, 2002)
B. Etiologi
Gagal jantung paling sering terjadi pada penderita kelainan otot jantung, yang
berdampak pada menurunnya kontraktilitas jantung. Kondisi yang mendasari
penyebab kelainan fungsi otot mencakup aterosklerosis koroner, hipertensi
arterial, dan penyakit otot degeneratif atau inflamasi.
2. Aterosklerosis Koroner
Gangguan kesehatan ini berhubungan dengan gagal jantung karena kondisi ini
secara langsung dapat merusak serabut jantung dan menyebabkan
kontraktilitas menurun.
Gagal jantung dapat terjadi sebagai akibat penyakit jantung yang sebenarnya
tidak secara langsung mempengaruhi organ jantung. Mekanisme yang
biasanya terlibat mencakup gangguan aliran darah melalui jantung (misalnya
stenosis katup seminuler) serta ketidakmampuan jantung untuk mengisi darah
(misalnya tamponade perikardium, perikarditas, konstriktif, atau stenosis
katup siensi katup AV).
C. Klasifikasi
Klasifikasi / grade CHF atau gagal jantung menurut New York Heart Association
terbagi dalam 4 kelainan fungsional:
1. Dispnea, yang terjadi akibat penimbunan cairan dalam alveoli yang mengganggu
pertukaran gas. Gangguan ini dapat terjadi saat istirahat ataupun beraktivitas
(gejalanya bisa dipicu oleh aktivitas gerak yang minimal atau sedang).
3. Paroximal, yakni nokturna dispnea,. Gejala ini biasanya terjadi setelah pasien
duduk lama dengan posisi kaki dan tangan di bawah atau setelah berbaring ke
tempat tidur.
4. Batuk, baik kering maupun basah sehingga menghasilkan dahak / lendir (sputum)
berbusa dalam jumlah banyak, kadang disertai darah dalam jumlah banyak.
5. Mudah lelah, dimana gejala ini muncul akibat cairan jantung yang kurang
sehingga menghambat sirkulasi cairan dan sirkulasi oksigen yang normal, di
samping menurunnya pembuangan sisa hasil katabolisme.
7. Difungsi ventrikel kanan atau gagal jantung kanan, dengan tanda dan gejala
sebagai berikut :
- Edema ekstremitas bawah atau edema dependen.
- Anoreksia dan mual, yang terjadi akibat pembesaran vena dan status vena di
dalam rongga abdomen.
- Rasa ingin kencing pada malam hari, yang terjadi karena perfusi renal dan
didukung oleh posisi penderita pada saat berbaring.
E. Patofisiologi
Kontraktilitas
menurun
Hambatan pengosongan
ventirkel
COP
Gagal jantung
Beban jantung kanan
CHF
1. Pemeriksaan Diagnostik
a. Ekokardiografi
b. Rontgen Dada
c. Elektrokardiografi
2. Penatalaksanaan Medis
a. Pemeriksaan Oksigen
c. Dieuretik
Selain tirah baring (bed rest), pembatasan garam dan air serta
dieuretik-baik oral maupun parental-akan menurunkan preload dan
kerja jantung. Dieuretik memiliki efek antihipertensi dengan
meningkatkan pelepasan air dan garam natrium. Hal ini menyebabkan
penurunan volume cairan dan merendahkan tekanan darah.
H. FOKUS PENGKAJIAN
Pengkajian Primer
§ Airway
a. Sumbatan atau penumpukan sekret
b. Wheezing atau krekles
§ Breathing
a. Sesak dengan aktifitas ringan atau istirahat
b. RR lebih dari 24 kali/menit, irama ireguler dangkal
c. Ronchi, krekles
d. Ekspansi dada tidak penuh
e. Penggunaan otot bantu nafas
§ Circulation
a. Nadi lemah , tidak teratur
b. Takikardi
c. TD meningkat / menurun
d. Edema
e. Gelisah
f. Akral dingin
g. Kulit pucat, sianosis
h. Output urine menurun
§ Pengkajian Sekunder
Riwayat Keperawatan
1. Keluhan
a. Dada terasa berat (seperti memakai baju ketat).
b. Palpitasi atau berdebar-debar.
c. Paroxysmal Nocturnal Dyspnea (PND) atau orthopnea, sesak nafas saat
beraktivitas, batuk (hemoptoe), tidur harus pakai bantal lebih dari dua
buah.
d. Tidak nafsu makan, mual, dan muntah.
e. Letargi (kelesuan) atau fatigue (kelelahan)
f. Insomnia
g. Kaki bengkak dan berat badan bertambah
h. Jumlah urine menurun
i. Serangan timbul mendadak/ sering kambuh.
