Anda di halaman 1dari 12

Referat

TRAUMA KORNEA

Oleh :

Resi safitri (1510070100008)


Muhammad kevin (1510070100010)
Ilham maulana (1510070100043)

Preseptor :
dr. Mayasari Nasrul, Sp.M

KEPANITERAAN KLINIK SENIOR ILMU MATA


FAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITASBAITURRAHMAH
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH MOHAMMAD NATSIR SOLOK
2020

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyusun dan menyelesaikan referat yang berjudul
“konjungtivitis”. Shalawat dan salam tidak lupa pula penulis kirimkan kepada Nabi Muhammad
SAW yang telah membawa kita dari zaman buta akan pengetahuan menuju ke zaman yang penuh
dengan ilmu pengetahuan seperti saat sekarang ini.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada dr. Mayasari Nasrul, Sp.M selaku pembimbing,
sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan referat ini tepat waktu demi memenuhi tugas
kepaniteraan klinik. Kami menyadari masih banyak kesalahan baik dalam segi penyusunan,
pengolahan, pemilihan kata dan proses pengetikan karena masih dalam tahap pembelajaran.
Saran dan kritik yang membangun tentu sangat kami harapkan untuk penyempurnaan dan
perbaikan di masa yang akan datang.
Akhir kata, semoga referat ini dapat bermanfaat untuk semua pihak khususnya bagi penulis
dan bagi pembaca pada umumnya dalam memahami masalah yang berhubungan dengan
konjungtivitis.

Solok, 02 februari 2020

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................i
DAFTAR ISI......................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.....................................................................................1
1.2 Tujuan Penulisan................................................................................2
1.2.1 Tujuan Umum............................................................................2
1.2.2 Tujuan Khusus...........................................................................2
1.3 Manfaat Penulisan..............................................................................2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1. Anatomi dan Histologi konjungtiva...................................................3
2.2 Erosi Kornea........................................................................................3
2.2.1 Definisi......................................................................................5
2.2.2 Epidemiologi.............................................................................5
2.2.3 Etiologi......................................................................................5
2.2.4 Patofisiologi...............................................................................6
2.2.5 Gambaran Klinis........................................................................7
2.2.6 Diagnosis...................................................................................7
2.2.7 Diagnosis Banding.....................................................................8
2.2.8 Penatalaksanaan.........................................................................8
2.2.9 Komplikasi.................................................................................9
2.2.10 Prognosis..................................................................................9
2.3 Abrasi Kornea.....................................................................................9
2.3.1 Definisi......................................................................................9
2.3.2 Etiologi......................................................................................9
2.3.3 Epidemiologi.............................................................................9
2.3.4 Gambaran Klinis........................................................................10
2.3.5 Diagnosis...................................................................................10
2.3.6 Penatalaksanaan.........................................................................10
2.3.7 Komplikasi.................................................................................10
2.3.8 Prognosis....................................................................................10
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan..........................................................................................

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................

ii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Anatomi Kornea................................................................................3


Gambar 2. Lapisan Kornea.................................................................................4
Gambar 3. Erosi Kornea......................................................................................7
Gambar 4. Defek pada epitel kornea......................................................................8
Gambar 5. Abrasi Kornea...................................................................................10

iii
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang

Konjungtivitis adalah inflamasi jaringan konjungtiva yang dapat disebabkan oleh invasi
mikroorganisme, reaksi hipersensitivitas atau perubahan degeneratif di konjungtiva. Pasien
biasanya mengeluh mata merah, edema konjungtiva dan keluar sekret berlebih. Gejala tersebut
terjadi akibat dilatasi vaskular, infiltrasi selular dan eksudasi.1

