Referat Polio
Referat Polio
PENDAHULUAN
Acute Flaccid Paralysis (AFP) adalah kelumpuhan atau paralisis secara fokal
yang onsetnya akut dan mengenai anak kelompok < 15 tahun termasuk didalamnya
dikenal dengan sebutan polio, adalah kelainan yang disebabkan infeksi virus
(poliovirus) yang dapat mempengaruhi seluruh tubuh, termasuk otot dan saraf. Kasus
berusia di bawah lima tahun (balita). Di banyak negara dengan tingkat polio yang
tinggi, 70%80% penderita di bawah usia 3 tahun dan 80% - 90% dari kasus terjadi
pada balita. Setelah pemberian vaksin polio telah terjadi penurunan infeksi polio
yang drastis. Meskipun program eradikasi polio secara global telah dilaksanakan
Indonesia masih ditemukan kasus polio baru, hal ini menunjukkan bahwa
1
World Health Organization memperkirakan sampai saat ini total kasus virus
kekejangan otot, serta dapat merusak sistem saaraf dan menyebabkan kelumpuhan
permanen. Polio juga dapat menyebabkan kelumpuhan pada sistem pernapasan dan
Ada dua macam vaksin polio yaitu inactivated polio vaccine (IPV) dan oral
polio vaccine (OPV). Apabila mulai dengan jadwal OPV, IPV dapat digunakan
picornaviridae, mempunyai 3 strain yaitu tipe 1 (Brunhilde), tipe 2 (Lansing) dan tipe
3 (Leon) untuk menyelesaikan jadwal tersebut tanpa efek buruk. Diperlukan tiga
dosis untuk memberikan proteksi yang baik dalam masa kanak-kanak dengan
booster pada usia 4 tahun. Inactivated polio vaccine (IPV) mengandung sejumlah
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
POLIOMIELITIS
2.1 Etiologi
picornaviridae, mempunyai 3 strain yaitu tipe 1 (Brunhilde), tipe 2 (Lansing) dan tipe
3 (Leon). Infeksi dapat terjadi oleh satu atau lebih dari tipe virus tersebut. Pada
sebagian besar kasus dan ganas biasanya disebabkan oleh virus tipe 1. Imunitas yang
diperoleh setelah terinfeksi maupun imunisasi bersifat seumur hidup dan spesifik
Penyebaran infeksi virus polio terjadi secara fekal oral dan pernafasan.
Transmisi perinatal bisa terjadi dari ibu kepada bayinya. Faktor predisposisi virus
polio tergantung pada status imunitas, neurovirulensi virus dan faktor host.1,2
2.2 Epidemiologi
Sebelum tahun 1880 penyakit ini sering terjadi secara sporadik, dimana
tingkat kejadian polio yang tinggi pertama kali dilaporkan dari daerah Eropa Barat,
kemudian Amerika Serikat. Pada akhir tahun 1940 dan awal tahun 1950 tingkat
3
kasus pada anak <5 tahun, sedangkan di awal tahun 1950 kejadian tertinggi adalah
usia 5-9 tahun, bahkan belakangan ini lebih dari sepertiga kasus yang terjadi pada
Sejak dipergunakannya vaksin pada tahun 1955 dan 1962, secara dramatis
kejadian turun dari 17,6 kasus poliomielitis per 10.000 penduduk di tahun 1955
menjadi 0,4 kasus per 100.000 di tahun 1962. Sejak tahun 1972 kejadiannya <0,01
Pada saat itu masih terdapat sekitar 350 ribu kasus polio di seluruh
ada lagi di Asia Timur, Amerika Latin, Timur Tengah atau Eropa. 6,8,9
India 129, dan Sudan 112 kasus. Pada tahun 2006 ditemukan kasus
liar poliovirus tipe I di Kenya, pada saat itu ditemukan 216 kasus
4
yang dibawa oleh pendatang dari Somalia yang merupakan negara
2.3 Patogenesis
udara, dalam makanan, atau dalam air. Virus masuk melalui mulut dan hidung (portal
(Peyer’s patches), lalu diserap dan disebarkan melalui sistem pembuluh darah dan
pembuluh getah bening. Virus biasanya memasuki tubuh melalui rongga orofaring