2. Riwayat penyakit: hipertensi renal, angina, infark miokard kronis, diabetes
melitus, bedah jantung, dan disritmia.
3. Riwayat diet: intake gula, garam, lemak, kafein, cairan, alkohol.
4. Riwayat pengobatan: toleransi obat, obat-obat penekan fungsi jantung, steroid,
jumlah cairan per-IV, alergi terhadap obat tertentu.
5. Pola eliminasi orine: oliguria, nokturia.
6. Merokok: perokok, cara/ jumlah batang per hari, jangka waktu
7. Postur, kegelisahan, kecemasan
8. Faktor predisposisi dan presipitasi: obesitas, asma, atau COPD yang merupakan
faktor pencetus peningkatan kerja jantung dan mempercepat perkembangan CHF.
Pemeriksaan Fisik
1. Evaluasi status jantung: berat badan, tinggi badan, kelemahan, toleransi aktivitas,
nadi perifer, displace lateral PMI/ iktus kordis, tekanan darah, mean arterial
presure, bunyi jantung, denyut jantung, pulsus alternans, Gallop’s, murmur.
2. Respirasi: dispnea, orthopnea, suara nafas tambahan (ronkhi, rales, wheezing)
3. Tampak pulsasi vena jugularis, JVP > 3 cmH2O, hepatojugular refluks
4. Evaluasi faktor stress: menilai insomnia, gugup atau rasa cemas/ takut yang
kronis
5. Palpasi abdomen: hepatomegali, splenomegali, asites
6. Konjungtiva pucat, sklera ikterik
I. Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul.
5. Kelebihan volume cairan b/d berkurangnya curah jantung, retensi cairan dan
natrium oleh ginjal, hipoperfusi ke jaringan perifer dan hipertensi pulmonal
J. Rencana tindakan
Diagnosa
N
Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
o
1 Penurunan curah NOC : Cardiac Care
jantung b/d respon 1. Cardiac Pump effectiveness 1. Evaluasi adanya nyeri
fisiologis otot 2. Circulation Status dada
jantung, 3. Vital Sign Status ( intensitas,lokasi,
peningkatan durasi.
frekuensi, dilatasi, Kriteria Hasil: 2. Catat adanya disritmia
hipertrofi atau jantung.
1. Tanda Vital dalam rentang
peningkatan isi 3. Catat adanya tanda
normal (Tekanan darah,
sekuncup dan gejala penurunan
Nadi, respirasi)
2. Dapat mentoleransi cardiac output.
aktivitas, tidak ada 4. Monitor status
kelelahan. kardiovaskuler.
3. Tidak ada edema paru, 5. Monitor status
perifer, dan tidak ada asites. pernafasan yang
4. Tidak ada penurunan menandakan gagal
kesadaran jantung
6. Monitor abdomen
sebagai indicator
penurunan perfusi.
7. Monitor adanya
perubahan tekanan
darah
8. Monitor adanya
dyspneu, fatigue,
tekipneu dan ortopneu
9. Monitor vital
sign
1. Monitor rata –
rata, kedalaman, irama
dan usaha respirasi
2. Catat
pergerakan dada,amati
kesimetrisan,
penggunaan otot
tambahan, retraksi otot
supraclavicular dan
intercostal
3. Monitor suara
nafas, seperti dengkur
4. Monitor pola
nafas : bradipena,
takipenia, kussmaul,
hiperventilasi, cheyne
stokes, biot
Amin, Hardhi. 2013. Asuhan keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC-
NOC. Edisi Revisi jilid 1. Jakarta
Brunner & Suddarth.2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, alih bahasa: Waluyo
Agung.,et al, edisi 8. Jakarta: EGC
Mutaqqin, Arif. 2009. Pengantar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Kardiovaskuler. Jakarta : Salemba Medika.
Sudoyo Aru, dkk. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jilid 1,2,3, edisi keempat. Internal
Publishing. Jakarta.