Anda di halaman 1dari 8

Alat dan Bahan

a. Pemeriksaan Makroskopis Cairan Semen

Alat :

1. Wadah / pot dengan penutup


2. Kertas label
3. Gelas ukur 5 atau 10 ml
4. Kertas indicator
5. Tabung reaksi
6. Rak tabung reaksi
7. Pipet tetes
8. Batang pengaduk
9. Stopwatch
10. Pipet thoma

Bahan :

Sampel sperma

b. Pemeriksaan Kimia Cairan Semen

Alat :

1. Wadah / pot dengan penutup


2. Wadah / pot dengan penutup
3. Gelas ukur 5 atau 10 ml
4. Kertas indicator
5. Pipet tetes
6. Batang pengaduk
7. Stopwatch

Bahan :

Sampel sperma

c. Pemeriksaan Mikroskopis Cairan Semen

Alat :

1. Wadah / pot dengan penutup


2. Kertas label
3. Gelas ukur 5 atau 10 ml
4. Mikroskop binokuler
5. Pipet thoma
6. Hemositometer (kamar hitung Neubauer)
Bahan :

1. NaHC03 50 gr
2. Formalin 35% 10 ml
3. Gentian violet pekat
4. Aquadestilita 1000 ml
5. Larutan giemza
6. Sampel sperma

Cara Kerja

a. Pemeriksaan Makroskopis Cairan Semen

1. Pengukuran Volume

Dilakukan setelah sperma mencair

Cara kerja :

- Sperma ditampung seluruhnya dalam botol penampung yang


bermulut lebar untuk sekali ejakulasi

- Volume diukur dengan gelas ukur yang mempunyai skala volume


0,1 ml

- Baca hasil

Volume normal sperma, tergantung ras. Bagi orang indonesia volume yang
normal 2 – 3 ml. Volume yang lebih dari 8 ml disebut Hyperspermia,
sedangkan yang kurang dari 1 ml disebut Hypospermia.

Hypospermia disebabkan oleh:

 Ejakulasi yang berturut-turut


 Vesica seminalis kecil
 Penampung sperma tidak sempurna

Hyperspermia disebabkan oleh:

 Kerja kelenjar prostat dan vesika seminalis terlalu giat


 Obat perangsang hormon laki – laki

2. PH
Sperma yang normal tidak banyak berbeda dengan pH darah, untuk
mengukur pH cukup dengan menggunakan kertas pH kecuali dalam satu
penelitian dapat digunakan pH meter.

Cara kerja:

- Celupkan kertas pH dalam sperma yang homogen yang


terdapat dalam botol penampung

- Baca hasil

3. Bau Sperma

Spermatozoa yang baru keluar mempunyai bau yang khas atau spesifik,
untuk mengenal bau sperma, seseorang harus telah mempunyai pengalaman
untuk membaui sperma. Baunya sperma yang khas tersebut disebabkan oleh
oksidasi spermin (suatu poliamin alifatik) yang dikeluarkan oleh kelenjar
prostat.

Cara kerja:

- Sperma yang baru keluar pada botol penampung dicium baunya

- Dalam laporan bau dilaporkan: khas/ tidak khas Dalam keadaan


infeksi, sperma berbau busuk/ amis. Secara biokimia sperma
mempunyai bau seperti klor/ kaporit.

4. Warna Sperma

Memeriksa warna sperma sekaligus memeriksa kekeruhan. Sperma


yang normal biasanya berwarna putih keruh seperti air kanji kadang-
kadang agak keabu-abuan. Adanya lekosit yang disebabkan oleh infeksi
traktus genitalia dapat menyebabkan warna sperma menjadi putih
kekuningan. Adanya perdarahan menyebabkan sperma berwarna
kemerahan.

Cara Kerja :
- Sperma yang ada dalam tabung reaksi diamati dengan
menggunakan latar belakang warna putih menggunakan
penerangan yang cukup

5. Viskositas (Kekentalan)

Kekentalan atau viskositas sperma dapat diukur setelah likuifaksi sperma


sempurna. Pemeriksaan viskositas ini dapat dilakukan dengan dua cara:

 Cara subyektif
Dengan menyentuh permukaan sperma dengan pipet atau batang
pengaduk, kemudian ditarik maka akan terbentuk benang yang
panjangnya 3 – 5 cm. Makin panjang benang yang terjadi makin
tinggi viskositasnya.
 Cara Pipet Elliason
Syaratnya sperma harus homogen dan pipet yang digunakan harus
kering.
Cara kerja:
- Pipet cairan sperma sampai angka 0,1
- Tutup bagian atas pipet dengan jari
- Arahkan pipet tegak lurus
- Jalankan stopwath
- Jika terjadi tetesan pertama stopwath dimatikan dan
hitung waktunya dengan detik

b. Pemeriksaan Kimia Cairan Semen

1. Liquefaction

Liquefaction diperiksa 20 menit setelah ejakulasi (setelah dikeluarkan).


Dapat dilihat dengan jalan melihat coagulumnya. Bila setelah 20 menit
belum homogen berarti kelenjar prostat ada gangguan (semininnya
jelek). Bila sperma yang baru diterima langsung encer mungkin tak
mempunyai coagulum oleh karena saluran pada kelenjar vesica
seminalis buntu atau memang tak mempunyai vesika seminalis.