dan berkembangbiak dalam traktus digestivus, kelenjar getah bening regional dan
sistem retikuloendotelial. Masa inkubasi ini berlangsung antara 7-14 hari, tetapi
dapat pula merentang dari 2 sampai 35 hari. Setelah 3-5 hari sejak terjadinya paparan,
virus dapat ditemukan dari tenggorok, darah dan tinja. Dalam keadaan ini timbul
5
perkembangan virus, tubuh bereaksi dengan membentuk antibodi spesifik. Bila
pembentukan zat antibodi mencukupi dan cepat maka virus akan dinetralisasikan,
sehingga timbul gejala klinis yang ringan atau tidak terdapat sama sekali dan timbul
imunitas terhadap virus tersebut. Dalam kebanyakan kasus, hal ini dapat
kekebalan permanen terhadap polio. Bila proliferasi virus tersebut lebih cepat dari
pembentukan zat anti maka akan timbul viremia dan gejala klinis, kemudian virus
akan terdapat dalam feses untuk beberapa minggu lamanya. Apabila manusia yang
rentan terpapar dengan poliovirus maka satu dari beberapa respons berikut ini akan
terjadi, yaitu: infeksi tidak nyata dan tanpa gejala-gejala, timbul sakit ringan (abortive
sel dan daerah tertentu susunan saraf, tidak semua neuron yang terkena mengalami
kerusakan yang sama dan bila ringan, dapat terjadi penyembuhan fungsi neuron
Batang otak pada nukleus vestibularis dan inti-inti saraf kranial serta formasio
6
Serebelum terutama inti-inti pada vermis
Mid brain terutama pada masa kelabu, substansia nigra dan kadang-kadang
nukleus rubra.
Poliomielitis adalah penyakit infeksi virus yang akut yang melibatkan medulla
spinalis dan batang otak. Telah diisolasi 3 jenis virus yaitu tipe Brunhilde, Lansing
dan Leon yang menyebabkan penyakit ini, yang masing-masing tidak mengakibatkan
imunitas silang. Bila seorang mengalami infeksi dengan satu jenis virus ia akan
termasuk ke susunan saraf pusat. Penyebaran virus polio melalui saraf belum jelas
diketahui. Penyakit yang ringan (minor illness) terjadi pada saat viremia yaitu kira-
kira hari ketujuh, sedangkan major illness ditemukan bila konsentrasi virus di
susunan saraf pusat mencapai puncaknya yaitu pada hari ke 12 sampai 14.1,11
Sebagian besar infeksi yang disebabkan oleh polio ada beberapa gejala khas.
Namun hampir 95 persen dari semua orang yang terkena virus polio tidak akan
menunjukkan gejala apapun. Sekitar 5 persen orang yang terinfeksi akan mengalami
gejala ringan, seperti sakit tenggorokan, leher kaku, sakit kepala, dan demam, dan
7
seringkali terdiagnosis sebagai pilek atau flu. Kelumpuhan otot telah diperkirakan
terjadi pada sekitar satu dari setiap 1.000 orang yang terkena.1
Masa inkubasi penyakit ini berkisar antara 9-12 hari, tetapi kadang-kadang 3-
35 hari. Gambaran klinis yang terjadi sangat bervariasi mulai dari yang paling ringan
Kejadian infeksi yang asimptomatik ini sulit diketahui, tetapi biasanya cukup
tinggi terutama di daerah yang standar kebersihannya jelek. Pada suatu endemik
terhadap penyakit polio. Bayi baru lahir mula-mula terlindungi karena adanya
Penyakit ini hanya diketahui dengan menemukan virus di tinja atau meningginya
titer antibodi.
Infeksi abortif
Kejadiannya diperkirakan 4-8% dari jumlah penduduk pada suatu daerah yang
Timbul mendadak dan berlangsung 1-3 hari dengan gejala “minor illness” seperti
demam bisa mencapai 39,5 oC, malaise, nyeri kepala, sakit tenggorokan,
anoreksia, muntah, nyeri otot dan nyeri perut serta kadang-kadang diare.