Berdasarkan penyebabnya, konjungtivitis dibagi menjadi konjungtivitis infeksi dan non-


infeksi. Pada konjungtivitis infeksi, penyebab tersering adalah virus dan bakteri, sedangkan pada
kelompok non-infeksi disebabkan oleh alergi, reaksi toksik, dan inflamasi sekunder lainnya.
Konjungtivitis juga dapat dikelompokkan berdasarkan waktu yaitu akut dan kronik. Pada kondisi
akut, gejala terjadi hingga empat minggu, sedangkan pada konjungtivitis kronik, gejala lebih dari
empat minggu. Konjungtivitis sering terjadi bersama atau sesudah infeksi saluran napas dan
umumnya terdapat riwayat kontak dengan pasien konjungtivitis viral. Penyebaran virus
umumnya terjadi melalui tangan, peralatan mandi yang digunakan bersama, bantal kepala yang
digunakan bersama atau kontak dengan alat pemeriksaan mata yang terkontaminasi.1,2

Konjungtivitis viral merupakan penyakit mata merah yang paling sering dijumpai di
masyarakat dan praktik dokter sehari-hari. Pada populasi dewasa, 80% kasus konjungtivitis akut
disebabkan oleh virus.1,2

Gejala konjungtivitis viral biasanya ringan, dapat sembuh sendiri dan tidak disertai
penurunan tajam penglihatan sehingga dapat ditatalaksana di pelayanan kesehatan primer.
Meskipun demikian, terdapat kasus yang bersifat mengancam penglihatan sehingga perlu segera
dirujuk ke rumah sakit atau dokter spesialis mata untuk tata laksana lebih lanjut. 2,3 Konjungtivitis
viral sangat menular sehingga pasien perlu mendapat edukasi agar tidak menjadi sumber infeksi
bagi lingkungannya.1,4
BAB 11

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Anatomi Konjungtiva

Konjungtiva terdiri atas 3 bagian yaitu:

1. Konjungtiva tarsal yang menutupi tarsus


2. Konjungtiva bulbi yang menutupi sklera
3. Konjungtiva fornises atau forniks konjungtiva yang merupakan tempat peralihan
konjungtiva tarsal dengan konjungtiva bulbi.

Histologi Konjungtiva

konjungtiva terdiri atas tiga lapisan yang secara histologi berbeda, yaitu lapisan epitelium,
adenoid, dan fibrosa.

Lapisan epitelium merupakan lapisan terluar konjungtiva dengan struktur yang bervariasi di
setiap regio. Epitel konjungtiva marginal terdiri atas lima lapis epitel gepeng berlapis dan pada
konjungtiva tarsal terdiri atas dua lapis epitel silindris dan gepeng. Konjungtiva forniks dan
bulbar terdiri atas tiga lapis epitel yaitu sel silindris, sel polihedral, dan sel kuboid, sedangkan
konjungtiva limbal terdiri atas berlapis-lapis sel gepeng.4,5

Lapisan adenoid merupakan lapisan limfoid yang berfungsi dalam respons imun di
permukaan mata. Lapisan itu disebut conjunctiva-associated lymphoid tissue (CALT); terdiri
atas limfosit dan leukosit yang dapat berinteraksi dengan mukosa sel epitel melalui sinyal
resiprokal yang dimediasi oleh growth factor, sitokin dan neuropeptida.4,5

Lapisan fibrosa terdiri atas jaringan kolagen dan fibrosa serta pembuluh darah dan
konjungtiva.Konjungtiva palpebra diperdarahi oleh pembuluh darah palpebra, sedangkan
konjungtiva bulbar memperoleh darah dari arteri siliaris anterior. Persarafan sensorik
konjungtiva berasal dari cabang nervus kranialis.

PATOGENESIS

Mikroorganisme masuk ke dalam tubuh dengan cara adhesi, evasi, dan invasi. Adhesi adalah
penempelan molekul mikroorganisme ke epitel mata yang dimediasi oleh protein permukaan
mikroorganisme.Evasiadalah upaya mikroorganismeuntuk menembus pertahanan sistem
imun.2Hampir semua mikroorganisme hanya menginvasi bila terdapat kerusakan epitel kecuali
beberapa bakteri seperti Neissseria gonorhoeae dan Shigella spp. Pada infeksi virus, adhesi
sekaligus memfasilitasi proses invasi melalui interaksi molekul virus dengan sel hospes seperti
interaksi kapsul adenovirus dengan integrin sel hospes yang menyebabkan proses endositosis
virus oleh sel. 2Mikroorganisme juga dapat bertahan melewati sistem pertahanan tubuh dan
bereplikasi seperti pada infeksi HSV, virus varisela serta herpes zoster namun sebagian besar
infeksi lainnya dapat dieradikasi oleh sistem imun tubuh. 2