2. Fruktosa Kualitatif

- 0.05 ml sperma ditambah 2 ml larutan resolsinol (0.5 % dalam


alkohol 96% ), campur sampai rata
- Panaskan dalam air mendidih 5 menit

- Bila sperma mengandung fruktosa maka campuran diatas menjadi


merah coklat atau merah jingga

- Bila tidak ada fruktosa maka tidak menjadi perubahan warna

c. Pemeriksaan Mikroskopi Cairan Semen

1. Jumlah sperma per – lapang pandang/ perkiraan densitas sperma

a. Sperma diaduk hingga homogen.

b. Diambil 1 – 3 tetes cairan sperma, kemudian di teteskan diatas obyek


glass dan ditutup dengan cover glass.

c. Dilihat dibawah mikroskop dengan pembesaran 40 x.

d. Dihitung berapa banyak spermatozoa pada beberapa lapang pandang

Catatan:

Dihitung berapa banyak spermatozoa pada beberapa lapang pandang.


Misalnya, dihitung berturut-turut lapang pandang:

I= 10 Spermatozoa

II = 5 Spermatozoa

III = 7 Spermatozoa

IV = 8 Spermatozoa

Dalam laporan dituliskan terdapat 5 – 10 spermatozoa perlapang pandang.


Perkiraan konsentrasi spermatozoa dikalikan dengan 106 berarti perkiraan
konsentrasi spermatozoa adalah 5 – 10 juta/ml Jika jumlah spermatozoa
banyak dihitung perkwadran (1/4 lapang pandang), misalnya ¼ Lapang
pandang = 50 spermatozoa, jadi perlapang pandang 200 spermatozoa.
Perkiraan konsentrasi spermatozoa dikalikan dengan 106 berarti perkiraan
konsentrasi spermatozoa adalah 200 juta/ml. Jika perlapang pandang
didapatkan nol spermatozoa maka tidak usah dilakukan pemeriksaan
konsentrasi disebut Azoospermia.

2. Pergerakan sperma

a. Pemeriksaan dilakukan pada suhu kamar (20 CC – 25 CC).


b. Pergerakan spermatozoa sebaiknya diperiksa setelah 20 menit.
c. Sperma yang tidak bergerak 25%.
d. Sperma yang bergerak kurang baik 50%.
e. Sperma yang bergerak baik 100% - 25% - 50% = 25%.

Cara pengecatan pergerakan sperma

a. Diteteskan eosin diatas obyek glass.


b. Kemudian diteteskan 1 tetes sperma dan ditutup dengan cover
glass.
c. Dikeringkan dan diamati dibawah mikroskop.

Catatan :

Jangan sekali-kali menyebut spermatozoa mati, yang benar adalah


spermatozoa tidak bergerak.

Perhitungan:

Dihitung dulu spermatozoa yang tidak bergerak kemudian dihitung yang


bergerak kurang baik, lalu yang bargerak baik misal:

- yang tidak bergerak = 25%

- yang bergerak kurang baik = 50%

- yang bergerak baik = 100% - 25% - 50% = 25%

Prosentase pergerakan cukup ditulis dengan angka bulat (umumnya


kelipatan 5 misalnya: 10%,15%, 20%). Jika sperma yang tidak bergerak >
50% maka perlu dilakukan pemeriksaan lebih lanjut guna mengetahui
viabilitas sperma (banyaknya sperma yang hidup) sebab sprermatozoa
yang tidak bergerakpun kemungkinan masih hidup.

Sebab menurunnya motilitas spermatozoa:


 Dilakukan pemeriksaan yang terlalu lama sejak sperma
dikeluarkan
 Cara penyimpanan sampel yang kurang baik

3. Perhitungan jumlah sperma

a. Disiapkan pengenceran berisi 50 gr NaHCO3, 10 ml 35% formalin, 5 ml


cairan gentian violet pekat dan aquadestilita sampai 1000 ml.
b. Sperma yang telah diaduk dengan baik diencerkan 1 : 10 atau 1 : 20
tergantung pada perkiraan jumlah spermatozoa yang telah dilakukan
sebelumnya (menggunakan pipet thoma untuk leukosit).
c. Sperma segera dipindahkan ke hemositometer (kamar hitung Neubauer)
yang telah ditutup dengan gelas penutup.
d. Dibiarkan hemositometer selama 15 menit sampai 20 menit agar semua sel
mengendap.
e. Dihitung dibawah mikroskop pembesaran 40 x untuk spermatozoa.
Perhitungan :
Luas : 1mm2
Tinggi : 0,1 mm
Volume : 0,1 mm3
Jumlah sperma : 1/0.1 x 4 x pengenceran x N.

4. Morfologi

a. Dibuat preparat hapusan diatas obyek glass.


b. Kemudian dikeringkan selama 5 menit.
c. Lalu difiksasi dengan larutan metil alkohol selama 5 menit.
d. Dilakukan pewarnaan dengan larutan giemza, wright atau zat warna yang
lain.

Cara kerja pengecatan morfologi:

a. Diteteskan methanol selama 5 menit sebagai fiksasi pada pemeriksaan


morfologi.
b. Ditunggu sampai kering.
c. Kemudian diteteskan larutan giemza, selama 5 menit.
d. Setelah 5 menit dicuci di air mengalir
e. Dikeringkan dan diamati dibawah mikroskop.

Bentuk Normal:

- Bentuk oval
Bentuk spermatozoa abnormal:

- Bentuk Pir (seperti buah pir)

- Bentuk Terato (tidak beraturan dan berukuran besar)

- Bentuk Lepto (ceking)

- Bentuk Mikro (kepala seperti jarum pentul)

- Bentuk Strongyle (seperti larva stongyloides)

- Bentuk Lose Hezel (tanpa kepala)

- Bentuk Immature (spermatozoa belum dewasa, terdapat cytoplasmic)

5. Leukosit

Leukosit di laporkan per-lapang pandang seperti halnya dalam sedimen urin,


misalnya 3 – 8 perlapang pandang. Jumlah lekosit yang besar erat hubunganya
dengan infeksi organ – organ spermiogenesis.

Anda mungkin juga menyukai