Penyakit ini sukar dibedakan dengan penyakit virus lainnya, hanya dapat diduga
bila terjadi di daerah yang epidemik polio. Diagnosis pasti hanya dengan
8
menemukan virus pada biakan jaringan. Diagnosis banding adalah influenza atau
Penyakit ini terjadi 1 % dari seluruh infeksi. Gejala klinik sama dengan infeksi
abortif yang berlangsung 1-2 hari. Setelah itu suhu menjadi normal, tetapi
kemudian naik kembali (dromary chart), diserta dengan gejala nyeri kepala,
mual dan muntah lebih berat, dan ditemukan kekakuan pada otot belakang leher,
punggung serta tungkai. Tanda kernig dan brudzinsky positif. Tanda lain adalah
bila anak berusaha duduk dengan sikap tidur, maka ia akan menekukkan kedua
tidur. Head drop yaitu bila tubuh penderita ditegakkan dengan menarik pada
biasanya normal. Bila refleks tendon berubah maka kemungkinan akan terjadi
meningismus.
Poliomielitis paralitik
kelemahan satu atau beberapa kumpulan otot skelet atau kranial. Gejala ini bisa
menghilang selama beberapa hari dan kemudian timbul kembali diserta dengan
dan simetris yaitu paling sering terkena adalah tungkai. Keadaan ini bisa disertai
9
kelumpuhan vesika urinaria, atonia usus dan kadang-kadang ileus paralitik. Pada
Secara klinis dapat dibedakan atas 4 bentuk sesuai dengan tingginya lesi pada
pada lengan deltoid. Sifat kelumpuhannya ini adalah asimetris. Refleks tendon
bulbar.
c. Bentuk bulbar ditandai dengan kelemahan motorik dari satu atau lebih saraf
kranial dengan atau tanpa gangguan pusat vital seperti pernafasan, sirkulasi
dan temperatur tubuh. Bila kelemahan meliputi saraf kranial IX, X dan XII
maka akan menyebabkan paralisis faring, lidah dan taring dengan konsekuensi
kadang-kadang kejang.
10
Gambaran secara umum penderita poliomielitis
11
4
12
Berikut adalah diagnosis banding dari Acute Flaccid Paralysis 3
13
2.5 VAKSINASI POLIO
serum konvalesen penderita untuk mengobati kasus polio akut. Meskipun berbagai
namun akhirnya terbukti (pada wabah tahun 1931), bahwa cara ini tidak mempunyai
Imunisasi aktif mulai dicoba, setelah berbagai upaya imunisasi pasif gagal.
Penelitian berkembang menjadi dua arah yaitu virus yang dimatikan dengan
dengan cara melakukan pasasi berulang pada kultur jaringan. Kedua cara tersebut
menghasilkan dua macam vaksin yaitu yang pertama adalah Inactivated Polio
Vaccine dan disusul dengan Oral Polio Vaccine. Kedua vaksin terbukti dapat
menurunkan angka kelumpuhan dan angka kesakitan akibat virus polio. Kriteria
vaksin yang baik adalah vaksin itu harus antigenik, proporsi vaksin trivalent harus
sesuai dengan virus liar yang ada di lingkunan, replikasi dan mutasi harus sangat
minimal. Vaksin OPV mengandung vaksin yang masih hidup sehingga bisa hidup dan
berkembangbiak dalam usus. Imunisasi cara ini tidak hanya membentuk antibodi
14
humoral yang dapat menghambat virus polio menimbulkan infeksi di sistem saraf
pusat, namun juga merangsang sekretori IgA, antibodi sekretori yang mencegah
perlekatan dan replikasi virus di epitel usus. Virus dapat bertahan sampai 17 bulan
setelah imunisasi dan pada anak dengan agammaglobulin, bahkan dapat bereplikasi
terus sampai 684 hari. Suntikan IPV bisa menimbulkan antibodi antipolio humoral
yang tinggi, namun karena tidak menimbulkan kekebalan interstinal yang cukup, IPV
2.6 Eliminasi
yang bertujuan menurunkan insidensi dan prevalensi suatu penyakit sampai pada
suatu agen spesifik sampai pada tingkat nol di suatu wilayah geografis. Eliminasi
15
Untuk mempercepat eliminasi penyakit polio di seluruh dunia, WHO
melakukan PIN dengan memberikan satu dosis polio pada bulan September 1995,
1996, dan 1997. Pada tahun 2002, PIN dilaksanakan kembali dengan menambahkan
