Anda di halaman 1dari 2

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Asma merupakan keadaan sakit sesak nafas karena terjadinya aktivitas berlebih
terhadap rangsangan tertentu sehingga menyebabkan peradangan dan penyempitan pada
saluran nafas yang mengalirkan oksigen ke paru-paru dan rongga dada (Amanda, 2012).
Serangan asma yang dialami oleh penderita dapat disebabkan oleh beberapa faktor
pencetus antara lain alergen, infeksi saluran nafas, lingkungan kerja, stres, dan olahraga
yang berlebihan (Hackley et al, 2012). Asma merupakan penyakit heterogen dengan
karakteristik adanya inflamasisaluran napas kronis. Penyakit ini ditandai dengan riwayat
gejala saluran napas berupa wheezing, sesak napas, dada terasa berat, dan batuk yang
intensitasnya bervariasi dari waktu ke waktu, serta adanya keterbatasan aliran udara
ekspirasi yang bervariasi(GINA, 2016).
Kekambuhan asma yang disebabkan oleh alergen terjadi karena sel-sel pada
saluran pernafasan sangat sensitif terhadap zat-zat tertentu seperti bulukucing, debu
rumah, serbuk sari,dan asap rokok. Berbeda dengan alergen, kekambuhan yang
disebabkan oleh infeksi terjadi karena adanya infeksi pada saluran pernafasan seperti
bronkitis akut (Utami,2013). Kekambuhan asma yang disebabkan oleh aktivitas olahraga
yang berlebih terjadi karena otot di sekeliling saluran udara sensitif terhadap perubahan
suhu dan kelembapan,sehingga otot berkontraksi dan menyebabkanpenyempitansaluran
nafas. Kekambuhan asma akibat lingkungan kerja disebabkan oleh penghirupan agen-
agen sensititasi atau iritan yang dapat berupa zat-zat kimia seperti logam, gas, asap, dan
alkali. Sedangkan faktor pencetuskekambuhan asma yang disebabkan oleh stresterjadi
ketika penderita mengalami frustasi, depresi, cemas yang berlebihan,dan tidak dapat
menerima keadaan diri (Marquez, 2011).
World Health Organization(2013) menyebutkan bahwa telah tercatat sebanyak
300 juta orang dari segala usia dan latar belakang etnis di seluruh dunia menderita asma.
Jumlah penderita asma dikhawatirkan akan terus meningkat hingga 400 juta orang pada
tahun 2025 dan diperkirakan sebanyak 250.000 orang meninggal setiap tahun disebabkan
oleh asma(Lestaridan Hartini, 2014).
Prevalensi asma menurut World Health Organization(WHO) tahun 2016 sekitar
235 juta dengan angka kematian lebih dari 80%di negara-negara berkembang. Data
prevalensi asma di Amerika Serikat berdasarkan umur sebesar 7,4% pada dewasa dan
8,6% pada anak-anak,berdasarkan jenis kelamin 6,3% laki-laki dan 9,0% perempuan,dan
berdasarkan ras sebesar 7,6% ras kulit putih dan 9,9% ras kulit hitam (NCHS, 2016).
Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2013 mendapatkan angka prevalensi
penyakit asma pada semua umur di Indonesia adalah 4,5% dengan prevalensi tertinggi di
Sulawesi Tengah (7,8%). Sementara itu,angka kejadian asma di Sumatera Barat sebesar
2,7%. Kejadian asma terbanyak pada kelompok umur 25-34 tahun, dan mulai menurun
pada kelompok umur ≥45 tahun. Berdasarkan jenis kelamin, perempuan cenderung lebih
tinggi dari pada laki-lakidanberdasarkanstatus pekerjaan, kejadian asma lebih banyak
pada petani, nelayan, dan buruh.

Anda mungkin juga menyukai