2.2. Konjungtivitis

2.2.1. DEFINISI

Konjungtivitis adalah inflamasi jaringan konjungtiva yang dapat disebabkan oleh invasi
mikroorganisme, reaksi hipersensitivitas atau perubahan degeneratif di konjungtiva. Pasien
biasanya mengeluh mata merah, edema konjungtiva dan keluar sekret berlebih. Gejala tersebut
terjadi akibat dilatasi vaskular, infiltrasi selular dan eksudasi.1

Berdasarkan penyebabnya, konjungtivitis dibagi menjadi konjungtivitis infeksi dan non-


infeksi. Pada konjungtivitis infeksi, penyebab tersering adalah virus dan bakteri, sedangkan pada
kelompok non-infeksi disebabkan oleh alerga.i, reaksi toksik, dan inflamasi sekunder lainnya.
Konjungtivitis juga dapat dikelompokkan berdasarkan waktu yaitu akut dan kronik. Pada kondisi
akut, gejala terjadi hingga empat minggu, sedangkan pada konjungtivitis kronik, gejala lebih dari
empat minggu. Konjungtivitis sering terjadi bersama atau sesudah infeksi saluran napas dan
umumnya terdapat riwayat kontak dengan pasien konjungtivitis viral. Penyebaran virus
umumnya terjadi melalui tangan, peralatan mandi yang digunakan bersama, bantal kepala yang
digunakan bersama atau kontak dengan alat pemeriksaan mata yang terkontaminasi.1,2

2.2.2. klasifikasi

Berdasarkan penyebabnya konjungtivitis dibagi menjadi empat yaitu konjungtivitis yang


diakibatkan karena bakteri, virus, allergen.

2.2.2.1. Konjungtivitis bakteri


a. Definisis
Konjungtivitis bakteri adalah inflamasi konjungtiva yang disebabkan oleh S. pneumonia,
S. aureus, Haemophilus influenza, dan Moraxella catarrhalis. Neiserria gonorrhoeae
adalah penyebab yang jarang ditemukan namun menyebabkan gejala klinis berat.
Penularan umumnya terjadi melalui kontak langsung dengan secret konjungtiva penderta
lain atau penyebaran infeksi dari hidung serta mukosa sinus.
b. Tanda dan gejala
Pada konjungtiva bakteri dapat ditemukan tanda dan gejala:
1. Mata merah, rasa berpasir dan perih
2. Sukar membuka mata terutama saat pagi hari
3. Umumnya bilateral
4. Adanya secret yang bersifat purulent
5. Edema kelopak, injeksi konjungtiva
6. Erosi epitel kornea permukaan
7. Limfadenopati
c. Etiologi
Konjungtivitis yang disebabkan bakteri:
 Konjungtivitis neonatal
o Konjungtivitis chlamydia
o Konjungtivitis gonococcus
 Trachoma
 Konjungtivitis chlamidua dewasa
d. Pemeriksaan penunjang
 Pemeriksaan tajam penglihatan
 Pemeriksaan segmen anterior bola mata
 Sediaan langsung (swab konjungtiva untuk pewarnaan garam ) untuk mengidentifikasi
bakteri, jamur dan sitologinya.

e. Terapi
Prinsip terapu dengan obat topical spectrum luas. Pada 24 jam pertama obat diteteskan
tiap 2 jam kemudian pada hari berikutnya diberikan 4 kali sehari selama 1 minggu. Pada
malam harinya diberikan salep mata untuk mencegah belekan dipagi hari dan
mempercepat penyembuhan.7

f. Pencegahan
 Konjungtivitis mudah menular karena itu sebelum dan sesudah membersihkan
atau mengoleskan obat, prnderita harus mencuci tangannya bersih bersih.
 Usahakan untuk tidak menyentuh mata yang sehat sesudah menangani mata yang
sakit.
 Jangan menggunakan handuk atau lap bersama sama dengan penghuni rumah
lainnya.6