imunisasi campak di beberapa daerah. Setelah adanya kejadian luar biasa (KLB)
acute flaccid paralysis (AFP) pada tahun 2005, PIN tahun 2005 dilakukan kembali
dengan memberikan tiga dosis polio saja pada bulan September, Oktober, dan
November. Pada tahun 2006 PIN diulang kembali dua kali/dosis polio yang dilakukan
pada bulan September dan Oktober 2006. Dengan adanya PIN tersebut, frekuensi
imunisasi polio bisa lebih dari seharusnya. Tetapi WHO menyatakan bahwa polio
2.7 Eradikasi
dicapai, terutama dunia terbebas dari penyakit polio dan cacat/lumpuh/layu yang
terjadi akibat penyakit tersebut, mengurangi pengeluaran biaya yang diperlukan oleh
Pada tahun 1988, dalam sidangnya yang ke 41, WHO telah menetapkan
program eradikasi polio global (global polio eradication initiative) yang ditujukan
untuk mengeradikasikan penyakit polio pada tahun 2000 (ERAPO 2000). Target ini
16
kemudian diformulasikan lagi pada pertemuan World Summit for Children yang
berlangsung tanggal 29-30 September 1990 di New York, yakni dalam sasaran
kesejahteraan anak.3,5,6
karena :5,6,9
carrier).
b. Sumber virus polio dari lingkungan yang dapat bertahan lama tidak ada;
virus polio didaerah tropis diluar tubuh hanya bertahan sekitar 48 jam.
d. Vaksin polio yang efektif telah berhasil dikembangkan, yakni vaksin polio
inaktif pada tahun 1955 oleh Dr. Jonas Salk dan vaksin polio oral (life
Imunisasi Nasional.
17
4. Mopping-up
target eradikasi polio global pada tahun 2000. Untuk mencapai target tersebut
Dalam upaya untuk mengeradikasi penyakit polio secara global, WHO telah
membuat tahapan dan kegiatan perioritasnya. Tahapan dan kegiatan perioritas ini
berorientasi pada suatu tujuan tertentu, sehingga suatu negara bisa melakukan upaya
eradikasi polio yang direkomendasikan oleh WHO sesuai dengan tahapan dan
18
prioritas dimana negara tersebut berada. Adapun analisa SWOT (Strength, weakness,
Perlu mengetahui kompetensi yang menonjol dari upaya kesehatan polio. Adanya
Analisa 2 tentang W
Selain itu juga pelaporan pelaksanaan PIN tahun 1997 masih belum lengkap,
karena pada tahun 1987 dilaporkan sebanyak 2.319 kasus, namun pelaporan
masih belum lengkap sehingga angka terakhir kemungkinan lebih dari 3.500.4
Analisa 3 tentang O
19
Adanya Surveilans AFP dan Surveilans virus polio liar dapat mencapai program
eradikasi polio di Indonesia pada tahun 2000. Surveilans polio bertujuan untuk
memantau adanya transmisi virus polio liar disuatu wilayah sehingga upaya
yang rentan terhadap polio, yaitu anak berusia dibawah 15 tahun. Untuk
Analisa 4 tentang T
Adanya Kejadian Luar Biasa (KLB) polio di salah satu daerah, menunjukkan
menimbulkan antibodi yang tinggi. Dosis tunggal akan menimbulkan kekebalan pada
50% resipien, 3 dosis akan meningkatkan kekebalan sampai 95%. Kekebalan yang
terjadi tidak timbul secara bersamaan tetapi bersifat sekuensial. Respon pertama
terutama terhadap virus tipe 1 (paling imunologik) disusul virus tipe 2 dan terakhir
tipe 3. Serokonversi terjadi paling cepat dengan tipe 1, sedang protektifitas terhadap
tipe 3 tercapai setelah 4-5 dosis, bahkan protektifitasnya dapat mencapai diatas 95%
dan tercapai setelah dosis kedelapan. Keuntungan vaksin ini adalah mudah diberikan
(tanpa alat suntik) dan harganya jauh lebih murah dibandingkan IPV. OPV selain
20
dapat mencegah kelumpuhan, juga merangsang kekebalan usus dan menghambat
penempelan, invasi dan replikai virus liar. Pemberian OPV secara simultan pada
suatu daerah akan menaikkan kadar secretori IgA usus terhadap virus polio dan
Oral polio vaksin (OPV) diberikan dalam bentuk tetesan melalui mulut.
