Fatiyah
Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga Yogyakarta
Jl. Marsda Adisucipto Yogyakarta
Email: noya2aim@gmail.com
A. Pendahuluan
Jenkins dan Sofos mengatakan bahwa “nation” adalah suatu
konstruksi sosial, sementara “nasionalisme” adalah suatu proyek politik,
sehingga jika seseorang mau menganalisanya tidak bisa hanya mengacu
pada bayang-bayang sosial-ekonomi dan perubahan budaya, melainkan
juga harus melihat konjungtur politik dan kepemimpinan yang selalu
berubah dan tidak terprediksi.1
Smith2 mengemukakan bahwa nasionalisme adalah suatu
gerakan ideologis untuk mencapai dan mempertahankan otonomi,
kesatuan, dan identitas suatu populasi, yang sejumlah populasinya
bertekad membentuk suatu bangsa yang aktual. Nasionalisme melahirkan
bangsa, sementara demokrasi melahirkan negara dan pemerintahan, maka
E. Penutup
Identitas nasional yang dibentuk dari persamaan-persamaan
etnis, budaya, agama, kepercayaan, dan adat istiadat dapat memunculkan
kekuatan politik jika dimobilisasi. (1) Kebijakan integrasi dan asimilasi
masyarakat Patani ke dalam budaya Thai berdasar budaya Buddha
mendapat pertentangan keras dari masyarakat Patani. Nilai-nilai Islam
menempati peranan penting dan utama dari identitas orang Patani. Secara
historis nilai-nilai Islam dapat berasimilasi dengan budaya tradisional
pada periode sebelum masuknya Islam. Kemunculan gerakan-gerakan
perlawanan Patani yang bersifat menentang merupakan perlawanan yang
disebabkan oleh tidak sinkronnya nasionalisme trinitas Thailand. (2)
Gerakan Patani menjadi percampuran budaya dan kemudian menciptakan
tampilan unik dari identitas kelompok ini. Keunikan identitas mereka
dapat dilihat dari struktur sosialnya. Identitas yang bersifat permanen;
bahasa, kebiasaan (tradisi dan adat-istiadat), dan keyakinan agama masih
merupakan identitas baku yang asli masih dipertahankan oleh kelompok
Muslim di Patani. Faktor etnisitas dan solidaritas keagamaan telah
Catatan:
1Miftahudin, Makna Nasionalisme, (Jakarta: FISIP UI, 2009), hlm. 282.
2Smith, A.D., Nationalist Movement, (London: The Macmillan Press, 1979), hlm. 1.
3Malik Ibrahim, “Seputar Gerakan Islam di Thailand Suatu Upaya Melihat Faktor
Internal dan Eksternal”, Sosio-Religia, Vol. 10, No.1, Februari 2012, hlm. 134.
4John T. Sidel, “The fate of nationalism in the new states: Southeast Asia in
comparative historical perspective”, Comparative studies in society and history, 54 (01), pp.
114-144, 2012. DOI: 10.1017/S0010417511000612, hlm. 130.
5Jay Lamey, “Peace in Patani?The Prospect of a Settlement in Southern Thailand.
Stability”, International Journal of Security & Development, 2(2): 33, pp. 1-17, 2012. DOI:
http://dx.doi.org/10.5334/sta.bt., hlm. 2.
6Wawancara dengan ketua Ikatan Persaudaraan Mahasiswa Islam Thailand di
of Struggle”, Asian Christian Review, Vol.1, No.1 (Spring 2007), hlm. 81.
8Wawancara dengan ketua Persatuan Mahasiswa Islam Patani di Indonesia (PMIPTI)
dan Akar Gerakan Separatisme”, Masyarakat dan Budaya, Volume 7 No.1 Tahun 2005, hlm.
107.
10Ali Soqikin, “Budaya Muslim Pattani (Integrasi, Konflik dan Dinamikanya), Ibda’”,
Social Problems among Muslim Adolescents in Southern Thailand” Journal of Muslim Mental
Health, ISSN 1556–4908, Volume 9, Issue 2, 2015, hlm. 5.
16Wawancara dengan ketua mahasiswa Patani di Yogyakarta, 10 Oktober 2016.
17Ibid.
18Ibid. (Wawancara dengan ketua mahasiswa Patani di Yogyakarta, 5 November
2016)
19Ibid.
20Ibid. (Wawancara dengan ketua mahasiswa Patani di Yogyakarta, 10 Oktober
2016)
21Ibid.
22Benedict Anderson, Imagined Communities, Revised and Expanded Edition,
2016.
24Thomas Hylland Eriksen, ”Ethnicity versus Nationalism”, Journal of Peace Research,
2016.
29Harish, SP, Changing Conflict Identities: The case of the Southern Thailand Discord,
Gerakan Nasionalis Kelompok Minoritas”, Jurnal Kajian Wilayah, Vol. 2, No. 1, 2011, hlm. 48.
31Ibid, hlm. 11.
32Paulus Rudolf Yuniarto, “Minoritas Muslim Thailand…”, hlm. 94.
33Ibid, hlm. 110-111.
34Sri Astuti Buchari, Kebangkitan Etnis Menuju Politik Identitas, (Jakarta: YOI, 2014),
hlm, 19.
35Wawancara dengan ketua mahasiswa Patani di Yogyakarta tanggal 10 November
2016.
36Manuel Castells, The Power of Identity, (Oxford, UK: Blackwell Publishing Ltd.,