2.2.2.2. Konjungtivitis virus


Konjungtivitis virus merupakan kondisi yang sering terjadi, bersifat swa pilih (self-
limiting) dalam 2-4 minggu, dan umumnya disebabkan oleh adenovirus. Virus lain yang
bisa menyebabkan konjungtivitis adalah virus herpes simplex (HSV), viris varicella zoster
(VZV), picornavirus, molluscum contagiosum, dan human immunodeficiency virus (HIV).
Walaupun keluhan yang ditimbulkan tidak begitu berat, infeksi virus ini mudah sekali
ditularkan dan biasanya masih infeksius hingga 10-12 hari setelah onset selama mata masih
merah. Transmisi bisa terjadi secara lansung melalui pertikel virus dari tangan pasien,
secret mata, atau melalui kontak dengan droplet saluran nafas atau tidak langsung melalui
media penghantar seperti handuk, kolam renang yang terinfeksi, dan lain lain.
Konjungtivitis adenoviral menunjukan spectrum klinis yang bervariasi, dari peradangan
ringan subklinis hingga peradangan yang berat, yaitu:
 Konjungtivitis foliker akut non- spesifik: merupakan tampilan klinis yang paling
sering ditemukan, gejala umumnya ringan.
 Demam faringokonjungtiva: disebabkan oleh adenovirus tipe 3, 4, dan 7 yang
ditandai dengan demam, sakit kepala, faringitis, konjungtivitis folikuler, dan
adenopati preaurikular. Terkadang disertai oleh keratitis superfisial yang ringan
 Keratokonjungtivitis epidemic: disebabkan oleh adenovirus tipe 8,19, dan 37.
Penyakit ini menunjukan tampilan klinis yang paling berat diantara bentuk
lainnya. Manifestasi klinis berupa folikel, kemosis konjungtiva, petechiae, dan
terkadang perdarahan subkonjungtiva, yang disertai defek pada kornea (keratitis
atau erosi kornea geografik dibagian sentral) pada sebagian besar kasus
 Konjungtivitis adenoviral kronik/ relaps : jarang terjadi ditandai dengan papilla
atau folikel non-spesifik.

2.2.2.3. Konjungtivitis alergi


Secara umum konjungtivitis yang disebabkan alergi akan menyebabkan mata yang gatal
dan berair disertai kemosis. Yang termasuk konjungtivitis alergi adalah keratokonjungtivitis
vernal dan konjungtivitis atopic. Konjungtivitis seasonal dan perennial juga merupakan
bagian dari konjungtivitis alergi, tetapi untuk negara dengan empat musim. Konjungtivitis
papilar raksasa dalam beberapa kepustakaan
2.2.2.4. Konjungtivitis jamur

Konjungtivitis jamur biasanya disebabkan oleh Candida albicans dan merupakan infeksi
yang jarang terjadi. Penyakit ini ditandai dengan adanya bercak putih yang dapat timbul
pada pasien diabetes dan pasien dengan keadaan sistem imun yang terganggu. Selain
candida sp, penyakit ini juga bisa disebabkan oleh Sporothtrix schenckii, Rhinosporidium
serberi, dan Coccidioidesimmitis walaupun jarang ( Vaughan, 2010).
DAFTAR PUSTAKA
1 . Azari AA, Barney NP. Conjunctivitis:a systemic review of diagnosis and treatment.
JAMA.2013;310(6):1721-9.
2. Cantor LB, Rapuano CJ, Cioffi GA. External disease and cornea. Italia: American Academy
of Ophtalmology; 2014.
3. Nari J, Allen LH, Bursztyn LLCD. Accuracy of referral diagnosis to an emergency eye clinic.
Can J Ophthalmol. 2017; article in press.
4. Tsai JC, Denniston AKO, Murray PI, Huang JJ, Aldad TS. Oxford American handbook of
ophthalmology. New York: Oxford University Press; 2011.
5. Khurana AK. Comprehensive ophthalmology. Edisi ke-4. New Delhi: New Age
International; 2007.
6. www.aafp.org/afp//AFPprinter/980215ap/morrow.html

Anda mungkin juga menyukai