Vaksin ini mengandung sejumlah kecil virus hidup yang telah dimodifikasi dari
Tipe 1 : 106 TCID (tissue culture infective dose) 50/CCID (cell culture
Tipe 2 : 105 TCID (tissue culture infective dose) 50 (10 4,5-10 5,5)
21
Gambar 2.2 Oral Polio Vaccine
Vaksin polio oral harus disimpan tertutup pada suhu 2-8 °C. Vaksin sangat
stabil namun sekali dibuka, vaksin akan kehilangan potensi disebabkan perubahan
Sosial manganjurkan bahwa vaksin polio yang telah terbuka botolnya pada akhir sesi
imunisasi (pasca imunisasi masal) harus dibuang. Tetapi saat ini kebijaksanaan WHO
membolehkan botol-botol yang berisi vaksin dosis ganda (multidose) digunakan pada
dalam keadaan yang sangat dingin (2-8°C), botol vaksin yang telah terbuka yang
22
Setiap membuka vial baru harus menggunakan penetes (dopper) yang baru. Di
unit pelayanan, vaksin polio yang telah dibuka hanya boleh digunakan selama 2
Sterilitasnya terjaga
Cara pemberian :
Diberikan secara oral melalui mulut, 1 dosis adalah 2 tetes sebanyak 4 kali
(dosis) pemberian, dengan interval setiap dosis minimal 4 minggu. Pada daerah yang
tingkat kasus polionya tinggi (seperti Indonesia) merupakan daerah endemik polio,
pemberian extra imunisasi polio segera setelah lahir (polio 0 pada kunjungan 1)
dengan tujuan meningkatkan cakupan imunisasi. Imunisasi polio 0 diberikan saat bayi
akan dipulangkan dari rumah sakit/rumah bersalin, agar tidak mencemari bayi yang
lain mengingat virus polio hidup dapat dieksresi melalui tinja. Imunisasi polio
ulangan diberikan 1 tahun sejak imunisasi polio 4, selanjutnya saat masuk sekolah (5-
6 tahun).5,6,9
Penyimpanan OPV
23
Oral polio vaccine (OPV) dapat disimpan beku pada temperatur 2-8°C.
Vaksin yang beku dengan cepat dicairkan dengan cara ditempatkan antara dua telapak
tangan dan digulir-gulirkan, di jaga agar warna tidak berubah yaitu merah muda
sampai orange muda (sebagai indikator pH). Bila keadaan tersebut dapat terpenuhi,
maka sisa vaksin yang telah terpakai dapat dibekukan lagi, kemudian dapt dipakai
lagi sampai warna berubah dengan catatan dan tanggal kadarluwarsa harus selalu
diperhatikan.5,9
Inactivated Poliovirus Vaccine (IPV) mendapat lisensi pada tahun 1955 dan
langsung digunakan secara luas. Pada tahun 1963 mulai digunakan trivalent virus
polio secara oral (OPV) secara luas. Encanced potency IPV (eIPV) yang
menggunakan molekul lebih besar dan menimbulkan kadar antibodi lebih tinggi
digunakan tahun 1988. Inacctivated polio vaccine merupakan vaksin yang cukup
efektif, 2 dosis akan menimbulkan antibodi yang protektif pada sekitar 90% resipien,
24
sedang 3 dosis akan meningkatkan protektifitas sampai 99%. Protektifitas terhadap
kelumpuhan berkaitan dengan tingginya kadar antibodi serum. Keuntungan dari IPV
adalah virus vaksin telah dinonaktifkan sehingga tidak bisa bereplikasi. Vaksin ini
aman dalam arti tidak menimbulkan kelumpuhan akibat imunisasi dan tidak
berbahaya bagi penderita defisiensi imun, meskipun vaksin tersebut tetap dibuat dari
virus liar. Kerugiannya adalah vaksin ini harus disuntikkan, relatif mahal dan kurang
menghambat perlekatan, replikasi polio liar dan tidak dapat menghentikan trasmisi
virus tersebut.2,5,8
Indikasi
Semua anak harus menerima empat dosis IPV pada bulan 2, 4 dan 6,
Interval yang lebih disukai antara 3 dosis pertama adalah 2 bulan. Jika
minggu.
Tidak ada dosis tambahan yang diperlukan jika lebih banyak waktu dari yang
Mereka yang memulai seri vaksin dengan satu atau lebih dosis OPV harus
25
minggu harus berlalu antara OPV dan IPV, tetapi celah minimal 2
Komposisi
2-phenoxyethanol 0,5%
Formaldehid 0,02%
Neomycin
26
Streptomycin
Polymyxin B
Bayi harus menerima minimal 4 dosis IPV dengan interval minimal 4 (empat)
minggu
IPV diberikan pada usia 2, 4 dan 6 bulan bersamaan dengan vaksin DPT/HB
IPV dapat diberikan dengan aman berbarengan denga vaksin DPT, DT, TT,
Td, Campak, Mumps, Rubella, BCG, Hepatitis B atau Hib dan tidak
masing vaksin
Kontraindikasi
polymyxin B.
27
Bayi yang terinfeksi immunodeficiency virus (HIV) baik simptomatik
dengan IPV menurut jadwal standar. Tidak ada gejala klinis dengan
buruk dari vaksin polio yang dimatikan pada wanita hamil atau janin
Penyimpanan
Inactivated polio virus merupakan vaksin yang freeze sensitive ( tidak kuat
terhadap suhu beku) sehingga harus disimpan dan ditransportasikan pada kondisi
suhu 2 – 8 C.5,9
28
Efek samping IPV
menyebabkan nyeri otot, rasa sakit, bengkak atau warna merah di tempat injeksi.
Sampai 1 dari 10 anak mungkin mengalami demam ringan dan kehilangan selera.4
dan kematian yang terjadi setelah menerima imunisasi yang disebabkan oleh
imunisasi. Biasanya terjadi dalam masa 1 bulan setelah imunisasi (dapat lebih lama,
sehingga diperlukan keseimbangan kondisi tubuh yang sehat pada saat pemberian
Pada umumnya reaksi terhadap obat dan vaksin dapat merupakan reaksi
simpang (adverse events), atau kejadian lain yang bukan terjadi akibat efek
langsung vaksin. Reaksi simpang vaksin antara lain dapat berupa efek farmakologi,
efek samping (side-effects), interaksi obat, intoleransi, reaksi idoisinkrasi, dan reaksi
alergi yang umumnya secara klinis sulit dibedakan.efek farmakologi, efek samping,
serta reaksi idiosinkrasi umumnya terjadi karena potensi vaksin sendiri, sedangkan
reaksi alergi merupakan kepekaan seseorang terhadap unsur vaksin dengan latar
belakang genetik. Reaksi alergi dapat terjadi terhadap protein telur (vaksin campak,
29
gondong, influenza, dan demam kuning), antibiotik, bahan preservatif (neomisin,
Kejadian yang bukan disebabkan efek langsung vaksin dapat terjadi karena
kesalahan prosedur dan teknik pelaksanaan imunisasi, atau kejadian yang timbul
secara kebetulan. Kejadian yang memang akibat imunisasi tersering adalah akibat
Tidak semua kejadian KIPI disebabkan oleh imunisasi karena sebagian besar
ternyata tidak ada hubungannya dengan imunisasi. Oleh karena itu untuk
Kejadian ikutan pasca imunisasi dibagi menjadi 5 kelompok faktor etiologi menurut
30
Sebagian kasus KIPI berhubungan dengan masalah program dan teknik
Penyimpanan vaksin
2. Reaksi suntikan
Semua gejala klinis yang terjadi akibat trauma tusuk jarum suntik baik
langsung maupun tidak langsung harus dicatat sebagai reaksi KIPI. Reaksi
suntikan langsung misalnya rasa sakit, bengkak dan kemerahan pada tempat
31
suntikan, sedangkan reaksi suntikan tidak langsung misalnya rasa takut,
Gejala KIPI yang disebabkan induksi vaksin umumnya sudah dapat diprediksi
terlebih dahulu karena merupakan reaksi simpang vaksin dan secara klinis
biasanya ringan. Walaupun demikian dapat saja terjadi gejala klinis hebat
seperti reaksi anafilaksis sistemik dengan resiko kematian. Reaksi simpang ini
kemungkinan interaksi obat atau vaksin lain. Petunjuk ini harus diperhatikan
Seperti telah disebutkan di atas maka kejadian yang timbul ini terjadi secara
imunisasi.
32
Bila kejadian atau masalah yang dilaporkan belum dapat dikelompokkan
KIPI.
Kejadian ikutan pasca imunisasi atau KIPI dapat terjadi pasca imunisasi IPV
menangis yang menetap dan keletihan. Polio paralisis, polio paralisis pada
kematian
terjadi 4-30 hari setelah menerima OPV, 4-75 hari setelah kontak dengan
hipogamaglobulin.5
33
Imunisasi pada kelompok resiko
resipien termasuk dalam kelompok resiko. Yang dimaksud dengan kelompok resiko
adalah:17
Hal ini harus segera dilaporkan kepada Pokja KIPI setempat dan KN PP KIPI
penanganan segera
Pada dasarnya jadwal imunisasi bayi kurang bulan sama dengan bayi cukup
bulan. Hal-hal yang perlu diperhatikan pada bayi kurang bulan adalah:
a) Titer imunitas pasif melalui transmisi maternal lebih rendah dari pada
b) Apabila berat badan bayi sangat kecil (<1000 gram) imunisasi ditunda
dan diberikan setelah bayi mencapai berat 2000 gram atau berumur 2
bulan;
34
c) Apabila bayi masih dirawat setelah umur 2 bulan, maka vaksin polio
3. Pasien imunokompromais
jangka panjang). Jenis vaksin hidup merupakan indikasi kontra untuk pasien
waktu pendek. Tetapi imunisasi harus ditunda pada anak dengan pengobatan
kemoterapi selesai.
35
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
dapat mempengaruhi seluruh tubuh, termasuk otot dan saraf. Kasus yang berat
masih sangat endemik di beberapa negara seperti India, Afrika dan Asia,
Ada dua macam vaksin polio yaitu inactivated polio vaccine (IPV) dan
oral polio vaccine (OPV). Inactivated polio vaccine merupakan vaksin polio
yang dimatikan dan diberikan secara intramuscular dengan dosis 0,5 ml.
Sedangkan Oral polio vaccine merupakan vaksin polio yang dilemahkan dan
diberikan secara oral dengan 1 dosis atau 2 tetes. Kejadian ikutan pasca
36
tubuh, sehingga tubuh dapat memiliki berbagai respon terhadap antigen
tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
8. Anonymous. Cessation of routine oral polio vaccine (OPV) use after global
polio eradication. World Heart Organisztion . 2005.
37
10. Anonymous. Issues from the final push. UNICEF Country Office EPI Update:
Nigeria Press; 2008
15. Racaniello VR. One hundred years poliovirus pathogenesis. Virology 344 : 9-
16
38